Filariasis
Penyakit filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi satu atau dua
cacing jenis filaria yaitu wucheria Bancrofti atau Brugia malayi. Masa inkubasi
penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 tahun, sedangkan penularan parasit melalui
vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing
sebgai hospes definitif. Periodisitas kedua cacing filaria di indonesia bersifat
nokturnal. Prevalensi mikrofilaria menignkat bersamaan dengan umur pada anak-
anak dan meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, serta
lebih tinggi dibanding laki-laki dibanding perempuan ( IPD 2014 )
a. Epidemiologi
W. bancrofti, parasit filaria yang paling banyak menginfeksi manusia,
mengenai sekitar 110 juta orang dan ditemukan di seluruh daerah tropis dan
subtropis, termasuk Asia dan Kepulauan Pasifik, Afrika, wilayah Amerika
Selatan, dan Karibia. Umumnya, bentuk subperiodik hanya ditemukan di
Kepulauan Pasifik; di tempat lain, W. bancrofti secara nokturnal periodik.
Secara nokturnal, mikrofilaria W. Bancrofti jarang dalam darah perifer pada
siang hari dan meningkat pada malam, sedangkan bentuk subperiodik ada
dalam darah perifer sama sekali kali dan mencapai tingkat maksimal di sore
hari. Vektor alami untuk W. bancrofti adalah nyamuk Culex fatigans di
lingkungan perkotaan dan Nyamuk Anopheles atau Aedes di daerah
pedesaan. ( Harrison, 2015 )
b. Etiologi
Cacing filaria jenis Wucheria Bancofti. Host definitif hanya manusia. Cacing
bentuk dewasa tinggal di pembuluh limfe sedangkan mikrofilaria tinggal
dalam pembuluh darah dan limfe ( IPD 2014 ).
Mandell, douglass and benneth
( CDC 2014 )
Gejala klinis
Presentasi terbanyak dari limfatik filariasis adalah asimptomatik (subklinik)
microfilaremia, hidrokel, akut adenolimfangitis, dan penyakit kronik limfatiks.
Akut adenolimfangitis ditandai oleh demam tinggi, peradangan limfatik (
lymphangitis dan lymphadenitis ) dan edema lokal sementara. Lymphangitis
terjadi secara retrograde, menyebar ke perifer dari limfonodus dimana
parasit dewasa tinggal. Limfonodus regional biasanya membesar, dan
seluruh pintu limfatik daapt terjadi indurasi dan inflamasi. Keterlibatan limftik
pada genital secara eklusif terjadi pada W. Bancrofti ( Harrison, 2015 )
Konsentrasi puncak 1-2 h. Tidak berikatan secara ekstensif dengan plasma protein.
Waktu paruh 10-12 jam
Ivermectin
Albendazole
i. Prognosis
Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah
dari daerah endemik
Lingkungan hidup
Epidemiologi
Penyebaran geografis parasit luas meliputi srilangka, indonesia, filipina, india selatan, Asia,
tiongkok, korea, dan sebagian kecil di jepang. Daerah penyebarannya terdapat di daerah
dataran sesuai dengan tempat hidup nyauk mansonia. Nyamuk terdapat di dataran rendah
dengan banyak kolam yang bertanaman pista ( suatutumbuhan air ). Penyakit ini terdapat
di luar perkotaan bila vektornya adalah manusia, dan bila vektornya adalah anopheles
terdapat di daerah perkotaaan dan sekitarnya.
Parasit seperti W. Bancrofti akan menimbulkan limfangitis dan elefantiasis. Brugia Malayi
berbeda dengan W. Bancrofti dalam hal hubungan antara gejala filariasis dengan jumlah
mikrofilarianya. Pasien dengan gejala filariasis mempunya jumlah mikrofilaria yang lebih
tinggi dibanding pasien yang tidak mempunyai gejala. Studi di Malaysia menunjukkan
perbandingan 2 kelompok tersebut sampai 5 kalilebih tinggi. Filariasis malayi mempunyai
gejala klinis khas dengan adanya Lymphadenopati supericial dan eosinophilia yang tinggi (
7-70%).
Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis timori, namun berbeda
dengan gejala klinis filariasis bankrofti. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan
gejala peradangan saluran dan ekelnjar limfe, yang hilang timbul. Limfadenitis biasnya
mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah pasien
bekerja berat. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke bawah,
mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas untuk
filariasis
Peradangan pada slauran limfe ini menjalar ke daerah sekitarnya dan menimbulkan
infiltrasis pada selururh paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis dapat pula berkembang
menjadi bisul, pecah, dan menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini bila sembuh
meningggalkan bekas sebagai jaringan parut, dan tanda ini merupakan salah satu gejala
obyektif filariasis limfatik. Selain itu pembesaran kelenjar limfe ini dapat juga dilihat sebagai
tali yang memanjang yang merupakan salah satu tanda lain yang penting untuk filariasis
malayi.
Hal lain yang penting dari filariasis malayi ini adalah sistem limfe alat kelamin tidak pernah
terkena, berbda dengan filariasis bankrofti. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe
lain di bagian edial tungkai, di ketiak, dan di bagian medil lengan juga sering terkena. Pada
filariasis brugia, elefantiasis hanya mengenai tungki bawah, dibawah lutut, atau kadang-
kadang lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena,
kecuali bila filariasis brugia terjadi yang bersamaan dengan filariasis bankrofti
Selama menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi memsukkan larva filarial tahap ketiga ke
kulit manusia, di mana mereka menembus ke luka gigitan 1. Mereka berkembang menjadi
dewasa yang umumnya berada di limfatik 2. Cacing dewasa mirip dengan Wuchereria
bancrofti tetapi lebih kecil. Cacing betina berukuran 43 hingga 55 mm dengan lebar 130
hingga 170 μm, dan jantan berukuran 13 hingga 23 mm dengan lebar 70 hingga 80 μm.
Dewasa menghasilkan mikrofilaria, berukuran 177-230 μm panjang dan 5 sampai 7 μm
lebar, yang berselubung dan memiliki periodisitas nokturnal. Mikrofilaria bermigrasi ke
getah bening dan memasuki aliran darah mencapai darah perifer 3. Seekor nyamuk
mencerna mikrofilaria saat makan darah 4. Setelah menelan, mikrofilaria kehilangan
selubungnya dan berjalan melewati dinding proventrikulus dan bagian jantung midgut
untuk mencapai otot toraks 5. Di sana mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium
pertama. 6 dan selanjutnya menjadi larva stadium ketiga 7. Larva tahap ketiga bermigrasi
melalui hemocoel ke prosbocis nyamuk Nomor 8 dan dapat menginfeksi manusia lain ketika
nyamuk memakan makanan darah 1. CDC
Diagnosis
Diagnosis filariasis malayi sama seperti diagnosis pada W. Bancrofti. Namun pada filariasis
malayi, pemeriksaan imunologis tidak dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
mikrofilaria. Selain itu pemeriksaan radiolgis juga jarang dilakukan untuk filariasis malayi.
Pengobatan
Prinsip pengobatan pada filariasis malyi hampir sama dengan pengobatan W. Bancrofti.
Pada filariasis malayi diberikan DEC dengan dosis 6 mg/kgbb/hari selama 6 hari. Ada
kepustakaan lain yang menyebutkan bahwa DEC dapat diberikan dengan dosis 5
mg/KgBB/hari selama 10 hari. Untuk pengobatan massal, pemberian dosis standar dan
dosis tunggal tidak dianjurkan. Yng dianjurkan adalah pembrian dosisrendah jangka panjang
( 100 mg/minggu selama 40 minggu ) atau gram DEC 0.2-0.4% selama 9-12 bulan.
Pencegahan terhadapa vektor ini dengan cara memberantas vektor nyamuk dengan
menyingkirkan tananman pistia stratiotes dengan fenoxoilen 30 gram merupakan obat
murah dan memuaskan terhadap tumbuhan air ini.
Filariasis timori
Epidemiologi
Filaria tipe ini terdapat d Timor, pulau rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya. Cacing
dwasa hidup di dalam saluran dan kelnjar limf. Vektornya adalah anopheles barbirostis.
Mikrofilarianya menyerupai mikrofilaria brugia malayi, yaitu lekuk badannya patah-patah
dan susunan intinya tidakteratur. Mikrofilaria bersifat nokturnal.
Menyerupai B. Malayi