Anda di halaman 1dari 10

1.

Makanan, obat, dan kosmetik merupakan suatu substansi yang penting bagi kehidupan
manusia
A. Jelaskan apa perbedaan makanan, obat, dan kosmetik!

Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok
bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan
atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral,
dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit (Notoatmodjo, 2003). Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health
Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan
substansisubstansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Chandra, 2006)

Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan
atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Zat tersebut dapat berasal dari nabati,
hewani, kimiawi alam maupun sintetis. Sebelum dipergunakan menjadi obat, zat tersebut terlebih
dahulu dibentuk menjadi sediaan farmasi seperti kapsul, pil, tablet, sirup, serbuk, suspensi, salep,
supositoria dan lain-lain (Anief, 1991).
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut,
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap
dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Permenkes RI, 1998)

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan makanan, obat dan kosmetik
terletak pada tujuan pemakaiannya dimana makanan digunakan untuk memelihara proses tubuh
dalam pertumbuhan atau perkembangan serta memperoleh energi, obat digunakan untuk diagnosa,
pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia dan hewan
sedangkan kosmetik digunakan untuk membersihkan, menambah daya tarik dan memperbaiki
kondisi tubuh bukan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.

B. Sebutkan contoh substansi atau bahan-bahan alam yang bisa dijadikan makanan, obat,
dan kosmetik sekaligus? Berikan contohnya
Kunyit
Kunyit telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas karena berbagai macam
kegunaannya. Bagian dari kunyit yang terutama dimanfaatkan adalah rimpangnya yaitu banyak
dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bumbu penyedap masakan, rempah-
rempah, dan bahan kosmetik. Kunyit mengandung minyak atsiri, sikloiserin, mirsen, metal
farbinol, d.kamper, dan curcumin. Kandungan antioksidan yang terdapat di dalam warna kuning
dari kunyit menjadi kunci untuk kesehatan dan kecantikan. Sebagai bahan kosmetik, kunyit telah
dikenal luas secara turun temurun dan digunakan oleh puteri-puteri keraton untuk merawat
kecantikannya. Kunyit yang mengandung curcumin dan zat antioksidan sangat efektif untuk
menjaga kecantikan, menghaluskan kulit, mengurangi bau badan. Kunyit digunakan sebagai
masker dan lulur untuk wajah terlihat lebih cerah. Manfaat rimpang kunyit sebagai obat tradisional
antara lain untuk obat gatal, kesemutan, gusi bengkak, luka, sesak napas, sakit perut, bisul, kudis,
encok, sakit kuning, memperbaiki pencernaan, antidiare, penawar racun, dan sebagainya
(Rukmana, 1999).
Kencur

Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak dimanfaatkan oleh
rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta. Salah satu senyawa yang terdapat dalam
kencur adalah etil para metoksisinamat (EPMS) yang diperoleh dari isolasi rimpang kencur.
Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur berfungsi sebagai pengeblok kimia
antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya (Jani, 1993). Kandungan etil pmetoksisinamat
(EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena
bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2006).
Kencur dimanfaatkan cukup banyak sebagai tonikum yaitu sebagai obat bengkak-bengkak,
reumatik, obat batuk, obat sakit perut, manghilangkan keringat, penambah nafsu makan, infeksi
bakteri, ekspektoran (memperlancar keluarnya dahak), disentri, karminatif, menghangatkan badan,
pelangsing, penyegar, mengobati luka dan bengkak perut, encok, obat batuk, dan sakit perut
(Anonim, 2000). Rimpang 8 kencur berkhasiat untuk obat batuk, pengompresan bengkak,
penambah nafsu makan dan juga sebagai minuman segar (Rukmana, 1994).

