Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Disusun Oleh:

Ni Komang Desi Tri Handayani


C1115114
VI D

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
BADUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat-Nya tulisan ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan Perioperaktif” ini
disusun dalam rangka menempuh matakuliah KMB IV yang diampu oleh Bapak
Ns. Putu Wira Kusuma Putra Kep., M. Kep.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami hambatan dan
kesulitan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam penyusunan karya ilmiah. Namun demikian, berkat kerja keras dan adanya
bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi. Terkait hal itu
melalui pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna baik isi maupun
tatacara penulisannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran pembaca sangat
diharapkan demi sempurnanya hasil karya penulis selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga karya kali ini ada manfaatnya.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan ............................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................
BAB II KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF
A. Definisi Keperawatan Perioperatif ................................................
B. Tahap – Tahap Keperawatan Perioperatif ....................................
C. Peran Perawat Perioperatif ............................................................
D. Tujuan/ Indikasi ............................................................................
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF
A. Pre-Operatif .............................................................................
B. Intra Operati .............................................................................
C. Pasca Operatif ..........................................................................
BAB IV TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF
A. Persiapan Fisik .........................................................................
B. Persiapan Psikologis ................................................................
C. Persiapan Dokumen dan Inform Concent ................................
D. Persiapan Obat-Obatan dan Alat Kesehatan ............................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang
sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja
terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika
seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada
masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu
penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting,
karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang
baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut
diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah
– langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan
Keperawatan pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.

C. Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan
Keperawatan pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif

D. Manfaat
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. DEFINISI KEPERAWATAN PERIOPERATIF


Keperawatan perioperatif adalah merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan
dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu
istilah gabungan yang mencakup tiga tahap dalam suatu proses pembedahan
yaitu tahap pra operasi, tahap intra operasi dan pasca operasi. Masing-
masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi keperawatan dan dukungan
dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan
(Majid, 2011).
Keperawatan Perioperatif adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan di kamar bedah yang langsung diberikan
pasien, dengan menggunakan metodelogi proses keperawatan. Keperawatan
periopertif berpedoman pada standar keperawatan dilandasi oleh etika
keperawatan dalam lingkup tanggung jawab keperawatan. Perawat yang
bekerja di kamar operasi harus memiliki kompentensi dalam memberikan
asuhan keperawatan perioperatif (HIPKABI, 2012).

B. TAHAP – TAHAP KEPERAWATAN PERIOPERATIF


Ada beberapa tahapan dalam keperawatan perioperatif dan
keberhasilan dari suatu pembedahan tergantung dari setiap tahapan tersebut.
Masing - masing tahapan dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada
waktu tertentu pula. Adapun tahap – tahap keperawatan periopertif adalah
(Hamlin, 2009):
1. Tahap pra operasi.
Tahap ini merupakan tahap awal dari keperawatan periopertif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung
pada tahap ini, kesalahan yyang dilakukan pada tahap ini akan berakibat
fatal pada tahap berikutnya. Bagi perawat perioperatif tahap ini di mulai
pada saat pasien diserahterimakan dikamar operasi dan berakhir pada
saat pasien dipindahkan ke meja operasi.
2. Tahap intra operasi.
Tahap ini dimulai setelah pasien dipindahkan ke meja operasi dan
berakhir ketika pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas di
ruang operasi difokuskan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah - masalah fisik yang mengganggu pasien tanpa
mengenyampingkan psikologis pasien. Diperlukan kerjasama yang
sinergis antar anggota tim operasi yang disesuaikan dengan peran dan
tanggung jawab masing - masing. Salah satu peran dan tanggung jawab
perawat adalah dalam hal posisi pasien yang aman untuk aktifitas
pembedahan dan anestesi.
3. Tahap pasca operasi.
Keperawatan pasca operasi adalah tahap akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama tahap ini proses keperawatan diarahkan pada upaya
untuk menstabilkan kondisi pasien. Bagi perawat perioperatif
perawatan pasca operasi di mulai sejak pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan sampai diserahterimakan kembali kepada perawat ruang
rawat inap atau ruang intensif

C. PERAN PERAWAT PERIOPERATIF


Perawat perioperatif sebagai anggota tim operasi, mempunyai peran
dari dari tahap pra operasi sampai pasca operasi. Secara garis besar maka
peran perawat perioperatif adalah:
1. Perawat Administratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen
penunjang pelaksanaan pembedahan. Tanggung jawab dari perawat
administratif dalam kamar operasi diantaranya adalah perencanaan dan
pengaturan staf, manajemen penjadwalan pasien, manajemen
perencanaan material dan menajemen kinerja. Oleh karena tanggung
jawab perawat administratif lebih besar maka diperlukan perawat yang
mempunyai pengalaman yang cukup di bidang perawatan perioperatif.
Kemampuan manajemen, perencanaan dan kepemimpinan diperlukan
oleh seorang perawat administratif di kamar operasi (Muttaqin, 2009).
2. Perawat Instrumen.
Perawat instrumen adalah seorang tenaga perawat profesional
yang diberikan wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan alat atau
instrumen pembedahan selama tindakan dilakukan. Optimalisasi dari
hasil pembedahan akan sangat di dukung oleh peran perawat instrumen.
Beberapa modalitas dan konsep pengetahuan yang diperlukan perawat
instrumen adalah cara persiapan instrumen berdasarkan tindakan
operasi, teknik penyerahan alat, fungsi instrumen dan perlakuan jaringan
(HIPKABI, 2012).
3. Perawat sirkuler
Perawat sirkuler adalah perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan
pembedahan. Peran perawat dalam hal ini adalah penghubung antara
area steril dan bagian kamar operasi lainnya. Menjamin perlengkapan
yang dibutuhkan oleh perawat instrumen merupakan tugas lain dari
perawat sirkuler (Majid, 2011).
4. Perawat Ruang pemulihan
Menjaga kondisi pasien sampai pasien sadar penuh agar bisa
dikirim kembali ke ruang rawat inap adalah satu satu tugas perawat
ruang pemulihan. Perawat yang bekerja di ruang pemulihan harus
mempunyai keterampilan dan pengetahuan tentang keperawatan gawat
darurat karena kondisi pasien bisa memburuk sewaktu-waktu pada tahap
pasca operasi (muttaqin,2009).
5. Perawat Anestesi
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam tim anestesi
untuk kelancaran pelaksanaan pembiusan adalah peran perawat anestesi.
Seorang perawat anestesi adalah perawat yang terlatih di bidang
perawatan anestesi dan telah menyelesaikan program pendidikan D-III
anestesi atau yang sederajat. D-III Keperawatan yang telah mengikuti
pelatihan keperawatan anestesi minimal selama satu tahun, juga bisa
diberikan wewenang dalam perawatan anestesi (Muttaqin, 2009).
Peran perawat anestesi mulai dari tahap pra operasi, intra operasi
dan pasca operasi. Pada tahap pra operasi, perawat anestesi berperan
untuk melakukan sign in bersama dengan dokter anestesi. Tahap intra
operatif, perawat anestesi bertanggung jawab terhadap kesiapan
instrumen anestesi, manajemen pasien termasuk posisi pasien yang
aman bagi aktivitas anestesi dan efek yang ditimbulkan dari anestesi.
Kolaborasi dalam pemberian anestesi dan penanganan komplikasi akibat
anestesi antara dokter anestesi dan perawat anestesi, adalah hal yang
wajib dilakukan sebagai anggota tim dalam suatu operasi baik dalam
pemberian anestesi lokal, anestesi umum dan anestesi regional termasuk
spinal anestesi (Majid, 2011).

D. TUJUAN/ INDIKASI
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Brunner dan
Suddarth, 2013 ) seperti :
1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF

A. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,
kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan
anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot,
antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang
mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang
berpengaruh pada ketidak seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status
nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah
radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram,
darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing,
albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk
menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau
lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
a. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
b. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
c. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
atau menurunnya nutrisi.
d. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
a. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
b. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
c. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan
kemungkinan pengonatan setelah operasi.
b. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari
sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan
makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,
sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi
c. Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus dicukur.
1) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan
karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan
melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan
diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama
hingga 3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
g) Istirahat
2) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan
dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain
latihan memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan
glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot
betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10
kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan
lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat
tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan
kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.
3) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau
dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk
diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
4) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboplebitis
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang
terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan,
serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi pad infeksi atau cedera
lainnya.

B. Intra operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan
posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan
mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem,
kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu,
lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen pembedahan serta
anestesi yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah
adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari
tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan
seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup
sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
4. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam bedah
desain secara khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril,atau baju harus
dimasukkan ke dalam celana, atau harus di tutupi pinggang
untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan penutup
kepala, masker, sarung tangan serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian mencuci
tangan steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wilayah
bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan
dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil
laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-
lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan
untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran
dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang
digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum
khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang
baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar alkohol,
sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan
dengan menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah
tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan
dengan berbagai macam, antara lain anestesi umum, inhalasi
atau intravena, anestesi regional dengan cara memblok saraf,
dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah
akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan
pembedahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan,
ginjal, dan lain-lain.
E. Pasca operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.
2. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah
adalah :
a) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
luka pembedahan.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sebagai dampak anestesi.
c) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
d) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
e) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
f) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
g) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan
yang menurun.
h) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
Tujuan :
a) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
b) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
c) Mempertahankan sirkulasi.
d) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e) Mempertahankan eliminasi.
f) Mempertahankan aktivitas.
g) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan
memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin
C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan
napas, yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka,
tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan
menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-
lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking
pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar
tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada
tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang
cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti
adanya peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang
sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem
eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit
terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika
ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut,
dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan Lambung dan Usus
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT
(naso gastric tube).
5. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka
incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya
daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada
fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:


a. Latihan Nafas Dalam
b. Latihan Batuk Efektif
c. Latihan Gerak Sendi

B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi /
mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas.
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.

C. Persiapan Dokumen Dan Inform Concent


1. Dokumen
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang
dilaksanakan pada catatan proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal
yang didokumentasikan antara lain: pengkajian fisiologis, pengkajian
psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat
respons, efek medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan
pula tanda vital, pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan,
pernyataan atau perilaku pasien, dan obat-obatan yang diberikan. Standar
dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif
(Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner,Billie, 2005) adalah, sebagai
berikut.
a. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang
diberikan pada perawatan perioperative
b. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota
tim pembedahan. Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien
c. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan
respons pasien terhadap intevensi keperawatan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan
kebijakan dan prosedur pada area praktik
2. Inform Concent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum
dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi)
(Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner,Billie 2005).
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan
pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat
dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam
prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Berikut adalah contoh dari format inform concent,

D. Persiapan Obat-Obatan Dan Alat Keseshatan


1. Obat-obatan
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis
yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik
yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai
indikasi pasien.
2. Alat Kesehatan
a. Alat steril
Set dasar yang disiapkan (basic instrument set) Terdiri dari :
- Desinfeksi klem (Sponge holding forceps) 1 buah
- Duk klem (Towel forceps) 5 buah
- Pemegang pisau (Handvat mes/Knife)
- handle no 3 1 buah
- Pincet anatomi 2 buah
- Pincet chirurrgie 2 buah
-Arteri klem van pean lurus 2 buah
- Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem) 5 buah
- Arteri klem van kocher 4 buah
-Gunting Benang ( Ligature Scissors ) 1 buah
-Gunting Metzembum 1 buah
- Nald Voerder 2 buah
- Woundhag gigi 4 tajam 2 buah
- Langenbeck 2 buah
- Tambahan khusus : Beckock 1 buah

Set dan bahan penunjang operasi :


1.Linen set steril terdiri dari :
- Linen besar 3 buah
- Linen keci 13 buah
- Gaun operasi 5 buah
- Sarung meja mayo 1 buah
2. Handle Lampu
3. Handschoen bermacam-macam ukuran
4. Desinfektan betadine 1 % dan alkohol 70 %
5. Cairan PZ 0,9 %
6. Senur diathermi + kabel
7. Canule + selang suction
8. Mess no .10
9. Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok
10. Korentang pada tempatnya
11. Jarum ½ bulat ( round ), tajam ( cutting )
12. Benang siede 2-0, Safil no 1, monocril 3-0, vycril 3-0, plain catgut
no.2-0
a. Alat non steril
- Hypafix
- Gunting verband / bandage scissors
- Mesin diatermi dan platnya
- Mesin suction
- Lampu operasi
- Meja operasi
- Meja mayo
- Meja linen dan instrument
- Standart infus
- Tempat sampah
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu
memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya
operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien
sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan –
kebutuhannya.Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah
diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan
perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya
terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat
seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.

Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner,Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan


Perioperatif Volume 1. Jakarta : EGC.

HIPKABI. 2012. Buku Pelatihan Dasar – Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.
Jakarta: HIPKABI Press

Long, B. C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 8. Bandung: IAPK

Majid. 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Mutaqqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Pelayan Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai