Anda di halaman 1dari 108

PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT BEBAS

DAN BEBAS TERBATAS


DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK
DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN
2006

KATA PENGANTAR
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di
masyarakat tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong
masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi
juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan hal tersebut, swamedikasi
menjadi alternatif yang diambil oleh masyarakat.
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu
agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai
salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi
informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam
swamedikasi. Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas
terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri (swamedikasi).
Buku ’’Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas‘’ ini disusun untuk
membantu masyarakat dalam melakukan swamedikasi. Mudah-mudahan dengan
adanya buku ini akan bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berkontribusi di dalam penyusunan buku ini. Saran serta kritik
yang membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, November 2006
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Drs. Abdul Muchid, Apt
NIP. 140 088 411
TIM PENYUSUN
Drs. Abdul Muchid, Apt
Dra. Fatimah Umar, Apt, MM
Dra. Chusun, Apt, M.Kes
DR. Sudibyo Supardi, Apt, M.Kes
DR. Ernawati Sinaga, Apt, MS
Dra. Sriana Azis, Apt, SE
Dra. Elly Zardania, Apt, M.Si
Drs. Arel St. Iskandar, Apt, MM
Dra. Lasweti, Apt, M.Epid
Dra. Nur Ratih Purnama, Apt, M.Si
Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt
Drs. Masrul, Apt
Dra. Rostilawati Rahim, Apt
Sri Bintang Lestari, S.Si, Apt
Yuyun Yuniar, S.Si, Apt
Fachriah Syamsuddin, S.Si, Apt
Dwi Retnohidayanti

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....... i
TIM PENYUSUN……………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....iii
BAB I.
BAB II.
BAB III.
BAB IV.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………….…………..1
1.2. Tujuan…………………………………………………………..2
1.3. Ruang Lingkup...................................................................2
INFORMASI UMUM TENTANG OBAT
2.1. Penggolongan Obat...........................................................3
2.2. Informasi pada Kemasan, Etiket dan Brosur…....………...5
2.3. Tanda Peringatan………………………………………......5
2.4. Cara Pemilihan Obat…………………………………….....6
2.5. Cara Penggunaan Obat …………………………………...6
2.6. Efek Samping ......................................………………….....12
2.7. Cara Penyimpanan Obat……………….........…………....12
2.8. Tanggal Kadaluarsa .................................................13
2.9. Dosis..................................................................................13
2.10. Hal yang harus diperhatikan…………………………….......14
BATUK
3.1 . Gejala-gejala……………………………………………………15
3.2 . Penyebab.... ………………….....………………………….....15
3.3 . Hal yang dapat dilakukan………………………………….....16
3.4. Obat yang dapat digunakan.................................................16
FLU
4.1 . Gejala-gejala……………………………………………………20
4.2 . Penyebab.....……………………..………………………….…20
4.3. Hal yang dapat dilakukan………………………………….....20
4.4. Obat yang dapat digunakan....………………………............20
BAB V.
DEMAM
5.1 . Gejala-gejala..........……………………………………………
5.2 . Penyebab.... …………………..…………………………….....
5.3 . Hal yang dapat dilakukan..............................................
5.4 . Obat yang dapat digunakan ………………………………....
BAB VI.
NYERI
6.1 . Penyebab…………………………………………....................
6.2 . Hal yang dapat dilakukan...............................................
6.4. Obat yang dapat digunakan ................................................
SAKIT MAAG
7.1. Gejala..................................................................................
7.2. Penyebab………………………………………………………
7.3. Hal yang dapat dilakukan.............................................
7.4. Obat yang dapat digunakan ..............................…………..

BAB VII
KECACINGAN
8.1 . Gejala-gejala .......................................................................
8.2 .Penyebab..........………………..……………………………....
8.3 Hal yang dapat dilakukan..............................................
8.4 .Obat yang dapat digunakan ...............................…………...

BAB VIII. DIARE


9.1 . Gejala-gejala........................................................................
9.2 . Penyebab ……….……………………………………………...
9.3 . Hal yang dapat dilakukan..............................................
9.4 . Obat yang dapat digunakan ...............................…………..

BAB IX.
BIANG KERINGAT
10.1 . Gejala-gejala.....……………………………………………...
10.2 . Penyebab....... ……………………..………………………...
10.3 . Hal yang dapat dilakukan............................................
10.4 . Obat yang dapat digunakan ................................…..........

BAB X.
24
24
24
25
28
28
28
31
31
32
32
35
35
36
37
40
41
41
42
44
44
BAB XI
BAB XII
BAB XIII
BAB XIV
BAB XV
JERAWAT
11.1. Gejala-gejala.....……………………………………………....
11.2. Penyebab....... ……………………..……………………....…
11.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
11.4. Obat yang dapat digunakan ................................….......…
KADAS / KURAP dan PANU
12.1. Gejala-gejala.....……………………………………………....
12.2. Penyebab....... ……………………..………………………....
12.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
12.4. Obat yang dapat digunakan ................................….......…
KETOMBE
13.1. Gejala-gejala.....……………………………………………....
13.2. Penyebab....... ……………………..……………………....…
13.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
13.4. Obat yang dapat digunakan ................................…….......
KUDIS
14.1. Gejala-gejala.....……………………………………………....
14.2. Penyebab....... ……………………..……………………....…
14.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
14.4. Obat yang dapat digunakan ................................….......…
KUTIL
15.1. Gejala-gejala.....…………………………………………......
15.2. Penyebab....... ……………………..………………………...
15.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
15.4. Obat yang dapat digunakan ................................…......…
44
44
45
45
45
45
47
47
48
48
50
50
50
51
53
53
53
54
56
56
56
56
BAB XVI
BAB XVII
BAB XVIII
BAB XIX
LUKA BAKAR
16.1. Gejala-gejala.....…………………………………………..…
16.2. Penyebab....... ……………………..………………………..
16.3. Hal yang dapat dilakukan...........................................
16.4. Obat yang dapat digunakan ................................….....…
LUKA IRIS DAN LUKA SERUT
17.1. Gejala-gejala.....…………………………………………...…
17.2. Penyebab....... ……………………..………………………...
17.3. Hal yang dapat dilakukan............................................
17.4. Obat yang dapat digunakan ................................…......…
PERAN APOTEKER DALAM PENGGUNAAN OBAT BEBAS
DAN BEBAS TERBATAS............................................................
PENUTUP………………………………………………………...…....
KOSA KATA..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
58
58
59
59
61
61
61
63
64
68
69
71
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yangmemungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang No. 23 tahun 1992).
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sesuai dengan Visi Departemen
Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan diselenggarakan bersama antara
pemerintah dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus
dilakukan secara integral oleh seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan
kesehatannya sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan
istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi
alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada
pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan
penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan informasi yang
tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat
(drug abuse) dan obat (drug misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merek dagang obat
tanpa tahu zat berkhasiatnya.
1.2.Tujuan
Sebagai pedoman bagi masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi dan sebagai bahan
bacaan Apoteker untuk membantu masyarakat dalam melakukan swamedikasi.
1.3. Ruang Lingkup
Pengobatan sendiri disini dibatasi untuk penyakit ringan seperti batuk, flu (influenza),
demam, nyeri, sakit maag, kecacingan, diare, biang keringat, jerawat, kadas/kurap, ketombe,
kudis, kutil, luka bakar, luka iris dan luka serut.

BAB II
INFORMASI UMUM OBAT
2.1.Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Undang-
Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
 Penggolongan Obat
Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh :
Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus
diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman.
Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat
bebas dan bebas terbatas.
2.2.Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur atau
kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat
selalu dicantumkan:
• Nama obat
• Komposisi
• Indikasi
• Informasi cara kerja obat
• Aturan pakai
• Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
• Perhatian
• Nama produsen
• Nomor batch/lot
• Nomor registrasi
Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah yang diberikan oleh
pemerintah pada setiap kemasan obat.
• Tanggal kadaluarsa
2.3.Tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi
panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan
memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
2.4.Cara Pemilihan Obat
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
a) Gejala atau keluhan penyakit
b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-
lain.
c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat
yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat
yang sedang diminum.

P no. 1
Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P no. 2
Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 3
Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
P no. 4
Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P no. 5
Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P no. 6
Awas! Obat Keras

f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada Apoteker.

2.5.Cara Penggunaan Obat


a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap,
tanyakan kepada Apoteker.
Cara Pemakaian Obat Yang Tepat
Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan
dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.
Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)
􀂃 Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang
terbaik adalah minum obat dengan segelas air
Minum obat
sesuai waktunya

Bila anda hamil atau


menyusui tanyakan

obat yang sesuai


Gunakan obat sesuai dengan
cara penggunaannya

Minum obat sampai habis

􀂃 Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)

Minum obat saat makan


Minum obat sebelum makan
Minum obat setelah makan

􀂃 Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau
dikunyah
􀂃 Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk ketepatan
dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
􀂃 Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk
sediaan lain.

Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita :


􀂃 Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan
obatnya.
􀂃 Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa tidak
enak/pahit, Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata
􀂃 Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup
rapat setelah digunakan.
􀂃 Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti
dengan benar.

􀂃 Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata
bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan pada
kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip.
􀂃 Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
􀂃 Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan

Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata

􀂃 Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).
􀂃 Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam
kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-
bawah.
􀂃 Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air
hangat) dan wadah salep ditutup rapat.
􀂃 Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

PetunjukPemakaian Obat Tetes Hidung


􀂃 Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan
sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.
􀂃 Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa
menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung

􀂃 Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua


paha
􀂃 Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tissue
bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung

􀂃 Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan ke dalam lubang
hidung sambil menarik napas dengan cepat.

􀂃 Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua


paha
􀂃 Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan sampai air masuk
ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Telinga


􀂃 Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga
􀂃 Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
􀂃 Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”
􀂃 Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu
􀂃 Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat
menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi
penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak telinga
ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit
􀂃 Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria


􀂃 Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi dengan air.

􀂃 Penderita berbaring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan ke dalam rektum.

􀂃 Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari sampai
melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.
􀂃 Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum digunakan sediaan
ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir
sebelum kemasan dibuka
􀂃 Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.
Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal
􀂃 Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim secara perlahan
ke dalam rektal.
􀂃 Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah aplikator dihubungkan
dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian
Jangan Ditelan dimasukkan ke dalam rektum dan sediaan
ditekan sehingga salep/krim keluar. Buka aplikator dan cuci
bersih dengan air hangat dan sabun.

􀂃 Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih

Petunjuk Pemakaian Obat Vagin

􀂃 Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk
penggunaan dari industri penghasil sediaan.
􀂃 Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan profesional perawatan kesehatan.
􀂃 Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan menggunakan aplikator
obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama
beberapa waktu.
􀂃 Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan air hangat.

2.6.Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang
terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :
• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul. Posisi
Cara memegang aplikator Cara mengambil obat dengan aplikator Cara penggunaan
• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus
dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
• Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk,
mual dan lain-lain.
• Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal
ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di
bawah pengawasan dokter- Apoteker.
2.7.Cara Penyimpanan Obat
1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti
yang tertera pada kemasan.
3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan
kerusakan.
4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika
tertulis pada etiket obat.
5. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

2.8.Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan
kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya
dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan
mutu, seperti :
1. Tablet
- Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
- Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau
terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
- Kaleng atau botol rusak
2. Tablet salut
- Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
- Basah dan lengket satu dengan lainnya
- Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
3. Kapsul
- Perubahan warna isi kapsul
- Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
4. Cairan
- Menjadi keruh atau timbul endapan
- Konsistensi berubah
- Warna atau rasa berubah
- Botol plastik rusak atau bocor
5. Salep
- Warna berubah
- Pot atau tube rusak atau bocor
- Bau berubah
2.9. Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau volume dan
frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien.
- Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
Contoh :
• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
• Obat diminum sebelum atau sesudah makan
• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau brosur/leaflet

- Bila terlupa minum obat :


• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati dosis
berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal selanjutnya sesuai
aturan.
• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.

2.10. Hal-hal yang harus Diperhatikan


1. Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca.
2. Penandaan pada wadah
- Baca zat berkhasiat dan manfaatnya
- Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah makan
- Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa
minum obat
- Baca kontraindikasinya
Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui
- tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal
- Baca efek samping yang mungkin timbul
- Baca cara penyimpanannya
3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker
4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter

BAB III
BATUK
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran pernapasan. Bila
terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang saluran pernapasan, otomatis
akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan benda tersebut. Batuk biasanya merupakan
gejala infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan
dahak merangsang saluran pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan
pernapasan tetap bersih. Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering. Batuk
berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan. Batuk
kering adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
3.1. Gejala-gejala
- Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan
pengeluaran dahak
- Tenggorokan sakit dan gatal
3.2. Penyebab
Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan.
Misal flu, bronkhitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang yaitu
pneumonia, TBC dan kanker paru-paru.
b. Alergi
- Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan .
Misal : debu, asap, cairan dan makanan
- Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan
Misal : rinitis alergika, batuk pilek
- Penyempitan saluran pernapasan misal pada asma
3.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
1. Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan tenggorokan,
jangan minum soda atau kopi.
2. Hentikan kebiasaan merokok
3. Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau berminyak) dan
udara malam.
4. Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan iritasi
tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan anda kering atau
pedih.
5. Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi hidung yang
kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan teh balsam/minyak atsiri
untuk membuka sumbatan saluran pernapasan.
6. Minum obat batuk yang sesuai
7. Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter 8. Pada bayi dan balita bila
batuk disertai napas cepat atau sesak harus segera dibawa ke dokter atau pelayanan
kesehatan.
3.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Obat batuk dibagi menjadi 2 yaitu ekspektoran (pengencer dahak) dan antitusif (penekan
batuk)
A. Obat Batuk Berdahak (Ekspektoran)
1. Gliseril Guaiakolat
a. Kegunaan obat
Mengencerkan lendir saluran napas
b. Hal yang harus diperhatikan :
Hati-hati atau minta saran dokter untuk penggunaan bagi anak di bawah 2 tahun
dan ibu hamil.
c. Aturan pemakaian
• Dewasa : 1-2 tablet (100 -200 mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali
• Anak : 2-6 tahun : ½ tablet (50 mg) setiap 8 jam 6-12 tahun : ½ - 1 tablet (50-
100 mg) setiap 8 jam
2. Bromheksin
a. Kegunaan obat
Mengencerkan lendir saluran napas.
b. Hal yang harus diperhatikan
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita tukak lambung dan
wanita hamil 3 bulan pertama.
c. Efek samping
Rasa mual, diare dan perut kembung ringan
d. Aturan pemakaian
Dewasa : 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8 jam)
Anak : Di atas 10 tahun: 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam) 5-10
tahun : 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam)
3. Kombinasi Bromheksin dengan Gliseril Guaiakolat
a. Kegunaan obat
Mengencerkan lendir saluran napas
b. Hal yang harus diperhatikan :
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi anak di bawah 2 tahun.
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita tukak lambung.
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi ibu hamil.
c. Efek samping
• Rasa mual, diare, kembung ringan.
4. Obat Batuk Hitam (OBH)
Dosis :
Dewasa : 1 sendok makan (15 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)
Anak : 1 sendok teh (5 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)
B. Obat Penekan Batuk (Antitusif)
1) Dekstrometorfan HBr (DMP HBr)
a. Kegunaan obat
Penekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk akut yang berat
b. Hal yang harus diperhatikan
• Hati-hati atau minta saran dokter untuk penderita hepatitis
• Jangan minum obat ini bersamaan obat penekan susunan syaraf pusat
• Tidak digunakan untuk menghambat keluarnya dahak
c. Efek samping
• Efek samping jarang terjadi. Efek samping yang dialami ringan seperti mual
dan pusing
• Dosis terlalu besar dapat menimbulkan depresi pernapasan
d. Aturan pemakaian
• Dewasa : 10-20 mg setiap 8 jam
• Anak : 5-10 mg setiap 8 jam
• Bayi : 2,5-5 mg setiap 8 jam
2) Difenhidramin HCl
a. Kegunaan obat
Penekan batuk dan mempunyai efek antihistamin (antialergi)
b. Hal yang harus diperhatikan
- Karena menyebabkan kantuk, jangan mengoperasikan mesin selama
meminum obat ini
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita asma, ibu hamil, ibu
menyusui dan bayi/anak.
c. Efek Samping
Pengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan
psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan
gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi, reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal,
bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin,
mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut rontok.
d. Aturan Pemakaian
• Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam
• Anak : ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam

BAB IV
FLU
Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya tahan tubuh yang tinggi
biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan orang yang memiliki daya
tahan tubuh rendah lebih cenderung menderita komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder. Flu
ditularkan melalui percikan udara pada saat batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah
kontak dengan cairan hidung/mulut.
4.1.Gejala-gejala
Demam, sakit kepala, nyeri otot
- Mata berair
- Batuk, bersin, hidung berair
- Sakit tenggorokan
4.2. Penyebab
- Infeksi saluran pernapasan bagian atas oleh virus influenza
4.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Istirahat yang cukup
- Meningkatkan gizi makanan dengan protein dan kalori yang tinggi
- Minum air yang banyak dan makan buah segar yang banyak mengandung vitamin
- Minum obat flu untuk mengurangi gejala/keluhan
- Periksa ke dokter bila gejala menetap sampai lebih dari 3 hari
4.4. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Antihistamin
Antihistamin dapat menghambat kerja histamin yang menyebabkan terjadinya reaksi
alergi. Obat yang tergolong antihistamin antara lain: Klorfeniramin
maleat/klorfenon/CTM, Difenhidramin HCl.
a. Kegunaan obat
Anti alergi
b. Hal yang harus diperhatikan :
• Hindari dosis melebihi yang dianjurkan
• Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur
• Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta saran dokter
• Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan menjalankan
mesin
c. Efek samping
• Mengantuk, pusing, gangguan sekresi saluran napas
• Mual dan muntah (jarang)
d. Aturan pemakaian
Klorfenon / klorfeniramin maleat (CTM)
• Dewasa : 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam
• Anak : < 12 tahun ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam
Difenhidramin HCl
• Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam
• Anak : ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam
2. Oksimetazolin (tetes hidung)
a. Kegunaan obat
Mengurangi sekret hidung yang menyumbat
b. Hal yang harus diperhatikan:
• Hindari dosis melebihi yang dianjurkan
• Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung, dosis tepat dan masuknya
ke lubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan.
• Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari
• Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat
yang tertelan.
• Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai.
c. Efek samping
• Merusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah
• Rasa terbakar, kering, bersin, sakit kepala, sukar tidur, berdebar.
d. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada:
• Anak berumur di bawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul lebih parah.
• Ibu hamil muda
e. Aturan pemakaian
• Dewasa dan anak diatas 6 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,05% setiap
lubang hidung
• Anak : 2-5 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap lubang hidung.
• Obat digunakan pada pagi dan menjelang tidur malam, tidak boleh lebih dari 2
kali dalam 24 jam.
3. Dekongestan oral
Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral
antara lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin. Obat tersebut
pada umumnya merupakan salah satu komponen dalam obat flu.
a. Kegunaan Obat
Mengurangi hidung tersumbat
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar gula
darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita yang
menggunakan antidepresi. Mintalah saran dokter atau Apoteker.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing, tremor,
aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono amin oksidase) inhibitor.
d. Efek samping
• Menaikkan tekanan darah
• Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian
Fenilpropanolamina
Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari
Anak-anak 6-12 tahun : maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari
Fenilefrin
Dewasa : 10 mg, 3 kali sehari
Anak- anak 6 – 12 tahun : 5 mg, 3 kali sehari
Pseudoefedrin
Dewasa : 60 mg, 3 – 4 kali sehari
Anak-anak 2-5 tahun : 15 mg, 3 - 4 kali sehari 6-12 tahun : 30 mg, 3 - 4 kali sehari
Efedrin
Dewasa : 25 – 30 mg, setiap 3 – 4 jam
Anak-anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 6 dosis yang sama
4. Antitusif/ekspektoran (lihat Bab Batuk)
5. Antipiretik dan Analgesik (Obat penurun panas dan penghilang rasa nyeri, lihat bab
Demam)

BAB V
DEMAM
Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan gejala dari suatu penyakit.
Suhu tubuh normal adalah 370C. Apabila suhu tubuh lebih dari 37,20C pada pagi hari dan lebih
dari 37,70C pada sore hari berarti demam. Kenaikan suhu 380C pada anak di bawah lima tahun
dapat menimbulkan kejang dengan gejala antara lain: tangan dan kaki kejang, mata melihat ke
atas, gigi dan mulut tertutup rapat, serta penurunan kesadaran. Keadaan demikian segera ke
dokter.
5.1. Gejala-gejala
- Kepala, leher dan tubuh akan terasa panas, sedang tangan dan kaki dingin
- Mungkin merasa kedinginan dan menggigil bila suhu meningkat dengan cepat
5.2. Penyebab
Demam umumnya disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyebab infeksi antara
lain kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Contoh : radang tenggorokan,
cacar air, campak, dan lain-lain. Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak
dan lansia, alergi, stres, trauma, dan lain-lain.
5.3.Hal Yang Dapat Dilakukan
- Istirahat yang cukup.
- Minum air yang banyak.
- Usahakan makan seperti biasa, meskipun nafsu makan berkurang .
- Periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
- Kompres dengan air hangat
- Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 380C), terutama pada anakanak.
Petunjuk penggunaan termometer :
- Kocok termometer sebelum mengukur sampai air raksa turun di bawah tanda 35 oC
- Termometer ditaruh di bawah lidah selama 1 menit atau di bawah lipatan lengan
(ketiak) selama 4 menit pada orang dewasa dan anak-anak. Suhu normal di bawah
lipatan lengan (ketiak) adalah 36,5 oC. Untuk mendapatkan suhu yang setara dengan
suhu mulut, tambahkan 0,5 oC pada suhu yang terbaca.
- Cuci termometer sebelum dan sesudah dipakai.
Kapan harus ke dokter
- Bila seorang bayi menderita panas
- Bila demam lebih dari 39 oC (pada anak-anak 38.5 oC) dan tidak bisa turun dengan
parasetamol atau kompres.
- Bila demam tidak berkurang setelah 2 hari
- Bila demam disertai dengan kaku leher
- Bila disertai gejala-gejala lain yang berkaitan dengan demam seperti : ruam kulit,
sakit tenggorokan berat, batuk dengan dahak berwarna hijau, sakit telinga, sakit perut,
diare, sakit bila buang air kecil atau terlalu sering buang air kecil, bintik-bintik merah
pada kulit, kejang, pingsan
- Bila terjadi demam setelah melahirkan atau keguguran
5.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan demam yaitu:
1. Parasetamol/Asetaminofena.
a. Kegunaan obat
Menurunkan demam, mengurangi rasa sakit
b. Hal yang harus diperhatikan
- Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati dan ginjal.
- Sebaiknya diminum setelah makan
- Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat menimbulkan
overdosis.
- Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko
gangguan fungsi hati.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal ginjal.
c. Kontra Indikasi
Obat demam tidak boleh digunakan pada :
􀂃 penderita gangguan fungsi hati
􀂃 penderita yang alergi terhadap obat ini
􀂃 pecandu alcohol
d. Bentuk sediaan
Tablet 100 mg
Tablet 500 mg
Sirup 120 mg/5ml
e. Aturan pemakaian
Dewasa : 1 tablet (500 mg) 3 – 4 kali sehari, (setiap 4 – 6 jam)
Anak :
o 0 – 1 tahun : ½ - 1 sendok teh sirup, 3–4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
o 1 – 5 tahun : 1 – 1 ½ sendok teh sirup, 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
o 6-12 tahun : ½ - 1 tablet (250-500 mg), 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
2. Asetosal (Aspirin)
a. Kegunaan obat
Mengurangi rasa sakit, menurunkan demam, antiradang
b. Hal yang harus diperhatikan
- Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama
makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal
atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi
- Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat
meningkatkan risiko perdarahan lambung.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan
obat hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin, antikoagulan,
kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C.
c. Kontra Indikasi
Tidak boleh digunakan pada:
- Penderita alergi termasuk asma
- Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit
- Penderita hemofilia dan trombositopenia
d. Efek samping
- Nyeri lambung, mual, muntah
- Pemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan
lambung
e. Bentuk Sediaan
Tablet 100 mg
Tablet 500 mg
f. Aturan pemakaian
Dewasa : 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari)
Anak :
2 – 3 tahun : ½ - 1 ½ tablet 100 mg, setiap 4 jam
4 – 5 tahun : 1 ½ - 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam
6 – 8 tahun : ½ - ¾ tablet 500 mg, setiap 4 jam
9 – 11 tahun : ¾ - 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
> 11 tahun : 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
3. Ibuprofen (Lihat Bab Nyeri)

BAB VI
NYERI
Nyeri merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan-gangguan di
tubuh seperti peradangan, infeksi dan kejang otot.
Contoh : nyeri karena sakit kepala, nyeri haid, nyeri otot, nyeri karena sakit gigi,
dan lain-lain. Obat nyeri adalah obat yang mengurangi nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
6.1. Penyebab
Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan pada ujung syaraf karena kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan antara lain :
- Trauma, misalnya karena benda tajam, benda tumpul, bahan kimia, dan lain-lain.
- Proses infeksi atau peradangan
6.2.Hal Yang Dapat Dilakukan
􀂃 Tetap aktif fokuskan pada pekerjaan anda
􀂃 Kompres hangat pada nyeri otot
􀂃 Gunakan obat penghilang nyeri
􀂃 Bila nyeri berlanjut hubungi dokter
6.3.Obat Yang Dapat Digunakan
1. Ibuprofen
a. Kegunaan obat
Menekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer (nyeri haid),
sakit gigi, sakit kepala, paska operasi, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan
terkilir.
b. Hal yang harus diperhatikan
• Gunakan obat dengan dosis tepat
• Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung, asma
dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau
Apoteker
• Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi, metotreksat,
urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin dan vitamin C
atau minta petunjuk dokter.
• Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko
perdarahan saluran cerna.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada:
• Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif
• Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen
• Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk tonjolan pada
hidung)
• Kehamilan tiga bulan terakhir
d. Efek Samping
• Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, konstipasi
(sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai pendarahan.
• Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia
• Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh bila obat dihentikan
• Gangguan fungsi hati
• Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi
• Anemia kekurangan zat besi
e. Bentuk sediaan
• Tablet 200 mg
• Tablet 400 mg
f. Aturan pemakaian
• Dewasa : 1 tablet 200 mg, 2 – 4 kali sehari,. Diminum setelah makan
• Anak : 1 – 2 tahun : ¼ tablet 200 mg, 3 – 4 kali sehari 3 – 7 tahun : ½ tablet
500 mg, 3 – 4 kali sehari 8 – 12 tahun : 1 tablet 500 mg, 3 – 4 kali sehari tidak
boleh diberikan untuk anak yang beratnya kurang dari 7 kg.
2. Asetosal (Aspirin) (lihat Bab Demam)
3. Parasetamol (lihat Bab Demam)
Catatan :
• Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi dibandingkan dengan efek
anti demamnya.
• Asetosal dan Parasetamol efek terapi anti demamnya lebih tinggi dibandingkan efek
antinyeri dan anti radangnya.

BAB VII
SAKIT MAAG
Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi
lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala khas berupa rasa nyeri atau
pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan. Namun kalau rasa pedih
hanya terjadi sebelum makan atau di waktu lapar dan hilang setelah makan,
biasanya karena produksi asam lambung berlebihan dan belum menderita sakit
maag.
Penyakit maag akut umumnya lebih mudah ditangani daripada maag kronis. Pada
maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas pada dinding
lambung; mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi asam lambung
sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak. Sedangkan pada
maag kronis penderita bisa mengalami pembengkakan atau radang pada dinding
lambung, luka sampai perdarahan.
7.1. Gejala-gejala
Nyeri serta rasa panas pada ulu hati dan dada, mual, kadang disertai muntah dan perut
kembung.
7.2. Penyebab
Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena :
• Makanan atau minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang pedas atau
asam, kopi, alkohol, bakmi yang mengandung air abu.
• Faktor stres baik stres fisik (setelah pembedahan, penyakit berat, luka bakar) maupun
stres mental
• Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat rematik, anti
inflamasi)
• Jadual makan yang tidak teratur
7.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
• Membiasakan hidup sehat dan makan secara teratur
• Kambuhnya penyakit maag dapat dihindarkan dengan mengatur waktu makan.
Sebaiknya penderita makan sedikit demi sedikit tetapi sering.
• Minum obat sakit maag (antasida)
7.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Sakit maag pada awalnya diobati secara simtomatik dengan pemberian obat yang
menetralisasi atau menghambat produksi asam lambung berlebihan (jenis antasida) atau
obat penghambat produksi asam yang memperbaiki motilitas usus (sistem gerakan usus).
Apabila setelah dua minggu obat tidak memberikan reaksi yang berarti, dokter akan
memeriksa dengan bantuan peralatan khusus seperti USG, endoskopi, dll.
Senyawa Aluminium hidroksida dan Magnesium hidroksida
a. Kegunaan obat
Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk mengurangi gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari,
dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada
lambung.
b. Bentuk sediaan dan aturan pemakaian
Contoh obat
1. Tablet kombinasi yang mengandung:
Aluminium hidroksida 250 mg
Magnesium hidroksida 250 mg
Dimetilpoliksilosan 50 mg
− Dosis : Dewasa : 1 – 2 tablet, diminum 2 jam setelah makan atau sebelum tidur,
dan saat gejala timbul.
2. Tablet kombinasi yang mengandung:
Magnesium trisilikat 250 mg
Aluminium hidroksida 250 mg
Simetikon 50 mg
− Dosis : Dewasa : 1 – 2 tablet, 3 – 4 kali sehari (setiap 6 – 8 jam)
3. Tablet kunyah yang mengandung:
Aluminium hidroksida 30 mg
Magnesium hidroksida 300 mg
Simetikon 30 mg
− Dosis : Dewasa : 1 – 2 tablet, 3 – 4 kali sehari (setiap 6 – 8 jam) dan sebelum
tidur.
− Perhatian : Tablet harus dikunyah.
4. Larutan yang mengandung:
Aluminium hidroksida 30 mg
Magnesium hidroksida 300 mg
Simetikon 30 mg
− Dosis : Dewasa : 1 – 2 sendok takar (5 ml), 3 – 4 kali sehari (setiap 6 – 8 jam)
dan sebelum tidur
5. Tablet kunyah yang mengandung:
Aluminium hidroksida 200 mg
Magnesium hidroksida 200 mg
− Dosis : Dewasa : 1 – 2 tablet, 3 – 4 kali sehari (setiap 6 – 8 jam).
− Perhatian : Tablet harus dikunyah
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Antasida dalam bentuk cairan kental (suspensi) kerjanya lebih cepat
dibandingkan bentuk tablet
• Antasida dalam bentuk tablet harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan
• Jangan digunakan bersama dengan obat lain
• Beri jarak minimal 1 jam untuk minum obat yang lain
• Antasida diminum 1 jam sebelum makan
• Selama menggunakan antasida sebaiknya banyak minum air putih, tujuannya
meminimalkan gangguan pada fungsi saluran pencernaan
• Efek antasida merupakan jumlah efek dari masing-masing obat
• Spesifikasi obat
• Efek yang tidak diinginkan dari obat
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan ginjal, tukak
lambung, ibu hamil, menyusui dan anak-anak serta lanjut usia
• Tidak dianjurkan bagi penderita yang diet garam natrium
• Tidak dianjurkan bagi penderita alergi terhadap aluminium, kalsium,
magnesium, simetikon, natrium bikarbonat dan bismuth
• Tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 2 minggu kecuali atas saran dokter.
• Hanya digunakan apabila telah diketahui bahwa gejala mual, nyeri lambung,
rasa panas di ulu hati dan dada benar-benar sakit maag bukan penyakit lain.
• Penggunaan terbaik adalah saat gejala timbul sewaktu lambung kosong dan
menjelang tidur malam.
• Antasida mengganggu absorbsi obat-obat tertentu (misal antibiotik), bila
diminum bersama harus diberi waktu 1-2 jam.
• Bila setelah 2 - 3 hari gejala tetap ada, hendaknya segera menghubungi dokter.
• Jangan digunakan lebih dari 4 gram sehari, karena dapat meningkatkan produksi
asam lambung/efek yang tidak diinginkan
• Bila dosis berlebihan dapat menimbulkan sembelit, wasir, perdarahan anus,
feses padat, mual, muntah, kekurangan fosfat dan osteomalasia.

