Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella


enterica serovar typhi (S typhi). Demam tifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada
daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid.1

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di


seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa.
Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami
anak lebih ringan dari dewasa. Di hamper semua daerah endemik, insidensi demam tifoid
banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. 1

Dengue fever (DF) atau Demam Dengue (DD) dan khususnya manifestasi yang
lebih berat Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD),
menempati tingkat yang sangat tinggi diantara penyakit-penyakit infeksius yang ada di
masyarakat.2

Penyakit ini ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus dengue. Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya,
menularkan virus ke individu rentan selama menggigit dan menghisap darah. Karena
penyakit ini merupakan vector borne disease, maka penyebaran virus ini tergantung dari
nyamuk Aedes yang terinfeksi.2

1
BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 15 Tahun
Alamat : RT 15 Sengeti
Pekerjaan : Pelajar
Masuk RS : 28 Juni 2018
No. MR : 306105

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Demam
Keluhan tambahan : Muntah dan nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dan diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Ahmad Ripin dengan
keluhan demam. Demam dirasakan sejak 1 hari SMRS, Naik turun terutama saat
menjelang sore hari. Keringat dingin(-), menggigil(-),gusi berdarah(-),mimisan(-),
batuk (-), pilek (-) Keluhan demam juga disertai dengan mual dan muntah. Muntah
sebanyak ± 10 kali dengan isi muntahan berupa makanan yang dimakan. Lemas (+).
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri ulu hati yang tidak menjalar dan tidak
membaik dengan makanan. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Sebelumnya pasien sudah berobat ke bidan terdekat, dan diberi obat penurun panas.
Namun keluhan tidak dirasa membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat dengan keluhan serupa (-)
- Riwayat malaria (-)
- Riwayat DBD (-)

Riwayat Penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal sama dengan pasien

2
Riwayat Kebiasaan
Riwayat jajan sembarangan (+)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan tanggal 29 Juni 2018
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital
- Tensi : 110/80
- Nadi : 78x/menit, irama reguler, kuat angkat
- RR :20x/menit
- Suhu : 37,4C
 Kepala : normocephal
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
- Telingan : sekret (-), darah (-)
- Hidung : nafas cuping hidung(-), epistaksis (-), sekret (-)
- Mulut : sianosis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
 Leher : pembesaran KGB (-)
 Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak meledar
- Perkusi : batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur(-)
Pulmo
- Inspeksi : pergerakan nafas simetris, retraksi (-)
- Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor (+) di seluruh lapangan paru, redup (-)
- Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, skar (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Perkusi : Timpani di seluruh region abdomen

3
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
- Ekstremitas : akral hangat (+), udem (-), CRT <2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Juni 2018
Darah rutin
 Hb : 15,1 g/dl
 Ht : 44,4 %
 Eritrosit : 5,64 juta/µL
 Leukosit : 12 ribu/ uL
 Trombosit : 324.000/uL

Widal

o S. Thypi O : 1/160
o S. Thypi H : -

V. USULAN PEMERIKSAAN
1. DDR
2. NS1

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis: Febris ec Demam typhoid + dyspepsia syndrom
Diagnosis Banding
 DBD
 Demam dengue
 Malaria

VII.PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan lunak
-

4
Medikamentosa
- IVFD RL 20 gtt/i
- Ceftriaxon 1x2 gr dalam D5% 100cc
- Ondansentron 3x1 amp
- Pantoprazol 1x1vial
- Paracetamol tab 3x1
- Sucralfat syr 3 x C1

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

IX FOLLOW UP

Tanggal Follow up Terapi


29 Juni 2018 (08.30) S : Demam (+),mual (+), - IVFD RL 20 gtt/i
muntah (+), nyeri ulu - Ceftriaxon 1x2 gr dalam
hati (+) D5% 100 cc
O : TD : 110/80mmhg - Pantoparazol 1x1 vial
T/N : 37,1/80x - Ondansentron 3x1 amp
RR : 18x - Pct tab 3x1
Abd : Nyeri tekan - Sucralfat 3xC1
epigastrium (+)
A :Febris Ec demam thypoid
+ dyspepsia

30 Juni 2018(08.30) S : Mual (+), Nyeri ulu hati - IVFD RL 20 gtt/i


(+) - Ceftriaxon 1x2 gr dalam
O : TD : 110/90mmhg D5% 100 cc
T/N : 36,8/75x - Pantoparazol 1x1 vial
RR : 20x - Ondansentron 3x1 amp
Abd : Nyeri tekan - Pct tab 3x1
epigastrium (+) - Sucralfat 3xC1
A :Febris ec demam thypoid
+ Dyspepsia
2 Juli 2018(08.30) S : pusing (+),Demam naik - IVFD RL 20 gtt/i
turun (+) - Ceftriaxon 1x2 gr dalam
O : TD : 110/70mmhg D5% 100 cc
T/N : 36,5/72x - Pantoparazol 1x1 vial
RR : 18x - Ondansentron 3x1 amp
- Pct tab 3x1
A : Febris ec Demam - Sucralfat 3xC1

5
thypoid + Dyspepsia
Cek DR ulang, jika normal
Acc pulang
3 Juli 2018 ( 09.00) S : Demam naik turun - IVFD RL 40gtt/i
(+),pusing(+),mual(+),nyeri - Ceftriaxone 1x2gr stop
disekitar mata (+)mimisan (- - Ondansentron 3x1 amp
),gusi berdarah (-), BAB - Ranitidine 2x1 amp
hitam (-) - Psidii 3x1 tab
O : TD : 120/80mmhg - Pct 3x1 tab
T/N : 37,3/80x nadi kuat - Sucralfat 3xC1
angkat, reguler - Cek DR per 12 jam
RR : 20x Jika HB < 15 Ganti RL
Konjungtiva hiperemis 30 gtt/i
(+/+),
Rumple leed test (-)
Leukosit : 3,74 ribu
Eritrosit : 6, 17 13µ/l
Trombosit : 43 106/µl
HB : 17,0 gr/dl
Hematokrit : 49,4 %
A :Demam thypoid+DHF
grade 1+ Dyspepsia
3 juli 2018 ( 18.00) Labolatorium :
Leukosit : 4,25 103 u/l
Eritrosit : 6,22 106 u/l
Hb : 16,8 gr/dl
Hematokrit : 48,7 %
Trombosit : 42 ribu
4 juli 2018 ( 06.00) S :pusing (+) - IVFD RL 40gtt/i
O : TD : 120/70mmhg - Ondansentron 3x1 amp
T/N : 36,5/74x nadi kuat - Ranitidine 2x1 amp
angkat, reguler - Psidii 3x1 tab
RR : 18x - Pct 3x1 tab
Leukosit : 5,87 ribu - Sucralfat 3xC1
Eritrosit : 6, 45 3µ/l - Cek DR per 12 jam
Trombosit : 34 ribu Jika HB < 15 Ganti RL
HB : 17,4 gr/dl 30 gtt/i
Hematokrit :50,1 %
A :Demam thypoid+DHF
grade 1+ Dyspepsia
4 juli 2018 ( 18.00) Laboratorium :
Trombosit : 66 ribu
HB : 16,9 gr/dl
HT : 49 %
5 juli 2018 (09.00) S:- P : acc pulang
O : TD : 110/80mmhg - Sucralfat syr 3xC1
T/N : 36,3/75x nadi kuat - Pct tab 3x1
angkat, reguler
RR : 18x

6
Leukosit : 6,97 ribu
Eritrosit : 6,17 3µ/l
Trombosit : 110 ribu
HB : 15,4 gr/dl
Hematokrit :40,1 %
A :Demam thypoid+DHF
grade 1+ Dyspepsia

7
BAB III

ANALIA KASUS

Tn. D 15 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 28 juni 2018 dengan keluhan
utama demam yang dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan lain yaitu
muntah ±10 kali dengan isi mutahan yaitu berupa makanan yang dimakan. Diagnosis yang
mungkin pada pasien ini adalah infeksi virus (influenza, demam dengue, atau demam
berdarah dengue), infeksi bakteri (demam tifoid, infeksi saluran kemih), infeksi parasit
(malaria). Diagnosis influenza disingkirkan karena berdasarkan anamnesis tidak
didapatkan adanya masalah pada saluran pernafasan, seperti hidung tersumbat, suara serak,
batuk, maupun sesak nafas. Diagnosis infeksi saluran kemih disingkirkan karena tidak
didapatkan keluhan pada sistem genitourinaria. Diagnosis malaria disingkirkan karena
pada pasien tidak terpenuhi trias malaria, yaitu keluarnya keringat dingin diikuti dengan
penurunan suhu dan kemudian menggigil.

Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang juga tidak didapatkan tanda-
tanda anemia. Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan demam yang bersifat
intermiten, terdapat gangguan gastrointestinal berupa mual dan muntah. Pada pemeriksaan
penunjang menggunakan uji widal didapatkan hasil S. typhi O 1/160 dan S.typhi H negatif.
Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosis demam tifoid di Indonesia belum
didapatkan kesepakatan tetapi beberapa peneliti menyebutkan uji Widal dikatakan positif
apabila didapatkan titer ≥1:160 untuk aglutinin O maupun H dengan kriteria diagnostik
tunggal ataupun gabungan. Jika memakai kriteria diagnostik tunggal, maka aglutinin O
lebih bernilai diagnostik dibandingkan H. Setelah rawatan hari ke 5 diagnosis demam
berdarah dengue ditegakkan berdasarkan anamnesis yang menyatakan pasien mengalami
demam yang kembali hilang timbul, nyeri, nyeri di sekitar mata dengan didukung hasil
pemeriksaan laboratorium darah berupa leukopenia, trombositopenia, dan adanya
hemokonsentrasi. Berdasarkan World Health Organization, diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal ini terpenuhi

 Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
 Terdapat minimal 1 manifetasi perdarahan berikut: uji bending positif; petekie,
ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.

8
 Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml).
 Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut: 1) Peningkatan
hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin. 2)
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya. 3) Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,
asites, hipoproteinemia, hiponatremia.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah:

Demam tipoid

 IVFD RL 20 gtt/i
 Ceftriaxon 1x2 gr dalam D5% 100cc
 Ondansentron 3x1 amp
 Pantoprazol 1x1vial
 Paracetamol tab 3x1
 Sucralfat syr 3 x C1

DHF

- IVFD RL 40gtt/i
- Ceftriaxone 1x2gr stop
- Ondansentron 3x1 amp
- Ranitidine 2x1 amp
- Psidii 3x1 tab
- Pct 3x1 tab
- Sucralfat 3xC1
- Cek DR per 12 jam, Jika HB < 15 Ganti RL 30 gtt/i

Pada kasus demam tifoid, antibiotik lini pertama yang digunakan adalah
kloramfenikol dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 – 4 dosis selama 8 – 10
hari. Kloramfenikol sudah lama digunakan dan menjadi terapi standar pada demam tifoid
namun kekurangan dari kloramfenikol adalah angka kekambuhan yang tinggi (5 – 7%) dan
toksis pada sumsum tulang. Pasien diberikan terapi injeksi antibiotik ceftriaxone 1x2 gr
dalam D5% 100 cc. Ceftriaxon ini juga dapat digunakan dalam pengobatan tifoid.
Ceftriaxon merupakan antibiotic golongan sefalosporin yang sangat aktif terhadap berbagai
kuman gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerja dari obat ini adalah

9
menghambat sintesis dinding sel mikroba melalui reakti transpeptidase dalam rangkaian
raksi pembentukan dinding sel.1

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri
tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008.
2. Puspa W, Prihatini, Probohoesodo MY. Kemampuan uji tabung widal
menggunakan antigen import dan antigen lokal. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory. 2005
3. Jawetz E, Melnick L, Adelberg EA. Medical microbiology. Jakarta: EGC; 2012.
4. World Health Organization. Prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever: comprihensive guidelines. New Delhi, 2001.

11

Anda mungkin juga menyukai