KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Disusun Oleh:
Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat-Nya tulisan ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan Perioperaktif” ini
disusun dalam rangka menempuh matakuliah KMB IV yang diampu oleh Bapak
Ns. Putu Wira Kusuma Putra Kep., M. Kep.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami hambatan dan
kesulitan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam penyusunan karya ilmiah. Namun demikian, berkat kerja keras dan adanya
bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi. Terkait hal itu
melalui pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna baik isi maupun
tatacara penulisannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran pembaca sangat
diharapkan demi sempurnanya hasil karya penulis selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga karya kali ini ada manfaatnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan ............................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................
BAB II KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF
A. Definisi Keperawatan Perioperatif ................................................
B. Tahap – Tahap Keperawatan Perioperatif ....................................
C. Peran Perawat Perioperatif ............................................................
D. Tujuan/ Indikasi ............................................................................
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF
A. Pre-Operatif .............................................................................
B. Intra Operati .............................................................................
C. Pasca Operatif ..........................................................................
BAB IV TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF
A. Persiapan Fisik .........................................................................
B. Persiapan Psikologis ................................................................
C. Persiapan Dokumen dan Inform Concent ................................
D. Persiapan Obat-Obatan dan Alat Kesehatan ............................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang
sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja
terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika
seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada
masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu
penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting,
karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang
baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut
diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah
– langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan
Keperawatan pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.
C. Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan
Keperawatan pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif
D. Manfaat
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF
D. TUJUAN/ INDIKASI
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Brunner dan
Suddarth, 2013 ) seperti :
1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERIOPERATIF
A. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,
kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan
anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot,
antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang
mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang
berpengaruh pada ketidak seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status
nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah
radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram,
darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing,
albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk
menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau
lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
a. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
b. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
c. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
atau menurunnya nutrisi.
d. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
a. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
b. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
c. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan
kemungkinan pengonatan setelah operasi.
b. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari
sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan
makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,
sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi
c. Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus dicukur.
1) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan
karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan
melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan
diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama
hingga 3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
g) Istirahat
2) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan
dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain
latihan memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan
glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot
betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10
kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan
lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat
tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan
kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.
3) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau
dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk
diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
4) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboplebitis
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang
terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan,
serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi pad infeksi atau cedera
lainnya.
B. Intra operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan
posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan
mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem,
kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu,
lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen pembedahan serta
anestesi yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah
adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari
tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan
seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup
sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
4. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam bedah
desain secara khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril,atau baju harus
dimasukkan ke dalam celana, atau harus di tutupi pinggang
untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan penutup
kepala, masker, sarung tangan serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian mencuci
tangan steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wilayah
bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan
dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil
laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-
lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan
untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran
dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang
digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum
khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang
baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar alkohol,
sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan
dengan menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah
tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan
dengan berbagai macam, antara lain anestesi umum, inhalasi
atau intravena, anestesi regional dengan cara memblok saraf,
dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah
akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan
pembedahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan,
ginjal, dan lain-lain.
E. Pasca operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.
2. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah
adalah :
a) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
luka pembedahan.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sebagai dampak anestesi.
c) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
d) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
e) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
f) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
g) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan
yang menurun.
h) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
Tujuan :
a) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
b) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
c) Mempertahankan sirkulasi.
d) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e) Mempertahankan eliminasi.
f) Mempertahankan aktivitas.
g) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan
memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin
C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan
napas, yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka,
tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan
menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-
lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking
pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar
tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada
tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang
cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti
adanya peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang
sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem
eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF
A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit
terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika
ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut,
dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan Lambung dan Usus
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT
(naso gastric tube).
5. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka
incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya
daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada
fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan.
B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi /
mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas.
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu
memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya
operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien
sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan –
kebutuhannya.Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah
diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan
perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya
terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat
seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.
HIPKABI. 2012. Buku Pelatihan Dasar – Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.
Jakarta: HIPKABI Press