BAB VIII
KECACINGAN
Kecacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya
dan menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Kecacingan merupakan masalah
kesehatan yang perlu penanganan serius terutama untuk daerah tropis karena
cukup banyak penduduk menderita kecacingan. Kecacingan menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan
zat besi yang mengakibatkan anemia.
8.1.Gejala-gejala
􀂃 Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah
􀂃 Badan kurus dan perut buncit
􀂃 Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan sukar
tidur
􀂃 Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi)
􀂃 Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing
cambuk) dapat terjadi anemia
Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah
• Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa gatal
sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.
• Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung, kejang perut
diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
• Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah gangguan
saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri kepala, lemah
dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
8.2.Penyebab
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari :
- Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides)
- Cacing cambuk (Tricularis sp)
- Cacing kremi (Entrobius vermicularia)
- Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia)
- Cacing pita (Taenia sp)
- Trematoda
Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing gelang tertelan
sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran. Sedang larva cacing
tambang hidup ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi. Cacing pita
dan trematoda sebagian besar siklus hidupnya berada pada binatang dan masuk tubuh
manusia karena makan daging/ikan mentah atau setengah matang. Di Indonesia
masalah cacing masih merupakan masalah kesehatan umum, yang paling sering
ditemukan adalah cacing gelang dan cacing kremi. Cacing kremi bertelur di sekitar
dubur. Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari bila penderita menggaruk, kemudian bila
tidak dicuci kedua tangan tersebut maka bisa menularkan ke orang lain. Penyebab
kecacingan juga biasanya karena makanan, minuman dan lingkungan yang tidak
bersih. Pada umumnya yang terjangkit kecacingan adalah anak-anak. Penularan
umumnya terjadi melalui makanan dan melalui kulit.
8.3.Hal Yang Dapat Dilakukan
1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun pada
waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu
mandi
2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan makanan
untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasakan memasak
makanan dan minuman
3. Menggunakan karbol di tempat mandi
4. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah saat
bekerja dihalaman, perkebunan pertanian, pertambangan, dll
8.4.Obat Yang Dapat Digunakan
1. Pirantel Pamoat
a. Kegunaan Obat
Pengobatan askariasis, oksiuriasis, ankilostomiasis dan nekatoriasis.
b. Hal yang harus diperhatikan
Aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi
c. Kontra Indikasi
• Penderita gangguan fungsi hati
• Anak di bawah umur 2 tahun
• Ibu hamil
d. Efek Samping
• Nafsu makan hilang (anoreksia), mual, muntah, diare, kram lambung,
meningkatkan SGOT, sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam kulit
e. Bentuk sediaan
• Tablet 125 mg
• Tablet 250 mg
f. Aturan pemakaian
• Tablet 125 mg
- 1 – 5 tahun : 1 tablet
- 5 – 9 tahun : 2 tablet
- 10 – 15 tahun : 3 tablet
- diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet
• Tablet 250 mg
- 1 – 5 tahun : ½ tablet
- 5 – 9 tahun : 1 tablet
- 10 – 15 tahun : 1½ tablet
- diatas 15 tahun dan dewasa : 2 tablet
2. Mebendazol
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, trikuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis, nekatoriasis
dan infeksi campuran.
b. Hal yang harus diperhatikan
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita diabet dan ibu
menyusui.
• Penggunaan jangka panjang dengan dosis besar dapat menimbulkan
penurunan sel darah putih (neutropenia) kembali normal bila obat dihentikan.
c. Kontra Indikasi
Anak balita dan ibu hamil akan mengakibatkan pembentukan sel yang tidak
normal (teratogenik)
d. Efek Samping
Nyeri pada lambung, diare
e. Bentuk Sediaan
Tablet 100 mg
f. Aturan pemakaian
• Untuk cacing kremi, 1 tablet sehari
• Untuk cacing cambuk, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama
3 hari berturut-turut.
• Untuk cacing gelang, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama 3
hari berturut-turut.
3. Piperazin
a. Kegunaan Obat
Pengobatan askariasis, oksiuriasis atau enterobiasis
b. Hal yang harus diperhatikan
• aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi
c. Kontraindikasi
• Penderita epilepsy
• Alergi terhadap piperasin
• Gangguan fungsi hati atau ginjal
d. Efek Samping
• Mual, muntah, gangguan pada fokus mata, dermatitis, diare dan reaksi
alergi.
e. Bentuk Sediaan
• Sirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
• Sirup piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
f. Aturan pemakaian untuk :
• Askariasis (cacing gelang)
Dosis tunggal :
- bayi : 2,5 ml
- 1 – 2 tahun : 5 ml
- 3 – 5 tahun : 10 ml
- diatas 6 tahun dan dewasa : 15 ml
Diminum selama 2 hari berturut-turut.
• Oksiurasis
Diminum setelah makan, selama 4 hari berturut-turut.
- Bayi : 1 kali sehari, 2,5 ml
- 1 – 2 tahun : 2 kali sehari, 2 – 5 ml
- 3 – 5 tahun : 2 kali sehari, 5 ml
- Diatas 6 tahun dan dewasa : 3 kali sehari, 5 ml

BAB IX
DIARE
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam sehari, biasanya disertai
sakit dan kejang perut.
Jenis-jenis diare antara lain :
 Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau penyakit
lain. Gejala diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan lemas kadang demam
dan muntah, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
 Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama,
berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
 Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lender
Diare yang hanya sekali-sekali tidak berbahaya dan biasanya sembuh sendiri. Tetapi diare
yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Dehidrasi adalah
suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan tubuh yang dapat berakibat kematian,
terutama pada anak/bayi jika tidak segera diatasi. Bila penderita diare banyak sekali
kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi
dan anak-anak di bawah umur lima tahun. Pada kasus yang jarang, diare yang terus-
menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, cholera atau kanker
usus.
9.1. Gejala-gejala
- Frekuensi buang air besar melebihi normal
- Kotoran encer / cair
- Sakit / kejang perut, pada beberapa kasus
- Demam dan muntah, pada beberapa kasus
Gejala pada anak :
• Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat
haus, kulit kering
• Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/tidak bisa minum, kulit sangat kering
9.2. Penyebab
- Ansietas/cemas (misal: saat ujian, bepergian)
- Keracunan makanan (makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun
kimiawi).
- Infeksi virus dari usus (misal flu usus)
- Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang
tidak mempunyai enzim laktase yang berfungsi untuk mencernakan susu)
- Peradangan usus, misalnya : kholera, disentri,bakteri lain, virus dsb
- Kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur.
9.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Minum banyak cairan (air, sari buah, sup bening). Hindari alkohol, kopi/teh,
susu. Teruskan pemberian air susu ibu pada bayi, tetapi pada pemberian susu
pengganti ASI encerkan sampai dua kali.
- Hindari makanan padat atau makanlah makanan yang tidak berasa (bubur, roti,
pisang) selama 1 – 2 hari.
- Minum cairan rehidrasi oral-oralit/larutan gula garam
- Cucilah tangan dengan baik setiap habis buang air besar dan sebelum
menyiapkan makanan. ( Diare karena infeksi bakteri/virus bisa menular ).
- Tutuplah makanan untuk mencegah kontaminasi dari lalat, kecoa dan tikus.
- Simpanlah secara terpisah makanan mentah dan yang matang, simpanlah sisa
makanan di dalam kulkas.
- Gunakan air bersih untuk memasak
- Air minum harus direbus terlebih dahulu
- Buang air besar pada jamban
- Jaga kebersihan lingkungan
- Bila diare berlanjut lebih dari dua hari, bila terjadi dehidrasi, kotoran berdarah,
atau terus-menerus kejang perut periksakan ke dokter (diare pada anak-anak/bayi
sebaiknya segera dibawa ke dokter)
9.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare adalah oralit untuk mencegah
kekurangan cairan tubuh
1. Oralit
a. Kegunaan Obat
• Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang
keluar bersama tinja.
• Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium
b. Aturan Pemakaian
Aturan pemakaian pada bayi dan balita Keadaan diare Umur Umur Umur
< 11 bulan 1-4 tahun > 5 tahun
Tidak ada dehidrasi setiap kali BAB beri Oralit
Terapi A
Mencegah dehidrasi 100 ml (0,5 gelas), 200 ml (1 gelas), 300 ml (1,5
gelas)
Dengan dehidrasi 3 jam pertama beri oralit
Terapi B 300 ml (1,5 gelas), 600 ml (3 gelas), 1,2 l (6 gelas), 2,4 l (12
gelas)
Mengatasi dehidrasi selanjutnya setiap BAB beri oralit 100 ml (0,5 gelas),
200 ml (1 gelas), 300 ml (1,5 gelas) , 400 ml (2 gelas)
keterangan : BAB = buang air besar
Berikan dengan sendok (untuk anak < 2 tahun) sedikit-sedikit terus
menerus sampai habis. Bila muntah tunggu 10 menit, ulangi tetes demi
tetes agar anak tidak menolak.
Jika tidak tersedia oralit dapat dibuat larutan sendiri dengan mencampur :
Gula 40 g (1 sendok makan) + garam 3,5 g (1 sendok teh) dilarutkan
dalam 1 liter (5 gelas) air mendidih yang telah didinginkan.
2. Adsorben dan Obat Pembentuk Massa
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Norit (karbo adsorben), kombinasi
Kaolin-Pektin dan attapulgit.
Kegunaan Obat
• Mengurangi frekuensi buang air besar
• Memadatkan tinja
• Menyerap racun pada penderita diare
Hal yang harus diperhatikan
• Obat bukan sebagai pengganti oralit
• Penderita harus minum oralit
• Tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun
Bentuk sediaan
• Tablet Norit 250 mg
• Kombinasi kaolin – Pektin dan Attapulgit
Aturan pakai
• Tablet Norit 250 mg
Dewasa : 3 – 4 tablet (750 – 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)
• Kombinasi kaolin – Pektin dan Attapulgit (Setiap tablet mengandung 600
mg atapulgit)
Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal
12 tablet selama 24 jam.
Anak-anak 6 - 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 6
tablet selama 24 jam.

BAB X
BIANG KERINGAT
Biang keringat adalah masalah kulit yang biasa terjadi pada cuaca yang panas
dan lembab, tetapi tidak berbahaya. Beberapa orang cenderung lebih rentan
terhadap masalah ini dibandingkan orang lain.
10.1. Gejala-gejala
- Bintil-bintil halus kemerahan, terutama pada daerah-daerah lipatan tubuh
seperti leher, lipat tangan, lipat siku, di bawah payudara (pada wanita),
lipatan paha, lipatan kulit kaki (bayi), dan lipatan lutut
- Kemerahan, lembab
- Gatal
10.2. Penyebab
Iritasi kulit disebabkan kontak yang langsung lama antara kulit dan kotoran
/mineral dalam keringat
10.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Oleskan cairan kalamin atau krim anti gatal lainnya. Jangan digaruk untuk
mencegah luka dan infeksi pada kulit
Pencegahan
- Kenakan pakaian yang tipis. Hindari pakaian dari bahan nilon dan bahan
lain yang tidak bisa menyerap keringat dan menahan panas
- Usahakan selalu dalam ruang dingin dengan kipas angin/alat pendingin
udara
- Mandi paling tidak sekali setiap hari, atau setiap kali setelah selesai
bekerja/latihan yang menyebabkan keluar keringat. Setiap lipatan kulit
sebaiknya dikeringkan dengan baik dan diberi bedak talk dan ratakan
10.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Salicyl talk dan sediaan yang mengandung Kalamin.

BAB XI
JERAWAT
Jerawat adalah istilah awam untuk Acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak . Keadaan ini cenderung diturunkan dalam keluarga dan sama sekali tidak
berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin
merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan diri. Sampai saat ini belum
ada cara penyembuhan yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat
menolong. Kondisi berjerawat akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya
usia.
11.1. Gejala-gejala
- Bintik merah menonjol dan sakit, dapat berisi nanah, biasa di
bagian wajah. Bisa juga timbul di bagian kulit kepala, leher,
punggung dan dada bagian atas
- Bintik putih/hitam yang menonjol dan tidak sakit
11.2. Penyebab
- Belum diketahui dengan jelas. Diduga karena sumbatan kelenjar
minyak oleh keratin pada kulit, bila terkena infeksi, jerawat bisa
berubah menjadi bisul dan bernanah.
11.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Selalu menjaga kulit tetap bersih dengan menggunakan
sabun/pembersih yang ringan. Jangan memencet atau menusuk
jerawat supaya tidak terjadi jaringan parut.
11.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Diberikan obat-obatan yang mengandung :
Sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil peroksida, triklosan
Kegunaan obat
Membantu mengatasi gangguan jerawat.
Cara pemakaian
Cuci wajah hingga bersih. Oleskan obat dengan ujung jari pada
bagian yang berjerawat selama 3 hari pertama. Bila tidak terjadi
gangguan, gunakan dua kali sehari pada bagian yang berjerawat.
Bila timbul kekeringan atau kulit terkelupas dosis dikurangi
menjadi satu kali sehari atau dua hari sekali.
Perhatian
Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak dengan mata,
pelupuk mata dan mulut
Bentuk sediaan
Bedak, Krim, Gel,

BAB XII
KADAS/KURAP DAN PANU
Penyakit kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini bisa
mengenai semua bagian kulit tetapi biasa ditemukan pada kulit kepala, kuku, lipat
lengan, lipat paha atau kaki. Kulit kepala yang bersisik karena jamur kadas ini
mungkin bisa dikira sebagai ketombe, tetapi perbedaan kedua jenis penyakit ini
bisa dengan cepat dilihat pada pemeriksaan mikroskop dari bahan kerokan kulit.
Panu juga merupakan suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini biasanya tidak
memberikan keluhan yang berarti. Munculnya ditandai dengan bercak bersisik
halus yang berwarna putih hingga kecoklatan. Panu bisa ditemukan pada daerah
mana saja di badan termasuk leher dan lengan. Biasanya menyerang ketiak, lipat
paha, lengan, tungkai atas, muka dan kulit kepala yang berambut.
12.1. Gejala – gejala
• Kadas/Kurap :
- Lesi berbentuk bulat dengan pinggir meninggi dan bersisik, bagian tengah agak
cekung dan sering bebas dari peradangan.
- Sangat gatal, terutama saat berkeringat
- Peradangan kulit , biasanya akibat garukan.
- Pada kepala : Lesi berupa bercak-bercak kebotakan kadang-kadang beradang
jelas, kadang-kadang tidak beradang
- Pada kuku : Penebalan kuku/jaringan dibawah kuku, lama-lama kuku akan rusak
dan lepas
• Panu :
- Bercak putih pada kulit dengan batas tegas, bersisik halus
- Gatal terutama bila berkeringat
12.2. Penyebab
• Kurap
- Infeksi kulit disebabkan oleh jamur, dan menurut tempatnya ada beberapa jenis
penyebab kurap :
- tinea capitis (di kepala)
- tinea corporis (di tubuh)
- tinea crusis (lipatan paha)
- tinea pedis (di kaki)
- Bisa ditularkan melalui kontak langsung tetapi tidak mudah
• Panu
Infeksi kulit oleh jamur Tinea versicolor
12.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali sehari,
menjaga lipatan kulit selalu kering, gunakan baju bersih dan pakai alas kaki.
- Jangan digaruk karena akan tmbul infeksi lain
- Oleskan krem/ shampo anti jamur
- Periksa dokter bila menyerang kuku atau gejala menetap
12.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Dapat diberikan obat kulit-anti jamur seperti :
1. Obat yang mengandung Klotrimazol 1 % Kegunaan obat : untuk infeksi jamur
pada kulit
Pemakaian
Cairan : beberapa tetes cairan dioleskan pada daerah yang terkena infeksi
jamur, gunakan 2-3 kali sehari, sampai infeksi hilang
Krim : Oleskan secara tipis pada daerah yang terkena infeksi jamur, gunakan
2-3 kali sehari, sampai infeksi hilang
Instruksi khusus
Panu dapat disembuhkan dalam 3-4 minggu, sedangkan jamur pada daerah
kemaluan disembuhkan dalam 1-2 minggu. Khusus untuk jamur pada kaki,
pegobatan harus terus dilanjutkan selama 2 minggu setelah tanda-tanda infeksi
hilang untuk menghindari kambuhnya penyakit. Setelah dicuci, kaki harus
dikeringkan dengan sebaik-baiknya, terutama daerah lipatan antara jari
Bentuk sediaan : Cairan, Krim
Perhatian
Hanya untuk pemakaian luar
2. Obat yang mengandung Mikonasola nitrat 2 %
Kegunaan Obat
Untuk infeksi ringan akibat jamur pada kulit seperti panu, kutu air, kadas
kurap dan infeksi jamur pada kuku
Pemakaian :
Oleskan krim atau serbuk sehari sekali sambil digosokkan perlahan. Biasanya
sembuh setelah 2-5 minggu, tetap perpanjang pengobatan selama 10 hari,
untuk mencegah kambuh.
Bentuk sediaan : Krim, Serbuk Peringatan : hanya untuk pemakaian luar
3. Obat yang mengandung Asam undesilenat, Seng undesilenat, kalsium
propionat, natrium propionate
Kegunaan obat: Untuk mengobati penyakit kulit luar yang ditimbulkan oleh
jamur misalnya panu, kadas, kurap, kutu air.
Cara pemakaian
Cuci dan keringkan sela-sela jari kaki, lalu gunakan obat 2-3 kali sehari
Bentuk sediaan : bedak, krim, salep,
Perhatian Hanya untuk Obat luar
BAB XIII
KETOMBE
Ketombe adalah pengelupasan kulit kepala dalam jumlah kecil dari kulit kepala
yang kelihatan normal. Banyak terjadi dan tidak berbahaya. Ketombe bukan
disebabkan oleh kulit kepala yang kotor, namun apabila kulit kepala jarang dicuci
akan menambah penumpukan kulit kepala yang terkelupas. Ketombe bukan
disebabkan oleh pemakaian jenis shampo yang salah ataupun karena stres
(tekanan batin). Ketombe kadang menyebabkan rambut rontok. Keadaan lain yang
menyebabkan pengelupasan kulit kepala adalah eksema, psoriasis dan infeksi
jamur yang biasanya tidak disebut sebagai ketombe.
13.1.Gejala-gejala
- Kepala gatal, dan terdapat pengelupasan lapisan kulit, kulit kepala
kering/agak berminyak.
- Kotoran putih (kulit yang terkelupas) dengan mudah bisa dihilangkan.
Masalah ketombe kadang diketahui setelah kotoran putih jatuh di bahu.
13.2.Penyebab
Ketombe disebabkan oleh dermatitis seboroika, peradangan ringan pada kulit
kepala yang menyebabkan pengelupasan lapisan kulit digabung dengan
gangguan kelenjar sebaseus (minyak) baik karena produksi minyak yang
berlebihan atau malah terlalu sedikit. Sebab dermatitis seboroika diduga
karena sejenis jamur pityrosporum, tetapi tidak semua dokter setuju dengan
teori ini. Tidak diketahui dengan pasti, lapisan kulit tua di tubuh dan juga di
kepala secara normal akan dibuang secara berkala untuk pertumbuhan kulit
yang baru, tetapi pembuangan ini biasanya tidak terlihat.
13.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Jangan digaruk untuk mencegah infeksi.
- Periksa dokter bila gejala tidak berkurang setelah 1 – 2 minggu pemakaian
shampo anti-ketombe.
- Lakukan pencegahan
Pencegahan
- Bila kulit kepala kering, olesi dengan minyak zaitun sampai ke akarakarnya
dan biarkan setengah jam sebelum dicuci.
- Bila terlalu berminyak, gunakan shampo ringan yang bisa dipakai berulang
kali.
- Jaga kebersihan rambut. Kapan harus mencuci rambut tergantung aktifitas
dan berapa banyak keringat yang keluar dan bisa berkisar antara setiap hari
sampai 3 – 4 hari sekali.
- Pakai shampo anti-ketombe dalam jangka lama untuk mempertahankan
keadaan bebas ketombe karena keadaan ini akan berulang kembali bila jamur
pityrosporum belum hilang sama sekali.
- Berolah raga secara teratur.
13.4. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Shampo yang mengandung Selenium sulfid/Zinc pirithone
2. Shampo yang mengandung Mundidone (Povidone iodine 4 %)
Kegunaan
Anti ketombe, perawatan rambut dan kulit kepala, mencegah infeksi kulit
kepala
Cara pemakaian
- Untuk ketombe berlebihan, gunakan 2 kali seminggu sampai ketombe
hilang
- Untuk mencegah ketombe, gunakan 1 x seminggu secara rutin
Peringatan
Hentikan pengobatan jika timbul iritasi lokal. Hanya untuk pemakaian luar
3. Shampo yang mengandung Sulfur
Kegunaan
Untuk menghilangkan ketombe
Cara pemakaian
Basahi rambut, oleskan shampo secukupnya. Gosok-gosokan hingga
berbusa. Pijatlah kulit kepala selama 1-2 menit, kemudian bilaslah dengan
air sampai bersih
4. Resorsinol
Kegunaan : mempunyai efek antibakteri, anti jamur, anti iritan lokal dan
keratolitik
Bentuk sediaan
- Salep dengan kadar resorsinol 1-2 %
- Lotion (cairan)
Cara pemakaian
Dioleskan pada kulit rambut

BAB XIV
KUDIS
Kudis merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit. Meskipun
tidak berbahaya, rasa gatal yang hebat dapat mengganggu. Kudis dapat menular
ke orang lain dan lebih umum terjadi di lingkungan hidup yang sangat padat dan
sanitasi yang jelek, melalui sentuhan dengan penderita atau baju/peralatan tempat
tidur penderita (sprei, selimut, sarung bantal, dll).
14.1. Gejala-gejala
- Terdapat bintil kecil berwarna merah pada kulit, biasanya pada tangan, lipat
siku, sekitar alat kelamin, dan lipatan tubuh lainnya.
- Garis berwarna putih/merah di kulit ( merupakan liang pada kulit yang dibuat
oleh tungau untuk menaruh telurnya ).
- Rasa gatal yang hebat
- Luka/koreng, yang disebabkan oleh garukan
Komplikasi
- Infeksi sekunder
- Rasa gatal setelah sembuh/eksim
14.2. Penyebab
Gangguan pada kulit disebabkan oleh parasit yang sangat kecil yang disebut
tungau kudis yaitu Sarcoptis scabei termasuk familia Arthropoda.
14.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Kunjungi dokter bila anda menduga terserang kudis, karena sangat mudah keliru
dengan kelainan kulit lainnya.
- Balurkan cairan anti kudis ke seluruh tubuh mulai dari bawah leher (jangan
sampai mengenai mata dan mulut). Biarkan selama 24 jam, lalu cuci bersih.
Ulangi tindakan yang sama seminggu kemudian.
- Rendam pakaian/peralatan tempat tidur yang sudah dipakai dalam air panas.
Pencegahan
Bila salah satu anggota keluarga terserang kudis, gunakan cairan anti kudis pada
seluruh anggota keluarga lain sebagai tindakan pencegahan
14.4. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Sediaan yang mengandung Gamaheksan (lindane) 0,5 %, triklorokarbanilida
0,5 %, asam salisilat 2 %
Kegunaan
Untuk mengatasi kudis, kutu rambut, kurap dan infeksi jamur lain
Cara pemakaian
Bersihkan bagian yang sakit, gunakan air hangat dan sabun mandi, keringkan
dengan handuk, lalu oleskan obat sambil digosok. Biarkan selama 24 jam dan
dibersihkan pada pengobatan berikutnya.
Perhatian
Hanya untuk pemakaian luar, jangan ditelan
Peringatan
Jangan sampai mengenai mata dan mulut. Bila timbul iritasi pada kulit,
hentikan pengobatan dan konsultasi dengan dokter atau Apoteker.
Bentuk sediaan
Salep
2. Sediaan yang mengandung Lindane 1%, asam usnat 1 %
Kegunaan
Untuk mengurangi gejala kudis (skabies)
Cara pemakaian
Oleskan pada kulit yang kudisan
Bentuk sediaan
Salep
Instruksi khusus
Hanya untuk pemakaian luar

