PERDARAHAN ANTEPARTUM
C. Plasenta Previa
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari
yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada
keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro,
2005).
2. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta
atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
a. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta atau ari-ari.
b. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta.
c. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-
ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
d. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
lahir (Wiknjosastro, 2005).
3. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah
rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding
rahim di fundus uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya
ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk
memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di
ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor
dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting
ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
4. Faktor-faktor etiologinya :
a. Umur dan Paritas
1) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada
umur di bawah 25 tahun.
2) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
3) Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur
muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang.
b. Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
f. Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
5. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya
sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar
lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari
tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim
dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim.
Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
6. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari
35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang
kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang
sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang
dari 25 tahun. (Winkjosastro, 2003)
8. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai
bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata
dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis bandingnya meliputi pelepasan
plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan
prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)
9. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan
dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
10. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi
perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu
dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber
terjadinya perdarahan
c. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak
plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan
radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
d. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan
ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta
melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya
perdarahan.
3. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan
aktivitas yang terbatas.
4. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah.
F. Intervensi:
1 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tentang banyaknya 1. Mengetahui banyaknya
cairan sehubungan keperawatan selam 3x24 pengeluaran caiaran pendarahan pada klien
dengan adanya jam maslah resiko (perdarahan).
2. Tekanan darah, nadi,
perdarahan kekurangna cairan
2. Observasi tanda-tanda vital. suhu tubuh yang tidak
berkurang dengan kriteria
normal mengindikasi
hasil: 3. Observasi tanda-tanda
terjadinya syok
kekurangan cairan dan
1. Tidak ada tanda
monitor perdarahan. 3. Memonitor pendarahan
tanda-tanda
setiap satu jam sekali,
dehidrasi 4. Pantau kadar elektrolit darah.
untuk mencegah
2. Tekanan darah, 5. Periksa golongan darah untuk terjadinya syok
suhu, nadi dalam antisipasi transfusi.
4. Elektrolit digunakan
batas normal
6. Jelaskan pada klien untuk sebagai mengatur kadar
3. Elastisitas turgor mempertahankan cairan yang air dalam tubuh
kulitbaik, masuk dengan banyak minum.
5. Mengetahui golongan
membrane mukosa
lembab, tidak ada 7. Kolaborasi dengan dokter darah jika diperlukan
rasa haus yang sehubungan dengan letak terapi transfusi darah
berlebihan placenta.
6. Memperbanyak minum
dapat megurangi
terjadinya dehidrasi dan
menyeimbangkan cairan
pada tubuh
7. Mengetahui letak
plasenta untuk dilakukan
tindakan selanjutnya
3 Potensial terjadi shock Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Pemeriksaan dilakukan
hipovolemik keperawatan selam 3x24 terjadinya shock hipolemik. agar bisa dilakukan
sehubungan dengan jam masalah potensial intervensi selanjutnya
2. Kaji tentang banyaknya
adanya perdarahan. terjadi syok hipovolemik
pengeluaran cairan 2. Mengetahu besarnya cc
tidak terjadi dengan kriteria
(perdarahan). terjadinya pendarahan
hasil:
1. Nadi dalam batas 3. Observasi tanda-tanda vital. 3. Pemeriksaan tanda-tanda
yang diharapkan vital untuk mengetahui
4. Observasi tanda-tanda
terjadinya syok
2. Irama jantung kekurangan cairan dan
dalam batas yang monitor perdarahan. 4. Memonitor tanda-tanda
diharapkan vital dan pendarahan
5. Pantau kadar elektrolit darah.
untuk mencekah
3. Irama pernapasan
6. Periksa golongan darah terjadinya komplikasi
dalam batas yang
untuk antisipasi transfusi. pendarahan
diharapkan
7. Jelaskan pada klien untuk 5. Memantau kadar
mempertahankan cairan elektrolit untuk
yang masuk dengan banyak mengetahui kadar cairan
minum. dalam tubuh
6. Pemeriksaan golongan
darah dilakukan untuk
mengantisipasi jika
dilakukan terapi transfusi
pada lkien
7. Memperbanyak minum
dapat megurangi
terjadinya dehidrasi dan
menyeimbangkan cairan
pada tubuh
4 Ganguan pemenuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penjelasan tentang 1. Memberi penjelasan
kebutuhan personal keperawatan selama 3x24 pentingnya personal hygiene tentang pentingnya
hygiene sehubungan jam maslah gangguan pemenuhan personal
2. Berikan motivasi untuk tetap
dengan aktivitas yang pemenuhan kebutuhan hygiene untuk mencegah
menjaga personal hygiene
terbatas. personal hygiene dapat terjadinya infeksi dan
tanpa melakukan aktivitas
teratasi dengan kriteria gangguan pada kulit,
yang berlebihan
hasil: serta agar klien
3. Beri sarana penunjang atau termotivasi untuk
1. Mampu untuk
mandikan klien bila klien memenuhi kebutuhan
mempertahankan
masih harus bedrest personal hygiene
kebersihan dan
penampilan yang 2. Agar klien mau dan
rapi secara mandiri mampu memenuhi
dengan atau tanpa kebutuhan personal
alat bantu. hygiene untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut
2. Mengungkapkan
secara verbal 3. Membantu klien dalam
kepuasan tentang memenuhi kebutuhan
kebersihan tubuh personal hygiene yang
dan hygiene oral adekuat
5 Gangguan psikologis Setelah dilakukan tindakan 1. Beri dukungan dan 1. Agar klien merasa lebih
cemas sehubungan 2x24 jam maslah cemas pendidikan untuk rileks dan merasa
dengan kurangnya dapat teratasi dengan menurunkan kecemasan dan nyaman, dan cemas
pengetahuan tentang kriteria hasil: meningkatkan pemahaman dapat dikontrol
kehamilan yang dan kerja sama dengan tetap
1. Klien mampu 2. Mempertahankan
bermasalah. memberikan informasi
mengidentifikasi hubungan saling percaya
tentang status janin,
dan dengan klien untuk
mendengar dengan penuh
mengungkapkan mempertahankan rasa
perhatian, mempertahankan
gejala cemas percaya klien agar
kontak mata dan
2. Vital sign dalam berkomunikasi dengan mampu mengungkapkan
batas normal tenang, hangat dan empati maslah yang memicu
yang tepat. terjadinya kecemasan
3. Postur tubuh,
ekspresi wajah, 2. Pertahankan hubungan saling 3. Beri pemahaman tentang
bahasa tubuh, dan percaya dengan komunikasi penyakit agar klien
tingkat aktivitas terbuka. Hubungan rasa mengetahu tentang
menunjukkan saling percaya terjalin antara penyakit dan prosesnya
berkurangnya perawat dan klien akan serta peningkatan
kecemasan membuat klien mudah pemahaman klien
mengungkapkan perasaannya tentang penyakitnya
dan mau bekerja sama. secara adekuat