Anda di halaman 1dari 58

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PERSENTASE KELULUSAN

PADA DIKLAT JARAK JAUH ONLINE PTK


DAN ALTERNATIF SOLUSINYA

Oleh
Drs. Asip, M.Ed

BALAI DIKLAT KEAGAMAN JAKARTA


2015

i
ABSTRAK
Asip: Fakto Penyebab Rendahnya Persentase Kelulusandiklat
Jarak Jauh Online Ptk dan Alternatif Solusinya. tudi kasus ini
dilaksanakan di BDK Jakarta bulan Januari sampai April 2015 bertujuan
untuk mengudentifikasi faktor-faktor penyebab rendahnya persentasi
kelulusan pada tiga angkat Diklat jarak jauh Online Penelitian Tindakan
Kelas yang diselenggarakan tahun 2014. Untuk tujuan tersebut telah
dilakukan survey dengan sumber data hasil evaluasi DJJ Online PTK,
alumnus diklat tutor dan admin. Selain itu dilakukan kajian teoretis dan
best practice untuk merumuskan solusi.
Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan empat kelompok
penyebab rendahnya persentase kelulusan yaitu faktor individu, factor
instruksional, factor organisasi dan factor teknis. Keemapt factor tersebut
saling terkait antara satu dengan lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan.
Namun demikin berdasarkan analisis kualitatif dan kaji referensi diantara
empat faktor tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap rendahnya
persentase kelulusan adalah factor individu. Faktor tersebut termasuk
didalamnya motivasi, self-efficacy, kesibukan dan kemampuan mengelola
waktu. Faktor ini mendominasi sehingga ketika factor-faktor lain baik
namun factor individu rendah maka seorang peserta mendapat
hambatan yang signifikan dalam mengikuti DJJ Online.
Melalui peneltian ini dirumuskan sembilan alternative solusi yaitu.
Pertama meningkatkan motivasi, kedua meningkatkan self-efficacy, ketiga
peningkatan hubungan tutor-peserta-admin, keempat peningatan
ketepatan pelayanan tutor dan admin untuk merespon kegiatan peserta,
kelima mempertimbangkan kembali kegiatan tatap muka dengan berbagai
bentuk, keenam meningkatkan penyebaran informasi mengenai tujuan,
fungsi dan karakter DJJ online dalam berbagai bentuk, ketujuh
meningkatkan mutu materi dan kegiatan agar lebih mudah dan lebih cepat
dikuasai namun tidak membuat peserta bosan, kedelapan disajikan modul
simulasi untuk latihan bagi para calon peserta dalam menggunakan LMS,
dan kesembilan perencanaan dan pengembangan tanpa akhir yang
dilakukan dalam bentuk siklus yang sistematis.

Kata Kunci: DJJ Online PTK, Persentase kelulusan, motivasi, self-efficacy,


instruksional, individual, organisai, teknis.

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanairrahim
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan semangat dan
energy kepada penulis untuk menyelesaikan malalah ini. Alhamdulillah
meskipun banyak hambatan karena kesibukan melaksanakan pekerjaan
sehari-hari makalah ini tuntas meskipun banyak yang masuh harus
direvisi.
Makalah ini adalah laporan hasil penelitian yang dilakasanakan sejak
Januari sampai Maret 2015 terhadap hasil hasil DJJ Online PTK di Balai
Diklat Keagamaan Jakarta. Penelitian mempermasalahkan rendahnya
persentasi kelulusan pada diklat tersebut yang bukan saja tidak
memuaskan tapi juga mengundang kekhawatiran dan rasa penasaran.
DJJ Online telah dilaskanakan dengan kebanggaan dan telah banyak
energy dan anggaran yang dihabiskan namun hanya memberikan sedikit
kontribusi terhadap aut put kediklatan. Namun penulis tidak menganggap
hal itu sebagai kegagalan melainkan sebagai masalah yang harus
diselesaikan. Dengan semangat itulah penulis menyelesaikan penelitian
ini dan berharap dapat dijadikan pertimbangan untuk perbaikan DJJ
Online di tahun 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada almunis DJJ, tutor dan
admin yang telah memberikan data untuk penelitian ini. Secara khusu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala BDK Jakarta yang
telah mendukung penelitian ini. Semoga penelitian ini memberikan
inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya dalam rangka
mengembangkan DJJ Online khususnya di BDK Jakarta.
Wassalam wr. wb.

Jakarta, Juni 2015


Penulis

iii
iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 3
C. Metodologi Penelitian ......................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PSUTAKA .............................................................................................. 6
A. Pembelajaran Online .......................................................................................... 6
B. Interaksi pembelajaran Online ........................................................................... 9
C. Kelebihan an Kekurangan Pembelajaran Online ......................................... 11
D. Fenomena Tingkat kelulusan pada pembelajaran Online........................... 13
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 17
A. Data Hasil Penelitian......................................................................................... 17
1. Jumlah Kelulusan ........................................................................................... 17
2. Hasil Pre-Post Test ........................................................................................ 18
3. Penilaian terhadap sistem............................................................................. 18
4. Penilaian terhadap penyelenggaraan ......................................................... 19
5. Penilaian terhadap tutor ................................................................................ 20
6. Usulan dan saran peserta ............................................................................. 20
7. Data hasil konsinyasi ..................................................................................... 21
8. Pendapat tutor ................................................................................................ 23
B. Pembahasan ...................................................................................................... 23
1. Penyebab rendahnya tingkat kelulusan ...................................................... 23
2. Upaya meningkatkan angka kelulusan ....................................................... 28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 40
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................................... 41

v
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 43
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 45

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Interaksi Belajar Online ................................................. 9


Gambar 2 Skema Interaksi Belajar Online Andersoan............................. 10
Gambar 3 Diagram Perbandingan Persentase Kelulusan ....................... 14
Gambar 4 Diagram Perbandingan Tingkat Kelulusan Pusdik Depkes ..... 15
Gambar 5 Perkembangan Tingat Kelulusan e-Leaning ........................... 16
Gambar 6 Diagram Triadic Interconectednes .......................................... 29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Skor Pre-post Tes 51

Lampian 2 : Daftar Skor Penilaian Sistem 52

Lampiran 3 : Daftar Skor Penilaian Penyelenggaraan 52

Lampiran 4 : Daftar Skor Penilaian terhadap Tutor 54

Lampiran 5 : Rekap Jumlah Peserta Yang Lulus pada

Setiap Kegiatan Belajar 55

viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balai Diklat Keagamaan (BDK) Jakarta tahun 2014 telah
menyelenggarakan Diklat Jarak Jauh (DJJ) Online sebanyak 13 angkatan
yang meliputi 6 jenis diklat. Keenam mata diklat tersebut terdiri dari 2
diklat keagamaan dan 4 diklat pendidikan. Diklat keagamaan meliputi
Penyusunan Angka Kredit bagi penyuluh dan Karya Tulis Ilmiah bagi
Penyuluh dan Penghulu. Adapun materi pendidikan terdiri dari
Perencanaan Pembelajaran, Penilaian hasil Belajar, Model Pembelajaran
dan penelitian Tindakan kelas (PTK). Setiap angkatan diikuti oleh 30
orang dari seluruh wilayah kerja BDK Jakarta yang meliputi DKI Jakarta,
Banten dan Kalimantan Barat.
Penyelenggaraan DJJ tahun 2014 merupakan prestasi tersendiri
karena menggunakan sistem pembelajaran online yang dirancang secara
mandiri oleh tim DJJ BDK Jakarta. Yang lebih menggairahkan, setelah
dilakukan sosialisasi jumlah peserta yang mendaftar melebihi kapasitas
kelas yang tersedia. Untuk 13 angkatan hanya dibutuhkan peserta
sebanyak 390 orang sedangkan pendaftar mencapai 700 orang. Untuk
menentukan peserta dilakukan seleksi administrasi dan skala prioritas. Hal
itu menunjukkan bahwa animo pegawai Kementerian Agama di wilayah
kerja BDK Jakarta untuk mengikuti DJJ online sangat tinggi. Hal ini juga
memberikan indikasi bahwa kesempatan untuk meningkatan out put diklat
melalui DJJ online sangat tinggi.
Dibalik kesuksesan tersebut masih ditemukan kekecewaan dalam
hal jumlah lulusan. Dari 13 angkatan kelulusan tertinggi hanya samapi 15
orang saja dari 30 orang terdaftar di awal. Itu terjadi pada mata diklat PTK
angkatan 2. DJJ Online telah dilaskanakan dengan kebanggaan dan telah
banyak energy dan anggaran yang dihabiskan namun hanya memberikan
sedikit kontribusi terhadap aut put kediklatan.

1
Hal ini merupakan masalah penting yang perlu dicarikan
pemecahannya. Ketika secara teoretis DJJ Online merupakan sebuah
alternatif penyelenggaraan diklat dengan angka efektifitas anggaran 400%

2
namun apabila tingkat kelulusannya rendah maka kelayakannya perlu
dipertimbangkan.
Namun demikian tentu hal itu bukan sebuah kegagalan. Dalam
logika penelitian pengembangan (research and development) mutu
sebuah produk tidak mengenal kata akhir. Agar tetap dapat bertahan
sebuah produk harus terus mengalami perbaikan. Sebagai sebuah produk
baru, DJJ Online BDK Jakarta pada penggunaan pertama baru pada
tahap uji coba. Pada tahap ini setiap komponen produk baru harus
dievaluasi efisiensi dan efektifitasnya. Apabila belum mencapai harapan
maka harus dicari tahu apa penyebabnya, kemudian dicarikan solusinya
untuk perbaikan.
Berdasarkan alasan tersebut telah dilakukan penelitian untuk
mengidentifikasi penyebab rendahnya kelulusan. Melalui penelitian
tersebut dikumpulkan data hasil evaluasi setiap komponen DJJ Online
yang melaiputi mutu system, mtu penyelenggaraan, mutu pelayanan tutor,
penguasaan kompetensi dan persentase kelulusan. Selain itu dilakukan
survey kepada peserta yang baik yang lulus maupun tidak lulus, para tutor
dan para administrator. Informasi tersebut digunakan untuk perbaikan DJJ
Online pada tahun 2015.
B. Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian
Rendahnya jumlah lulusan masih terjadi pada semua angkatan DJJ
Online tahun 2014 . Namun penelitian hanya dilakukan pada DJJ Online
PTK saja. Pembatasan dilakukan untuk menghindari terlalu besarnya
masalah yang diteliti dan keterbatasan kesempatan untuk mengumpulkan
data. Selain itu ada variabel berbeda antara DJJ Online PTK dengan DJJ
Online lainnya. Pada 5 DJJ online lain digunakan model pembelajaran
online Wiliam Horton dengan tiga langkah kegiatan yaitu absorb, do, dan
1
connect sedangkan pada DJJ Online PTK digunakan model

1
Wiliam Horton, e-Learning by Design, (San Francisco; Pfeiffer, 2006), h. 39.

3
2
pembelajaran berbasis projek Sylvia Chard dengan lima langkah
pembelajaran. Ada kemungkinan salah satu faktor penyebab terjadi akibat
penerapan model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu untuk
menghindari distorsimaka lebih baik dibatasi. Dengan pembatasan
tersebut diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih spesifik.
Yang dimaksud dengan angka kelulusan adalah jumlah peserta
yang mengikuti seluruh program DJJ Online dan memperoleh skor
kumulatif hasil evaluasi lebih dari 76 sehingga memperoleh Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL).
Penelitian hanya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan berikut.
1. Apa saja faktor yang menyebebakan angka kelulusan pada DJJ
Online PTK rendah?
2. Bagaimana solusi untuk meningkatkan angka kelulusan DJJ Online
PTK?
Melalui penilitian ini diharapkan teridentifikasi faktor-faktor
penyebab rendahnya angka kelulusan pada DJJ Online PTK. Informasi
terebut akan menjadi dasar untuk menentukan alternative-alternatif solusi
untuk perbaikan sehingga sistem DJJ Online PTK lebih baik.

C. Metodologi Penelitian
Penelitian menggunakan metode studi kasusu dilakukan di BDK
Jakarta bulan Januari sampai April 2015. Data yang diperoleh berupa
informasi kuantitatif maupun kualitatif mengenai penyebab rendahnya
angka kelulusan pada DJJ Online PTK yang diperloleh dari hasil evaluasi
terhadap hasil belajarn, sistem pembelajaran online, sistem
penyelenggaraan DJJ Online, evalusi terhadap tutor dan admin serta
usulan dan saran peserta terhadap komponen DJJ Online PTK. Data
tersebut diperoleh dari hasil evaluasi menggunakan angket online yang
terdapat pada system.

2
Sylvia Chard, “Project Learnig”, Edutopia,
http://www.edutopia.org.modules/PJBL/whatisPjBL/php, (diakses 23 Februari 2015).

4
Untuk mengukur hasil belajar digunakan soal pre-pos tes hasil
belajar PTK yang telah divalisasi. Instrumen evaluasi sitem pembelajaran
online yang digunakan adalah instrumen yang disebut e-Learning sistem
success (ELSS) yang dikembangkan oleh DeLone and McLeans3.
Selain itu dilakukan penjaringan informasi melalui konsinyasi dan
survey ofline kepada tutor dan admin untuk memperoleh informasi
mengenai pendukung lainnya. BDK Jakarta Desember 2014 melakukan
konsinyasi dalam rengka evaluasi penyelenggaraan DJJ dengan
mengundang seluruh tutor, admin dan 10 orang peserta baik yang lulus
maupun yang tidak lulus. Untuk melengkapinya peneliti melakukan survey
melalui facebook untuk menjaring infoamsi serupa. Data kualitatif diolah
dengan statistic deskriptif, sedangkan data kualitatif dikelompokan dan
diinterpretasi sehingga menjadi informasi yang memiliki makna dan dapat
dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan.
Untuk melengkapi penetapan alternatif solusi dilakukan pula kaji
referensi berbentuk teori, best practices dan hasil-hasil penelitian serupa.

3
Yi-Shun Wang a, Hsiu-Yuan Wang b,c, Daniel Y. Shee a, Measuring e-learning systems
success in an organizational context: Scale development and validation, Computers in
Human Behavior ,23 (2007), h. 1794. www.elsevier.com/locate/comphumbeh, diakses 15
Februari 2013.

5
BAB II KAJIAN PSUTAKA
A. Pembelajaran Online
Para ahli di bidang pendidikan jarak jauh mengkaji pendidikan
jarak jauh dari perspektif yang berbeda. B¨orje Holmberg, Charles A.
Wedemeyer, dan Michael G. Moore mendefinisikan pendidikan jarak
jauh lebih banyak dari sisi proses sedangkan Desmond Keegan, Otto
Peters, Randy Garrison, and John Anderson mengkajinya dari sisi
pengorganisasiannya4.
Holmberg 5 menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh memiliki
beberapa ciri yaitu adanya keterpisahan antara guru/instruktur dengan
peserta didik dan adanya penggunaan satu atau lebih media sebagai
alat untuk menyatukannya. Media yang digunakan bisa tulisan tangan,
cetakan, rekaman audio, TV, video, telepon, teleconference, web cam,
video conference, e-mail dan jejaring sosial berbasis internet.
Donald Keegan pada evolusi definisi yang dikeluarkan tahun
1986 menjelaskan bahwa sebuah pendidikan jarak jauh memiliki 4
elemen yang menjadi karakter dari pendidikan jarak jauh. Keempat
karakter yang dimaksud yaitu:
a. Adanya keterpisahan antara guru dengan peserta didik pada
sebagian besar proses pembelajaran.
b. Peran lembaga pendidikan termasuk didalamnya perangkat
evaluasi.
c. Peran media untuk menyatukan guru dan peserta didik sert.
d. Perangkat untuk menyelenggarakan two-way communication
antara guru, tutor, atau agen pendidikan dengan perserta
belajar6.

4
Michael Graham Moor dan Wiliam G. Anderson, Handbook of Distance Education (ed.),
(London: Lawrence Erbaum Associates Publisher, 2003), h.4.
5
Borje Holmberg, The Evolution, Principles and Practices of Distance Education,
(Bibliotheks- und Informationssystem der Universität Oldenburg, 2005), h. 9.
6
John R. Verduin, Jr. and Thomas A. Clark, op.cit., h. 11.

6
7
Menurut Verduin dan Clark element pertama dari definisi
tersebut menjelaskan bahwa sebuah pendidikan dapat disebut
pendidikan jarak jauh apabila lebih dari setengah proses
pembelajarannya dilakukan secara asynchronous. Elemen kedua
memuat gambaran pentingnya organisasi, evaluasi dan komponen
kelembagaan lainnya. Elemen ketiga menggambarkan peran media
untuk menyatukan hubungan antara guru dengan peserta didik; dan
elemen keempat menggambarkan pentingnya komunikasi dua arah
antara guru/tutor/fasilitator dengan peserta didik. Terkait dengan harus
adanya komuniasi dua arah Hillary Perraton8 dan Verduin and Clark9
memberikan batasan bahwa sebuah proses pendidikan dapat
dikatanan pendidikan jarak jauh apabila mayoritas proses
pembelajaran diselenggarakan secara asynchronous.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang dimaksud dengan pendidikan
jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainnya.
10
Soekartawi mengelaborasi pernyataan undang-undang tersebut
dengan memberikan ciri yang spesifik dari pendidikan jarak seperti
berikut:
a. Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran.
Selama proses belajar peserta didik dan guru terpisahkan oleh
tempat, jarak geografis dan waktu atau kombinasi dari
ketiganya.

7
Ibid.
8
Hillary Perraton, Distance Education for Teacher Training (Ed), (New York: RoutLege,
1993), h.4.
9
John R. Verduin, Jr. and Thomas A. Clark, op.cite., h. 4.
10
Soekartawi, “Blended E-Learning: Alternatif Model Bembelajaran Jarak Jauh Di
Indonesia” , Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (Snati 2006)
Yogyakarta, 17 Juni 2006, h. 94

7
b. Karena peserta didik dan guru terpisah selama pembelajaran,
maka komunikasi diatara keduanya dibantu dengan media
pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul)
maupun media elektronik (CD-ROM, VCD, telepon, radio, video,
televisi, komputer).
c. Jasa pelayanan disediakan baik untuk peserta didik maupun
untuk guru, misalnya resource learning center atau pusat
sumber belajar, bahan ajar, infrastruktur pembelajaran, dsbnya).
Dengan demikian baik peserta didik maupun guru tidak harus
mengusahakan sendiri keperluan dalam proses belajar-
mengajar.
d. Komunikasi antara peserta didik dan guru bisa dilakukan baik
melalui cara komunikasi satu maupun dua arah (two-ways
communication). Contoh komunikasi dua arah ini, misalnya
teleconferencing,video-conferencing, emoderating, dsb-nya).
e. Poroses belajar-mengajar di PJJ masih dimungkinkan dengan
melakukan pertemuan tatap muka (tutorial), walaupun itu bukan
suatu keharusan.
f. Selama kegiatan belajar, peserta didik cenderung membentuk
kelompok belajar, walaupun sifatnya tidak tetap dan tidak wajib.
Kegiatan berkelompok diperlukan untuk memudahkan peserta
didik belajar.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan jarak jauh adalah sebuah bentuk pendidikan formal
dimana guru dan peserta didik berada dalam tempat berbeda dan
sebagian besar penyelenggarakan komunikasi edukatif dilakukan
secara non tatap muka menggunakan teknologi informasi dalam
berbagai bentuk dengan tujuan agar dapat dijangkau oleh peserta didik
lebih leluasa (fleksibel) dari segi waktu, empat dan biaya. Dalam
definisi-definisi di atas disebutkan empat aspek yang membangun
pendidikan jarak jauh yaitu konsep pendidikan terbuka jarak jauh,

8
organisasi pembelajaran, media pembelajaran dan pedagogi
pembeljaran jarak jauh. Definisi tersebut berlaku pada pembelajaran
jarak jauh online dengan karakter yang khas terutama terkati dengan
media dan intraksi belajar maya melalui internet.
B. Interaksi pembelajaran Online
Dalam online learning terjadi interaksi antara berbagai
komponen yang ada dalam sistem. Michael Moore menyebutkan tiga
bentuk interaksi yaitu peserta didik-peserta didik, peserta didik-guru
dan peserta didik-sumber belajar. Anderson dan Gerison
menambahkan 3 bentuk interaksi lain yaitu gugu-guru, guru-sumber
dan sumber-sumber 11 . Bentuk interaksi antara komponen-komponen
tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut12.

Gambar 1 Skema Interaksi Belajar Online


Skema interaksi di atas menggambarkan tiga komponen pada
sistem yaitu peserta didik, guru/tutor dan sumber belajar (content) yang
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Sebagai sistem
pembelajaran mandiri interaksi utama yang harus terjadi adalah antara
peserta didik dengan sumber belajar. Sumber balajar memuat bahan
ajar, kegiatan belajar dan tuntunan belajar mandiri sehingga peserta
11
Terry Anderson, The Theory and Practices of online Learning Second Edition
(Athabasca University: AU Press), h. 55.
12
Ibid. h. 58.

9
didik dapat melakukan proses belajar secara terbuka. Namun demikian
proses contructing knowledge alamiahnya terjadi secara sosial dengan
cara diskusi dan dialog dengan orang lain sehingga harus terjadi
interaksi antara peserta didik dengan tutor dan antara peserta didik
sendiri. Selain itu karena proses knowledge construction terjadi juga
pada tutor maka tidak menutup kemungkinan juga terjadi interaksi
antara tutor dengan tutor.
Interaksi antara tutor dengan sumber belajar terjadi ketika tutor
meng-up-date sumber belajar. Ini merupakan kelebihan dalam
pembelajaran online dimana sumber belajar dapat diperbaharui setiap
saat. Bahkan terjadi interaksi antara sumber belajar itu sendiri. Bentuk
interaksi ini misalnya ketika sebuah sotware memperbaharui sistemnya
dan secara otomatis meminta aplikasi pada bahan ajar untuk meng-up-
date sistemnya.
Dalam model belajar online yang diajukan Anderson komponen
interaksi sosial tergambar dengan jelas. Interaksi antar peserta didik
terjadi dalam bentuk paced-collaborative learning baik secara
synchronous maupun asynchronous. Interaksi antara peserta didik
dengan tutor dapat terjadi dalam bentuk community of inquiry baik
dalam bentuk synchronous maupun asynchronous (video, audio)
conference dan virtual world.

Gambar 2 Skema Interaksi Belajar Online Andersoan

10
Interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar terjadi
dengan melibatkan lingkungan sekitar baik keluarga, teman
sejawat, dan juga ada kontribusi dari fasilitas yang tersedia di
tempat kerja. Ini memungkinkan peserta didik untuk belajar sosial
skill, berkolaborasi dan membangun hubungan sosial dengan orang
lain dalam proses knowledge construction. Perangkat umum yang
digunakan termasuk CAL tutorial, drills, simulasi dan virtual lab,
dimana peserta didik melengkapi simulasi melalui experimen dapat
melakukan penelitian berkualitas.
Anderson menegaskan bahwa meskipun peserta didik
belajar mandiri, dalam sistem ini mereka tidak sendirian. Teman
sejawat di tempat kerja, teman lain dan anggota keluarga
merupakan sumber signifikan yang memberi dukungan ketika
melakukan belajar mandiri. Selain itu munculnya software untuk
komunikasi sosial memberi peluang kepada peserta didik untuk
bertemu dan membangun kelompok (study-buddy) yang
mendukung terjadinya kegiatan kooperatif dan kolaboratif 13.

C. Kelebihan an Kekurangan Pembelajaran Online


Berdasarkan hasil kajian Tony Bates lima tahun terakhir
bermunculan teknologi yang makin murah, makin perkasa dan
fungsinya makin efektif 14 . Bates menambahkan bahwa teknologi
tersebut menyediakan para pendidik dan pemerintah kapasitas untuk
melakukan transformasi secara radikal dalam seluruh sistem
pendidikan ke arah pendidkan fleksibel terbuka jarak jauh.
Berdasarkan kelebihannya banyak univeristas yang telah
menyelenggarakan e-learning (Palloff & Pratt dalam Kanuka 15 ) dan

13
Ibid, h.h. 60-62.
14
A.W.Bates, “Online Learning Tools and Technology”, (Canada: Tony Bates Association
Ltd.). h. 45
15
Heather Kanuka, Instructional Design and e-Learning: A Duscussion of
Pedagogical Content Knowledge as a Missing Construct, e-IJST, e-Journal of

11
telah menjadi salah satu fokus penelitian terkait dengan efektifitasnya
selama dua dekade terakhir. Allan Jollife merangkum kelebihan atau
keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelajaran online sebagai
berikut16.
a. Menyediakan menu belajar secara virtual yang dapat diakses
kapan saja dan dimana saja.
b. Menyediakan elemen komunkasi interaktif.
c. Materi ajar dapat diperbaharui dengan mudah.
d. Dapat menambah intensitas interaksi peserta didik dengan
tutor.
e. Menyediakan fasilitas kepada peserta didik utuk berkomunikasi
secara formal maupun informal dalam komunitas belajar online.
f. Dapat digunakan untuk fungsi problem dan assisted-base
learning.
g. Behan ajar tersedi dalam internet.
h. Dapat memuat berbagai media dalam berbagai format.
i. Fasilitator dapat dengan mudah mengetahui kemajuan belajar
peserta didik.
j. Memfasiltasi pembelajaran berbasis peserta didik (learner
centered) dengan berbagai gaya belajarnya.
Jollife juga memaparkan kekurangan dan kendala yang kerap
ditemui dalam pembelajaran online sebagai berikut17.
a. Keterbatasan teknis (technical limitation) dapat menyebabkan
anggapan pada peserta bahwa bahan belajar bersifat statis,
hanya dipandu oleh instruksi yang disediakan mesin. Ini terjadi
apabla bahan ajar tidak dikembangkan dengan teknik yang
tinggi.

instructional Science and Technology,http://www.ascilite.org.au/ajet/e-


ist/docs/vol9_no2/papers/full_papers/kanuka.htm ,(diakses 3 Maret 2013).
16
Alan Jollifer, Jonathan Ritter & David Steven, The Online Learning Handbook:
Developing and Uisng Web-Based Learning (London: Kogan Page, 2001), h. 11-12
17
Alan Joliffe, op.cit., h. 12.

12
b. Biaya untuk mengembangkan online learning termasuk mahal
apabila dibandingkan dengan pembelajaran lain.
c. Para pengembang bahan ajar dan media pembelajaran harus
menguasai teknik komputer untuk dapat menciptakan sistem
pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Keterbatasan bandwidth menyebabkan tersendatnya
pengunduhan bahan ajar.
e. Sebagian bahan ajar dan kegiatan belajar membutuhkan
software yang kompatibel dengan sistem yang digunakan.
f. Diperlukan pelatihan baik bagi tutor maupun peserta didik untuk
dapat melakukan kegiatan tutorial dan kegaiatn belajar yang
efektif dan efisien.
Berdasarkan daftar kelebihan dan kekurangan di atas nampak
bahwa keduanya seimbang. Namun demikian pemilihan teknologi
adalah sebuah keputusan. Yang harus dimiliki adalah visi kedepan
bahwa penerapan teknologi online dalam pembelajaran adalah sebuah
keniscayaan. Teknologi online sekarang semakin murah dan mudah
dijangkau. Karenanya justru tidak memilih fasilitas online untuk
pembelajaran merupakan sebuah kesalahan.

D. Fenomena Tingkat kelulusan pada pembelajaran Online


Fenomena rendahnya angka kelulusan ternyata bukan hanya
terjadi dalam DJJ Online PTK di BDK Jakarta. Sampai tahun 2015
pada umumnya hasil penelitian di seluruh dunia menyimpulkan bahwa
angka kelulusan pada pembelajaran online baik yang online penuh
maupun belnded lebih rendah dari pada angka kleulusan pada
pembelajaran tatap muka.
Hasil peneltian di MOOC (Massive Open Online Course) pada
mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa angka kelulusan pada
perkuliahan online meningkatan namun masih lebih rendah dibanding
pada perkuliahan tatap muka. Angka kelulusan pada perkuliahan

13
online hanya 30% sedangkan pada perkuliahan tatap muka 45.5 % 18.
Hasil pemantauan pada tahun 2012 di California Community College
menunjukkan bahwa sekitar 60% mahasiswa pada universitas tersebut
mendaftatar pada perkuliahan online namun angka kelulusannya 10%
lebih rendah dari angka kelulsan pada program tatap muka.19
Hasil penelitian yang sama terungkap melalui hasil penelitian
yang dilakukan Community College di dua wilayah di Amerika Serikat.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa jumlah angka kelulusan
pada perkuliahan online lebih rendah disbanding dengan angka
kelulusan pada perkuliahan tatap muka 20 . Angka kelulusan tersebut
digambarkan dalam diagram berikut.

Gambar 3 Diagram Perbandingan Persentase Kelulusan

18
David Carr, MOOC Math StudentsBeat On-Campus Pass rates, Information Week, Software,
http://www.informationweek.com/software/mooc-math-students-beat-on-campus-pass-
rate/d/d-id/1111335? , diambil tanggal 23 Juni 2015.
19
Jason Song, More student take online classesbut passage rate low, study says, L.A. Times, 14
mei 2014, http://www.latimes.com/local/lanow/la-me-ln-online-classes-20140514-story.html,
diambil 23 Juni 2015.
20
---------- What We Know About Online Course Outcomes, Research Overview April 2013,
Community College Research Center (CCRC) Tecaher College Columbia University,
http://www.achievingthedream.org/sites/default/files/resources/Online-Learning-Practitioner-
Packet.pdf, h. 1-3, diambil tanggal 23 Juni 2013.

14
Di Indonesia terjadi kasus yang sama. Salah satu conthh hasil
penlitian yang dilakukan oleh Uwes Chaeruman di Pusdiklat
Aparatur Kesehatan Kementerian Keseh 21 . Di Pusdiklat tersebut
diselenggarakan diklat online untuk empat wilayah yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Selatan dan Sumatra Utara. Angka
partisipasi dari diklat tersebut ditunjukkan dalam diagram berikut.
Angka pada digram mununjukkan bahwa perkiraan angka
kelulusan (completion) sekitar 35.5%.

Gambar 4 Diagram Perbandingan Tingkat Kelulusan Pusdik Depkes

Meskipun begitu menurut penelitian yang dilakukan di


Community Colleger terjadi peningkatan tingkat kelulusan pada
program pembelajaran online dalam lima tahun terakhir seperti
yang terlihat pada diagram di bawah22.

21
Uwes Khaeruman, Online Distance Training Model Case Study in Pusdiklat Aparatur Negara
Minstry of Health, Indonesia, p. 8.
22
Randy I. Dorn, Online Learning Annual Report 2013-2014, Washington Office of
Superintendent, p. 28, http://apps.leg.wa.gov/RCW/default.aspx?cite=28A.250.040, diambil 23
Juni 2014.

15
Gambar 5 Perkembangan Tingat Kelulusan e-Leaning

Pada tahun 2009-2010 persentase kelulusan hanya sekitar


54% dan lima tahun kemudian meningkat menjadi sekitar 75%.
Peningkatan persentase tersebut seiring dengan perkembangan
teknologi dan pengalaman dalam menyelenggarakan online
learning.
Yang perlu dicatat adalah bahwa persentase kelulusan pada
pmbelajaran online bisa mencapai 75%. Itu berarti bahwa
persentase kelulusan pada DJJ Online PTK di BDK Jakarta masih
dapat ditingkatkan lebih dari 32.2% secara bertahap melalui upaya
menaggulangi factor-faktor penyebabnya. Yang menjadi
pertanyaan berikutnya, bagaimana menanggulanginya?

16
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Penelitian
1. Jumlah Kelulusan
DJJ Online PTK diselenggarakan sebanyak 3 angkatan dengan
masing-masing peserta wal angkatan satu 33 orang, angkatan dua 33
orang dan angkatan 3 30 orang. Angkatan pertama adalah guru
Madrasah Aliyah, angkatan kedua guru Madrasah Tsanawiyah dan
angkatan ketiga guru Madrasah Ibtidaiyah. Di dalam proses
pembelajaran online para peserta banyak yang tidak mengikuti
kegiatan sampai akhir sehingga dinyatakan tidak lulus. Bahkan ada
yang hanya mendaftar di angkatan tersebut namun tidak mengikuti
kegiatan sama sekali. Dengan demikian peserta tersebut dinyatakan
tidak lulus mulai dari kegiatan pertama. Ada pula yang tidak
menyelesaikan kegiatan di kegiatan kedua dan seterusnya, hingga
pada akhir sesi pembelajaran hanya sedikit yang dinyatakan lulus dan
mendapatkan STTPL.
Dari 96 peserta di awal hanya 31 yang dinyatakan lulus dan
mendapat STTPL. Jumlah tersebut terdiri dari 8 orang dari angkatan 1
(Guru madrasah Aliyah), 15 orang dari angkatan 2 (guru Madrasah
Tsanawiyah) dan 8 orang dari angkatan 3 (guru Madrasah Ibtidaiyah).
Berdasarkan data tersebut persentase kelulusan DJJ Online PTK BDK
Jakarta tahun 2014 hanya 32.2%.
Ada fenomena menarik yang digambarkan pada laporan
kemajuan peserta pada setiap kegiatan seperti pada tabel berikut.

KB KB KB KB
NO MATERI Orientasi LULUS
1 2 3 4
Penelitian Tindakan Kelas
33 13 13 8 8 8
1 Ang. I
Penelitian Tindakan Kelas
33 17 16 15 15 15
2 Ang. II
Penelitian Tindakan Kelas
30 14 14 9 8 8
3 Ang. III
Jumlah 96 44 43 32 31 31

17
Data pada tabel menunjukkan bahwa 45.8 % peserta tidak lulus
pada kegiatan belajar pertama. Ini dapat berarti pula ada sebagian
peserta yang hanya aktif pada kegiatan orientasi saja, kemudian tidak
melanjutkan sama sekali ke kegiatan belajar pertama. Pada angkatan
kedua ada kecenderung konsistensi dari peserta sehingga hanya 2
orang yang gugur hingga kegiatan belajar 4. Pada angkatan 1 dan 3
terjadi penurunan jumlah peserta yang melanjutkan kegiatan secara
terus menerus hingga pada akhirnya hanya 8 orang saja yang berhasil
lulus.
2. Hasil Pre-Post Test
Dalam sistem disediakan fasilitas untuk mengukur kompetensi.
Salah satu fasilitas yang dimaksud adalah soal pre-pos test. Soal
tersebut dimaksudkan untuk mengukur penguasaan kompetensi
sebelum mengikuti program dan setelah selelsai mengikuti program.
Hasil tes tersebut dijadikan indikator terhadap kemajuan pada peserta
diklat. Berikut ini data hasil pre-pos tes dari 27 peserta yang lulus.
Angka-angka dalam tabel menunjukkan beberapa hal. Pertama
telah terjadi kenaikan penguasaan konsep PTK pada para peserta dari
rata-rata 32.90 menjadi 88.58. Kedua, para peserta memperoleh
angka kenguasaan rata-rata memuaskan setelah mengikuti
pembelajaran.
3. Penilaian terhadap sistem
Penilaian peserta terhadap sistem pembelajaran online dilakukan
menggunakan isntrumen disebut e-Learning sistem success (ELSS)
dengan 34 item pernyataan. Penilaian ini dimaksudkan untuk menggali
informasi dari pengguna (peserta) apakah secara teknis operasional
system pembelajaran DJJ Online PTK sudah baik atau belum. Karena
instrument evaluasi ini terletak di sesi evaluasi maka hanya peserta
yang lulus sampai sisi akhir saja yang mengisinya sehingga peserta
yang tidak lulus tidak dapat memberikan penilaian. Hasil penilaian
peserta terhadap system dapat dilihat daam tabel berikut.

18
Menurut peserta sistem pembelajaran DJJ Online PTK sudah
baik dengan skor rata-rata gabungan 4.38 dengan standar deviasi
rata-rata gabungan 0.23. Data tersebut mengindikasikan bahwa
menurut pengguna system pembelajaran DJJ Online PTK sudah baik.
Kecilnya angka standar devisi mengindikasikan bahwa tidak terjadi
perbedaan pendapat yang lebar antar responden.
4. Penilaian terhadap penyelenggaraan
Yang dimaksud dengan aspek penyelenggaraan adalah aspek
layanan dan sarana yang tersedia dan disediakan. Aspek tersebut
dievaluasi dianggap perlu untuk dievaluasi agar penyelenggaraan
layanan dan sarana dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
Evaluasi menggunakan angket online terhadap 27 peserta yang
lulus. Angket tersebut menggunakan skala beragam ada skala 4
dengan rentang “sangat baik-baik-cukup-kurang”. Respon yang
tercantum dalam tabel adalah respon terbanyak dari responden. Dari
21 pernyataan dapat dirangkum sebagai berikut.
a. Komponen yang mendapat penilaian sangat baik :6
b. Komponen yang mendapat penilaian baik : 11
c. Komponen yang mendapat penilaian cukup :2
d. Komponen yang mendapat penilaian kurang :2
Berdasarkan pada rangkuman data di atas 17 komponen sudah
memberikan daya dukung dan 4 lainnya harus mengalami perbaikan.
Komponen-komponen yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Informasi dan bimbingan teknis dalam sosialissi offline yang
saya ikuti.
b. Informasi DJJ Online BDK Jakarta yang disajikan di brosur,
liflet atau pengumuman tertulis.
c. Tingkat kesulitan tugas.
d. Prosedur penyelesaian program DJJ BDK Jakarta

19
5. Penilaian terhadap tutor
Dalam DJJ tutor berfungsi sebagai pengarah. Secara terotis
peserta DJJ dapat menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Namun
demikian tutor berperan penting untuk memberikan skor, meluruskan
masalah, memberi umpan balik dan menyemangati. Atas dasar
tersebut tutor menjadi komponen yang penting dievaluasi. Berikut ini
hasil survey online terhadap peran tutor dalam DJJ Online PTK.
Data dalam tabel menunjukkan bahwa rata-rata gabungan skor
pelayanan tutor adalah 4.28. Angket menggunakan skala 5, dan pada
skala tersebut angka 4.28 berada dalam kategori sangat baik.
6. Usulan dan saran peserta
Di akhir evaluasi peserta diberi kesempatan menuliskan kritik dan
saran secara online. Media ini dimaksudkan untuk mengevaluasi
aspek-aspek yang tidak termuat dalam angket. Berikut ini resume kritik
dan saran yang terjaring.
a. Secara keseluruhan sistem DJJ online sudah sangat baik dan
membantu pegawai dalam meningkatkan motivasi dan
kompetensi saya.
b. Sajian DJJ BDK Jakarta sudah cukup cuma ingin usul
baiagaman di tambah dengan diklat kurikulum 2013, Kepala
laboratorium, IT, dan endalaman materi pelajaran.
c. Kompetensi tutor dan admin sudah baik.
d. Kerjasama dengan Instansi/Madrasah kurang terjalin dengan
baik, sehingga ketika peserta tidak melaksanakan yang kurang
greget tidak mendapat peringatan dari pimpinan Madarsah
untuk menyelesaikan DJJ online ini.
e. Tutor/Admin lambat memberi tanggapan/skor penilaian,
f. Mohon ditambah dengan teleconference pada saat seminar
dengan waktu yang ditentukan oleh setiap peserta dengan
persetujuan tutor dan admin.

20
g. Diperlukan juga tatap muka antara peserta diklat dan tutor
dalam memberikan materi, hal ini dikarenakan materi yang perlu
diberikan penjelasan dan pemahaman agar peserta dapat
mengevaluasi apa yang sudah didapat dari onnline.
h. Mohon dievaluasi lagi strateginya agar dapat memudahkan bagi
semuanya.
i. Mohon diadakan BIMTOL ( bimbingan on line ) melalui video
konference seperti yang sudah dilakukan oleh P4TK, sehingga
masih ada komunikasi dalam bentuk tatap muka walaupun
secara on line.
j. Materi diklat mohon di update terus sesuai dengan
perkembangan kurikulum.
7. Data hasil konsinyasi
Bulan November 2014 telah dilakukan konsinyasi dalam rangka
evaluasi DJJ Online BDK Jakarta tahun 2014. Pada cara tersebut
diundang pejabat BDK Jakarta, tutor, super admin, admin dan
alumnus. Alumnus yang dindang berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5
orang lulusan dan 5 orang tidak lulus. Dalam konsinyasi tersebut
dijaring informasi mengenai pelaksanaan DJJ Online 2014 oleh setiap
pelaku, penilaian terhadap komponen dan saran-saran perbaikan.
Beberapa informasi penting yang diperoleh dari tutor dan admin
diantaranya terkait dengan hal-hal berikut.
a. Waktu penyelenggaraan yang bertabrakan dengan bulan
Romadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
b. Rendahnya kerja sama antara tutor dan admin.
c. Kesibukan tutor dan admin dalam melaksanakan tugas lain.
d. Bendwidth kurang memadai di kantor.
e. Modem yang digunakan sering bermasalah di tempat tertentu
sehingga admin dan tutor tidak dapat merespon peserta
dengan cepat.

21
f. Banyak peserta yang mengerjakan tugas di malam hari
sehingga terlambat direspon.
g. Reward untuk tutor dan admin belum memadai.
Dalam evaluasi tersebut alumnus memberikan informasi
penting. Kepada mereka diajukan beberapa pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pengalaman Anda mengikuti DJJ Online BDK
Jakarta?
b. Apa kendala yang ditemui dalam mengikuti kegiatan DJJ
online?
Secara umum baik peserta yang lulus maupun yang tidak lulus
mengemukakan bahwa mengikuti DJJ Online pertama kali merupakan
pengalaman yang luar biasa. Bagi mereka DJJ Online adalah sebuah
inovasi dalam penyelenggaraan diklkat. Melalui DJJ pegawai dapat
mengikuti diklat tanpa meninggalkan tugas. Ini merupakan fasilitas
untuk mengembangkan diri. Apalagi peraturan kepegaaawaian
sekarang menuntut setiap PNS untuk selalu mengembangkan diri. DJJ
Online memiliki cifil effect yaitu kesempatan untuk mendapatkan
sertifikat diklat dengan angka kredit yang cukup signifikan yang
dibutuhkan untuk peningkatan profesi.
Namun demikian masih banyak kendala yag dihadapi para
alumnus. Beberapa kendala utama diantaranya masih kesulitan
bendwidth di tempat-tempat tertentu, sulit mengatur waktu dan kurang
dukungan baik dari pimpinan maupun keluarga.
Secara khusus peserta yang tidak lulus ditanya mengenai alasan
tidak menyelesaikan. Selain alasan umum yang telah disebutkan,
mereka memberi alasan beberapa hal seperti berikut.
a. Tidak terbiasa belajar mandiri.
b. Kurang menguasai IT.
c. Sering gagal mengirim tugas sehingga prustrasi.
d. Lambat direspon oleh tutor sehingga bosan menunggu.
e. Malas melaksanakan.

22
8. Pendapat tutor
Untuk menambah informasi mengenai penyebab rendahnya
angka lulusan telah dilakukan juga wawancara dengan tutor dan admin
dari ketiga angkatan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh
poin-poin berikut.
a. Akses internet kurang memadai.
b. Kesibukan melaksanakan pekerjaan sehari-hari.
c. Kemampuan belajar melalui internet.
d. Materi terlalu padat.
e. Tidakadanya reward bagi peserta.
f. Kegiatan terlalu bertele-tele.
g. Kegiatan membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya.
h. Kurangnya kemampuan menggunakan IT.
i. Peserta tidak konsisten dalam mengatur waktu sehingga
tugas sering terbengkalai.
j. Peserta kurang motivasi dibuktikan dengan jawaban aasal
tuis meskipun sudah diberi feedback.
k. Peserta kurang mandiri sehingga harus selalu diingatkan
melalui fb atau sms.
l. Peserta kurang kemauan mencari referensi.
m. Diskusi masih satu arah.
B. Pembahasan
1. Penyebab rendahnya tingkat kelulusan
Data-data hasil evaluasi memberikan informasi bahwa
komponen-komponen pendukung seperti sistem pembelajaran online
sudah sangat baik dengan skor 4.38 (dalam skala 5) dan standar
deviasi rata-rata 0.23. Sejumlah 17 dari 21 komponen
penyelenggaraan sudah baik, 4 sisanya mendapat penilaian sedang
dan cukup. Pelayanan tutor sudah sangat baik dengan skor 4.28.
Namun demikian ternyata diperleh angka kelulusan hanya mencapai
32.2%.

23
Data-data di atas menunjukkan sebuah inkonsistensi, malah
cenderung kontradiksi antara daya dukung dengan angka kelulusan.
Seharusnya ketika daya dukung sudah baik maka berdampak
terhadap angka kelulusan. Data tersebut memberikan indikasi bahwa
daya dukung seperti di atas bukan merupakan faktor utama dalam
menentukan tingkat kelulusan. Terdapat faktor-faktor lain yang lebih
menentukan.
Meskipun begitu masih ada sub komponen yang menurut
peserta masih belaum baik. Misalnya dalam peenyelenggaraan ada 4
sub komponen yaitu, informasi dan bimbingan teknis dalam sosialissi
offline yang saya ikuti, Informasi DJJ Online BDK Jakarta yang
disajikan di brosur, liflet atau pengumuman tertulis; tingkat kesulitan
tugas; dan prosedur penyelesaian program DJJ BDK Jakarta. Dari
keempat sub unsur tersebut ada tiga sub komponen yang berpeluang
dapat menyebabkan peserta kesulitan menyelesaikan tugas sehingga
tidak lulus. Namun demikian perlu diuji lebih mendalam.
Yang pertama adalah kurangnya informasi dan bimbingan
teknis dalam sosialisasi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan
teknis peserta dalam mengoperasikan sistem online learning seperti
mengunduh bahan ajar, mengikuti diskusi, mengerjakan tugas,
mengirimkan file, mengerjakan tes dan sebagainya. Bagi pegawai yang
baru pertama kali dan belum terbiasa mengikuti online learning hal itu
dapaat menjadi masalah besar yang dapat menyebabkan prustrasi
sehingga mandeg dan tidak melanjutkan karena merasa kesulitan.
Kedua adalah tingkat kesulitan tugas-tugas. Bagi peserta yang
memiliki motivasi kurang baik dan kurang suka tantangan faktor ini
dapat menjadi hambatan. Berdasarkan laporan progress kegiatan
hampir setengan peserta gurur di kebiatan pertama. Materi PTK pada
kegiatan pertama adalah appersepsi mengenai penelitian secara
umum dan pengenalan terhadap PTK. Secara umum materi ini
dianggap sulit bagi peserta. Namun demikian ketika dikonfirmasi pada

24
progress report di angkatan lain selain PTK, hal yang sama terjadi
yaitu hampir setengan peserta gugur di kegiatan pertama dan tidak
semua kegiatan pertama sulit. Oleh karena itu faktor ini mejadi lemah
sebagai penyebab rendahnya kelulusan.
Ketiga prosedur penyelesaian tugas. Hal ini terkait dengan
beberapa. Pertama dengan strategi pembelajaran online yang
digunakan, dan kedua berkaitan dengan urutan atau sistematika sajian
kegiatan; dan ketiga berkaitan dengan Learning Management System
(LMS) dan Content Management System (CMS) yang digunakan.
LMS yang digunakan adalah Moodle. LMS ini sudah teruji dan
mudah digunakan. Namun demikian bagi orang yang pertama kali
mengikuti online learning tetap dapat menjadi hambatan. Jadi yang
menjadi hambatan bukan LMS-nya tapi kebiasaan mengoperasikan
online learning.
Strategi dan sistematika penyajian materi dan kegiatan adalah
faktor yang penting secara serius dipertimbangkan. Mengelola online
learning tidak sekedar menempatkan bahan bacaan dan memberikan
instruksi untuk mengerjakan sesuatu dalam LMS melainkan harus
menerapkan unsur pedagogis kedalamnya. Selain itu pedagogi yang
digunkan tidak sama dengan pada pembelajaran tatap muka. Perlu
kreatifitas. Yang juga termasuk dalam area ini adalah tampilan wajah
LMS, tampilan dan format bahan ajar, dan juga bentuk-bentuk media
yang digunakan. Tampilan LMS setiap halaman harus menggunakan
warna dan desain lay out dan dekorasi sehingga menyenangkan mata
(eye cach). Bahan ajar harus disajikan dalam berbagai format yang
menarik seperti media audiovisual dan media interaktif.
Satu hal lagi yang harus diperhatikan, bahwa setiap orang
senang bermain. Oleh karena itu peserta perlu disuguhi kegiatan
permainan dalam bentuk quiz dalam berbagai ragam. Melalui media
tersebut mereka akan melakukan kegiatan belajar tanpa

25
menyadarinya. Komponen-komponen ini memang belum disajikan
secara optimal dalam DJJ Online PTK.
Dalam komponen pelayanan peserta ada sub komponen yang
skor penilaiannya relatif rendah yaitu kecepatan merespon pertanyaan
peserta, kecapatan memberi komentar dalam diskusi dan tugas, dan
kecepatan memberikan skor terhadap diskusi dan tugas. Komponen ini
dapat menjadi faktor penyebab rendahnya kelulusan karena dapat
menyebabkan peserta frustrasi menunggu. Misalnya ketika peserta
peserta sedang ada waktu mngerjakan tugas namun tugas tidak cepat
direspon tutor sehingga tidak dapat melanjutkan ke kegiatan
berikutnya. Demikian juga ketika admin lambat mendaftarkan peserta
yang sudah selesai ke kegiatan berikutnya. Peserta akan bosan
menunggu dan kesempatan berikutnya mungkin tidak ada lagi.
Ada beberapa pengakuan peserta dan hasil analisis tutor yang
perlu dipertimbangkan menjadi faktor penyebab rendahnya angka
kelulusan.
a. Kurangnya kerjasama dengan pipmpinan peserta untuk
memonitor dan memotivasi.
b. Tidakadanya kegiatan tatap muka atau setidaknya tatap muka
online.
c. Tidak jelasnya civil effect bagi peserta.
d. Minimnya bimbingan teknis online.
e. Kurangnya kemampuan belajar mandiri.
f. Kurang menguasai IT.
g. Malas dan kurang motivasi.
h. Tidak teramppil mengatur waktu.
i. Kesibukan melaksanakan pekerjaan sehari-hari.
j. Akses internet kurang memadai.

26
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Uwes
23
Chaeruman di Pusdiklat Aparatur kesehatan, teridentifikasi 6 faktor
penghambat kelulusan peserta diklat online yaitu rendahnya mutu
materi ajar online, keterlambatan respon tutor, rendahnya penguasaan
IT, rendahnya motivasi dan kemandirian belajar para peserta,
kurangnya kecepatan internet, belum terbiasa dengan LMS.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan Peni Mungania 24 dikaji
kendala-kendala yang ada sekitar e-learning. Penelitian empirik ini
dilakukan melalui survey online ononimus yang melibatkan 875
karyawan perusahaan peserta e-learning sebagai responden.
Penelitian tersebut berasumsi bahwa kendala yang dialami responden
dalam menyelesaiakn e-learning bersifat multidimensi. Untuk
mengetahuinya diukur tujuh kemungkinan kendala e-learning yaitu 1).
Kendala personal atau watak, 2). Gaya belajar, 3). Instruksional, 4).
Situasional, 5). Organisasi, 6). Kesesuaian materi ajar, 7). Teknis.
Selain itu dikaji juga faktor-faktor lein sebagai prodiktor seperti pridiktor
demografi yang meliputi usia, gender, status perkawinan, tingkat
pendidikan, kebangsaan (etnik) dan self-afficacy. Yang dimaksud
dengen self-efficacy adalah keyakinan seseorang untuk dapat
menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil survey tersebut diperoleh angka statistik yang
menunjukkan beberapa hal. Pertama, faktor demografik bukan
merupakan preditor signifikan terhadap kendala e-learning. Faktor
etnik, usia dan gender adalah pihak yang memanfaatkan e-learning
sebagai saran belajar yang terjangkau. Kedua, self-efficacy menyeruak
sebagai prediktor signifikan terhadap kendala mengikuti e-learning.
Para karyawan yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi tidak
mengalami kendala signifikan dalam menyelesaikan e-learning. Ketiga,

23
Uwes Chaeruman, ibid h.9.
24
Peni Mungania, The Seven E-learning Barriers Facing Employee, Unersity of Luisville, Oktober
2003, http://www.academia.edu/8420360/The_7_E-Learning_Barriers_facing_Employees_-
_Penina_Mungania, dilihat tanggal 25 Juni 2014.

27
organisasi dan kemampuan menggunakan computer adalah prediktor
prediktor eksternal yang berpengaruh. Yang dimaksud dengan
organisasi adalah ingkungan kerja peserta e-learning.
Berdasarkan kajian di atas ditemukan empat kelompok faktor
yang mempengaruhi tingkat kelulusan. Rincian kelompom faktor
tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut.
FAKTOR SUB FAKTOR
Individu Motivasi
Self-efficacy
Kemampuan belajar mandiri
Kemampuan mengatur waktu
Kesibukan bekerja
Demografik
Instructional Staregi pembelajaran online
Media pembelajaran online
Peran tutor
Organisasi Dukungan pimpinan dan teman sejawat
Faslitas
Role model
Teknis Kecepatan internet
Kemampuan menggunakan computer
Kepemilikan perangkat online
Pengalaman menggunakan LMS

Berdasarkan interpretasi yang telah dipaparkan di atas secara


umum tingkat pengaruh faktor-faktor di atas terhadap kelulusan
peserta dapat diurutkan sebagai berikut: 1). Faktor individual, 2).
Faktor teknis, 3). Faktor instruksional, 4). Faktor organisasi. Keempat
factor tersebut tentu tidak berdiri sendiri melainkan dapat berinteraksi
antar satu dengan lainnya.
2. Upaya meningkatkan angka kelulusan
Pepina Mungania 25 dalam rangkuman hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa sukses e-learning ditentukan oleh tiga pilar yaitu
person (cognitive skill), behavior (perilaku), dan environment

25
Pepina Mungania, ibid, h. 8.

28
(lingkungan). Ketiga pilar tersebut saling berarsiran antara satu dengan
lainnya seperti dalam diagram berikut.

Gambar 6 Diagram Triadic Interconectednes


Mungania menyebutnya triadic interconnectedness. Ketiga pilar
tersebut sebenarnya tidak berbeda dengan 4 faktor yang menjadi
temuan penelitian ini. Keempat faktor atau tiga pilar tersebut harus
menjadi target dalam upaya meningkatakn tingkat kelulusan e-learning.
Berikut ini kajian mengenai alternatif solusi untuk faktor-faktor
penyebab utama rendahnya kelulusan. Kajian tidak dilakukan unutk
semua faktor melainkan hanya untuk beberapa saja yang dianggap
urgen dan ada akaitannya dengan solusi teknis yang dapat diterapkan
secara praktis.
a. Motivasi
Para ahli mengelompokkan motivasi menjadi dua yaitu
intrinsik dan extrinsik. Pengelompokkan mtivasi tersebut dapat
digunakan untuk memilih strategi untuk meningkatkannya.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motivasi ekstrinsik adalah 4 prinsip Andragogi yang

29
dicetuskan Malcolm Knowles 26 . Salah satu prinsipnya adalah
banwa orang dewasa akan tertarik untuk mempelajari sesuatu
apabila yang dipelajarinya memiliki efek langsung terhadap
pekerjaan atau kehidupannya. Setidaknya dua strategi yang dapat
diterapkan. Pertama menyajikan materi diklat yang benar-benar
dibutuhkan. Kedua DJJ online harus memberi civil effect yang
signifikan. Salah satunya dalam bentuk sertifikat yang berdampak
terhadap angka kredit yang dapat digunakan untuk pengembangan
karir. Oleh karena itu DJJ Online harus cara menyajikan diklat
dengan jumlah jam yang cukup sehingga angka kreditnya
menggiurkan. Selain itu ada hal teknis yang mungkin akan
berdampak mitivatif bagi peserta, misalnya peserta diberikan
sejumlah uang pengganti pulsa apabila lulus seluruh program diklat
atau lulus pada satu paket kegiatan.
Untuk meningkatkan motivasi intrinsik dapat digunakan teori
Self-determinition Theory (SDT) dari Edward Decy dan Richard
Ryan 27 . Menurut teori tersebut manusia membutuhkan kepuasan
dalam 3 kebutuhan psikologis yaitu competence, autonomy, dan
relatedness.
Yang dimaksud competence adalah pengetahuan, sikap atau
keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Outonomy adalah kebebasan utuk memutuskan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan. Sedangkan relatedness adalah
hubungan social-psikologis dengan sesame di lingkungannnya.

26
Malcolm Shepard Knowles, Elwood F. Holton, Richard A. Swanson, The Adult Learner: The
Definitif Classic in Adult Education and Human Resource Development, Sixth Edition, California,
Elsivier (2005), h. 67.
27
Richard M. Ryan, Edward L. Decy, Self Determinition Theory and The Facilitation of Intrinsic
Motivation, Social Development, nad Well-Being, American Psychologist, Vol 55, No. 1, Januari
2000, h.h. 68-78.

30
Mat Guyan28 mengaplikasikan teori tersebut dalam e-learning.
Menurut Guyan mengajukan tujuh jurus sebagai berikut.
1) Memberikan peserta tingkat kebebasan (learner control)
pada tingkat tertentu.
2) Memberikan umpan balik yang bermakna secara berkala.
3) Menggabungkan komponen interaksi sosial dalam kegiatan
pembelajaran.
4) Memberikan fasilitas dan kesempatan kepada peserta untuk
berkolaborasi antara satu dengan lainnya.
5) Memberikan kesempatan untuk berlatih menguasai
kompetesi tertentu.
6) Memberikan peserta pilihan-pilihan yang menyenangkan.
7) Memberi kesempatan untuk meraih target yang lebih baik.
Jurus Guyan tersebut dapat diterapkan secara praktis.
Misalnya jurus 4 dapat direalisasikan dengan cara pembuatan
kelompok kerja melalui fasilitas grouping. Jurus 7 dapat
direalisasikan dengan memberi kesempatan remediasi.
Upaya lain yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi
peserta secara organisasional adalah membangun kerjasama antar
BDK Jakarta dengan satuan kerja peserta. BDK Jakarta meminta
kerja sama pimpinan saatuan kerja peserta untuk memantau
progress belajar peserta. Beberapa bentuk kerja sama teknis yang
dapat dilakukan pertama pimpinan peserta menandatangani surat
tugas untuk mengikuti DJJ, kedua pimpinan memantau progress
belajar peserta dan memberikan dorongan apabila terjadi
kemandegan belajar. Ketiga, pimpinan peserta memberikan
penghargaan atas keberhasilan peserta dalam menyelesaikan DJJ.
Penghargaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk meskipun
hanya sekedar pujian.

28
Mat Guyan, Improving Motivation in E-learning , E-Learn Magazine, oktober 2013,
http://elearnmag.acm.org/featured.cfm?aid=2527388, dilihat 25 Juni 2015.

31
b. Self-Efficacy
Self-efficacy berbeda dengan motivasi namun berhubungan
erat. Self efficacy merupakan faktor utama penyebab kegagalan
mengikuti online. Menurut Bates dan Khasawheh 29 self efficacy
dalam konteks online learning dipengaruhi oleh sukses yang
dialami sebelumnya oleh sistem yang dihgunakan, kekhawatiran
mengenai teknologi online yang digunakan, unpan balik dan
pelatihan dari tutor sikap seseorang.
Widchapon Taipjutorus melakukan pneleitan korelasional
antara self-efficacy dan learner control dalam online learning.
Menurut Kraiger dan Jerden30 learner kontrol adalah sejauh mana
siswa dapat memilih apa, kapan, dimana dan bagaimana cara
belajar.
Berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan korelasional
antara learner control dengan self-efficacy dengan koefisien
korelasi pearson product moment r 0,72 dengan tarap signifikan
0.05. Peneliti menyimpulkan bahwa self-efficacy bertambah ketika
terjadi penambahan learner control. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Lawless& Brown, Luslin dan Hansen bahwa
self-efficacy dapat ditingkatkan dengan memberikan kontrol di
dalam sistem pembelajaran.
Menurut Tina Matoyer31 ada tiga bentuk learner control yaitu
control ef sequence, control of content and learning activity, dan
control of pacing. Control of sequence adalah kebebasan bagi para
peserta untuk menentukan atau memilih urutan materi mana yang

29
Widchaporo Taipjutorus, Sally Hanson dan Mark Brown, Improving Self-efficacy in a Learner
Controlled Online Learning Environemnet: A Correlatin Study, Ascilite 2012, 25-28 November
2012,
http://www.ascilite.org/conferences/Wellington12/2012/images/custom/taipjutorus,_widchapo
rn_-_improving.pdf, dilihat tanggal 25 Juni 2015, h. 7.
30
Ibid, h.2.
31
Tina Matoyer, Learner Control in Web-Based Instruction, Departement of Education
Technology San Diego State University,
http://www.etc.edu.cn/eet/Articles/LrnrCntrlWBI/start.htm, dilihat tanggal 25 Juni 2015.

32
mau dipelajari dalam satu paket tertentu. Control tersebut dapat
disajikan pertama dalam bentuk tautan (link) antara hypertext
dengan gambar yang memberikan kebebasan kepada peserta
untuk berselancar bebas memilih informasi yang digunakan
sebagai sumber belajar. Kedua dalam bentuk navigation tools
seperti tombol forward, back, go, ful, down dan sejenisnya. Ketiga
dalam bentuk bookmark yang dapat memfasilitasi peserta untuk
menyimpan lokasi sumber sehingga dengan mudah dapat
dikunjungi kembali.
Control of content and learning activity adalah fasilitas bagi
peserta untuk memilih sumber dan kegiatan yang akan dilakukan.
Dapat disajikan dalam bentuk daftar refeensi dan alternatif
kegiatan.
Control of pacing adalah kesempatan yang disajikan bagi
peserta untuk menentukan kecepatan belajar sesuai dengan
kemampuan. Salah satu bentuknya adalah mengatur menu belajar
agar dapat diakses kapan saja, dimana saja. Untuk mendukung
fasilitas tersebut harus disajikan layanan tepat waktu dari tutor.
c. Kesibukan
Kesibukan termasuk penghambat utama mengikuti online
learning. Menurut Mungania, factor tersebut termasuk top three.
Faktor tersebut sangat sulit untuk ditanggulangi kecuali peserta
memiliki komitmen yang kuat untuk mengikutinya. Tentu setiap
orang memiliki solusi yang berbeda. Salah satunya adalah dengan
menyuruh peserta membuat agenda/jadwal kegiatan harian dan
menyerahkannya kepada tutor. Jadwal tersebut digunakan oleh
tutor untuk selalu mengingatkan peserta baik melalui SMS, telepon
atau media lain.
Pimpinan peserta dapat memberi kontribusi terhadap masalah
tersebut dengan cara tidak memberikan tugas yang terlalu banyak

33
untuk sementara waktu selama mengikuti DJJ Online atau
menunjuk asisten agar pekerjaan lebih ringan.
d. Hubungan peserta-tutor-admin
Interaksi antar tutor dengan peserta merupakan bagian
penting. Interaksi harus terjadi dua arah (transactional) dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip andragogik, sisiologis dan
kultural.
Penelitian yang dilakukan oleh Dawn Wilson dan David
32
Ellen merekomendasi dilakukannya hubungan personal yang
lebih intim antara peserta dengan tutor dan admin baik dalam
bentuk tatap muka ataupun elektronik. Berdasarkan pengalaman,
penggunaan bahasa non formal ketika memberikan umpan balik
dan komentar pada diskusi memberi efek intim dan membuka batas
psikologi antar peserta dengan tutor.
Pada proses interaksi tutor memberikan umpan balik dengan
cara menunjukkan bagian yang keliru dan dan membimbing mereka
untuk menemukan solusi. Menurut Marry Ann Kolloff33 Ketika tutor
menunjukkan letak kekeliruan maka terjadi proses pada kognisi dan
termotivasi untuk mencoba untuk memahaminya lebih dalam.
Selain itu Marry Ann menegaskan bahwa selin hrus terjadi
interaksi antar tutor perlu terjadi juga interkasi antar siswa (student-
to-student interaction). Interaksi ini akan membangun komnitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
produktif, dan kreatif. Disamping itu hal penting akan terjadi yaitu
proses kolaborasi dalam knowledge constructiong seperti yang

32
Dawn Wilson, David Ellen, Succes Rate of Online Versus Traditional College Student, Research in
Higher Education Journal, http://www.aabri.com/manuscripts/11761.pdf, dilihat tanggal 24 juni
2015.
33 Th
Marry Ann Kolloff, Strategies for Effective Student/Student Interaction in Online Course, 17
Annual Conference on Distance Teaching and Learning, The Board of Regents of the University of
Wisconsin System, 2001,
http://www.uwex.edu/disted/conference/Resource_library/proceedings/01_10.pdf, dilihat
tanggal 25 juni 2015. h. 1.

34
dijelaskan dalam teori belajar social Albert Bandura dan
constructivisme sosial Vigotsky.
e. Keterlambatan respon tutor dan/atau admin
Faktor ini ditengarai telah membuat banyak peserta kecewa,
kesal dan prustrasi. Pada ujungnya dapat menyebabkan berhenti
(give up) untuk melanjutkan program. Sebenarnya kondisi tersebut
juga dialami oleh tutor dan admin. Sering kali peserta mengerjakan
tugas terlambat sementara peserta lain sudah selesai sehingga
tutor harus menunggu. Pada posisi seperti itu tutor bisa abai
terhadap peserta seperti itu. Oleh karena itu membutuhkan solusi
praktis namun jitu. Beberapa strategi untuk menyelesaikannya
diantaranya sebagai berikut.
1) Tata tertib peserta berisi klausul bahwa pekerjaan peserta
hanya direspon pada hari kerja.
2) Aturan bagi tutor untuk membuka DJJ Online dan merespon
pekerjaan peserta setiap hari kerja.
3) Aturan bagi peserta untuk mengerjakan tugas secara rutin
setiap hari kerja.
4) Lebih banyak memanfaatkan fasilitas otomatis pada LMS
sehingga tidak terlalu membutuhkan peran tutor.
5) Peserta dan tutor harus menandatangani kontrak kerja dan
berjanji untuk konsisten.
6) BDK Jakarta bekerja sama dengan pimpinan peserta untuk
terlibat dalam mendukung peserta agar tidak abai terhadap
tugas DJJ.
7) Harus ada person in charge yang ditunjuk Kepala BDK untuk
memantau aktivitas tutor dan admin. Tugasnya untuk
mengingatkan apabila abai terhadap tugas. Ada baiknya
juga dicoba membuat raport aktifitas admin dan tutor
kemudian memberikan reward kepada yang aktifitasnya

35
terbaik. Itu bukan hal yang sulit kaarena dalam LMS tersedia
log yang berisi catatan kegiatan setiap orang.
8) Tutor dan admin harus diberi insentif menarik agar konsisten
mengerjakan tugas.
f. Tingkat kesulitan materi dan tugas.
Aspek ini memperoleh skor rendah. Ini berarti peserta
meneganggap tugas-tugas terlalu sulit. Tingkat kesulitan itu relative
namun ketika banyak peserta merasa kseulitan maka tugas-tugas
harus ditinjau ulang.
Pada hakekatnya materi PTK memang sulit. Itu merupakan
karakter dari mata diklat. Namun dari perspektif metodologis materi
sulit tersebut harus disajikan lebih sederhana sehingga peserta
merasa tidak sulit. Beberapa alternative solusi diantaranya
1) Materi dipecah menjadi bagian-bagian sederhana,
2) Sistematika penyajian harus runtut dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit,
3) Menggunakan ilustrasi audio dan visual,
4) menyaikan contoh yang relevan dan kontekstual,
5) Disajikan fasilitas untuk rehat mengerjakan sesuatu yang
santai misalnya dalam bentuk game.
6) Disajikan fasilitas tatap muka online untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dialami peserta melalui video
conference.
g. Sosialisasi
Salah satu kegagalan peserta adalah karena peserta belum paham
substansi DJJ Online. Banyak peserta hanya menganggap DJJ
Online hanya fasilitas alternative tidak ada konsekuensi apa-apa
ketika mengikuti atau tidakmengikuti. Peserta belum paham bahwa
DJJ adalah sebuah system terpadu pengembnagan profesi
pegawai. Oleh karena itu yang perlu dilakukan sosialisasi dalam
berbagai bentuk. Beberapa bentuk sosialisasi diantaranya

36
sosialisasi DJJ klasikal yang khusus, sosilasisasi yang disisipkan
pada acara diklat, sosilisasi tulis dalam berbagai media seperti di
web, di jejaring social, brosur, liflet, standing benner dan
sejenisnya.
h. Tatap muka synchronous dan asynchronous
Beberapa peserta mengusulkan kegiatan tatap muka ofline.
Kegiatan ini perlu dipertimbangkan kembali untuk dilaksanakan
dengan bentuk yang berbeda.
Pada DJJ pertama yang dikelola Pusdiklat Teknis Pendidkan
dan Keagamaan tahun 2010 menggunakan model blended
(gabungan online dan tatap muka). Pada setiap angkatan
deselengarakan tatap muka sebanyak 3 kali yaitu di awal, di tengah
dan di akhir.persentase kelulusan melalui DJJ ini lebih dari 90%.
Kelemahan model ini adalah pembengkakan biaya. Apalagi di BDK
Jakarta 33% pesertanya berasal dari Kalimantan Barat. Dengan
menyelenggarakan tatap muka sebanyak 3 kali di kampus BDK
Jakarta maka menghabiskan anggaran yang sangat banyak untuk
transportasi. Dengan alasan tersebut BDK Jakarta memutuskan
untuk menggunakan model DJJ fully online.
Berdasarkan pengalaman bahwa apabila dilakukan tatap
muka maka persentase kelulusan sangat tinggi maka kegiatan
tatap muka harus dipertimbangkan kembali sebagai upaya
meningkatkan angka kelulusan. Hanya saja harus dipikirkan seperti
apa bentuknya agar berat di transportasi.
Ada beberapa kemungkinan menyelenggarakan tatap muka
yang lebih efektif dan efisien. Pertama tatap muka satu kali di awal
atau di tengah program. Apabila dilakukan di awal maka berfungsi
sebagai sosialisasi teknis dan motivasi. Apabila dilaksanakan di
tengah maka berfungsi untuk problem solving dan motivasi. Kedua,
tatap muka dilaksanakan di wilayah peserta. Tutor dan admin
datang ke wilayah peserta yang jumlahnya terbanyak dan peserta

37
berkumpul di tempat tersebut. Ketiga mengabungkan tatap muka
offline dengan tatap muka online misalnya melalui teleconference.
Dalam bentuk tatap muka ini dilaksanakan tatap muka off line satu
kali di tempat peserta dan tatap muka regueler menggunakan
fasilitas teleconference pada perangkat masing-masing sesuai
dengan kebutuhan.
Bentuk-bentuk tatap muka ini harus diuji coba dampaknya
satu per satu sehingga ditemukan bentuk yang paling efektif dan
efisien.
i. Rendahnya kemampuan menggunakan IT
Masalah utama yang berkaitan dengan IT adalah rendahnya
kecepatan internet, rendahnya kemampuan menggunakan
computer dan belum terbiasa dengan LMS. Dalam hasil penelitian
Penny Mungaji masalah ini termasuk masalah utama yang menjadi
barrier dalam pembelajaran online.
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan diklat, sekitar 75
pegawai atau lebih dapat mengoperasikan computer dan dapat
mengakses internet dengan tingkat kemahiran yang beragam. Ini
merupakan modal utama sebagai syarat mengikuti DJJ Online.
Masalah utama sebenarnya adalah belum terbiasa menggunakan
LMS. Oleh karena itu perlu upaya sistematis untuk membantunya.
Beberapa upaya untuk mengantisipasinya diantaranya sebagai
berikut.
1) Syarat pertama peserta adalah terampil menggunakan
computer dan terbiasa mengakses internet. Salah satu
indikasi untuk membuktikannya adalah calon peserta
memiliki e-mail aktif dan merespon ketika dikirim e-mail.
2) Dilakukan sosialisasi penggunaan LMS melalui DDTK
Peningkatan Kompetensi IT.
3) Disajikan modul simulasi penggunaan LMS. Modul ini
berfungsi untuk latihan peserta mengerjakan tugas-tugas

38
belajar online. Sebaiknya modul ini dapat diakses olehcalon
peserta tanpa harus registrasi terlebih dahulu. Semua
peserta dapat mengkases modul ini dan dapatberlatih
berulang-ulang sampai merasa bisa dan akrab dengan LMS
yang akan digunakan. Setelah calon peserta merasa bisa
maka dapat melakukan registrasi untuk menjadi peserta DJJ
Online.
j. Pengembangan DJJ Online
DJJ online harus dirancang dengan baik dan dikelola secara
profesional. BDK Jakarta harus merancang kegiatan DJJ Online
dalam bentuk TOR sehingga dapat diajukan anggarannya sesuai
dengan rancangan. Rancangan kegiatan DJJ Online setiap tahun
harus merupakan siklus mlai dari perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, evaluasi dan kembali ke perencanaan. Sebagai
konsekuensinya BDK Jakarta harus mengembangkan organisasi
pengelola dan mekanisme kerjanya.
DJJ Online adalah sebuah produk teknologi yang tidak
mengenal kata akhir. Kebijakan, pengetahuan, teknologi dan
tuntutan akan terus berubah. Oleh karena itu DJJ Online harus
terus dikembangkan melalui siklus yang disebutkan di atas.
Konseluensinya harus disediakan anggaran yang berkelanjutan
untuk mengembangkannya.

39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ditemukan empat kelompok faktor penyebab rendahnya persentase
kelulusan pada DJJ Online PTK BDK Jakarta yang diselenggarakan tahun
2014. Keempat kelompok penyebab tersebut adalah kelompok individual,
instruksional, organisasi dan teknis. Keempat kelompok faktor tersebut
saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya sehingga faktor
penyebab rendahnya kelulusan menjadi kompleks dan tidak dapat
diselesaikan secara terpisah. Penyelesaian masalah tersebut harus
dimulai dari penataan konsep dan direalisasikan dalam bentuk
operasional melalui prosedur sistematis.
Faktor individu meliputi motivasi, self-efficacy, kesibukan,
manajemen waktu dan faktor demografi. Faktor instruksional termasuk
sistimatika materi, sajian materi dan tugas, media dan sumber belajar,
strategi pembelajaran dan pelayanan akadmik. Faktor ini berperan dalam
menampilkan DJJ Online sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari
dengan mudah, cepat, menyenangkan dengan tarap penguasaan tinggi.
Faktor organisasi termasuik didalamnya organisai penyelenggara dan
organisai pengguna. Organisai penyelenggara adalah BDK dan organisasi
pengguna adalah satuan kerja peserta. Organisasi penyelenggara
berberan sebagai perencana, pengelola dan pengevaluasi program diklat,
sedangkan peran organisasi pengguna adalah memberikan dukungan
kepada peserta untuk dapat menyelesaikan tigas-tugas belajar online
sesuai dengan waktu dan target mutu kurikuler. Faktor teknis termasuk
didalamnya kemampuan peserta dalam menggunakan IT dan LMS,
kecepatan iaringan internet dan daya muat server DJJ Onlien untuk dapat
diakses oleh bayak peserta.
Diantara keempat kelompok tersebut yang paling berpengaruh
adalah factor individu. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap faktor
lainnya. Sebagai contoh, faktor teknis seperti rendahnya kemampuan

40
menggunakan LMS dapat diselesaikan ketika peserta memiliki motivasi
dan self-afficacy yang tinggi.
Melalui penelitian ini diajukan 9 alternative solusi praktis. Pertama
meningkatkan motivasi dengan menjanjikan civil effect yang menarik, dan
melibatkan pimpinan sataun kerja sebagai pemantau dan pemberi
motivasi. Kedua meningkatkan self-efficacy dengan cara menyajikan
learning control yang dapat memberikan kebebasan kepada peserta untuk
dapat memilih gaya, waktu dan tempat belajar yang sesuai dengan
karakter masing-masing. Ketiga peningkatan hubungan tutor-peserta-
admin. Keempat peningatan ketepatan pelayanan tutor dan admin untuk
merespon kegiatan peserta. Kelima mempertimbangkan kembali kegiatan
tatap muka dengan berbagai bentuk. Keenam meningkatkan penyebaran
informasi mengenai tujuan, fungsi dan karakter DJJ online dalam berbagai
bentuk. Ketujuh meningkatkan mutu materi dan kegiatan agar lebih mudah
dan lebih cepat dikuasai namun tidak membuat peserta bosan. Kedelapan
disajikan modul simulasi untuk latihan bagi para calon peserta dalam
menggunakan LMS. Kesembilan perencanaan dan pengembangan tanpa
akhir yang dilakukan dalam bentuk siklus yang sistematis.

B. Saran
Diklat Jarak jauh Online adalah sebuah alternatif model
penyelenggarakan diklat dengan efisiensi anggaran dapat mencapai
400%. Mengingat karakter tersebtu DJJ Online menjadi model diklat yang
menjanjikan di masa yang akan datang. Pengembangan dan
penyelenggaraan DJJ Online di BDK Jakarta yang sudah berlangsung
sejak tahun 2012 baru merupakan sebuah inisiasi. Selanjutnya adalah
proses pengembangan yang berkelanjutan sehingga sistem e-learning,
proses penyelenggaraan dan hasilnya lebih baik lagi.
Alternatif solusi peningkatan persentase kelulusan pada DJJ Online
PTK yang terumuskan dalam penelitian ini diharapkan menjadi landasan
dan pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya

41
penerpan solusi-solusi tersrbut harus diukur dampaknya. Apabila
dampaknya signifikan maka kembangkan lebih lanjut namun apabila tidak
signifikan maka harus dicari alternative lain

42
DAFTAR PUSTAKA
---------- What We Know About Online Course Outcomes, Research
Overview April 2013, Community College Research Center (CCRC)
Tecaher College Columbia University,
http://www.achievingthedream.org/sites/default/files/resources/Onlin
e-Learning-Practitioner-Packet.pdf. Dilihat tanggal 23 Juni 2013
Anderson, T. The Theory and Practices of online Learning Second Edition.
Athabasca University: AU Press.
Bates, A.W. (2005). Online Learning Tools and Technology. Canada: Tony
Bates Association Ltd.
Carr, D. MOOC Math StudentsBeat On-Campus Pass rates. Information
Week. http://www.informationweek.com/software/mooc-math-
students-beat-on-campus-pass-rate/d/d-id/1111335? , dilihat
tanggal 23 Juni 2015.
Chard Sylvia, “Project Learnig”, Edutopia,
http://www.edutopia.org.modules/PJBL/whatisPjBL/php. Dilihat
tanggal 23 Februari 2015.
Dorn, R. I. Online Learning Annual Report 2013-2014, Washington Office
of Superintendent.
http://apps.leg.wa.gov/RCW/default.aspx?cite=28A.250.040, Dilihat
tanggal 23 Juni 2014.
Guyan, M. Improving Motivation in E-learning , E-Learn Magazine.
Oktober 2013,
http://elearnmag.acm.org/featured.cfm?aid=2527388. Dilihat 25
Juni 2015.
Holmberg, B. (2005).The Evolution, Principles and Practices of Distance
Education. Bibliotheks- und Informationssystem der Universität
Oldenburg.
Horton W., (2006). e-Learning by Design. San Francisco: Pfeiffer.
Jollifer A., Ritter, J. Steven, D. (2001).The Online Learning Handbook:
Developing and Uisng Web-Based Learning. London: Kogan Page.
Kanuka, H. Instructional Design and e-Learning: A Duscussion of
Pedagogical Content Knowledge as a Missing Construct, e-IJST, e-
Journal of instructional Science and Technolo.
,http://www.ascilite.org.au/ajet/e-ist/docs/vol9
_no2/papers/full_papers/kanuka.htm. dilihat 3 Maret 2015.
Khaeruman, U. Online Distance Training Model Case Study in Pusdiklat
Aparatur Negara Minstry of Health. Indonesia. Seminar in Center
of ICT for Education, Minsitry of Education
and Culture.
Knowles, M.S., Holton, E.F., Swanson, R.A. (2005). The Adult Learner:
The Definitif Classic in Adult Education and Human Resource
Development, Sixth Edition. California: Elsivier.

43
Kolloff, M.A. Strategies for Effective Student/Student Interaction in Online
Course, 17Th Annual Conference on Distance Teaching and
Learning. The Board of Regents of the University of Wisconsin
System, 2001,
http://www.uwex.edu/disted/conference/Resource_library/proceedin
gs/01_10.pdf. Dilihat tanggal 25 juni 2015. h. 1.
Matoyer, T. Learner Control in Web-Based Instruction. Departement of
Education Technology San Diego State University,
http://www.etc.edu.cn/eet/Articles/LrnrCntrlWBI/start.htm. Dilihat
tanggal 25 Juni 2015.
Moor, M.G., Anderson, W.G. (2003). Handbook of Distance Education
(ed.). London: Lawrence Erbaum Associates Publisher.
Mungania, P., The Seven E-learning Barriers Facing Employee, Unersity
of Luisville. Oktober
2003.http://www.academia.edu/8420360/The_7_E-
Learning_Barriers_facing_Employees_-_Penina_Mungania. Dilihat
tanggal 25 Juni 2014.
Perraton, H. (1993). Distance Education for Teacher Training (Ed). New
York: RoutLege.
Ryan, R.M., Decy, E. L, Self Determinition Theory and The Facilitation of
Intrinsic Motivation. Social Development, nad Well-Being American
Psychologist, Vol 55, No. 1, Januari 2000.
Soekartawi. “Blended E-Learning: Alternatif Model Bembelajaran Jarak
Jauh Di Indonesia” , Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
2006 (Snati 2006) Yogyakarta, 17 Juni 2006.
Song, J. More student take online classesbut passage rate low, study
says. L.A. Times, 14 mei 2014,
http://www.latimes.com/local/lanow/la-me-ln-online-classes-
20140514-story.html. Dilihat 23 Juni 2015.
Taipjutorus, W., Hanson , S., Brown, M. Improving Self-efficacy in a
Learner Controlled Online Learning Environemnet: A Correlatin
Study. Ascilite 2012. 25-28 November 2012.
http://www.ascilite.org/conferences/Wellington12/2012/images/cust
om/taipjutorus,_widchaporn_-_improving.pdf Dilihat tanggal 25 Juni
2015.
Wang Y, Wang H.Y., Shee D. Y. (2007). Measuring e-learning systems
success in an organizational context: Scale development and
validation. Computers in Human Behavior Vol. 23.
www.elsevier.com/locate/comphumbeh. Dilihat 15 Februari 2015.
Wilson, D., Ellen, D. Succes Rate of Online Versus Traditional College
Student. Research in Higher Education Journal,
http://www.aabri.com/manuscripts/11761.pdf. Dilihat tanggal 24 juni
2015.

44
LAMPIRAN

Lampiran 1

DAFTAR SKOR PRE-POS TES DJJ ONLINE PTK BDK JAKARTA TAHUN 2014

SKOR SKOR
NO NAMA
PRETES POSTES
1 Mustafa 31.85 79.66
2 Catur Yoga Meiningdias 74.07 84.75
3 E.Sudarsono 60.37 96.61
4 Bai Herlana 41.85 100
5 Furo Bajuri 54.44 94.92
6 Sukardi 55.19 98.31
7 Tina Yulistania 62.96 92.54
8 Chaerul Huda 44.07 78.98
9 Rusmi Susila 17.03 81.36
10 Ipin Firman 12.52 88.14
11 Euis Sofie 18.32 87.46
12 Muarofah 15.23 88.14
13 Ilis Saodah 15.74 88.14
14 Budi Sasmito 19.61 76.27
15 Sarif Karya 16.26 98.31
16 Hedi Herawadi 15.74 98.31
17 Maya Sari 79.1 96.61
18 Nursheha 82.32 93.22
19 Ahmad Latif 65.16 74.58
20 Yan Basri 6.15 86.44
21 Uhanah 7.26 74.58
22 Asri Rahmawati 17.03 89.83
23 Bajrus Zaman 12.52 81.36
24 Catur Warni Sri Hariyanti 18.32 93.22
25 Yoyoh Asyiroh 15.23 88.14
26 Hamidah 17.03 92.22
27 Neti Sumiati 13.03 74,58
Rerata 32.90 88.54
Standar Deviasi 24.48 7.74
Skor tertinggi 82.32 100
Skor terendah 6.15 74.58

45
Lampiran 2

DAFTAR SKOR PENILAIAN TERHADAP SYSTEM ONLINE PTK BDK JAKARTA


TAHUN 2014

ASAL KELAS
NO KOMPONEN YANG DIEVALUASI RESEPONDEN
PTK 1 PTK 2 PTK 3
Sistem e-learning ini selalu siap untuk
1 digunakan. 4.3 4.2 4.6
2 Sistem e-learning ini mudah digunakan. 4.5 4.3 4.8
Sistem e-learning ini menggunakan fitur-fitur
3 yang ramah (tidak asing) untuk digunakan. 4.6 4.1 4.5
Sistem e-learning ini menyediakan fasilitas
4 untuk interaksi antara pengguna dan sistem. 4.2 4.2 4.4
Sistem e-learning ini menyediakan ruang
5 untuk ekpsresi pribadi. 3.8 3.8 4.6
Sistem e-learning ini memiliki futur atraktif
6 yang menarik bagi pengguna. 4.1 3.8 4.4
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
7 yang dapat diakses dengan cepat. 4.4 4.1 4.6
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
8 yang benar-benar dibutuhkan. 4.5 4.2 4.6
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
9 yang dibutuhkan pada saat yang tepat. 4.4 4.1 4.6
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
10 yang cocok untuk pekerjaan saya. 4.8 4.3 4.6
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
11 dengan jumlah yang memadai. 3.9 3.9 4.4
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
12 yang mudah dipahami. 4.5 4.2 4.5
Sistem e-learning ini menyajikan informasi
13 terkini (up to date). 4.3 4 4.8
Sistem e-learning ini menyediakan petunjuk
14 penggunaan online. 4.5 4 4.5
Sistem e-learning ini dikembangkan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi
15 pengguna. 4.4 4.2 4.6
Staff pengelola sistem selalu siap untuk
16 untuk melayani konsultasi. 4.6 4 4.6
Staff pengelola sistem menanggapi dengan
sikap positif terhdap usulan penguna untuk
peningkatan mutu sistem e-learning di masa
17 yang akan datang. 4.4 4 4.5
Staff pengelola sistem memberikan
dukungan memuaskan dalam menggunakan
18 sistem e-learning. 4.5 4.1 4.6

46
19 Frekuensi penggunaan sistem e-learning. 4.1 3.9 4.5
Saya menggunakan sistem e-learning ini
20 secara suka rela. 4.5 4.3 4.8
Saya merasa tergantung kepada sistem e-
21 leaarning ini. 3.3 3.6 4
Sistem e-learning ini memberikan motivasi
22 untuk terus belajar. 4.7 4.4 4.6
Sistem e-learning ini membantu saya
23 meningkatkan kompetensi. 4.7 4.5 4.9
Sistem e-learning membantu saya dalam
24 memecahkan masalah yang saya hadapi. 4.5 3.9 4.6
Sistem e-learning ini memberi saya inspirasi
25 untuk berinovasi. 4.5 4.3 4.5
Sistem e-learning ini membantu saya
meningkatkan kemampuan menggunakan
26 IT. 4.7 4.6 4.9
Sistem e-learning ini membantu saya
27 meningkatkan karir. 4.3 4.1 4.9
Belajar melalui sistem e-learning ini
28 meningkatkan rasa percara diri. 4.8 4.3 4.9
Saya bersikap positif terhadap fungsi e-
29 learning ini. 4.8 4.2 4.9
Menurut saya perlengkapan pendunkung
30 sistem e-learning ini sudah baik. 4.3 4.1 4.6
Secara keseluruhan penampilan e-learning
31 ini sangat baik. 4.4 4.2 4.6
Secara keseluruhan sistem e-learning in
32 sukses. 4.2 4.1 4.6
Secara keseluruhan saya puas dengan
33 sistem e-learning ini. 4.5 4.2 4.5
Materi yang disajikan dalam e-learning
34 dapat diaplikasikan dalam pekerjaan. 4.5 4.2 4.6
Rerata 4.40 4.13 4.61
Standar Deviasi 0.30 0.20 0.18
Skor Tertinggi 4.8 4.6 4.9
Skor Terendah 3.3 3.6 4

47
Lampitan 3

DAFTAR SKOR PENILAIAN PENYELENGGARAAN

NO KOMPONEN YANG DIEVALUASI RESPON


Informasi dan bimbingan teknis dalam
Cukup memadai
1 sosialissi offline yang saya ikuti.
Informasi DJJ Online BDK Jakarta yang
Sangat memadai
2 disajikan di internet.
Informasi DJJ Online BDK Jakarta yang
disajikan di brosur, liflet atau pengumuman Kurang memadai
3 tertulis.

Informasi pengumuman calon peserta. Sangat memadai


4
5 Fasilitas pendaftaaran (registrasi) online Sangat mudah
6 Pilihan diklat yang disajikan Memadai
7 Materi yang disajikan. Dalam
Strategi yang diterapkan membantu dalam
Tepat
8 menguasai materi
Membantu
Media yang disediakan.
9 menguasai
Membantu
Sumber yang disediakan
10 menguasai
Sangat membantu
Tugas yang diberikan
11 menguasai materi
12 Tingkat kesulitan tugas. Sulit
13 Bulan penyelenggaraan kegiatan Tepat
Jumlah minggu yang disediakan untuk
Memadai
14 menyelesaiakan program

Kerjasama BDK dengan instansi. Memadai


15
Akses jaringan internet di tempat masing-
Sangat mudah
16 masing
17 Akses terhadap web DJJ BDK Jakarta Mudah
Bantuan teknis yang diberikan tutor dan
Memadai
18 admin
Prosedur penyelesaian program DJJ BDK
Sedang
19 Jakarta
20 Jumlah tutor yang disediakan. Memadai
Komunikasi Tutor dan Admin dengan Peserta
Sangat memadai
21 selama DJJ berlangsung

48
Lampiran 4

DAFTAR SKOR PENILAIAN TERHADAP TUTOR

KELAS RESPONDEN
NO KOMPONEN YANG DIEVALUASI
PTK 1 PTK 2 PTK 3
1 Pemberian layanan teknis. 4 4.2 4.7
2 Mutu jawaban terhadap pertanyaan peserta. 4.6 4.1 4.8
3 Mutu komentar dalam diskusi online. 4.5 4 4.8
Mutu penyelesaian masalah yang diberikan
4 kepada peserta. 4.4 4.1 4.8
Mutu feedback (umpan balik) atau saran
5 yang diberikan terhadap tugas peserta. 4.5 4.1 4.8
6 Kemampuan memberikan contoh-contoh 4.4 3.9 4.6
Penggunaan bahasa tulis dalam komentar,
7 saran atau jawaban. 4.6 4.2 4.8
8 Sistematika dalam memberikan penjelasan. 4.6 3.9 4.7
9 Intensitas membuka web DJJ. 4.1 3.4 4.6
10 Kecepatan merespon pertanyaan peserta. 3.8 3.3 4.7
Kecepatan memberikan komentar dalam
11 diskusi dan tugas online. 3.8 3.6 4.7
12 Kecepatan memberikan skor. 3.8 3.5 4.4
Mutu penyelesaian terhadap masalah yang
13 dihadapi peserta 4.1 3.9 4.7
Kepedulian terhadap masalah yang
14 dihadapi peserta. 4.2 4.1 4.8
15 Memberi motivasi dan saran. 4.2 4.1 4.9
Rerata 4.24 3.893 4.72
Standar Deviasi 0.289 0.289 0.117

49
Lampiran 5

REKAPITULASI KELULUSAN PESERTA


DIKLAT JARAK JAUH TAHUN 2014

Pass Pass Pass Pass Pass Pass


NO MATERI Orientasi LULUS
KB 1 KB 2 KB 3 KB 4 KB 5 KB 6
1 Angka Kredit Penyuluh Agama 31 16 14 13 13
KTI BAGI PENYULUH DAN
31 19 17 15 14 13
2 PENGHULU Ang. I
KTI BAGI PENYULUH DAN
30 16 13 12 12 12
3 PENGHULU Ang. II
4 Model Pembelajaran Ang. I 33 28 17 12 11 11 11
5 Model Pembelajaran Ang. II 30 21 10 7 7 6 6
6 Penilaian Hasil Belajar Ang. I 30 13 13 13 13 13 10 10
7 Penilaian Hasil Belajar Ang. II 30 13 9 8 7 6 6 6
Teknik Perencanaan
26 5
8 Pembelajaran Ang. I
Teknik Perencanaan
32 16 14 13 13 13
9 Pembelajaran Ang. II
10 Penelitian Tindakan Kelas Ang. I 33 13 13 8 8 8
11 Penelitian Tindakan Kelas Ang. II 33 17 16 15 15 15
12 Penelitian Tindakan Kelas Ang. III 30 14 14 9 8 8
369 120

50

Anda mungkin juga menyukai