BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era persaingan yang semakin tinggi antar rumah sakit, setiap rumah sakit
saling berpacu untuk memperluas pasarnya. Harapan adanya perluasan pasar secara
langsung adalah meningkatnya penjualan sehingga rumah sakit akan memiliki lebih
banyak konsumen (pasien). Namun, rumah sakit selaku produsen haruslah memahami
bahwa semakin banyak konsumen maka rumah sakit akan semakin sulit memahami
konsumennya secara teliti, terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap
barang dan jasa yang ditawarkan beserta alasan-alasan yang mendasarinya baik dari
segi pelayanan maupun dari segi fasilitas yang ada di rumah sakit ( Wiyono 2007) .
Rumah sakit yang mampu bersaing dalam pasar adalah rumah sakit yang
mampu menyediakan produk atau jasa berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit
dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal
ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat
yang baik di mata masyarakat selaku konsumen dan calon konsumen. Terhadap
Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan
atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya,
teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak
dalam pasar yang kompetitif. Juran (1980) dalam azwar menyebutkan bahwa mutu
dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Harus diakui bahwa dewasa ini
perkembangan ilmu pengetahuan serta situasi dunia yang mengarah pada era
globalisasi. Hal in menuntut adanya perluasan dan restrukturisasi rumah sakit dimana
mendalam dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, karena hal ini akan
menunjang peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan sistem pelayanan
keperawatan ( Gillies,1996 )
memenuhi standar optimal, maka diperlukan beberapa syarat yang mencakup delapan
saja dilayanani dalam memberikan pelayanan rawat inap akan tetapi melayani dalam
pemberian pearawatan rawat Jalan. Pelayanan rawatan rawat jalan adalah suatu
layanan keperawatan yang memberikan layanan kepada klien dengan status layanan
rawat pulang atau pelayanan keperawatan dengan rawat sesaat. Pelayanan inilah yang
Perawat ruang rawat jalan seperti IGD Dan Poliklinik Rumah sakit
etika dan legal keperawatan yang mencerminkan pemahaman pada klien beradasarkan
aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang rawat jalan harus bekerja sesuai
dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan) yang ditunjukkan dalam memberikan bantuan pada pasien pasien tanpa
membutuhkan rawat lanjut. Etik dalam layanan rawat jalan juga ditujukan untuk
mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia sehingga jika manusia tersebut
merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu seperti profesi keperawatan,
maka aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut
kode etik sebagai status seorang perawat. Status pekerjaan sebagai seorang perawat
rumah sakit ataupun bagian dari staf paramedik tidak membuat perawat bisa
keputusan atas tindakan profesional yang paling tepat dalam memberikan pelayanan
energy, biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman (
Swanson 1999 dalam Watson, 2004 ). Hasil penelitian Agustin ( 2002 ) dan Palese (
keperawatan merupakan indikator penting dari kualitas pelayanan Rumah Sakit, baik
pelayanan rawat ianap maupun peleyanan rawat jalan, karena sebagian besar
pelayanan utama yang ada di rumah sakit diberikan oleh perawat melalaui Ruang
poliklinik dan juga IGD yang sesuai dengan kualitas pelayanan (Wolf & Miller, 2003)
sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas (quality of service). Beban kerja
berdasarkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan layanan per pasien per
hari. Finkler & Kovner (2000) dalam Huber (2000), menyatakan bahwa beban kerja
perawat adalah volume kerja perawat perunit dibagi jumlah perawat di unit.
Selanjutnya Yoder–Wise (2003), menyatakan bahwa volume kerja adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menangani pasien perhari dikalikan dengan jumlah pasien dalam
berdasarkan beban kerja yang diberikan kepada perawat. Menurut Ilyas (2000), tenaga
perawat, analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas
yang dijalankan berdasarkan fungsi utama dan tugas tambahan yang dikerjakan,
jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang
5
ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan
jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat
membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Syaer, 2010). Hasil analisa
beban kerja perawat dapat dijadikan dasar untuk mengetahui : 1) Proporsi waktu yang
digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif, 2) Pola beban kerja perawat
pelaksana dengan waktu dan jadwal jam kerja, dan 3) Mengetahui jumlah kebutuhan
memiliki beban kerja berlebih akibat dibebani tugas-tugas non keperawatan. Perawat
yang diberi beban kerja berlebih dapat berdampak kepada penurunan tingkat
mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah,
langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut.
Disamping tugas tambahan, beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh
waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi
dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan berdampak buruk bagi
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Yarsi Sumatera Barat merupakan
rumah sakit tipe C milik swasta berada di jalan Batang Agam Belakang Balok
Bukittinggi. Hasil studi dokumentasi di bagian rekam medik RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Yarsi Sumatera Barat bahwa berdasarkan data September Tahun 2015
6
sudah termasuk standard nasional. LOS 5,43 hari, TOI 1, 97 hari. Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina Bukittinggi memiliki 170 tempat tidur. Saat ini RS memiliki tenaga
perawatan 202 orang terdiri dari SPK/SPR 2 orang, D III Keperawatan 165 orang, D
III Kebidanan 15 orang, S 1 Kep 19 orang. Formasi jumlah tenaga adalah 5-6 orang
dinas pagi, 4-5 orang dinas sore dan 3 orang dinas malam. Hal ini bearti rasio perawat
klien berkisar 1: 4-5. Keadaan seperti ini berpotensi besar terhadap beratnya beban
kerja perawat. Rumah sakit ibnu Sina adalah rumah sakit Yarsi Bukittinggi memiliki 3
Layanan keperawatan rawat jalan di RSI Ibnu Sina terdiri dari layanan
terbagai lagi dengan layanan pada pasien Yang Urgen (Langsung dirawat) dan
layanan pasien Non Urgen (pasien dengan Rawat Jalan). Jumlah Pasien yang
berkunjung ke Poli Klinik rata tiap harinya sebanyak 301 pasien yang dilayanai
sebanyak 14 orang perawat. Sedangkan layanan rawat Pasien IGD rata –rata
yang diberikan di poliklinik dan IGD di RSI Yarsi Bukittinggi maka rata rata pasien
yang dirawat dengan junlah tenaga perawat tidak seimbang , karena tingginya
tuntutan kerja dan banyaknya kuntitas pasien yang dilayanani maka akan semakin
tingginya beban kerja perawat di ruang rawat jalan IGD dan poliklinik
Hasil studi pendahuluan di Ruang Poliklinik dan IGD diperoleh bahwa jumlah
pasien yang datang saat shift pagi dan sore rata-rata lebih banyak dibandingkan
dengan shift malam. Jumlah kunjungan pasien 60 orang perhari. Namun jumlah
kunjungan di Poliklinik sebanyak 301 pasien tiap harinya. Hasil wawancara dengan
7
kepala ruangan poliklinik dan IGD yaitu Ibu Cici dan Bunda di Unit Instalasi Gawat
Darurat (IGD) dan juga Poliklinik mengenai aktifitas asuhan keperawatan dan tugas
tambahan selain tugas pokok, mereka menyatakan bahwa aktifitas terlalu banyak ,
seperti mengisi format, menangani pasien, memberikan pelayanan pada pasien dan ini
dilakukan setiap hari dimana kegiatan ini dilakukan terus menerus sehinnga
tambahan selain tugas pokok keperawatan. Disamping itu banyak tugas masih ada
tugas lain seperti tugas delegasi dari dokter, pengurusan administrasi, pengurusan
depo alat kesehatan, dan melakukan tugas kebersihan terutama saat shift sore pada
poli klinik dan shift malam di ruangan IGD karena cleaning service sudah tidak ada
lagi saat sore dan malam. Selain itu, perawat juga menyatakan bahwa pada saat pasien
datang lebih dari satu orang akan mengalami kewalahan dalam menangani pasien
kepada perawat yang bertugas di Poliklinik dan IGD sangatlah fluktuatif, hal ini
dikarenakan tergantung pada seberapa banyak jumlah pasien yang datang dan
seberapa serius pelayanan perawatan medis yang harus dilakukan. Di samping itu
beban kerja seorang perawat menjadi lebih terasa berat dan berlebih dikarenakan oleh
waktu kerja (shift) yang panjang, waktu istirahat yang kurang, harapan pimpinan
rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik, tuntutan keluarga
sebagainya. Perawat di poliklinik dan IGD harus selalu bersiaga untuk menerima
pasien sebanyak apapun dan separah apapun kondisinya. Apabila beban kerja yang
sudah cukup berat tersebut ditambah tuntutan kerja yang harus ditanggung oleh
8
perawat melebihi kapasitas kerjanya maka dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi
suatu unit, kondisi penyakit atau tingkat ketergantungan klien, pengukuran perawatan
langsung dan tidak langsung, frekuensi tindakan yang dibutuhkan, rata-rata waktu
Dari jurnal penelitian Rahman Hidayat tahun 2013 tentang faktor beben kerja
dengan Kinerja Perawat bahwa didapatkan hasil bahwa beban kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap pekerjaan perawat dengan (p=0,001, 0,05). Dan dari hasil
wawancara bersama perawat di Poliklinik dan IGD RSI Yarsi Bukittinggi juga
didapatkan bahwa perawat mengeluh dengan beban kerja yang ada serta faktor faktor
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Faktor yang mempengaruhi beban kerja Perawat Dalam
Pelayanan Pasien di Unit Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui tentang
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi beban kerja Perawat Dalam Pelayanan Pasien
di Unit Rawat Jalan Poliklinik. dan IGD (Non Urgen) dimana variabel independennya
terdiri dari jumlah klien yang dilayani di Ruang IGD dan Poliklinik Rawat Jalan,
kondisi penyakit klien yang dilayani, pengukuran waktu pelayanan yang dilayani oleh
perawat di Poliklinik dan IGD, dan jumlah tindakan yang di butuhkan di poliklinik
dan IGD, rata rata waktu yang dibutuhkan dalam melayani klien di poliklinik dan
9
IGD, sedangkan variabel dependennya adalah beban kerja perawat di poliklinik dan
croscektional dimana sampel yang diambil dengan total populasi di poliklinik rawat
jalan dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi tahun 2016?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor apa
Unit Rawat Jalan Poliklinik. dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
2. Tujuan Khusus
Poliklinik Rawat jalan dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016.
langsung) di Ruangan Poliklinik rawat jalan. dan IGD (Non Urgen) RSI
Poliklinik Rawat Jalan. dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
Poliklinik Rawat Jalan. dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
Poliklinik Rawat Jalan. dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016
dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016.
rawat Jalan. dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun
2016.
dalam pelayanan pasien di Ruangan Poliklinik Rawat Jalan dan IGD (Non
dalam pelayanan pasien di Ruangan Poliklinik rawat jalan. dan IGD (Non
D. Manfaat Penelitian
di ruangan Poliklinik rawat jalan .dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi Tahun 2016 sehingga dapat meningkatkan proses kerja yang lebih
2. Bagi Peneliti
berkaitan dengan masalah beban kerja perawat dalam pelayanan pasien di ruang
Poliklinik rawat jalan .dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi
Tahun 2016 .
3. Bagi Institusi
penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
beban kerja Perawat dalam pelayanan pasien di Ruangan Poliklinik Rawat Jalan.dan
IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016. Dalam penelitian ini
variabel independennya adalah faktor faktor beban kerja perawat yaitu : junmlah klien
yang dirawat, kondisi penyakit atau tingkat ketergantungan klien yang dirawat,
beben kerja perawat Ruangan Poliklinik Rawat Jalan.dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu
Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016 . Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
12
mengetahui faktor beban kerja perawat dalam pelayanan pasien di Poliklinik Rawat
Jalan .dan IGD (Non Urgen) RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2016. Populasi
dalam penelitian ini adalah perawat poliklinik dan IGD sebanyak 31 orang. Pada
penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling,
yaitu semua populasi dijadikan sampel. Jadi sampel yang akan peneliti ambil pada
penelitian ini adalah sebanyak 31 orang. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Studi kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Study.
Penelitian ini akan dilakukan di ruangan Poliklinik rawat Jalan .dan IGD RSI Ibnu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang munculnya topik penelitian, masalah
penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan menguraikan satu –
persatu bagian tersebut dengan menggunakan berbagai sumber, referensi, baik berupa
Pelayanan rawat jalan didefinisikan sebagai pelayanan terhadap orang yang masuk rumah
kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap atau tidak lebih dari 24 jam
perawatan.
Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien yang
berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,termasuk seluruh prosedur diagnostik
dan terapeutik
a. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Disebutkan juga bahwa akhir tahun 2000-an, rawat jalan
merupakan salah satu pemain yang dominan dari pasar rumah sakit dan merupakan
sumber keuangan yang sangat bermakna. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan
3) Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan rawat jalan
b. Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan dengan
pasien, yaitu :
yang ada .
c. Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan konsultasi kepada
pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis, dengan tindakan
pengobatan atau tidak dan untuk menyediakan tindak lanjut bagi pasien rawat inap
yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya.
d. Rawat Jalan hendaknya memilki lingkungan yang nyaman dan menyenangkan bagi
pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat jalanlah pasien
Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan memiliki sirkulasi udara
yang lancar, tempat duduk yang nyaman, perabotan yang menarik dan tidak terdapat
a. Poliklinik
kesehatan yang merupakan bagian pelayanan kesehatan rumah sakit atau rawat jalan
yang melayani perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau
oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis
b. Pengertian Klinik
Klinik adalah suatu wadah yang berdiri sendiri yang memiliki fasilitas pelayanan
menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik diselenggarakan oleh lebih
dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis ataupun
c. Jenis Klinik
1) Klinik Pratama
dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter umum.
Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha ataupun
perorangan.
2) Klinik Utama
pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ
atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang dokter spesialis ataupun
dokter gigi spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh
badan usaha.
1) Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar,sementara pada
2) Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada klinik
klinik pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk badan
usaha
4) Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau dokter
gigi, sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis untuk masing-
1) Rawat jalan;
2) Rawat inap;
4) Home care;
Perlu ditegaskan lagi bahwa klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap, harus
memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai kepemilikan klinik, dapat dimiliki
a. Pengertian IGD
Pengertian Intalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di
rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit
dalam penanganan kegawatdaruratan dan life saving tidak ditarik uang muka dan
penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien sampai di
IGD.
medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi
pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat
adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat
untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah
Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan
diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat jalan
prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan
petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya,
18
dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (Depkes RI,
2006).
Latar belakang pentingnya pelayanan IGD diatur dengan standar IGD karena
pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan
tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat
penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang
tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumberdaya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar. Disisi
mengambil alih tanggung jawab yang selama ini dilakukan oleh pusat. Untuk itu
gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan kesehatan tidak menurun,
sebaliknya meningkat dengan pesat. Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar
yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah
Darurat RS.
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
pelaksana)
Kemampuan suatu rumah sakit secara keseluruhan dalam hal mutu dan
kesiapan untuk melayani pasien tercermin dari kemampuan IGD. Standarisasi IGD
untuk mencapai mutu pelayanan saat ini menjadi salah satu komponen penilaian
penting dalam akreditasi suatu rumah sakit. Penilaian mutu pelayanan IGD rumah
sakit mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menggunakan Indikator Kinerja Kunci atau
Key Performance Indicators (KPI). Dalam SPM rumah sakit untuk unit pelayanan
Tabel 2.1 Key Performance Indicators Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit
memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009)
telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time).
Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes
RI, 2009).
21
di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian
filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun
kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan
untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayana bersifat darurat
Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien.
Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam
untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk
pasien anak-anak. Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah
terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan
memiliki kualisifikasi
22
1. Pasien (Urgent)
memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih
stabil.
Contoh
• Fraktur multiple
• Fraktur femur/pelvis
• Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen
berat)
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
Yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan ataupun
Contoh
– Fraktur minor
– Luka minor
seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama
biasanya diartikan sebagai patient days yang merujuk pada jumlah prosedur,
pemeriksaan kunjungan pada pasien. Bisa juga diartikan beban kerja adalah
2000).
tindakan serta rata – rata waktu yang dibutuhkan setiap tindakan (Gillies,
kerja perawat adalah jumlah pasien dan jumlah perawat serta jumlah aktivitas.
Standar emas untuk mengukur sumber daya keperawatan akan menjadi model
keperawatan yang diberikan serta lingkungan kerja. Disamping itu ada faktor
lain misalnya beratnya tanggung jawab, tuntutan atau permintaan dalam waktu
Sistim pengukuran beban kerja adalah hal yang kompleks, proses dinamis
beban kerja adalah proses penentuan jumlah jam kerja (man hours) yang
sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta
kategori:
debridement.
komplek.
ada reaksi alergi terhadap obat dan observasi status mental tiap
1 jam.
27
berikut: makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan, perlu
rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering
dua orang.
dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak dapat di
insentive terus menerus dalam setiap shift dan di lakukan satu perawat
untuk satu klien. Semua kebutuhan klien diurus/ dibantu oleh perawat.
Tabel : 2.2
Waktu Untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan
Untuk Tiap Shift
dilaksanakan untuk dinas pagi dan dinas sore, sedangkan untuk dinas malam
pendidikkan tidak diberikan karena untuk istirahat dan tidur tetap hanya
kategori, yaitu:
waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak langsung tetap sama yaitu 38
perawat seperti sholat, makan, minum, kebersihan diri, duduk di nurse station,
ganti pakaian dan ke toilet, dengan lokasi 15% dari total waktu kerja setiap shift.
Kegiatan lain perawat dan tidak produktif adalah kegiatan yang tidak terkait
urusan pribadi, pergi keluar ruangan/ pergi untuk keperluan pribadi atau keluarga,
Beban kerja juga bisa dibagi menjadi kegiatan produktif dan non
tugas utama asuhan keperawatan sesuai tugas, peran dan fungsinya (Mochal,
2001). Rata-rata jam produktif pershift adalah 6 - 6,5 jam dari 8 jam perhari
atau 75%-80%, sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan yang non produktif
31
08.00-12.00 etelah terjadi penurunan yaitu sisanya dipakai untuk istirahat, sholat,
waktu kerja mencapai 80%. Bila lebih 80% maka tandanya beban kerja sudah
perawat 75% dimana saat itu banyak lulusan SPK ). Sementara menurut ILO
adalah 7 jam shift pagi, 7 jam shift sore dan 10 jam shift malam (Gillies, 1994).
dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat di selesaikan dengan
baik dan tepat waktu dengan menunjukkan langsung pada yang bertugas, hasilnya
Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari sisi kualitas yang
digunakan.
b. Work Sampling ( merupakan variasi dari time study and task frequency).
yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu dan kegiatan yang
secara random sebagai sample kegiatan . Pada work sampling orang yang
personal tesebut berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam
atau tidak produktif; d) pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu
dan jadwal jam kerja. Masih menurut Swanburg & swanburg (1999 ),
responden.
random sampling.
berikut:
Tabel: 2.3
Format Observasi Kegiatan Keperawatan
(Formulir work sampling)
Pengamat :
Ruang :
Tanggal :
Dinas Pagi/ Sore/ Malam *
N Jam Kode Kegiatan keperawatan (dituliskan
o Responden nomor kegiatan yang dilaksanakan)
Langsung Tidak Non
Langsung Keperawatan
1 07.00 A
2 07.05 B
3 07.10 C
Dst
Langkah – langkah yang bisa dilakukan pada metode work sampling ini
perawat di 1 ruangan.
Pengamatan pada hari kedua dan seterusnya dapat dilakukan pada perawat
dan waktu perawatan karena laporan tersebut sedikit bias oleh minat
c. Continous Sampling
yang dilakukan terus menerus terhadap setiap kegiatan perawat dan dicatat
pulang. Pengamatan dapat dilakukan pada satu atau lebih responden secara
Tabel : 2.4
Pengamat :
Ruang :
Tanggal :
Dinas Pagi/ Sore/ Malam *)
tugas harian dapat dibuat untuk periode waktu tertentu untuk pekerjaan-
Menurut Ilyas (2004) cara lain untuk menghitung beban kerja personal
yang dilakukan oleh perawat yang sedang diamati. Teknik ini tidak
sakit yang berbeda. Penelitian dengan time dan motion study dapat
2. Daily Log
pada teknik ini adalah orang yang diteliti menulis sendiri kegiatan yang
Gillies (1999) mengatakan metode atau teknik daily log ini memiliki
sebagainya.(Kurniadi 2013)
37
Kerangka teori ini berguna sebagai landasan pembuatan kerangka konsep penelitian
Gillies (1994) keinginan atau motivasi perawat dalam menjalankan tugasnya termasuk
datang. Bila jumlah pasien yang tidak seimbang dengan perawat yang melakukan
penaganan pada pasien di Ruang rawat Jalan poliklinik dan IGD maka akan mengarah
kepada terjadinya pada beban kerja yang tinggi dan akan mendorong terjadi
kejenuhan dan perselisihan dalam kegiatan kerja yang dilakukan. Jika jumlah klien
meningkat maka jumlah kegiatan keperawatan juga akan bertambah sehingga beban
kerja perawat juga bertambah dan akan lebih berat lagi jika tingkat ketergantungan
klien lebih banyak berada pada kategori partial care yang lebih banyak membutuhkan
waktu direct care dari perawat. Akibat banyaknya pasien maka akan menimbulkan
Keletihan, kelelahan yang dialami perawat karena beban kerja yang meningkat Illyas
(2004) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti ; jumlah klien yang
dibutuhkan klien, rata rata waktu pelayanan di lakukan perawat yang dapat
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi
beban kerja perawat dalam Pelayanan Pasien di Ruang Poliklinik Rawat Jalan dan
IGD (Non Urgen) RSI Yarsi Ibnu Sina Bukittinggi Sumatera Barat. Kerangka teoritis
Faktor -Faktor
1. Jumlah Klien
Yang dilayani di
Poliklinik Rawat
Jalan dan IGD Non
Urgen (Swanburg
1999)
2. Kondisi penyakit
Yang dilayanai di Beban Kerja Perawat Dalam pelayanan
Ruang Poliklinik dan Pasien Di Poliklinik Rawat Jalan dan IGD
IGD Non Urgen Non Urgen
(Kartika 2011) Sumber : Wolf et al ( 2004 )
3. Pengukuran
Perawatan Klien
Yang dilayani di
Poliklinik dan IGD
(Ilyas 2004) Karakteristik Responden :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
4. Tindakan Yang 3. Pendidikkan
di lakukanRuang 4. Masa Kerja
poliklinik 5. Status Perkawinan
dan IGD
(Situmorang1994, Sumber : Gibson,1999, Robins,2001 dan
dalam Anwar2013) Davis,1995,Allender& pradley ( 2004 )
BAB III
dibahas dalam tinjauan teori. Berdasarkan penjelasan konsep yang ada pada teori, peneliti
ingin meneliti faktor faktor apakah yang mempengaruhi beban kerja perawat dalam
pelayanan Pasien di Ruang Rawat Jalan poliklinik dan IGD Non Urgen RSI Yarsi Ibnu
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu jumlah klien yang
dilayani, kondisi penyakit klien, pengukuran perawatan klien, tindakan yang dibutuhkan
klien, rata rata waktu pelayanan di lakukan perawat , variabel dependen yaitu beban kerja
perawat dan variabel counfonding yaitu karakteristik perawat. Variabel adalah sesuatu
yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu konsep tertentu. Variabel dependent merupakan variabel yang
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah beban kerja (workload). Variabel beban
kerja terdiri dari sub variabel kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan tidak
ketergantungan klien dan jumlah tenaga perawat (Swanburg, 1999). Semakin banyak
jumlah klien biasanya akan banyak pula tindakan/kegiatan yang harus dilakukan
40
perawat dan rata rata jumlah waktu yang diperlukan. Kondisi ini akan menjadi lebih
berat lagi bila kondisi klien berada pada kategori V berdasarkan tingkat
ketergantungan klien..
Variabel Independent dalam penelitian ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi
beban kerja yang terdiri dari jumlah klien yang dilayani, kondisi penyakit klien,
pengukuran perawatan klien, tindakan yang dibutuhkan klien, rata rata waktu
mempengaruhi beban kerja, motivasi dengan perilaku caring perawat terdiri dari
Untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat dalam
Pelayanan pasien di Ruangan Poliklinik dan IGD, maka disusunlah kerangka konsep
Faktor -Faktor
Jumlah Klien
Yang dilayani
2. Kondisi penyakit
klien
7. Tindakan Yang
di lakukan
3.2 Hipotesis
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang
relevan, belum berdasarkan fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
Hipotesis Mayor :
Terdapatnya faktor dominan yang berhubungan dengan beban kerja perawat dalam
pelayanan Pasien di Rawat jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS Islam Ibnu Sina
Hipotesis Minor :
a. Ada hubungan Jumlah Klien Yang dilayani dengan beban kerja perawat Dalam
Pelayanan Pasien di Ruang Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS Islam
b. Ada hubungan kondisi penyakit Klien Yang dilayani dengan beban kerja perawat
Dalam Pelayanan Pasien di Ruang Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS
c. Ada hubungan Pengukuran Perawatan dengan beban kerja perawat Dalam Pelayanan
Pasien di Ruang Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS Islam Ibnu Sina
d. Ada hubungan Tindakan yang dilakukan perawat dengan beban kerja perawat Dalam
Pelayanan Pasien di Ruang Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS Islam
e. Ada hubungan rata rata waktu dengan beban kerja perawat Dalam Pelayanan Pasien
di Ruang Rawat Jalan Poliklinik Dan IGD Non Urgen RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Definisi operasional merupakan keputusan peneliti dengan cara yang logis dalam
mengamati atau mengukur konsep – konsep dalam penelitian dari variabel penelitian (
Blais et al, 2003 ) yang mencakup komponen definisi, siapa pengukur, alat pengukuran,
bagaimana cara mengukur, skala pengukuran serta bagaimana hasil pengukuran dari
semua variabel yang yang didefinisikan. Dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
43
Variabel Independen
Jumlah klien Kuantitas klien pasien Observasi Mengguna 1. Tinggi Nominal
yang yang datang dan kan ( < mean)
dilayani berkunjung ke lembar
perawat Poliklinik dan IGD tilik harian 2. Rendah
dengan perawatan Non rata pasien ( ≥ mean )
Urgen dilihat dari segi yang
rata rata kunjungan berkunjun (Saefuddin,
setiap hari di poliklinik g dengan 2011)
dan IGD. melihat
hasil
daftar
kunjungan
harian
pasien
Variabel Confounding
Umur Umur klien di hitung Kuisioner Kuisioner 1. Dewasa Ordinal
sejak tanggal kelahiran A Awal : 20
hingga ulang tahun - 30 tahun
terakhir pada saat 2. Dewasa
mengisi kuisioner Tengah:
31-59
tahun
3. Dewasa
Akhir :di
mulai
pada umur
60 tahun
sampai
kematian.
( Santrock
: 2008)
Jenis Karakteristik fisik yang Kuisioner Kuisioner Pengelompok Nominal
Kelamin dimiliki responden A kan :
1. Laki–laki
2. Perempua
n
Pendidikkan Pendidikan formal yang Kuisioner Kuisioner Pengelompok Ordinal
dimiliki responden A kan :
1. SPR/SPK
2. D III
3. S1
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu
penelitian, etika penelitian, prosedur pengumpulan data, alat pengumpulan data, uji instrumen
dan pengolahan serta analisis data. Metode penelitian sesuai dengan tujuan penelitian untuk
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana pengukuran yang tepat untuk
menggambarkan temuan untuk mengkaji hubungan antar variabel ( Burn dan Groye, 2004
). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu untuk menguji adanya hubungan antara
dua variabel atau lebih dan tidak dilakukan manipulasi pada variabel tersebut ( Polit &
Beck, 2004 ).
4.2 Populasi
1) Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi acuan terhadap hasil penelitian
yang dilakukan (Arikunto, 2002 ). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat
yang bertugas di ruang Poliklinik Rawat jalan Dan IGD RS Islam Ibnu Sina
2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap
Kriteria Inklusi :
a. Perawat yang bertugas di Ruang Poliklinik Rawat jalan Dan IGD RS Islam Ibnu
Kriteria Eklusi :
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Poliklinik Rawat jalan Dan IGD RS Islam Ibnu
Sina Yarsi Bukittinggi Sumatera Barat. Alasan peneliti tertarik melakukan penelitian di
rumah sakit ini karena rumah sakit merupakan lahan praktek residensi peneliti
sebelumnya dan banyak fenomena yang ditemukan. Sehingga peneliti ingin mengetahui
lebih rinci Faktor beban kerja perawat Dalam Pelayanan pasien di Poliklinik Rawat jalan
Dan IGD RSI Yarsi Bukittinggi Sumbar . Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan
Juni 2016.
48
responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan hak – hak responden, kerahasiaan,
identitas dan waktu pada saat mengisi kuisioner. Responden yang memenuhi kriteria dan
mau berpartisipasi dalam penelitian ini terlebih dahulu menanda tangani persetujuan
meliputi :
1) Self determination
untuk ikut berpartisipasi atau tidak, tanpa paksaan dan sewaktu – waktu boleh
menjadi smapel pada saat penelitian. Untuk melindungi pasien yang bersedia
apabila pasien menolak untuk menjadi responden dengan alas an sibuk atau
2) Anonimity
Menurut Polit & Hungler ( 2005 ) anonimity adalah menjamin kerahasiaan, identitas
responden. Responden diminta untuk tidak mengisi nama pada lembar pengisian
kuisioner, namun untuk identitas seperti umur, jenis kelamin, pendidikkan, status
perkawinan harys diisi oleh responden. Penelitian ini tidak membahayakan responden
dan identitas responden dijaga kerahasiaanya. Kuesioner yang telah diisi disimpan
49
oleh peneliti dan tidak diberikan kepada pihak rumah sakit, setelah penelitian selesai
data dihancurkan.
3) Benefience
Aplikasi dari prinsip etik pada penelitian ini adalah peneliti menjelaskan kepada
manfaat penelitian dan dampak penelitian. Hasil penelitian ini memiliki kontribusi
untuk bidang manajemen rumah sakit dan perawat pelaksana yang dalam hal ini
menjadi subjek penelitian serta menjadi masukan dalam optimalisasi beban kerja dan
motivasi perawat oleh manajer rumah skit serta bidang keperawatan. Apabila pihak
manajemen mampu mengatur beban kerja dan motivasi perawat maka akan
berdampak pada perilaku cari perawat dalam memberikan asuhan keperawatan serta
4) Maleficence
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko pada responden dan bebas dari rasa tidak
nyaman. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan penjelasan penelitian secara
tertulis dan tidak akan mempengaruhi responden. Pertanyaan yang diberikan dalam
waktu 15 – 20 menit.
5) Justice
Kadilan diwujudkan dengan memperlakukan setiap orang dengan moral yang benar
dan pantas serta member setip haknya, serta penekanan pada distribusi seimbang dan
adil (Komite Nasional Etik Penelitian Kesehatan,2003) prinsip ini juga diartikan
sebagai kesempatan yang adil bagi semua responden tanpa memandang gender,
50
bahasa dan usia. Responden memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil
Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
Bagian ini berisi data atau karakteristik responden terdiri dari 5 pertanyaan dari nomor
1 sampai dengan 5 yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan
status perkawinan. Responden mengisi salah satu jawaban yang disediakan disamping
Untuk mengukur beban kerja dilakukan dengan menghitung jenis kegiatan baik
2013 ).
Kuesioner ini mengukur seberapa banyak klien yang dilayani dalam pelayanan pasien
yang dihitung berdasarkan rata rata tiap hari pasien yang datang ke poliklinik dan juga
51
IGD Non Urgen dengan. Dimana Lembar tilik ini yang digunakan berdasarkan
Kuesioner ini merupakan kuesioner kondisi klien dimana klien yang datang
berkunjung ke Poliklinik dan IGD dilihat dari kondisi keadaan umum (KU) kklien
yang dinilai oleh tenaga Medis dimana kuesioner ini dilihat berdasarkan kondisi klien
yang datang keruangan IGD dan Poliklinik Rawat Jalan setiap harinya di RS Islam
Kuesioner ini merupakan kuesioner pelayanan pasien dimana kuesioner ini dilakukan
pada klien baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada klien yang datang
mengunjungi ruang Rawat Jalan poliklinik Dan IGD , apakah tindakannya langsung
atau tidak langsung di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Yarsi Sumatera Barat
Poliklinik Rawat Jalan dan IGD dilihat dari apa saja tindakan yang dilakukan oleh
perawat apakah tindakannya dilakukan secara Mandiri atau tindakan kolaborasi yang
dilayani di Poliklinik Rawat jalan Dan IGD Non Urgen RS Islam Ibnu Sina
Poliklinik Rawat Jalan dan IGD dilihat dari berapa menit pasien yang dilayani
52
sampai pasien tersebut pulang tanpa ada rawatan baik di Ruang Rawat Jalan
Poliklinik dan Juga Ruang IGD sehingga rata rata klien dilihat berdasarkan SOP
Uji validitas suatu instrumen penelitian dilakukan dengan cara melakukan uji korelasi
pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara nilai tiap item pertanyaan
dengan skor total kuisioner, untuk melihat nilai korelasi tiap – tiap pertanyaan
signifikan. Pertanyaan dikatakan valid jika skor tersebut berkorelasi secara bermakna
dengan skor totalnya. Apabila r hitung > r tabel , maka Ho ditolak artinya variabel
valid. Apabila r hitung < r tabel, maka Ho gagal ditolak, artinya variabel tidak valid (
Hastono, 2006 ). Uji validitas instrumen bertujuan agar instrumen penelitian yang
digunakan tersebut valid artinya instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang
responden (10%-30%) dari Total Populasi (Sugiono 2007) dan di RS Islam Ibnu
Sina Padang Panjang Yarsi Sumatera Barat. Alasan peneliti melakukan uji instrumen
di RS Islam Ibnu Sina Padang Panjang Yarsi Sumatera Barat karena RSI Yarsi
Bukittinggi dan RSI Yarsi Padang Panjang merupakan rumah sakit Asosiasi Rumah
Sakit Islam (RSI) dan juga dari tipe rumah sakit yaitu sama yaitu tipe C, karakteristik
responden hampir sama. Uji validitas instrumen bertujuan agar instrumen penelitian
yang digunakan tersebut valid artinya instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa
Uji reabilitas (kehandalan) merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih (
Hastono, 2006 ). Instrumen yang dapat digunakan dalam suatu penelitian minimal
harus mempunyai nilai reabilitas 0,80 ( Burn & Grove, 2008 ). Mengetahui nilai
dikatakan reliable jika r α > r tabel, maka pernyataan tersebut reliable. Adapun cara
koefesien Alpha Cronbach yaitu apabila hasil koefesien alpha > taraf signifikan 60%
atau 0,6 maka pernyataan kuesioner tersebut realibel. Apabila hasil koefesien alpha <
taraf signifikan 60% atau 0,6 maka pernyataan kuesioner tidak reliabel.
bersama.
2) Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Direktur RS Islam Ibnu Sina Yarsi
pertemuan dengan Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Ruangan dan berbagai pihak
yang terkait untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian serta prosedur
kesediaan sebagai responden dalam penelitian ini dan setelah itu kuesioner
e) Semua data yang ada dikumpulkan, diperiksa kelengkapannya dan kemudiaan akan
jaminan kerahasiaan.
perawat pelaksana selama 7 jam (shift pagi, shift sore dan shift malam untuk IGD)
terganggu.
kesediaan sebagai responden dalam penelitiaan ini dan setelah itu kuesioner
(1) Pengumpulan data dilakukan dalam 7 jam (1 shift ) . Untuk IGD 3 Shift ,
(2) Untuk mengetahui perawat yang dinas setiap shift , peneliti akan
(3) Setiap kegiatan yang dilakukan perawat dicatat waktu mulai dan kapan
berakhirnya.
(5) Setiap kegiatan yang dilakukan perawat dicatat waktu mulainya dan kapan
berakhirnya.
(6) Untuk pengumpulan data pada hari kedua dan seterusnya adalah
(7) Apabila perawat yang akan diamati tidak hadir karena ganti dinas atau
(8) Setelah selesai diperiksa kelengkapannya untuk kemudian data diolah dan
dianalisis .
Setelah semua data dikumpulkan dengan baik kemudian data diolah dengan
4.8.1 Editing
kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan dan konsistensi jawaban dari
setiap pertanyaan dan kejelasan hasil observasi agar dapat diolah dengan baik.
4.8.2 Coding
Pada tahap ini peneliti melakukan konversi jawaban kuesioner. Setiap jawaban/data
Proses pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan cara memasukkan data yang
Sebelum dilakukan tabulasi dilakuka kegiatan mengecek kembali data yang sudah
dimasukkan, apakah ada missing, melihat variasi data dan konsistensi data dan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang sudah di entry
yang diteliti ( Hastono,2007 ). Data yang dilakukan analisis univariat adalah data
kategorik. Sehingga data yang dikategorikkan dalam penelitian ini yaitu usia, jenis
kelamin, pendidikkan, lama kerja, status perkawinan, beban kerja perawat, Jumlah klien
yang dilayani, pelayanan keperawatan, tindakan keperawatan yang dibutuhkan dan rata
Analisis bivariat digunakan mengetahui apakah ada hubungan yang bermakna anatara
dua variabel atau dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
bermakna antara dua kelompok atau lebih. Karena variabel dalam penelitaan ini data
kategorik maka digunakan chi square. Uji chi square dilakukan untuk melihat ada
tidaknya asosiasi antar dua variabel yang bersifat kategorik (Hastono & Sabri 2006 ).
Semua variabel kategorik terdiri dari variabel Dependen dan Independen. Analisa
batas α = 0,05 sehingga bila p ≤ maka disebut bermakna dan jika p > 0,05 bearti tidak
multivariat untuk melihat hubungan beberapa variabel ( lebih dari satu variabel )
Analisis multivariat yang akan dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
Analisis statistik yang akan digunakan yaitu regresi logistik. Analisis regresi logistic
merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untyk mengetahui bentuk
dependen kateogori yang bersifat dikotom atau binary ( Luknis & Hastono, 2009 ).
Penelitian analisis regresi logistik dilakukan untuk melihat variabel apakah sebagai
faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja perawat dalam pelayanan pasien
di Poliklinik Rawat jalan dan IGD Non Urgen RSI Yarsi Bukittinggi Sumbar.
59
b. Melakukan pemodelan variabel utama yang nilai tertinggi besar dari 0,05
dkeluarkan satu persatu dan selisih OR antara pertama dengan kedua > 10 %
c. Setelah variabel utama terakhir dari permodelan lalu dicari variabel yang lebih
terakhir.