2. Bacalah artikel yang terlampir

A. Apa inf ormasi penting yang dapat diperoleh dari sana?

Informasi yang dapat diperoleh dari artikel tersebut yaitu penemuan antibakteri dengan
DNA girase sebagai enzim tupossemerase tipe IIA dengan kesamaan structural dan fungsional
dapat mengurangi kapasitas bakteri untuk mengembangkan resistensi obat berbasis target.
Penemuan antibiotic baru yaitu N-phenylphyrrolamiden yang dapat melawan bakteri yang resisten
dengan kelas antibiotic lain

B. Apa target dari obat yang ditulis dalam artikel tersebut? Jelaskan yang anda
ketahui tentang target obatnya

Target dari obat yang diuji adalah pengikatan ATP yang terletak pada subunit B DNA grainase
dan topoisomerase IV. DNA girase adalah salah satu enzim topoisomerase, yaitu suatu enzim yang
dapat mengubah topologi molekul DNA. Perubahan topologi tersebut dilakukan dengan cara
memutuskan ikatan hidrogen pada salah satu atau kedua untaian DNA secara sementara (transient).
Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive
supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA.
Target lainnya yaitu topoisomerase IV. Topoisomerase IV terdiri dari dua subunit ParC dan dua
subunit ParE yang memiliki stuktur homolog dengan subunit GyrA dan GyrB dari DNA Girase.
Fungsi utama dari topo IV adalah untuk proses dekatenasi dari dua DNA kromosom yang
terbentuk setelah replikasi DNA selesai (Oblak, 2007). Kesamaan struktur dan fungsi dari dua
enzim menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk merancang inhibitor yang menargetkan situs
aktif DNA Girase dan topo IV untuk mengurangi kapasitas resistensi bakteri.

C. Jelaskan apa peran modifikasi struktur pada Part A, Part B, dan Part C dalam
mempengaruhi aktivitas antibacterial dari artikel tersebut

Peran Modifikasi Struktur:


Part A
Pada part A Dengan 4,5-dibromo-1H-pirol atau gugus 3,4-dikloro-5-metil-1H-pirol. Pyrrole NH
dan pyrrolamide C = O adalah donor ikatan hidrogen penting dan kelompok akseptor yang
berinteraksi dengan Asp73 (penomoran E. coli) dan dengan molekul air yang diawetkan di situs
pengikatan GyrB. Atom-atom halogen pada bagian pyrrole menurunkan pKa dari grup NH dan
dengan demikian memperkuat ikatan H yang terbentuk. Terdapat atom halogen yang dapat
menguatkan ikatan hidrogen. Klorin dan bromin juga meningkatkan kelipofilikan dari bentuk pirol
sehingga meningkatkan interaksi hidrofobik dengan residu asam amino pada bagian hidrofobik
dari enzim.
Part B

Part B benzene ring, senyawa D mengandung substituen isopropoksi lipofilik yang dapat
membentuk interaksi hidrofobik dengan residu Ile78 dan Ile94 di dalam lipofil dasar enzim.
Interaksi ini menguntungkan untuk afinitas pengikatan, dalam beberapa tipe I senyawa kelompok
isopropoksi pada posisi-3 cincin benzena yang dipertahankan. Untuk senyawa tipe 1 lainnya
terdapat substituen 2-aminoetoksi pada posisi ini, dengan tujuan meningkatkan kelarutan senyawa
dan / atau memperluas spektrum antibakteri. Kehadiran gugus amino, terutama gugus amino
primer, berkontribusi pada kemampuan senyawa untuk berakumulasi dalam Gram-negatif E.coli.
Subtituen lipofilik pada posisi-3 dari cincin B benzena bagian membentuk interaksi yang
menguntungkan dengan dasar hidrofobik enzim. Senyawa induk dengan isopropoksi dan 2-
aminoetoksi subtituen dibandingkan, yang terakhir umumnya lebih kuat. Berdasarkan percobaan
docking, diprediksi bahwa gugus amino dari subtituen 2-amionetoksi dapat membentuk ikatan H
dengan Ala100, sehingga meningkatkan potensi penghambatan. Penghambatannya serupa seperti
struktur kristal inhibitor bithiazole yang kompleks dengan E.coli
Perwakilan N-fenilpirol amida D dan aktivitas penghambatannya pada DNA gyrase dan
topoisomerase IV
Part C
Pada part C dalam yaitu modifikasi struktur untuk mengetahi stereokimia dan ukuran rantai
samping asam amino mempengaruhi afinitas pengikatan antara senyawa dengan sel bakteri.
Senyawa Glisin, L- dan D-alanin, L-valin, dan turunan L-fenilalanin disiapkan untuk dibandingkan
aktivitas turunannya, dalam bentuk metil ester, asam karboksilat bebas, dan hidrazida. Selain itu,
tiga senyawa (11a, 11b dan 12), masing-masing dengan 1,3,4-oksadiazol-2 satu cincin sebagai
pengganti bioisosterik untuk fungsi asam karboksilat, hal ini untuk mengurangi keasaman dan
polaritas sehingga dapat meningkatkan penetrasi membran sel bakteri dari senyawa. Selanjutnya,
dua senyawa, masing-masing dengan substituen yang mengandung piridina dalam bagian C,
piridin-2-ylmethanamina (n = 1, senyawa 15a) dan 2- (piridin-2-yl) etan-1-amina (n = 2, senyawa
15b) disintesis, dan panjang optimal untuk aktivitasnya ditentukan. Bagian piridin dimaksudkan
untuk mengaktifkan interaksi π-stacking dengan jembatan garam Glu50-Arg76

Senyawa dengan rantai samping alanin menunjukkan aktivitas penghambatan terkuat dari
seri percobaan sementara senyawa yang mengandung L-fenilalanin adalah yang terlemah.
Misalnya, L-alanine analog 8c menunjukkan nilai IC50 370 nM, sedangkan L-fenilalanin yang
mengandung counterpart 8b tidak aktif pada 1 µM konsentrasi (RA = 100%). Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa gugus benzil rantai samping L-fenilalanin tidak membentuk interaksi
hidrofobik yang menguntungkan atau π-π dengan enzim.

D. Kenapa para ahli terus mencari sumber baru untuk antibiotic? Bukankah saat
sekarang sudah banyak antibiotic di pasaran?

Sebab antibiotik yang terdapat di pasaran telah banyak yang mengalami resistensi
(kekebalan bakteri terhadap antibiotik). Sekarang terdapat 6 bakteri yang resisten terhadap
antibiotik yang bisa disingkat dengan ESKAPE group (Enterococcus faecium, Staphylococcus
aureus, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa, and
Enterobacter species). Hanya sedikit penemuan kelas antibiotik baru yang mencapai uji klinis dan
dilain sisi jumlah bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik itu meningkat. Penemuan
antibiotic dianggap sebagai pencapaian medis terbesar dan hal ini harus tetap dikembangkan untuk
mengimbangi ketimpangan yang terjadi antara penemuan antibiotik baru dengan antibiotik yang
sudah resisten (multi-drug resistant/ MDR). Penemuan antibiotik yang baru sangat dibutuhkan
untuk menanggulangi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang telah resisten.

E. Coba anda buat skema tahapan perencanaan obat. Pada tahap apa penelitian
yang dilaporkan oleh artikel ini?

Skema tahapan perencanaan obat

 Berdasarkann artikel tersebut, penelitian yang dilaporkan telah mencapai tahap uji praklinik.
Pada atikel dijelaskan bahwa peneliti melakukan uji sitoksisitas secara in vitro. Uji toksisitas
obat dibagi dalam 2 bagian yakni uji toksisitas in vitro (suatu uji yang dilaksanakan diluar tubuh
hewan coba) dan uji toksisitas in vivo (di dalam tubuh hewan coba). Hasil uji toksisitas in vitro
yaitu mengetahui besarnya konsentrasi bahan uji yang dapat membunuh 50% (lethal
concentration 50% = LC50) dari bahan biologi yang di kultur/di benihkan, disamping juga dapat
menentukan aktivitas suatu bahan uji dalam menghambat atau membunuh penyebab penyakit
secara in vitro. Pada artikel, peneliti menguji aktivitas bakteri yang dilakukan secara in vitro. Uji
aktivitas (khasiat) adalah suatu uji untuk menentukan kebenaran khasiat suatu bahan uji yang
dibuktikan secara ilmiah pada hewan coba atau pada bahan biologi tertentu dengan metodologi
dan parameter yang akan di uji ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan bahan uji yang akan
dipakai di klinik. Pada uji aktivitas secara in vitro dilaksanakan terhadap jenis obat terbatas
seperti obat antimikroba, obat anti kanker, obat anti parasit dan anti jamur, menggunakan media
tertentu sebagai subjek penelitian. Namun bahan uji yang telah dibuktikan aktivitasnya secara in
vitro masih harus dilanjutkan dengan uji aktivitas in vivo pada hewan uji
F. Tahap apa lagi yang harus dilalui agar kandidat obat tersebut menjadi obat yang siap
meluncur di pasaran?
Obat yang telah melaui tahap uji prakinik dan uji klinik, agar dapat diluncurkan dipasaran,
obat harus menadapat persetujuan dari FDA (di Indonesia yakni BPOM). Food and Drug
Administration (FDA), Amerika merupakan badan pengawas obat dan makanan rujukan di hampir
seluruh negara di dunia. Jika bukti dari tes awal dan penelitian praklinis dan klinis menunjukkan
bahwa obat aman dan efektif untuk digunakan, perusahaan dapat mengajukan permohonan untuk
memasarkan obat. Tim Review FDA memeriksa semua data yang disampaikan pada obat dan
membuat keputusan untuk menyetujui atau tidak menyetujuinya. New Drug Application NDA (di
Indonesia terdiri dari beberapa deputi yang melakukan pengawasan) menceritakan perjalanan
temuan dan pengujian obat baru. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa obat tsb aman dan efektif
untuk digunakan dalam populasi yang diteliti. Pengembang harus menyertakan laporan semua
studi, data, dan analisis.

Setelah FDA menerima NDA, tim peninjau memutuskan jika selesai. Jika tidak lengkap,
tim peninjau dapat menolak untuk mengajukan NDA. Jika sudah selesai, tim peninjau memiliki 6
sampai 10 bulan untuk membuat keputusan tentang persetujuaan obatnya. jika FDA menentukan
bahwa obat telah terbukti aman dan efektif digunakan, maka perlu untuk bekerja dengan pemohon
untuk mengembangkan dan memperbaiki resep informasi. Selanjutnya, lakukan monitoring
keamanan obat di pasaran. Tim peninjau FDA menerima laporan masalah dengan resep dan obat
over-the-counter, dan dapat memutuskan untuk menambahkan/memperingatkan untuk dosis atau
penggunaan informasi, serta langkah-langkah lain untuk masalah yang lebih serius. (Food and
Drug Administration (FDA), 2001).

3. Apa peran kolaborasi antar institusi dalam suatu penelitian?

Peran kolaborasi antar instiitusi dalam penelitian dapat memperoleh berbagai manfaat. Kolaborasi
dalam sebuah penelitian dapat mengatasi hambatan dan kendala yang tidak dapat ditangani sendiri.
Hambatan dan kendala yang mendorong terjadinya kolaborasi yakni keterbatasannya pengetahuan
dan ketrampilan perseorangan atau ketidaktersediaanya sumber daya fisik yang mendukung
penelitian. Manfaat kolaborasi antara lain terciptanya kesempatan untuk berbagi pengetahuan,
keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu. Keuntungan dari melakukan kolaborasi
diantaranya adalah : Transfer pengetahuan dan keahlian, Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang
akan menambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya
kreatifitas, Membuka kesempatan persahabatan intelektual, Peningkatan produktivitas.
(Sormin,2009).
Contohnya: kolaborasi antara institusi pendidikan (perguruan tinggi) misalnya UIN Jakarta, yang
melakukan penelitian terkait penemuan senyawa aktif baru dari tanaman obat tertentu
membutuhkan institusi lain seperti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sebagai jasa
layanan pengujian.

4. Sejauh apa perkembangan produk halal di bidang obat dan kosmetik dan bagaimana
menurut pendapat Anda perkembangan isu kehalalan obat dan kosmetik di
Indonesia? Dan peluang apa yang bisa Anda tangkap dari isu tersebut?
Perkembangan produk halal di bidang obat dan kosmetik khususnya diIndonesia
sedang mengalami peningkatan hal ini dibuktikan dengan banyaknya produk
kosmetik yang disertifikasi halal oleh MUI. Perusahaan kosmetik berlomba-lomba
membuat produk kosmetik halal agar memenuhi permintaan pasar yang meningkat
terutama untuk para konsumen muslim di Indonesia. Dari hal tersebut pula isu
berkembang dimana Indonesia merupakan negara mayoritas Islam dan menjadi negara
dgn penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga Indonesia menjadi peluang pasar yang
besar untuk berbagai industri halal dan hal ini menjadikan Indonesia sbg rebutan bagi
negara-negara lain untuk memasarkan produk halalnya, bahkan dari negara yang
memiliki penduduk minoritas muslim. Karenanya, hal ini dapat dijadikan peluang
bisnis maupun peluang pekerjaan untuk seorang farmasis di Indonesia yang harus lebih
dulu meraih pasar tersebut.

5. Bagaimana menurut pendapat Anda tentang hak paten dan riset obat? Jelaskanlah
beberapa keuntungan dan kerugian tentang hak paten tersebut

Hak paten merupakan hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil
invensinya untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Sedangkan Riset obat merupakan suatu
investigasi ataupun keingintahuan dibidang obat-obatan secara saintifik yang terorganisasi,
berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dan menentukan jawaban atau solusinya (Jogiyanto,
2004).

Menurut pendapat saya Hak paten dalam riset obat merupakan suatu reward atau apresiasi
sekaligus perlindungan yang di berikan oleh Negara kepada peneliti yang telah berjasa dalam
penelitian obat yang berguna untuk masyarakat luas. Melalui rewards tersebut orang-orang yang
kreatif didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk
membantu peningkatan kehidupan manusia. Selain itu hak paten juga dapat menjamin agar ‘hasil
dari riset’ tersebut terus berlangsung dengan menyediakan perlindungan hukum yang memadai
dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang menggunakan tanpa izin ataupun menyalahgunakan
hasil riset
Keuntungan dan Kerugian Paten:

Ada 4 keuntungan sistem paten jika dikaitkan dengan peranannya dalam meningkatkan perkembangan
teknologi dan ekonomi.
a. Paten membantu menggalakkan perkembangan teknologi dan ekonomi suatu negara:

b. Paten membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbhnya industri-industri lokal;

c. Paten membantu perkembangan teknologi dan ekonomi negara lain denan fasilitas lisensi;

d. Paten membantu tercapainya alih teknologi dari negara maju ke negara berkembang.

Kerugian paten adalah berkaitan dengan biaya paten yang relatif mahal dan jangka waktu perlindungan
yang relatif singkat, yaitu 20 tahun untuk paten biasa dan 10 tahun untuk paten sederhana. Selain itu,
tidak semua invensi dapat dipatenkan menurut undang-undang paten yang berlaku.
Dafpus

Anief, M., 1991, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Anonim, 2000. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/2231/1/K100030231.pdf

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC
Food and Drug Administration (FDA). 2001. Guidance for Industry Bioanalytical
Method Validation. Center for Drug Evaluation and Research, Rockville, MD, USA. Pp 16

Jani, 1993. Uji Aktivitas Tabir Matahari Senyawa Etil para metoksi transsinamat dari Rimpang
Kencur (Kaempferia galanga, L.) Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya.

Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Martina Durcik, dkk. 2018. New N-phenylpyrrolamide DNA gyrase B inhibitors: Optimisation of
efficacy and antibacterial activity. European Journal of Medicinal Chemistry

M. Oblak, M. Kotnik, T. Solmajer. 2007. Discovery and development of ATPase inhibitors of


DNA gyrase as antibacterial agents. Curr. Med. Chem. 2033-2047.
Meles, Dewa Ketut. 2010. Peran uji pra klinik dalam bidang farmakologi. Pidato pada Pengukuhan
Jabatan Guru Besar dalam Bidang Farmakologi dan Toksikologi pada Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga.
Menteri Kesehatan RI, 1998. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes 1998
tentang Kosmetika. Jakarta : Menteri Kesehatan RI

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Undang-undang RI nomor 36 tahun 2003 tentang Kesehatan

Rosita. S. M. D. O. Rostiana dan W. Haryudin. 2006. Respon Kencur (Kaempferia Galanga Linn)
Terhadap Pemupukan. Prosiding Seminar Nasional dan Pemeran Tumbuhan obat Indonesia
XXVIII
Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanikus : Yogyakarta.
Rukmana, R. 1999. Kunyit. Cetakan pertama. Yogyakarta: Kanisius.

Sormin, Remi. 2009. KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN


PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian Bogor : Jurnal Perpustakaan Pertanian
Vol. 18, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai