Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Alhamdulillahirabbil’alamiin, kami kelompok 3


untuk mata kuliah Keperawatan Anak II Semester VI dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca
mengenai salah satu asuhan keperawatan pada salah satu kelainan pada bayi dengan
Omfalokel. Selain itu makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya ada banyak pihak yang turut andil dalam
proses pembuatannya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang
tua kami, Ibu Maulina Handayani, S.Kep., MSc dan Dosen lainnya yang mengajar kami, dan
pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Tangerang Selatan, 25 Mei 2014

Tim Penulis

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................................................. 4
2.1 Definisi.................................................................................................................................... 4
2.2 Etiologi.................................................................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis ................................................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................................ 7
2.5 Faktor Risiko ........................................................................................................................... 8
2.6 Komplikasi .............................................................................................................................. 9
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................ 13
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 13
3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................... 14
3.3 Nursing Care Plan (NCP)...................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan pada struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam
bulan-bulan pertama kehidupan ering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup
berat. Salah satu kelainan kongenital pada bayi adalah Omfalokel.

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isis perut lainnya melalui akar
pusat yang hanya dilapisi oleh peritonium (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.

Omfalokel merupakan cacat umbilikus, temat usus besar dan abdomen lain
dapat menonjol keluar. ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus
disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai
keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh
lapisan tipis peritonium yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil,
sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding
abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan
kembali isi abdomen. Penggantiannya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahab sintetis
seperti silastic, yang dapa digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara
bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu (Eatze & Roberts,
1995).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor risiko,


patofisiologi, komplikasi dari kelainan Omfalokel.
2. Mengetahui tentang bagaimana penatalaksanaan pada kelainan Omfalokel.
3. Menetukan diagnosa dan asuhan keperawatan anak yang muncul pada kelainan
Omfalokel.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 3


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Omfalokel adalah herniasi atau penonjolan (protusi) isi abdomen ke dasar tali
pusat (Kliegman, 1999).

Omfalokel secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti
umbilicus tali pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai
suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring) atau
cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ abdomen dari cavum abdomen
namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput terdiri atas lapisan
amnion dan peritoneum.

Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan)


pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen
di umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan
yang terdiri dari amnion dan peritoneum (Dorland, 2002).

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 4


Omphalocele merupakan defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada
dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang
berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan
Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007)

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar
yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melaluiselaput
peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang). Omfalokel (eksomfotos)
merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain dapat
menonjol keluar. Ia bisa disertai dengankelainan kromosom, yang harus disingkirkan.
Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding
abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum
yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan
bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa
cukup dapatdirentang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen.
Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat
digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga
abdomen dalam masa beberapa minggu (Eatze & Roberts, 1995)

2.2 Etiologi

Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa


faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel
diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibuhamil, defisiensi asam
folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion. Menurut
Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:

1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur
kehamilankurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan
omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dindingabdomen
pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masihsebatas

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 5


perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa FetoProtein)
pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telahterjadi
kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaandengan
adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan
genetik

2.3 Manifestasi Klinis

Menurut A.H Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :

1. Organ visera/ internal abdomen keluar


2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau
keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel,
yaitu :
1. Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
2. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh
yang sehat. Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat
atau kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut
berukuran dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan
tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diimsersi ke dalam
kantong jika kantong rupture pada uteru, maka usus akan terlihat gelap dan
edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal
yang esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai
congenital anomaly atau abnormal.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 6


2.4 Patofisiologi

Zigot Morula Blastula Gastrula Lapisan germ


layer

Ektoderm Mesoderm (rangka, Endoderm ( jaringan


(epidermis, kulit otot, sistem peredaran epitel dan saluran
dan saraf) darah, sekresi, repro) pencernaan)

Diskus Germinativum Trilaminar

Membentuk suatu saluran


berlapis

Endoderm didalam , Ektoderm


dipermukaan eksternal mudigah

Menutup
secara total
Ekor
Lapisan kepala
Lapisan (Hindgut)
(Foregut) samping
(Midgut)
Minggu ke 3
Faring,
esophagus, Terbuka ke Yolk Bentuk ½ distal Bentuk 1/3 kiri
Divertikulum sac duodenum, kolon
Lambung,
respiratorius/ jejunum,ileum, transversum,
Duodenum
tunas paru apendiks, kolon kolon desenden
proksimal
Sampai minggu proksimal rektum
Tonjolan Distal ke-6 gestasi
Lambung
Tidak kuat,
meluas ke selom
Tangkai/ leher
ekstra embrionik
Hati, kandung yolk sac
di dalam tali
empedu, Tunas pusat
pankreas ventral

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 7


Tangkai Herniasi
samping duktus
vitelinus

Usus berputar 90
derajat melingkari
sumbu arteri
Divertikulum
mesentrika superior
meckeli

Kembali ke
rongga
peritoneum
Gagal

Omfalokel Perputaran
tambahan 180
derajat berlawanan
arah jarum jam

Dx : risiko
infeksi Sekum di
kuadran
peritoneum

2.5 Faktor Risiko

1. Infeksi dan penyakit pada ibu.


2. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok.
3. Kelainan genetic.
4. Defesiensi asam folat.
5. Hipoksia.
6. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
7. Asupan gizi yang tak seimbang.
8. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 8


2.6 Komplikasi

Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.

2.7 Penatalaksanaan

Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek
dan protein.
Pengobatan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut
keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif
dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi
perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum
pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang
menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan.
Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan
memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan
menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan
pernapasan.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 9


Penatalaksanaan prenatal pada omphalokel
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan
informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko terhadap ibu, dan
prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli
bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan
berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila
melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melalui pemeriksaan USG
berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel
mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga mempengaruhi pronosis.

Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)


Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir
(immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau
nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Secara umum
penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama. Bayi
sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas
perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya
mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan
resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan gastroskisis.
Konservatif
Dilakukan bila penutupan secara primer tidak memungkinkan, misalnya pada
omfalokel dengan diameter > 5 cm. Perawatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Bayi dijaga agar tetap hangat
b. Kantong ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9%
c. Posisi penderita miring
d. NGT diisap tiap 30 menit

Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)


Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel
besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen
yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant
omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi
terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki
hyaline embran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 10


seperti gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-
organ intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk, sehingga sulit
dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat membahayakan bayi.
Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba melakukan operasi pada giant
omphalocele secara primer dengan modifikasi dan berhasil. Tindakan nonoperatif
secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau
selaput. Suatu saat setelah granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang
nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan direpair pada waktu kemudian dan
setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0,25
% merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone
iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya
memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang
epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau
kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dan
mengurangi isi kantong.

Indikasi Terapi non Bedah


Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta
yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada
omfalokelnya. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila
dilakukan pembedahan. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat
mempengaruhi daya tahan hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang
mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat
kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi
usus yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong.
Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior
abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan
terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila
dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara berulang
pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar. Setelah sekitar 3
minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang secara bertahap karena
terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 11


dihindari karena bisa menghasilkan blood and tissue levels of mercury well above
minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah alkohol 65% atau 70% atau
gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal terbentuk,bubuk antiseptik dapat
digunakan. Hernia ventralis memerlukan tindakan kemudian tetapi kadang-kadang
menghilang secara komplet.

Penatalaksanaan dengan operasi


Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan
menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi,
sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada
dapat dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta
kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru).
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup
yang optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intra
abomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang
pendek. Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil.
Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan
secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan bertahap).

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 12


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):

1. Mengkaji Kondisi Abdomen


a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan
oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses,
inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
3. Kaji Sirkulasi
 Kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 13


5. Pemeriksaan Diagnostik/ pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Fisik

Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati
di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis


prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan
peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.

c. Prenatal, ultrasound: menunjukkan adanya defek ompalokel


d. Pemeriksaan radiology: Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan
genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik.
e. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk
mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada
omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis
tengah pada bayi yang baru lahir.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Preoperatif

1. Risiko infeksi
2. Risiko kekurangan volume cairan
3. Gangguan proses keluarga b.d pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga

Postoperatif

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik pembedahan


2. Risiko infeksi post operasi

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 14


3.3 Nursing Care Plan (NCP)

Preoperatif

Diagnosa Keperawatan : Risiko infeksi


Definisi : Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada klien
NIC NOC
Kontrol Infeksi Keparahan Infeksi
1. Pertahankan teknik isolasi  Kemerahan..
2. Batasi pengunjung bila perlu  Sekeret purulen..
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah  Demam..
tindakan keperawatan  Nyeri..
4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai  Pembengkakan..
pasien lain Skala Pengkuran :
5. Tingkatkan intake nutrisi dengan benar 1 = Parah
2 = Kuat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada

Diagnosa Keperawatan : Risiko kekurangan volume cairan


Definisi : Berisiko mengalami dehidrasi vaskular, selular, atau intraselular
Tujuan : Keseimbangan cairan klien adekuat dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi
NIC NOC
Manajemen Cairan Keseimbangan cairan
1. Kaji jumlah dan frekuensi kehilangan  TTV dalam keadaan normal
cairan  Elektrolit serum dalam keadaan
2. Kaji status hidrasi (kelembapan mukosa, normal (natrium, kalium, kalsium,
tanda-tanda vital dan denyut nadi) dan magnesiaum)
3. Pantau perubahan berat badan per-hari Skala pengukuran :
4. Kaji input dan output cairan 1= Gangguan ekstrim
5. Kolaborasikan pemberian terapi cairan IV 2= Berat

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 15


yang sesuai dengan kondisi pasien jika 3= Sedang
memungkinkan 4= Ringan
6. Monitor status hemodinamik 5= Tidak ada gangguan

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses keluarga b.d pergeseran status kesehatan


anggota keluarga
Definisi : Perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluarga
Tujuan : Keluarga dapat mempersiapkan diri untuk prosedur diagnostik / operasi
NIC NOC
Peningkatan Normalisasi Normalisasi keluarga
1. Jelaskan alasan setiap terapi  Keluarga menunjukkan pemahaman
2. Jelaskan kebutuhan anak kepada orang tentang tes dan prosedur
tua misalnya anak harus dirawat dalam  Keluarga menunjukkan tentang
dalam inkubator dan terpasang berbagai informasi yang diberikan
alat (Infus, Oksigen, NGT, dll) Skala pengukuran :
3. Jelaskan pada keluarga tentang 1= Tidak pernah
pengalaman umum setelah pembedahan 2 = Jarang
4. Jelaskan pada keluarga apa yang akan 3 = Kadang-kadang
terjadi paska operasi 4 = Sering
5. Berpartisipasi dalam konferensi 5 = Konsisten
praoperasi dengan keluarga dan dokter

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 16


Postoperatif

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b.d agen cedera fisik pembedahan


Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenagkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Tujuan : Penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima klien dengan status penerimaan
nyeri skala 2.
NIC NOC
Manajemen Nyeri Tingkat Nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi,  Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
durasi, frekuensi, intensitas). nyeri (rewel)
2. Observasi isyarat - isyarat non verbal  Nyeri menurun sampai tingkat yang
dari ketidaknyamanan. dapat diterima anak
3. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi Level Nyeri
lingkungan (misal; ruangan tenang,  Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak
batasi pengunjung). rewel
4. Kolaborasi pemberian analgesia sesuai  Nyeri menurun
ketentuan Skala pengukuran :
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang 1 = Ekstrim
dapat mempengaruhi respon pasien 2 = Berat
terhadap ketidaknyamanan (lingkungan 3 = Sedang
yang berisik). 4 = Ringan
5 = Tidak Ada

Diagnosa Keperawatan : Risiko infeksi post operasi


Definisi : : Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada klien
NIC NOC
Perawatan Insisi Keparahan Infeksi
1. Inspeksi luka insisi dari kemerahan,  Kemerahan pada insisi...
pembengkakan, atau tanda dari  Sekeret purulen pada insisi...

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 17


infeksi  Demam pada insisi...
2. Catat karakteristik dari  Nyeri pada insisi...
pengeluaran/drainase  Pembengkakan pada insisi...
3. Monitor proses penyembuhan dalam Skala Pengkuran :
luka insisi 1 = Parah
4. Bersihkan area disekitar insisi dengan 2 = Kuat
larutan pembersih 3 = Sedang
5. Swab dari bagian yang bersih ke area 4 = Ringan
yang kurang bersih 5 = Tidak ada
6. Gunakan balutan yang sesuai untuk
melindungi luka insisi Penyembuhan Luka : Primary intention
7. Ganti balutan secara teratur dengan
interval yang sesuai  Pelekatan kulit...
8. Ajarkan keluarga bagaimana cara  Pelekatan tepi luka...
merawat luka insisi, termasuk tanda  Pembentukan scar...
dan gejala dari infeksi.
Skala pengukuran :
1 = Tidak ada
2 = Terbatas
3 = Sedang
4 = Kokoh
5 = Luas

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 18


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan)


pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen
di umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan
yang terdiri dari amnion dan peritoneum. Agar tidak terjadi cedera pada usus dan
infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 19


DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved Mei 24, 2014, from http://www.scribd.com/doc/124885246/OMFALOKEL

Bluechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. USA:


Mosby.

Dorland, W. N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Eatze, P., & Roberts, L. (1995). Kapita selekta pediatri. Jakarta: EGC.

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis Keperawatan:definisi dan klasifikasi 2012. Jakarta: EGC.

Jong, W. D. (2004). Buku Ajar ilmu Bedah ed. 2. Jakarta: EGC.

Kliegman, b. A. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1 Edisi 15. Jakarta: EGC.

Moorhead, S. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC) Third. USA: Mosby.

Snell, R. S. (2006). Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 6. Jakarta: EGC.

Keperawatan Anak II “Omfalokel” Page 20

Anda mungkin juga menyukai