BAB XV
KUTIL
Kutil adalah jaringan yang tumbuh yang disebabkan oleh virus. Kutil dapat tumbuh
dimana saja bagian tubuh tetapi paling sering di tangan dan kaki. Kutil bukan
merupakan penyakit yang berbahaya tetapi cukup mengganggu. Bahkan
beberapa kutil dapat tumbuh menjadi ganas.
15.1. Gejala-gejala
- Saat berjalan terasa nyeri
- Adanya penebalan jaringan kulit, permukaan tidak rata
- Kutil di kaki bisa terasa sakit bila tertekan saat berdiri
Komplikasi
- Menyebar ke bagian kulit yang lain, jari-jari, siku, lutut, alat kelamin atau bagian
lain dari kulit
15.2. Penyebab
- Infeksi virus pada sel kulit, menyebabkan sel tersebut tumbuh dengan cepat dan
membentuk tonjolan. Kutil disebarkan melalui kontak, dan cenderung untuk
berulang bahkan setelah kulit diangkat dan dibersihkan.
15.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Kutil dijaga jangan sampai berdarah agar tidak menyebar
- Lakukan pengobatan sendiri
- Bila dengan pengobatan sendiri tidak sembuh, segera hubungi dokter
15.4. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Diberikan obat yang mengandung asam salisilat 2 g, asam laktat 0,5 g,
polidokanol 0,2 g
Kegunaan
Untuk penebalan kutil yang mengeras dijari-jari kaki, kutil, mata ikan,
kapalan
Cara pemakaian
Oleskan 1 tetes pada pagi dan malam hari
Perhatian
Jangan mengenai kulit yang sehat. Sebaiknya lindungi kulit yang sehat
di sekitarnya dengan salep seng oksida
Peringatan
Jangan oleskan pada tanda lahir, kutil yang berambut, kutil di daerah
kemaluan atau di muka. Jangan mengenai mata dan mulut
2. Asam Salisilat
Kegunaan
Mempunyai efek keratolitik
Cara pemakaian
Dioleskan 1 tetes, 2 kali sehari
Perhatian
Jangan mengenai kulit sehat
3. Asam Laktat
Kegunaan
Mempunyai efek kaustik
Aturan pakai
Dioleskan 1 tetes, 2 kali sehari
Perhatian
Jangan mengenai kulit yang sehat
BAB XVI
LUKA BAKAR
Luka bakar adalah cedera pada jaringan kulit yang disebabkan oleh api (panas
kering) ataupun oleh cairan panas (panas basah). Derajat rasa sakit tidak
berhubungan dengan derajat cedera. Luka bakar di lapisan permukaan kulit
mungkin malah terasa sangat sakit dan luka bakar dalam mungkin sama sekali
tidak terasa sakit karena ujung-ujungnya syaraf telah rusak. Lokasi dan luas
bagian kulit yang terbakar sangat penting untuk menentukan apakah luka bakar
harus dirawat oleh dokter.
16.1. Gejala-gejala
Gejala-gejala tergantung kepada derajat kegawatan luka bakar
Luka bakar permukaan :
- Kemerahan
- Sangat kesakitan
Luka bakar sedang :
- Kulit melepuh, terkelupas
- Bengkak
- Sangat kesakitan
Luka bakar dalam :
- Kulit warna putih dan seperti lilin /hitam dan hangus
- Tidak terasa sakit
Komplikasi
- Renjatan/shock (gagalnya sistem peredaran darah )
- Infeksi bakteri
16.2. Penyebab
- Luka bakar kering disebabkan oleh api, gas panas (misal menghisap
asap sehingga tenggorokan dan paru-paru terbakar), benda panas,
gesekan, senyawa kimia, listrik (termasuk petir) atau radiasi
- Luka bakar basah disebabkan oleh cairan panas, uap panas.
16.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
- Singkirkan penyebab luka bakar
- Buka pakaian (kecuali bila pakaian melekat di tempat luka bakar ) dan
benda-benda yang melekat erat seperti cincin, jam tangan dan ikat
pinggang.
- Segera celupkan dalam air dingin /letakkan luka bakar di bawah aliran
air selama kurang lebih 15 menit atau sampai luka berkurang. Ulangi
sesering mungkin
- Jangan diolesi dengan segala macam salep/krem ataupun
mentega/margarin. Tidak perlu di balut
- Jangan pecahkan kulit yang melepuh. Bila lepuhan pecah sendiri,
biarkan kulit seperti semula untuk mencegah infeksi. Mungkin perlu
balutan ringan
- Periksa dokter bila terjadi infeksi bakteri (demam, peradangan, dan
pembentukan nanah).
- Segera pergi ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, bila terjadi halhal
seperti dibawah ini:
1. Luka bakar pada muka, jari, sendi atau alat kelamin
2. Luka bakar sedang yang luasnya lebih besar dari telapak tangan
penderita .
3. Semua jenis luka bakar dalam
4. Renjatan/shock (pucat, keringat dingin, kulit lembab, napas dan nadi
cepat, mengantuk, pingsan).
5. Menghisap asap
6. Luka bakar karena senyawa kimia, aliran listrik atau radiasi
16.4. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Obat yang mengandung perak sulfadiazin
Kegunaan
Untuk luka bakar
Pemakaian
Oleskan 2-4 mm krim/salep pada permukaan luka. Untuk luka yang agak
luas, oleskan dengan menggunakan spatula atau sarung tangan.
Gunakan 2 kali sehari, atau sesering mungkin bila diperlukan. Lalu tutup
dengan perban dan plester
Instruksi khusus
Setiap akan menggunakan krim/salep, permukaan luka harus bersih.
Untuk melepaskan perban akan lebih mudah sambil disiram air secara
perlahan-lahan atau membasuhnya dengan larutan antiseptik
Perhatian
Hanya untuk obat luar
Peringatan
Jangan gunakan obat ini kepada bayi prematur, bayi yang baru lahir atau
pada ibu-ibu yang sedang hamil
Bentuk sediaan : Krim
Salep
2. Obat yang mengandung oleum iecoris aselli (minyak ikan, ”levertraan”)
Kegunaan
Untuk membantu penyembuhan luka bakar
Pemakaian
2-3 kali sehari, dioleskan
Perhatian
Hanya untuk obat luar
Peringatan
Jangan digunakan bila luka sudah terinfeksi
Bentuk sediaan : Salep 10 %
BAB XVII
LUKA IRIS DAN LUKA SERUT
Luka iris adalah luka karena benda tajam dengan pinggir-pinggir luka yang rapi.
Luka serut (gesek/abrasi) adalah suatu cedera pada permukaan kulit. Luka iris
dan serut yang kecil banyak terjadi dan tidak berbahaya serta bisa dirawat di
rumah.
17.1. Gejala-gejala
- Sobekan pada kulit yang mungkin membuat cedera jaringan kulit di
bawahnya
- Perdarahan yang sedikit sampai sedang yang akan berhenti sendiri
- Sakit/nyeri
Komplikasi
- Luka terbuka
- Perdarahan banyak bila mengenai pembuluh darah besar (arteri atau
vena)
- Infeksi bakteri (demam, radang, pembentukan nanah).
17.2. Penyebab
- Luka iris disebabkan oleh benda tajam
- Luka serut disebabkan oleh permukaan kasar yang bergesekan dengan
kulit
17.3. Hal Yang Dapat Dilakukan
Bila mempunyai luka iris :
- Cuci luka di air yang mengalir (di bawah kran air) dan keringkan dengan
kertas tisu yang bersih
- Ambil kotoran, gelas/beling atau partikel lain di dalam luka dengan
pengait yang bersih (Pengait ini harus dicuci dengan air sabun terlebih
dahulu atau dilewatkan di atas api kecil dan biarkan dingin)
- Hentikan perdarahan dengan cara menekan di atas luka dengan kasa
selama beberapa menit
- Oleskan cairan antiseptik. Pembekuan darah yang terbentuk di
permukaan luka jangan di bersihkan karena akan menyebabkan
pendarahan kembali
- Bila luka kecil, biarkan terbuka supaya cepat pulih. Bila luka besar, tutup
dengan kasa pembalut.
- Periksa dokter bila terdapat komplikasi. Pergi ke unit gawat darurat
dirumah sakit terdekat bila terdapat perdarahan hebat misal : darah
memancar dari luka, perdarahan tidak berhenti dengan tekanan, atau
sudah kehilangan sekitar 1-2 cangkir darah
- Perhatikan untuk selalu mencuci tangan sebelum merawat luka.
Bila terdapat luka memar:
- Dengan mendinginkan luka memar akan memperlambat pendarahan di
bawah kulit dan mengurangi nyeri dan pembengkakan
- Memar pada lengan atau kaki bisa didinginkan dengan meletakkan
badan tersebut dibawah kran air.
- Memar pada kepala dan dada atau daerah yang memerlukan pendingin
yang lama bisa dirawat dengan kompres dingin/es
Untuk membuat kompres es:
- Isi setengah dari kantong plastik dengan es. Tambahkan garam untuk
meningkatkan efek dingin dan ikat kantong plastik setelah udara
dikeluarkan dahulu. Bungkus kantong dengan handuk tipis dan letakkan
di atas bagian yang memar selama 30 menit
- Bila tidak tersedia es, bisa digunakan lipatan handuk atau katun tebal
yang dicelupkan ke dalam air dingin dan gunakan sebagai kompres
dingin
- Luka memar biasanya sembuh setelah 3-6 hari
17.4. Obat Yang Dapat Digunakan
Obat yang mengandung povidon iodine
Kegunaan
Sebagai antiseptik dan desinfektan pada kulit, luka, sebelum dan sesudah
operasi
Cara pemakaian
Dioleskan pada luka dengan kapas yang dibasahi obat
Sebagai pencuci diencerkan dengan 40 bagian air. Dipakai beberapa kali
sehari
Perhatian
Hentikan pemakaian bila terjadi kemerahan, pembengkakan. Dapat timbul
iritasi pada kulit
BAB XVIII
PERAN APOTEKER DALAM PENGGUNAAN OBAT BEBAS
DAN BEBAS TERBATAS
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu
penggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung
jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi
penyakit dan kondisi pasien.
Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker
mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan
petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat
melakukannya secara bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan
kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun
penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan
bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak
semestinya.
Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki dua
peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan
atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan
secara aman, tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam
mempertimbangkan :
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan
agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang
sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga
diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor
penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus
berkonsultasi kepada dokter.
Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat
konseling untuk swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi
farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien.
Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam
penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang
bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan
yang dialami pasien.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari
obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi
dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi
informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus
dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada
pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan,
dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan
dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk
pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas
kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada
pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena
penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
10. Cara penyimpanan obat yang baik
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang
obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini
penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek
farmakoekonomi dan hak pasien.
Disamping konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki tanggung jawab
lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang
dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World
Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab
(Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut:
1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua
produk yang tersedia untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan
kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila
dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki
(adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut
dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan
tanpa indikasi yang jelas.
Selain melayani konsumen secara bertatap muka di apotek, Apoteker juga dapat
melayani konsumen jarak jauh yang ingin mendapatkan informasi atau
berkonsultasi mengenai pengobatan sendiri. Suatu cara yang paling praktis dan
mengikuti kemajuan zaman adalah dengan membuka layanan informasi obat
melalui internet atau melalui telepon. Slogan “Kenali Obat Anda”. “Tanyakan
Kepada Apoteker” kini semakin memasyarakat. Para Apoteker sudah semestinya
memberikan respons yang baik dan memuaskan dengan memberikan pelayanan
kefarmasian yang profesional dan berkualitas.
BAB XIX
PENUTUP
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
dari setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat saat ini, ada
kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) untuk
penyakit-penyakit yang ringan tertentu. Disisi lain saat ini banyak obat-obat yang
termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas yang beredar di pasaran.
Pedoman penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ini disusun untuk
memberikan pengetahuan agar masyarakat mampu mengenali gejala beberapa
penyakit ringan serta tahu cara untuk melakukan pengobatan sendiri dengan obat
bebas dan obat bebas terbatas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
Peran Apoteker dalam swamedikasi akan lebih meningkatkan profesionalisme
profesi Apoteker. Semoga pedoman ini dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh
masyarakat di seluruh Indonesia.
KOSA KATA
Akut
Alergi
Anemia
Antihistamin
Antikoagulan
Aritmia
Bronkospasmus
Dermatitis
Diabet juvenil
Epilepsi
Glaukoma
Hemofilia
Hipertensi
Hipertrofi
Hipoglikemik
Indikasi
Infeksi
Inhalasi
Interaksi obat
Konstipasi
Kontraindikasi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
peristiwa yang singkat dan berat
reaksi yang timbul karena terbentuknya kompleks antigenantibodi
dalam tubuh
berkurangnya jumlah sel darah merah atau kadar
hemoglobin kurang dari normal
obat yang bersifat mencegah/ menghambat reaksi alergi
suatu zat yang bekerja menghancurkan bekuan darah atau
yang menghambat proses pembekuan darah
suatu keadaan irama denyut jantung tidak teratur
kekejangan pada otot-otot bronkus
radang kulit
penderita diabetes usia muda
ayan, serangan berulang gangguan fungsi otak ditandai
dengan penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik
dan mental disertai/tanpa kejang
penyakit yang ditandai dengan kenaikan tekanan
intraokular
kelainan darah tidak bisa membeku
tekanan darah melebihi normal
pembesaran organ karena perbesaran ukuran sel-selnya
obat yang bersifat menurunkan kadar gula darah
petunjuk, tanda gejala yang dapat menjadi alasan
dilakukannya suatu tindakan
masuk dan berkembangnya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh
larutan obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan
alat aerosol
segala sesuatu yang mempengaruhi kerja obat, misalnya
obat lain
kondisi sulit buang air besar
semua kondisi dan situasi yang melarang penggunaan
Kortikosteroid
Kronik
Metabolik sidosis
Neutropenia
Oral
Pneumonia
Rash
Refleks
Ruam
Sembelit
Simtomatik
Stress
Syok anafilaksi
Trauma
Tremor
Trombositopenia
Ulkus peptikus
Urikosurik
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
obat dengan alasan apapun untuk mencegah makin
parahnya penyakit atau terjadinya penyakit baru
suatu hormon yang mempunyai struktur steroid yang
dikeluarkan oleh lapisan luar kelenjar anak ginjal
menahun, berlangsung lama
kondisi patologi akibat kehilangan alkali atau penimbunan
asam bukan karbonat
kondisi kelebihan netrofil (salah satu jenis sel darah putih)
pemberian obat melalui mulut
radang paru
kondisi luka pada kulit terutama berupa inflamasi dermatitis
(radang kulit) akut
gerakan atau aksi yang tidak disadari akibat suatu
rangsang
bintil-bintil merah pada kulit
konstipasi (sulit buang air besar)
mengenai gejala
keadaan fungsi tubuh dan mental yang terganggu karena
faktor-faktor dari luar
reaksi alergi mendadak bersifat sistemik, biasanya ditandai
dengan penurunan tekanan darah dan bisa menyebabkan
kematian, sering terjadi pada penyuntikan serum atau
penisilin
luka atau cedera baik fisik maupun psikis; ruda paksa
gemetar, gerakan halus biasanya dari jari-jari
keadaan jumlah sel pembeku darah kurang dari normal
tukak, luka terbuka di dalam kerongkongan, lambung atau
usus duabelas jari
obat atau bahan yang menyebabkan pengeluaran asam
urat melalui urin
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson, J.A.D. 1979. Historical Background to Self-care. Dalam Anderson
J.A.D. (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care.
London: MTP Press Limited Lancaster, 10-18.
Anonim, 1983. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas. Pasal 1 ayat 2 dan 5, Pasal 3.
Anonim, 1992, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Bab I Pasal 1.
Anonim, 1993. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/Menkes/ Per/X/ 1993
tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, Pasal 1, 2 dan 3
Badan Pusat Statistik, 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Ditjen.POM. 1997. Kompendia Obat Bebas, Edisi
2, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Ditjen Yanfar dan Alkes. 2002. Pedoman
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,Jakarta.
Fakultas Kedokteran UI. 1997. Kamus Kedokteran Edisi II, Jakarta.
Holt, Gary A. & Edwin L. Hall. 1986. “The Pros and Cons of Self-medication”.
Dalam Journal of Pharmacy Technology, September /October: 213-218.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2005. Indeks Spesialit Obat Indonesia, Edisi
Farmakoterapi, Jakarta.
Kalangie, Nico S. 1984. The Hierarchy of Resort to Medical Care Among the
Serpong villagers in West Java. Dalam Seminar Peranan Univesitas Dalam
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk Menunjang Sistem
Kesehatan Nasional, Jakarta, 43-48.
Rosenstock, Irwin M (1974). The Health Belief and Preventive Health Behavior,
Health Education Monograph, 2(4): 354.
Sriana A, dkk, 2004, Kembali Sehat dengan Obat, Pustaka Populer Obor,
Jakarta.
Sudibyo Supardi, dkk, 2002. “Penggunaan Obat yang Rasional dalam
Pengobatan Sendiri Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk, Pilek (Hasil Analisis
Lanjut Data SKRT 2001), Laporan Penelitian Badan LiTBCCangkes, Jakarta.
World Self-Medication Industry (WSMI). 1999. Guiding Principles in Self-
Medication. Sydney, http//www.wsmi.org
1
615.6
Ind
p
2
BUKU PEDOMAN PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN PENANGANAN
SEDIAAN SITOSTATIKA
BAB I. TEKNIK PENCAMPURAN OBAT SUNTIK Hal
1.1. Penyiapan .....................................................................
1.2 Pencampuran ................................................................
1.3. Cara Pemberian ............................................................
1.4. Data stabilitas setelah pencampuran ............................
BAB II. TEKNIK PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA
2.1. Penyiapan .....................................................................
2.2 Pencampuran ................................................................
2.3. Cara Pemberian.............................................................
2.4. Penanganan tumpahan dan kecelakaan kerja................
2.5. Data stabilitas setelah pencampuran.............................
BAB III. PERMASALAHAN DAN CARA MENGATASINYA
3.1 Pemberian obat suntik..................................................
3.2 Farmasetik obat suntik.................................................
BAB IV. PENUTUP
Daftar Pustaka ............................................................
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Daftar Gambar
3
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku Pedoman
Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika.
Pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika seharusnya
dilakukan oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi kenyataannya
sebagian besar masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan sarana dan
pengetahuan yang sangat terbatas, sedangkan pekerjaan kefarmasian tersebut
memerlukan teknik khusus dengan latarbelakang pengetahuan antara lain sterilitas,
sifat fisikokimia dan stabilitas obat, ketidaktercampuran obat serta risiko bahaya
pemaparan obat. Selain hal tersebut diperlukan juga sarana dan prasarana khusus
yang menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan ketercampuran
obat dapat tercapai.
Berdasarkan hal tersebut di atas Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik menyusun Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika untuk dapat digunakan sebagai acuan bagi apoteker dalam melakukan
pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
Kritik dan saran-saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata terimakasih disampaikan pada berbagai
pihak yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan buku ini.
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Drs. Abdul Muchid, Apt.
NIP. 19490827 197803 1 001
4
BAB I
TEKNIK PENCAMPURAN OBAT SUNTIK
1.1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan
langkah langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5
BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,
dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, lampiran 1)
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman, lampiran 2)
9) Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku 1:
Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
1.2. Pencampuran
1.2.1 Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah –
langkah sebagai berikut:
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
(lampiran 3)
c) Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d) Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan
dalam LAF.
e) Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
5
g) Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
h) Melakukan pencampuran secara aseptis
Tehnik memindahkan obat dari ampul
1) Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)
(a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan
gerakan J-motion.
(b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
(c) Lilitkan kassa sekitar ampul.
(d) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas
ampul dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul
dengan posisi ini sekitar 5 detik.
(e) Berdirikan ampul.
(f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan.
2) Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam
ampul, tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
3) Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan
dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan
kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
4) Tutup kembali needle.
5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi
ke dalam kantong buangan tertutup.
Tehnik memindahkan sediaan obat dari vial:
1) Membuka vial larutan obat
(a) Buka penutup vial.
(b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
(c) Berdirikan vial
6
(d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan tertutup
2) Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
3) Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahanlahan
memutar untuk melarutkan obat.
4) Ganti needle dengan needle yang baru.
5) Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan.
6) Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit
tersebut.
7) Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
8) Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
9) Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi
jarum ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan
tertutup.
10) Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer
lock cap”.
11) Seka cap dan syringe dengan alkohol.
12) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi
ke dalam kantong buangan tertutup.
i) Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi
obat hasil pencampuran.
j) Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung dari cahaya.
k) Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
l) Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui
pass box.
m) Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah
pembuangan khusus
7
1.2.2 Ketidakcampuran
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik
NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN
1 Acyclovir Larutan Dextrosa, Ringer's Lactat.
NOTE: larutan dextrose > 10% dapat
menjadikan kuning larutan (tidak
mempengaruhi potensi obat)
Tidak kompatibel dengan produk
darah, larutan yang mengandung
protein
Jangan simpan di lemari es
2 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel
dengan a 5% dan 10%
jika kandungan larutan 5%-25%
gunakan NS atau D5W sebagai
pelarut.
Jangan gunakan jika larutan
keruh.
Jangan menggunakan SWFI
3 Amikacin Larutan Dextrosa, RL
Inkompatibel dengan heparin
masukkan > 1 jam sebelum
Penicillin
4 Aminophylline Larutan Dextrose, RL
5 Amphotericin B
(Fungizone)
Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% tidak kompatibel dengan NaCl
0.9%
jangan dicampur dengan obat
lain
6 Ampicillin Paling stabil dlm NaCl 0.9%
dekstrosa dapat digunakan tp
tidak dalam konsentrasi tinggi
7 Ampicillin sulbactam Dalam NaCL 0.9%lebih disukai
kompatibel dengan larutan yang
mengandung Dextrose dan RL
8 Calcium Gluconate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
9 Cefepime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
10 Cefotaxime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
11 Ceftazidime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
12 Ceftriaxone Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
13 Chloramphenicol Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
8
14 Ciprofloxacine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
15 Clindamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
16 Dexamethason Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
17 Diazepam Tidak direkmonedasi untuk dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan untuk
penggunaan darurat
18 Digoxin Dekstros 5% dan NaCl 0.9% Mungkin terjadi endapan
19 Dobutamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
Tidak kompatibel dengan heparin
20 Dopamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL ( Gunakan N5 bila
ada heparin)
21 Epinephrine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa.
Jangan dicampur dengan
Bikarbonat
22 Fentanyl Citrate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
23 Fluconazole Kompatibel dgn Dextrosa 5%, 10%
dan RL
24 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9%
Lebih disukai dgn RL
Jangan dicampur dengan larutan
asam
25 Ganciclovir Kompatibel dgn Dextrosa 5%, NaCl
0.9%
dan RL
26 Gentamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
27 Heparin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
28 Imipenem-Cilastatin NaCl 0.9% lebih disukai meskipun
dekstrose dapat digunakan pada
kondisi khusus
29 Ketorolac Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9%
dan dekstrose, RL
30 Levofloxacin Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9%
dan dekstrose, RL
9
31 Lorazepam Lebih disukai dgn Dekstrosa 5%
Kurang stabil dalam NaCl
32 MgSO4 Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
33 Mannitol Biasanya tdk dilarutkan tetapi
Dekstrosa 5%, NaCl telah digunakan
34 Meropenem Lebih disukai NaCl 0.9%, kurang
stabil dalam dekstrose, kompatibel
dengan RL
35 Metronidazole Tdk perlu dilarutkan. Kompatibel dgn
larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
Jangan dicampur dgn obat lain
36 Midazolam Dekstrose 5%, NaCl 0.9%, RL
37 Morphine Sulphate Larutan dekstrose dan NaCl 0.9%,
bila diinfus bersama dgn heparin
gunakan hanya NaCl 0.9%
38 Ondansentron Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% Tidak tercampur dengan obat
dan
larutan bersifat basa
39 Penicillin G Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
40 Phenytoin NaCl 0.9% Jangan dicampur dgn obat lain
41 Piperacillin-Tazobactam Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
tidak tercampur dgn RL
42 Propranolol Tidak direkomendasi untuk dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan
43 Ranitidin Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9%
dan dekstrosa, RL
44 Sodium Bicarbonate Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
45 Sodium Valproate Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL
46 Vancomycin Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL
Tidak tercampur dengan heparin
1.2.3 Formulasi obat suntik
Obat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin
memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum
digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powder adalah :
a) Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut sulit
untuk dilarutkan
b) Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan terkontaminasi oleh
mikroba yang terdapat dalam pelarut
c) Dapat terkontaminasi oleh mikroba
10
d) Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk ”foaming” (berbusa),
sebagai dosis yang tidak komplit memungkinkan untuk hilang (withdrawn)
contoh : teicoplanin
e) Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk
kesediaan, melukai petugas serta percikan sediaan dapat mencemari
lingkungan sekitarnya.
d) Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut atau
obat yang telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa
vial dibuat dengan tekanan didalamnya). Jika vial tersebut tidak memiliki
tekanan di dalamnya, maka udara perlu dikeluarkan terlebih dahulu sebelum
penambahan pelarut. Jumlah udara yang keluar masuk kedalam syringe
harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum
mengeliminasi obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial, perbedaan
tekanan harus dihitung lagi. Udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding
dengan jumlah obat yang dieliminasi/ hilang.
1.2.4 Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum
digunakan
Contoh : Ranitidine, amiodaron
Keuntungan dari preparasi ini adalah:
- Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi
Kekurangan dari preparasi ini adalah :
- Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
- Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk vial)
- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
- Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri
1.2.5 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan
Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang
dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat
untuk dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan, contoh : adenosine,
gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk digunakan, namun
tetap memiliki kekurangan, antara lain:
- Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
- Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial)
- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
11
1.2.6 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)
Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan (pre-filled),
contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg dalam 60 ml
PCA syringe. Keuntungannya adalah :
- Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan
- Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
- Mudah digunakan
- Menghemat waktu
Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan karena
berguna selama proses rekonstitusi.
Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang
dikeluarkan harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum
mengeluarkan obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial perbedaan tekanan
harus dihitung lagi, sehingga udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding
dengan jumlah obat yang di keluarkan.
1.3. Cara Pemberian
1. Injeksi Intravena (i.v.)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu
yang pendek atau untuk waktu yang lama.
a. Injeksi bolus
Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam
waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus
Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus
(continuous).
• Infus singkat (intermittent infusion)
Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per
dosis.
• Infus kontinu (continuous infusion)
Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam
mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan
pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter
atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral.
12
2. Injeksi intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang belakang.
Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan yang
dikeluarkan.
3. Injeksi subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.
4. Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular adalah pemberiaan injeksi di otot.
1.4. Data stabilitas setelah pencampuran
Tabel 2: Data Kelarutan dan stabilitas obat non kemoterapi
(Lacy et al, 2009: McEvoy,2004)
No Golongan Nama obat Pelarut sesuai Konsentrasi
dalam pelarut
Stabilitas setelah
pencampuran
penyimpanan
Amikasin D5W, NS dan
RL
0,25-5 mg/ml 24 jam dalam
suhu ruangan; 2
hari dalam lemari
pendingin
Suhu kamar;
Lemari
pendingin.
Gentamisin D5W, NS 40mg/ml dalam
50-200ml
24 jam dalam
suhu ruangan
Suhu kamar
1 Antibiotik:
Aminoglikosida
Tobramisin D5W, NS Dalam 50-100
mL D5W, NS
24 jam dalam
suhu ruangan
Suhu kamar
Imipenen dan
silastatin
Pelarut
original.
5mg/ml 4 jam dalam suhu
ruangan; 24 jam
dalam lemari
pendingin
Dalam lemari
pendingin;
BUKAN
FREEZER
2 Antibiotik:
Carbapenem
Meropenem SWFI, NS,
D5W
500mg/10ml;
1g/20ml
SWFI: 2 jam
dalam suhu
ruangan; 12 jam
dalam lemari
pendingin;
NS: 2 jam dalam
suhu kamar, 18
jam dalam lemari
pendingin.
D5W: 1 jam dalam
suhu kamar, 8
jam dalam lemari
pendingin
Dalam lemari
pendingin;
BUKAN
FREEZER
13
3 Antibiotik:
Makrolida
Azitromisin SWFI, NS,
D5W
SWFI:
500mg/4.8ml;
NS /D5W: 1mg/l
atau 2mg/ml ;
24 jam dalam
suhu kamar
<30oC; 7 hari
dalam suhu 5oC.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
4 Antibiotik :
Sefalosporin
generasi I
Sefazolin SWFI; D5W SWFI:1g/5ml
atau 1g/10ml;
D5W: 1g/50ml
atau 2g/50ml
24 jam dalam
suhu kamar; 10
hari dalam lemari
pendingin (4oC).
Terlindung dari
cahaya
langsung;
terlindung dari
suhu >40oC.
5 Antibiotik :
Sefalosporin
generasi II
Sefuroksim NS; D5W 750mg/50ml 24 jam dalam
suhu kamar; 48
jam dalam lemari
pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
Sefotaksim NS; D5W 1g/50ml 12-24 jam dalam
suhu kamar dan
7-10 hari dalam
lemari pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
Seftriakson NS; D5W 10-40mg/ml ;
100mg/ml
stabil 2 hari
dalam suhu
kamar 25oC dan
10 hari dalam
lemari pendingin
5oC;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
Seftizoksim NS; D5W 1g/50ml 24 jam pada suhu
kamar; 96 jam
pada lemari
pendingin
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
6 Antibiotik :
Sefalosporin
generasi III
Seftazidim SWFI;NS 100mg/ml 12 jam dalam
suhu ruangan; 3
hari dalam lemari
pendingin
Suhu kamar;
Lemari
pendingin.
Sefepime NS; D5W 40mg/ml 24 jam dalam
suhu ruangan; 7
hari dalam lemari
pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin
7 Antibiotik:
Sefalosporin
Generasi IV
Sefpirom SWFI; NS
(NaCl 0,9%) ;
D5W
1-2g/10-20ml 24 jam dalam
suhu ruangan 25-
30oC
Suhu kamar
14
8 Antibiotik:
Kuinolon
Levofloksasin Larutan
original.
5mg/ml 72 jam dalam
suhu ruangan; 14
hari dalama
lemari pendingin
Hindari cahaya
langsung;
dalam suhu
kamar; dalam
lemari
pendingin
9 Antibiotik: Penicilin Ampisilin NS (NaCl
0,9%) ; D5W
30 mg/ml 8 jam dalam NS
(NaCl 0,9%)
dalam suhu
kamar 25oC, 2
hari dalam suhu
4oC ; <1 jam
dalam D5W.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin.
Fosfomisin SWFI; NS
(NaCl 0,9%) ;
D5W
1g/10ml 24 jam dalam
suhu ruangan 25-
30oC
10 Antibiotik: Suhu ruangan.
golongan lain-lain
Teicoplanin SWFI; 400mg/3ml 24 jam dalam
suhu ruangan
25oC
Suhu ruangan.
11 Antifungal Amfoterisin B SWFI; D5W Dalam 12 ml
SWFI/Vial
24 jam dalam WFI
; 6 jam dalam
D5W.
Harus
disimpan
dalam suhu
pendingin
antara 2-8oC.
12 Antidotum Asetilsistein D5W - 24 jam. dalam suhu
kamar antara
20-25oC.
13 Elektrolit Kalsium
Glukonat
D5W ; NS 1g/100mL D5W
atau NS ;
2g/100ml D5W ;
NS
24 jam JANGAN
disimpan di
KULKAS;
Disimpan
dalam suhu
ruangan
15
Tabel 3: Data stabilitas dan Kelarutan Obat Kemoterapi
(Lacy et al,2009: Trissel, 1998)
N
o
Nama obat Nama paten Pelarut
sesuai
Konsentra
si dalam
pelarut
Stabilitas
setelah
pencampuran
penyimpanan Metode
Pemberian
1 Amsacrine
(Amsidine)
(Amsidine) L- Lactic Acid 7,5 mg /
1,5mg
48 Jam Terlindung
cahaya
langsung,
Infus (30-
90 menit)
2 Bleomycin 5 Unit/ ml;
Sulfat
NS;D5W
96 jam dalam
suhu kamar;
28 dalam
lemari
pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung cahaya
IV Bolus
NSI 10 ml
3
Carmustine
(BCNU)
(BCNU)
Alkohol
absolut;
SWFI
3,3 mg/mI
8 jam dalam
suhu kamar;
24 jam dalam
lemari
pendingin;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
dalam botol non
PVC
Infus (1 - 2
jam)
4 Carboplastin SWFI;NS;D5
W
0,5mg/mL 8 jam dalam
suhu kamar;
24 jam dalam
lemari
pendingin;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung cahaya
Infus (15-
60 menit)
IV: antara
15-120
menit;
5 Cisplatin SWFI 1 mg/ml 72 jam pada
suhu 4-25oC.
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung cahaya
Infus
berfariasi:
1mg/menit
atau antara
6-8 jam.
{ALKYLOXAN} IV:
konstinyu
1-24 jam.
6 Cyclophospha
mid
{ENDOXAN}
SWFI;NS 20 mg/ml 24 jam dalam
suhu kamar; 6
hari dalam
lemari
pendingin;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung cahaya
Dosis
>500mg
maksimal 2
g diberikan
lebih dari
20-30
menit.
16
7 Cystarabine (Cytosar) NS 50 mg/ml 48 jam dalam
suhu kamar.
Suhu kamar ;
terlidung cahaya
Infus: 1-3
jam.
8 Dacarbazine (DTIC) SWFI;NS;D5
W
10mg/mI 24 jam dalam
suhu kamar;
96 jam dalam
lemari
pendingin;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung cahaya
Infus: >30-
60 menit.
9 Dactinomycin (Cosmegen) NS;D5W 500mcg/m
L
24 jam dalam
suhu kamar;
Suhu kamar ;
Lemari
pendingin;
terlidung
cahaya; Pelarut
TIDAK
mengandung
Bahan
tambahan lain.
IV: >10-15
menit;
Jangan
Diberikan
Secara IM
Subkutan
10 Daunorubicin (Daunoblastina
)
SWFI;NS;D5
W
5mg/mL 4 hari dalam
suhu kamar
15-25oC
Suhu kamar ;
terlidung
cahaya;
IV: 15-30
menit;
Jangan
Diberikan
Secara IM
Subkutan
11 Doxetaxel (TAXOTERE) Pelarut
Original
10 mg/mI 8 jam dalam
suhu kamar 2-
25oC atau
dalam suhu
dingin
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
jangan di kocok;
hidarkan dari
cahaya
langsung
Infus IV:
>60 menit.
12 Doxorubicin (ADRIAMYCIN) NS;D5W 2 mg/mI 48 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
hidarkan dari
cahaya
langsung
Infus IV:
15-60
menit.
13 Epirubicin (Pharmorubicin
)
SWFI;NS;D5
W
2mg/mL 24 jam dalam
suhu 2-8oC
terlindung dari
cahaya
langsung
suhu 2-8oC
terlindung dari
cahaya
langsung
Infus IV:
15-20
menit.
14 Er-
Asparaginiase
(ERWINASE) NS;D5W 10.000
unit/mI
8 jam dalam
suhu kamar 2-
25oC atau
dalam suhu
dingin
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
jangan di kocok;
hidarkan dari
cahaya
langsung
I.M: volume
>2 ml
sebaiknya
diberikan
terpisah
dan pada
tempat
yang
berbeda.
15 Etoposide (VEPESIDE) NS;D5W 0,2-
0,4mg/mL
Pada suhu
kamar:
suhu kamar 2-
25oC hidarkan
IV: tidak
kurang dari
17
0,2mg/ml:96ja
m
0,4mg/ml:24ja
m
dari cahaya
langsung
45-60
menit.
16 Floxuridine (FUDR) NS;D5W 100 mg/mI 24 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
suhu kamar
25oC terlindung
dari cahaya
langsung
Infus IV:
15-60
menit.
17 Fludarabine (fludara) NS;D5W 10-
25mg/mL
48 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
dalam suhu
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
IV: 15-30
menit.
18 Fluorourasil 5FU NS;D5W 50mg/mL 72 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
dalam suhu
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
IV. 5-15
menit;
dosis
>1000mg/
m2
diberikan
secara
Infus
selama
24jam
(LEUCOFORIN
)
19 Folinic Acid
(Ca. lefofolinat)
NS;D5W 24 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
dalam suhu
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
Infus IV:
15-60
menit.
20 Ganciclovir (CYMEVENE) NS;D5W 50mg/ml 24 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
dalam suhu
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
Infus IV:
15-60
menit.
21
Gemcitabine
(GEMZAR) NS;D5W 0,1mg/mL 24 jam dalam
suhu kamar
25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
dalam suhu
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya
langsung
Infus IV:
15-60
menit.
22 Iphosfamida (HOLOXAN) SWFI;NS;D5
W
0.6-
20mg/mL
7 hari pada
suhu kamar;
21 hari pada
lemari
pendingin
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
hidarkan dari
cahaya
langsung
Infus IV:
>30 menit.
18
23 Idarubicin (ZAVEDOS) NS;D5W 1 mg/ml 72 jam pada
suhu kamar; 7
hari pada
lemari
pendingin
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
hidarkan dari
cahaya
langsung
IV: 10-15
menit;
Jangan
Diberikan
Secara IM
,Subkutan
24 Rituximab (MOBTHERA) NS;D5W 10mg/ml 12 jam pada
suhu kamar;
24 jam pada
lemari
pendingin
suhu kamar 2-
25oC atau dalam
suhu dingin;
jangan di kocok;
hidarkan dari
cahaya
langsung
IV:
50mg/jam
maksimal
400mg/jam
.
25 Oxaliplatin (ELOXATIN) D5W 0,7mg/ml 24 jam pada
lemari
pendingin
dalam suhu
dingin; hidarkan
dari cahaya
langsung;
Pelarut tidak
mengandung
NaCl.
IV: D5W 2-
6 jam.
26 Irinotecan (CAMPTO) NS;D5W 0,12-
2,8mg/ml
12 jam pada
suhu kamar;
24 jam pada
lemari
pendingin
dalam suhu
ruangan/lemari
pendingin;
hidarkan dari
cahaya
langsung;
Infus IV.
30-90
menit
27 Lasparaginase
(LEUNASE)
(LEUNASE) SWFI;NS;D5
W
2000 U/mI 8 jam pada
suhu antara 2-
8oC
dalam suhu
dingin; hidarkan
dari cahaya
langsung;
I.M: volume
>2 mL
sebaiknya
diberikan
terpisah
dan pada
tempat
yang
berbeda;
IV: dapat
meningkatk
an risiko
alergi: 50-
250ml tidak
kurang dari
30-
60menit.
28 Melphalan (ALKERAN) NS 5mg/mL <60 menit
pada suhu
ruangan;
Pada suhu 2-
8oC, Terlindung
Dari Cahaya
Langsung-
Bungkus
dengan
ALUMUNIUM
FOIL karena
larutan tidak
stabil.
Infus IV:
15-20
menit.
19
29 Metrotrexate MTX SWFI;NS;D5
W
<25 mg/ml 24 jam dalam
lemari
pendingin; 4-8
jam dalam
suhu ruangan;
terlindung
cahaya;
Pada suhu 2-
8oC, Terlindung
Dari Cahaya
Langsung-
Bungkus
dengan
ALUMUNIUM
FOIL karena
larutan tidak
stabil.
Pada
pemberian
IM,IT,IV
dilakukan
secara
pelanpelan;
Pada
pemberian
Infus IV:
kontinyu 24
jam.
IV:5-10
menit.
30 Mitomycin- C SWFI;NS;D5
W
0,5 mg/mI Suhu ruangan:
NS-12jam,
D5W-
3jam,SWFI-7
hari; pada
lemari
pendingin:
SWFI-14 hari.
Pada suhu
ruangan dan
lemari pendingin
2-25oC. Infus IV:30-
60 menit.
31 Paclitaxel (TAXOL) Pelarut
original
30 mg/5
ml
27 jam pada
suhu ruangan;
Pada suhu
ruangan;
simpan dengan
botol kaca /
botol khusus;
terlindung
cahaya
Infus IV: 3
jam atau
24 jam.
32 Topotecan NS;D5W 10 mg/ml 7 hari pada
suhu 2-8oC;
24 jam pada
suhu kamar
(25oC)
Suhu kamar
atau lemari
pendingin.
Infus IV:
lebih dari
30 menit
atau
selama 24
jam
dengan
infus
kontinyu.
33 vinblastin SWFI;NS 1mg/ml 24 jam pada
suhu ruangan.
dalam suhu
ruangan/lemari
pendingin;
hidarkan dari
cahaya
langsung;
Infus IV:
pelan –
pelan 5-15
menit atau
selama 24
jam
dengan
infus
kontinyu.
IV: 10-15
menit;
34 Vincristine NS;D5W 1mg/20-
50mL
2 hari pada
suhu ruangan;
7 hari pada
lemari
pendingin
dalam suhu
ruangan/lemari
pendingin;
Infus
kontinyu:
selama 24
jam.
20
35 Transtuzumab (HERCEPTIN
440 mg)
SWFI;NS 21 mg/ml 24 jam pada
suhu ruangan.
dalam suhu
ruangan/lemari
pendingin;
JANGAN di
KOCOK.
Infus IV:
30-70
menit.
36 Bevacizumab (Avastin) SWFI;NS Dalam
100mL
NS.
8 jam pada
suhu 2-8oC.
lemari
pendingin;
JANGAN di
KOCOK;
Terhindar dari
cahaya
langsung.
Infus IV:
>90 menit.
IV: 15-30
menit
37 Mesna (UROMITEXAN
)
NS;D5W Dalam 50-
1000mL
NS;D5W
24 jam dalam
suhu ruangan.
Suhu
ruangan;Terhind
ar dari cahaya
langsung. Infus IV: 24
jam
kontiyu.
21
BAB II
TEKNIK PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA
2.1. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik.
2.2. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1) Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2) Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3) Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum
digunakan.
4) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR
TETAP
5) Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6) Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8) Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9) Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC.
10) Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13) Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah
pembuangan khusus.
14) Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
dalam wadah untuk pengiriman.
15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
melalui pass box.
16) Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap (lampiran 4):
22
2.3. Cara Pemberian
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat
suntik kecuali intramuskular
2.4. Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja
2.4.1 Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan
petugas tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan
menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari:
1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
a) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
b) Beri tanda peringatan di sekitar area.
c) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan
alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
e) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam
kantong tersebut.
f) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam
kantong tersebut.
g) Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
h) Bilas dengan aquadest.
i) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
j) Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong
pertama.
k) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan dalam kantong kedua.
m) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat
penampung khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator.
n) Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk
basah untuk tumpahan serbuk.
b) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung
tangan baru.
23
c) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus
dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah
buangan.
d) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent,
bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa
dalam wadah pada buangan.
e) Ulangi pencucian 3 x.
f) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah
buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
i) Cuci tangan.
2.4.2 Penanganan kecelakaan kerja
a. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1) Kontak dengan kulit:
a) Tanggalkan sarung tangan.
b) Bilas kulit dengan air hangat.
c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan.
2) Kontak dengan mata
a) Minta pertolongan.
b) Tanggalkan sarung tangan.
c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat
selama 5 menit.
d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan
larutan NaCl 0,9%.
e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
24
g) Catat jenis obat yang tumpah.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
3) Tertusuk jarum
a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.
d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat.
e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
f) Tanggalkan semua APD.
g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
j) Segera konsultasikan ke dokter.
2.4.3 Pengelolaan limbah sitostatika
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika
(seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa
hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan.
Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda
tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah
yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam
kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo
sitostatika
c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
f. Cuci tangan.
25
BAB III
PERMASALAHAN DAN CARA MENGATASINYA
3.1 Pemberian obat suntik
A. Nyeri
Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah
larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak
obat menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).
Tabel 4. Obat-obat yang menimbulkan rasa nyeri.
Penyebab rasa nyeri
Obat Osmolaritas
(mOsmol/L)
pH
Acetazolamide 9.2
Aciclovir 11
Adrenaline 2.5 – 3.6
Allopurinol 10.8 – 11.8
Aminophylline 8.8 – 10
Amiodarone 3.5 – 4.5
Anti-thymocyte immunoglobulin rabbit
(ATG Fresenius)
3.7
Argipressin 2.5 – 5.4
Atracurium 3.5
Atropine 3 – 6.5
Azathioprine 10 – 12
Buprenorphine 3.5 – 5.5
Cholecystokinin (CCK) 3 – 6
Clonazepam 3.5 – 4.5
Co-trimoxazole 9 – 10.5
Cyclizine 3.3 – 3.7
Dantrolene 9.5
Diazoxide 11.6
Dobutamine 3.5 – 4
Dopamine 2.5 – 4.5
Doxapram 3 – 5
Droperidol 2.7 – 4.7
Elohaes 3.5
26
Epoprostenol 10.5
Ergometrine 2.7 – 3.5
Fentanyl 3.3 – 6.3
Folic acid 8 – 11
Frusemide 8.7 – 9.3
Ganciclovir 10 – 11
Gentamicin 3 – 5
Glucagon 2.5 – 3
Glucose (pH dependent on
concentration of solution)
3.5 – 6.5
Glyceryl trinitrate 3.5 – 6.5
Glycopyrronium 2.3 – 4.3
Haloperidol 3 – 3.8
Hydralazine 3.5 – 4.2
Hyoscine butylbromide 3.7 – 5.5
IProsedur tetaprenaline 2.5 – 2.8
Ketamine 3.5 – 5.5
Labetalol 3.5 – 4.2
Lignocaine 3.5 – 6
Liothyronine 11
Methothexitone 10 – 11
Methoxamine 4.4
Methyldopate 3 – 4.2
Methylene blue 3 – 4.5
Metoclopramide 3 – 5
Midazolam 3
Morphine 2.3 – 4.5
Naloxone 3 – 4.5
Noradrenaline acid tartrate 3 – 4.5
Octreotide 3.9 – 4.5
Omeprazole 9 – 10
Ondansetron 3.4 – 3.8
Oxytocin 3.7 – 4.3
Pancuronium 3.8 – 4.2
Papaveretum 2.5 – 4
Phenobarbitone 9 – 10.5
Phenoxybenzamine 2.5 – 3.1
Phenytoin sodium 12
Potassium canrenoate 10.7 – 11.2
27
Prochlorperazine 3.9 – 4.5
Procyclidine 3.9 – 4.5
Propranolol 3
Protamine sulphate 2.5 – 3.5
Quinine dihydrochloride 2 – 3
Salbutamol 3.5
Secretin 2.5 – 5
Sodium nitroprusside 3.5 – 6
Sulphadiazine 11
Terbutaline 3 – 5
Tetracosactrin 3.8 – 4.5
Tetracycline 1.8
Thiamine 2.5 – 4.5
Thiopentone 10.5
Tobramycin 3.5 – 6
Tubocurarine 3.8 – 4
Vancomycin 2.8 – 4.5
Glukosa 10% 535
Glukosa 20% 1,110
Glukosa 50% 2,775
Kalsium glukonat 10% 670
Kalsium klorida 5 mmol/10 ml 1,500
Diazepam (CP Pharmaceuticals) 7,775
Kotrimoksazol 480 mg/5 ml 541
Manitol 10% 550
Manitol 20% 1,100
Magnesium Sulfat 50% 4,060
Potassium chloride
20mmol/10ml
4,060
Sodium bicarbonate 4.2% 1,004
Sodium bicarbonate 8.4% 2,008
T.P.N. Bags > 290 (Variable with
bag contents)
Kalsium Klorida 20 mmol/10 ml 4000 5,5 - 7,5
Natrium Bikarbonat 4,2% 1004
Natrium Bikarbonat 8,4% 2008 7 - 8,5
Nutrisi Parenteral > 290
Fenitoin 12
Adrenalin 2,5 - 3,6
28
Aminophylin 8,8 - 10
Dopamin 2,5 – 4,5
Furosemida 8,7 – 9,3
B. Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau
karena obat bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang
osmolaritasnya tinggi dan pH larutan yang ekstrim lebih sering
menyebabkan ekstravasasi. Kerusakan jaringan disekitar vena dapat
meluas, contoh setelah pemberian larutan natrium bikarbonat. Dua
golongan obat sitostatika yang lazim diresepkan, yang sangat merusak
jaringan jika terjadi ekstravasasi adalah alkaloid vinka seperti vinkristin dan
anthrasiklin seperti doksorubisin dan daunorubisin. Obat-obat seperti
vinkristin dan doksorubisin bila diberikan secara perifer harus diberikan
secara bolus melalui tetesan (drip) laju cepat. Hal ini karena jika obat
meninggalkan vena dapat menyebabkan pembengkakan dan petugas yang
memberikan obat tersebut harus berada disamping pasien agar dapat
memberikan tindakan segera bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tanda-tanda ekstravasasi meliputi:
• Nyeri, rasa kurang enak, rasa terbakar atau bengkak di tempat injeksi
• Tahanan terhadap gerakan penghisap alat suntik
• Aliran cairan infus tidak lancar
Jika diduga ada ekstravasasi maka tindakan yang dapat dilakukan adalah :
• Hentikan injeksi dengan segera
• Tinggalkan kanula/jarum pada tempatnya
• Keluarkan obat(aspirasikan) melalui kanula/jarum
• Naikkan anggota badan
• Konsultasikan ke dokter spesialis untuk mengobati efek obat tersebut
C. Tromboflebitis
Tromboflebitis kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang
penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Sangat nyeri
dan disertai dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang disepanjang
vena. Tromboflebitis dapat menyebabkan kebekuan darah
Risiko dapat dikurangi dengan cara:
29
• Menggunakan vena besar
• Menghindari infus yang panjang
• Menghindari pH ekstrim atau larutan hiperosmolar
• Dianjurkan untuk diberikan dengan aliran darah cepat dan aliran infus
cepat
• Menggunakan cakram nitrat (nitrat patches) di atas tempat injeksi
untuk meningkatkan aliran darah
• Menambahkan heparin pada larutan infus (1 unit/ml)
• Menggunakan penyaring dalam jalur infus (0,22 mikron)
• Staf yang berpengalaman
D. Embolisme
Sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap
yang kontak dengan darah atau gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat.
Emboli udara (air embolus), disebabkan oleh udara yang masuk vena,
dapat berakibat fatal.
E. Infeksi
Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu
sebabnya banyak infeksi yang dikatkan infus yang disebabkan bakteri gram
positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit. Organisme yang
sering diisolasi dari ujung kanula adalah Staphylococcus aureus atau S.
Epidermis. Risiko terkena infeksis sitemik meningkat pada penggunaan
vena sentral.
F. Reaksi alergi
Obat-obat yang cenderung menimbulkan reaksi alergi adalah: produk
darah, antibiotik, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS), heparin,
penghambat transmisi neuro muskuler.
Reaksi alergi tidak hanya terjadi sebagai respon terhadap bahan aktif
dalam sediaan, tetapi juga terhadap bahan-bahan tambahan dalam produk
misalnya kremafor. Tanda-tanda alergi meliputi bersin-bersin, sesak nafas,
demam, sianosis, pembengkakan jaringan lunak, dan perubahan tekanan
darah. Epinefrin merupakan pengobatan yang paling efektif, dan harus
diberikan segera dan di bawah pengawasan medis yang cermat. Reaksi
minor (ruam kulit, reaksi urtikaria) dapat ditangani atau dicegah dengan
30
hidrokortison atau suatu antagonis histamin seperti Chlorpeniramini Maleas
(CTM).
H. Syok (speed shock)
Beberapa obat bila diberikan terlalu cepat dapat menyebabkan berbagai
komplikasi antara lain hipotensi, kolaps, bradikardi, dan kesulitan
pernafasan. Hal ini digambarkan sebagai speed shock.
3.2 Farmasetik obat suntik
Ketidakcampuran secara fisik dan interaksi digambarkan dalam artikel
Professor Allwood dan dalam buku Trissel’s Handbook on Injectable Drugs.
Obat dapat bereaksi secara kimiawi dengan komponen lain dalam larutan
infus atau mengendap dalam larutan campuran akhir. Obat-obat tersebut
dapat menempel pada wadah plastik atau gelas; atau dapat diadsorbsi oleh
wadahnya. Emulsi lemak dapat menjadi tidak stabil.
Tabel 5. Beberapa pendekatan untuk meminimalkan jumlah obat pada plastik selama
pemberian infus
Obat Jenis Plastik Makna Keterangan
Adsorpsi
Insulin
Semua
(termasuk gelas)
+++
Hindari penambahan
pada larutan infus
berikan dalam alat
pemompa syringe syringe, pada
konsentrasi
>1 unit/ml
Sekretin + Hanya diberikan sebagai
injeksi bolus
Interferon + Hanya diberikan sebagai
injeksi bolus
Absorpsi
Diazepam
PVC
++
Hindari kantung dan
perangkat PVC. Gunakan
31
perangkat sambungan polietilen dan alat
pemompa
(kehilangan sedikit pada pemompa
ganti pemompa setiap 12-24 jam)
Lidokain PVC ++ Ikatan tergantung pada pH,
dan tidak terjadi bila
pengguna klinis secara normal
Klorpromazin PVC + Gunakan glukosa 5% sebagai
pelarut (tergantung pH)
Nimodipin PVC Gunakan perangkat
sambungan polietilen dan
pompa
Karmustin PVC ++ Jumlah obat yang hilang
tampaknya relatif kecil
jika digunakan segera
sesudah disiapkan (masih
kontroversi)
32
BAB IV
PENUTUP
Buku pedoman pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika
disusun untuk menjadi acuan dalam melaksanakan pencampuran obat suntik dan
penanganan obat sitostatika di rumah sakit. Buku ini disusun berdasarkan pustaka
dan pedoman-pedoman kerja yang telah dilaksanakan di IFRS yang telah memiliki
sarana dan prasarana pencampuran obat suntik dan obat sitostatika.
Pedoman ini merupakan panduan bagi apoteker di rumah sakit dan bukan buku
standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan di lapangan dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing IFRS.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anderson R.W. et.al, Risk of Handling Injectable Antineoplastic Agents.
Am.J.Hosp.Pharm.,1982, 39:1881-1887
American Society Hospital Pharmacists, Safe Handling of Cytotoxic and
Hazardous Drugs Study Guide, Am.J.Hosp.Pharm.,1990,47:1033-49
Hicks, W.E., Practice Standards of ASHP 1994-1995: 201-217
Lacy CF, et al, Drug Information Handbook, 17th Ed, Ohio, Lexi-Comp, Inc, 2008
Mc Evoy et.al, Drug Information, American Society of Health System Pharmacist,
Wisconsin, 2005
Shulman R, et.al, Injectable Drug Administration Guide, The Pharmacy
Department University College London Hospital. 1998
Trissel LA, Handbook on Injectable Drugs, 14th Ed, Bethesda, American Society
of Health System Pharmacist, 2007
34
Lampiran 1
LABEL OBAT
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
Nama : ………………………………
No. MR : …………..Ruang : ………..
Obat : …………………………mg
dalam ………………… ml
Rute P. : ………………………………
Tgl. & Waktu Penyiapan : ……jam……
Tgl & Waktu kadaluarsa : ……jam……
Penyimpanan : …………………………
35
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Nama :…... . .. .............. MR….
Ruangan :………………….
Paket berisi : …………............injeksi
Tgl & waktu penyiapan ......................
Lampiran 2
LABEL PENGIRIMAN
36
Lampiran 3
PROTAP DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI
I. PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT
a. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari
a. Alkohol swab
b. Alkohol 70 % dalam botol spray
c. Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan
pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %
b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari
a. Mensterilkan alas untuk sitostatika
b. Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)
c. Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki
d. Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.
e. Jarum
f. Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik u/
disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %.
37
Lampiran 4
PROTAP PERSIAPAN RUANG SEPTIK
a. Menggunakan kelengkapan APP (alat pelindung pribadi )
b. Membersihkan dinding dengan lap basah
c. Membersihkan lantai dengan lap basah, kemudian membilas dengan larutan
desinfektan
d. Membersihkan semua permukaan Biological Safety Cabinet dengan alkohol
70 %
e. Memasukkan semua kassa ke dalam kantong tertutup kemudian membuang
dalam kantong sampah
f. Melepaskan semua pakaian pelindung.
38
Lampiran 5
PROSEDUR TETAP MENANGGALKAN APD
a. Menanggalkan sarung tangan luar
(1). Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.
(2). Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah telapak
tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh sarung tangan
dalam ataupun kulit.
(3). Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.
(4). Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di bagian dalam
sarung tangan.
(5). Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalam sampai seluruhnya
terangkat.
(6). Buang sarung tangan tersebut ke dalam kantong tertutup.
b. Menanggalkan baju pelindung
(1) Buka ikatan baju pelindung.
(2) Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di dalam.
(3) Tempatkan dalam kantong tertutup.
c. Tanggalkan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.
d. Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh
menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.
e. Tempatkan kantong tersebut dalam wadah buangan sisa.
f. Cuci tangan.
39
Lampiran 6
PROTAP PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT
1. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari
a. Alkohol swab
b. Alkohol 70 % dalam botol spray
c. Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan pelarut
dengan menyemprotkan alcohol 70 %
2. Mempersiapkan alat yang terdiri dari
a. Mensterilkan alas untuk sitostatika
b. Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)
c. Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki
d. Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.
e. Jarum
f. Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik u/ disposal dengan
menyemprotkan alkohol 70 %.
40
Lampiran 7.
PROTAP MELAKUKAN PERSIAPAN PENCAMPURAN
a. Petugas tidak menggunakan perhiasan
b. Mencuci tangan dengan antiseptik kemudian membersihkan kuku dengan
sikat di ruang cuci tangan.
c. Petugas menggunakan kelengkapan untuk pencampuran sitostatika di ruang
transisi (baju, topi, masker, sepatu, hanschoen)
d. Petugas masuk kedalam clean room
e. Menyiapkan biological Safety Cabinet (BSC) membersihkan semua
permukaan BSC dengan alkohol 70 % dari bagian atas ke bawah.
f. Menunggu lima menit untuk menghilangkan residu
g. Memberi alas sitostatika pada meja kerja
h. Meletakkan kantong limbah disamping meja kerja (BSC).
41
Lampiran 8.
PROTAP MELAKSANAKAN PENCAMPURAN
a. Menyeka obat dan alkes dengan alkohol
b. Meletakkan seluruh obat dan perlengkapan pencampuran diatas alas sitostatika.
c. Sesudah dioplos, menyeka syringe dan bag infus dengan alkohol kemudian
memberi etiket.
d. Membuang sisa bungkus, syringe jarum, bekas vial kekantong limbah tertutup.
e. Memasukkan obat yang terlindung dari cahaya dalam kantong plastik hitam
f. Memberi etiket dan label yang berisi komposisi cara pemberian, penyimpanan
dan kadaluarsa
g. Memberi paraf setelah selesai
h. Memeriksa kembali obat yang siap dikirim keruang sesuai order
i. Mendekontaminasi dan mendesinfeksi ruang kerja.
j. Melepaskan perlengkapan pelindung.
42
Lampiran 9
PROTAP PENCAMPURAN SEDIAAN AMPUL/VIAL
a. Mengupayakan tidak ada obat di leher ampul dengan cara mengetuk- ngetuk
bagian atas ampul
b. Membersihkan ampul dengan alkohol 70 %
c. Mematahkan bagian leher dengan arah menjauhi petugas dan gunakan kassa
waktu mematahkan.
d. Pada waktu menarik larutan dari ampul usahakan posisi 45o
e. Membersihkan botol infus dengan alkohol 70 % dan keringkan
f. Menyuntikkan sediaan obat kedalam botol infus
g. Menutup botol infus dengan sealing
43
Lampiran 10
PROTAP PENCAMPURAN SEDIAAN VIAL KERING
a. Melarutkan sediaan obat berlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai
sambil mutar-mutar vial secara perlahan hingga larut sempurna
b. Mengangkat jarum dari vial usahakan pelan-pelan
c. Memastikan tidak ada gelembung udara dalam syringe atau infus bag.
44
Lampiran 11
PROTAP PENANGANAN JIKA TERJADI KETERPAPARAN AKIBAT
KECELAKAAN KERJA.
1. KULIT.
a. Menanggalkan sarung tangan
b. Membilas kulit dengan air hangat
c. Mencuci dengan air sabun kemudian membilas kembali dengan air
hangat
d. Menyeka area yang terpapar dengan kassa yang dibasahi larutan
chlorin 5 % (jika kulit sobek) atau menggunakan larutan H2O2 3 %
(jika kulit sobek)
e. Mencatat jenis obat dan jika perlu menyiapkan antidot khusus
f. Menanggalkan seluruh pakaian pelindung
g. Melaporkan ke Apoteker
h. Mengisi kejadian dalam format kecelakaan
2. KULIT TERTUSUK JARUM BERISI OBAT SITOSTATIKA
a. Jangan segera mengangkat jarum, menarik kembali plungger untuk
menghisap obat yang mungkin masuk ke kulit (terinjeksi )
b. Mengangkat jarum dari kulit dan menutup jarum kemudian
membuang dalam kontainer sitostatika
c. Melepaskan sarung tangan
d. Membilas area yang terkena dengan air hangat
e. Mencuci dengan air sabun dan membilas dengan air hangat
f. Mencatat jenis obat dan perkiraan jumlah yang terinjeksi
g. Menanggalkan semua pakaian pelindung
h. Melaporkan ke apoteker
i. Melengkapi format kecelakaan
j. Menyuntikkan antidot yang spesifik
k. Mengkonsultasikan ke dokter dengan segera.
45
Lampiran 12
PROTAP PENANGANAN TUMPAHAN SITOSTATIKA DI DALAM BIOLOGIKAL
SAFETY CABINET (BSC)
a. Menggunakan perlengkapan pelindung (baju, masker, topi, kaca mata,
handschoen, sepatu)
b. Blower tetap dalam keadaan menyala
c. Menampung tumpahan cair dengan kassa dan untuk tumpahan serbuk dengan
kassa basah.
d. Mengangkat pecahan tajam dengan hati-hati dan membuangnnya ke kontainer
buangan sitostatika
e. Mencuci dan membilas permukaan Biological Safety Cabinet tiga kali dengan
cleaning agent dan aquadest
f. Membuang seluruh bekas pembersihan ke kantong buangan sitostatika.
46
Lampiran 13
PROTAP PENANGANAN JIKA OBAT JATUH DAN PECAH
a. Menutup bekas pakaian dengan kain
b. Mengunakan pakaian pelindung
c. Mengambil pecahan vial/ampul dengan alat penjepit, jangan langsung dengan
tangan kemudian memasukkan ke dalam wadah khusus sitostatika.
d. Membersihkan tumpahan sitostatika dengan kain lap 2 lembar mengarah
ketengah
e. Membersihkan bekas tumpahan , dengan bahan kimia (basah dan asam) sampai
bersih, kemudian membilas dengan air.
f. membuang semua bekas tumpahan kedalam kantong khusus buangan
sitostatika.
47
Lampiran 14
PROTAP PENANDAAN PENGEMASAN DAN TRANSPORTASI
b. Memeriksa kembali syringe, infus bag atau kantong benar-benar tertutup dan
diseal
c. Mendesinfeksi bagian luar dengan alkohol 70 %
d. Memberikan label pasien dan label peringatan pada sediaan akhir
e. Membawa sediaan akhir dengan troli tertutup yang ada label sitostatika.
48
Lampiran 15
PROTAP PENANGANAN LIMBAH SITOSTATIKA
a. Memasukkan seluruh limbah sitostatika dalam kantong limbah, diberi label
sitostatika
b. Kontainer buangan sisa harus terbuat dari bahan anti bocor dan tahan terhadap
tusukan benda tajam
c. Memasukkan dalam incenerator dengan suhu 11000 C
49
TABEL REKONSTITUSI ANTIBIOTIKA UNTUK PEMBERIAN INTRAVENA
Stabilitas Dalam
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Penyimpanan
4-8 OC 25 OC
Keterangan
1 Amikacin inj. lar. 250
mg/vial 2 ml
500 mg, 1 g
IV drip IV infus : 500 mg diencerkan
dengan 100-200 ml lar. infus
60 hari 24 jam - Larutan dalam air dapat berwarna
gelap karena oksidasi, tapi tidak
mempengaruhi potensinya dan boleh
digunakan.
- Lama pemberian IV drip 1-2 jam
pada bayi & 30-60 menit pada anak.
- Infus yang bisa digunakan : NS, RL,
D5 NS, D5 ½ S
Amoxycilin –
clavulanat acid inj.
(Co-amoxiclav)
- 500 mg
IV
IV drip
Tambahkan 10 ml aqua pro inj.
Dalam 50 ml NS diberikan dalam
waktu 30 – 40 menit
2 - 20 menit
- 1 gr IV
IV drip
Tambahkan 20 ml aqua pro inj.
Dalam 100 ml NS, diberikan
dalam waktu 30-40 menit
- 20 menit
- Diberikan iv pelan 3 – 4 menit
- Terjadi penurunan potensi pada
penyimpanan, sebaiknya segera
digunakan setelah direkonstitusi.
3 Ampicilin inj.
- 500 mg,
- 1 gr
IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj.
(konsentrasi 100 mg/ml)
Tambahkan 10 ml aqua pro inj.
(konsentrasi 100 mg/ml)
4 jam
4 jam
1 jam
1 jam
50
Stabilitas Dalam
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Penyimpanan
4-8 OC 25 OC
Keterangan
4 Ampicillin –
Sulbactam ((2 : 1)
(Bactesyn) inj.
0,75 gr
1,5 gr
IV
IV
IV drip
Tambahkan 1,6 ml aqua pro inj (
mengandung ampicillin 250
mg/ml dan sulbactam 125 mg/ml)
Tambahkan 3,2 ml aqua pro inj
(mengandung ampicillin 500
mg/ml dan sulbactam mg/ml)
diencerkan dengan 50-100 ml NS
dengan lama pemberian 15-30
menit.
-
-
-
1 jam
1 jam
8 jam
- Dapat di injeksikan secara IV pelan
langsung 10-15 menit;
- Larutan yang sudah direkonstitusi
tidak bisa disimpan, karena terjadi
penurunan potensi.
5 Cefepim inj.
500 mg
1 gr
IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj
Tambahkan 10 ml aqua pro inj
(Konsentrasi akhir 100 mg/ml)
7 hari 24 jam
- Pelarut lain yang bisa digunakan
adalah : NS, D5.
- Larutan yang sudah direkonstitusi
dapat berubah warna dari tidak
berwarna menjadi kekuningan,
namun tidak mempengaruhi
potensinya dan boleh digunakan.
6 Cefotaxim inj.
500 mg
IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj.
(konsentrasi 50 mg/ml)
7 hari 24 jam - Perubahan warna serbuk/larutan
menjadi gelap, tidak boleh
digunakan lagi karena potensinya
51
1 gr. IV Tambahkan 9,6 ml aqua pro inj.
(konsentrasi 100 mg/ml)
7 hari 24 jam hilang.
- Simpan terlindung dari cahaya dan
panas.
- Injeksi IV pelan 3-5 menit
Stabilitas Dalam
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Penyimpanan
4-8 OC 25 OC
Keterangan
7 Cefuroxim inj.
750 mg
IV Tambahkan 8 ml aqua pro inj
(konsentrasi 90 mg/ml)
48 jam 24 jam
1,5 gr IV Tambahkan 16 ml Aqua pro inj
(konsentrasi 90 mg/ml)
48 jam 24 jam
IV drip Drip dalam waktu 15-60 menit,
pelarut D5, NS 100-200 ml
(konsentrasi maksimal 76 mg/ml)
--
- Injekai IV pelan 3-5 menit.
- Perubahan warna dari kekuningan
menjadi gelap tergantung kondisi
penyimpanan, tapi tidak
mempengaruhi potensi sehingga
masih boleh digunakan.
8 Ceftriaxon inj.
250 mg IV Tambahkan 2,4 ml aqua pro inj. 10 hari 3 hari
500 mg IV Tambahkan 4,8 ml aqua pro inj. 10 hari 3 hari
- Setelah direkonstitusi larutan
berwarna kekuningan
52
1 gr IV
Tambahkan 9,6 ml aqua pro inj.
10 hari 3 hari
9 Ceftazidim inj.
0,5 gr
IV Tambahkan 5 ml aqua pro inj
(konsentrasi 100 mg/ml) 7 hari 24 jam
1 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj
(konsentrasi 100 mg/ml)
7 hari 24 jam
2 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj
(konsentrasi 170 mg/ml)
7 hari 24 jam
- Injeksi IV langsung 3-5 menit
- Dalam penyimpanan dapat terjadi
perubahan warna menjadi gelap,
namun masih boleh digunakan
karena tidak ada perubahan potensi.
IV drip Pelarut D5, NS dengan
konsentrasi maksimal 70 mg/ml,
drip 15-30 ml
--
Stabilitas Dalam
Penyimpanan Keterangan
No Nama Obat Rute Rekonstitusi
4-8 OC 25 OC
10 Clindamycin inj.
Lar. 2 ml, 4 ml,
6 ml.
vial 150 mg/ml.
IV drip
intermitten
Pelarut D5 dan NS,
Drip diberikan dalam waktu 10-60
menit, kecepatan pemberian tidak
boleh lebih dari 30 mg/menit
--
11 Cloxacillin inj.
- 250 mg IV pelan Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 72 jam 24 jam
- 500 mg IV pelan Tambahkan 20 ml aqua pro inj. 72 jam 24 jam
12 Flucanazol (Diflucan) IV drip - - - - Tidak boleh digunakan jika larutan
53
infus lar 200 mg/100
ml
keruh atau ada endapan.
- Larutan tidak boleh dibekukan.
- Kecepatan pemberian drip minimal 1
jam/100 ml.
13 Gentamycin inj. lar.
80 mg/2ml, amp/vial
IM, IV
drip
Dilarutkan dalam 50 -200 ml D5
atau NS selama 30 menit-2 jam
- - - Tidak boleh dibekukan.
14 Meropenem inj.
- 500 mg IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 12 jam 2 jam
- 1 gr IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj. 12 jam 2 jam
500 mg & 1 gr IV drip Larutkan dalam 100 ml NS
Larutkan dalam 100 ml D5
18 jam
8 Jam
2 jam
1 Jam
- IV pelan 3-5 menit atau drip 15-30
menit.
- Tidak boleh digunakan jika larutan
berubah warna menjadi kuning.
Stabilitas Dalam
Penyimpanan Keterangan
No Nama Obat Rute Rekonstitusi
4-8 OC 25 OC
15 Metronidazol (Flagyl)
Infus btl. 500 mg/100
ml
IV drip - - s/d tanggal
kadaluwarsa
- Infus diberikan dalam waktu lebih
dari 1 jam.
- Adanya cahaya yang berlebihan
dapat menyebabkab perubahan
warna menjadi gelap, lindungi dari
sinar matahari langsung.
17 Cefoperazone- Sulbac 5 hari 24 jam - Injeksi iv diberikan dalam waktu
54
tam 1 gr
(mengandung 0,5 gr
Cefoperazone +
Sulbactam 0,5 gr)
IV Tambahkan 3,4 ml aqua pro inj.
minimal 3 menit
- IV drip Encerkan dengan 20 ml infus
NS, D5 diberikan dalam waktu 15 -
60 menit
- 2 gr (mengandung 1
gr Cefoperazone +
Sulbactam 1 gr)
IV Tambahkan 6,7 ml aqua pro inj.
18 Vancomycin 500 mg IV drip
intermitten
- Tambahkan 9,7 ml aqua pro
injeksi, kemudian encerkan
dengan 100 ml D5 atau NS
- Diberikan dalam waktu
minimal 1 jam
14 hari 14 hari - Sangat mengiritasi jaringan dan
dapat menyebabkan nekrosis.
- Tidak dianjurkan untuk diberikan im
- Ektravasasi sebaiknya dicegah pada
pemberian IV
- Dapat diberikan IV drip continous
jumlah pelarut disesuaikan untuk
kebutuhan 24 jam
Pustaka :
Trissel LA, 2008. Handbook On Injectable Drugs. 12th ed . American Society of Health System
Pharmacist.
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai