Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TINDAKAN

MANAJEMEN PERAWATAN LUKA BERSIH DENGAN KASSA BASAH NACL

Nama Mahasiswa : Lilys Puji Yulianto,S.Kep MM

Hari/Tanggal : 23 Maret 2017

NIM : N320174230

Judul Jurnal : manajemen perawatan luka bersih dengan kassa basah nacl

1. Identitas Klien
Nama klien (inisial) : Ny. S

Umur : 55 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Ngemplak lor 03/01 Margoyoso Pati

Diagnosa medis : vulnus laceratum post kll

2. Pengkajian

- Data Subjektif : pasien mengeluh terasa gatal dan tidak nyaman dengan balutan
pada luka di kaki
- Data Objektif :
 Terdapat luka di bagian kaki kanan
 vulnus laceratum post kll
 Pasien tampak tidak nyaman dengan balutan luka

1
3. Perawatan Luka Bersih dengan Kassa Basah NaCl
A. Pengertian
Perawatan luka adalah suatu tindakan untuk membantu menciptakan kondisi
local yang optimum pada daerah luka untuk penyembuhan, dengan mengeluarkan
debris, seperti benda asing dan jaringan lunak yang mengalami defitalisasi, yang
apabila terus menerus ada akan mengakibatkan terjadinya infeksi klinis (Moya J.
Morison 2004 : 255).
Perawatan luka ada dua yaitu perawatan luka bersih dan perawatan luka
kotor. Luka bersih biasanya luka itu disebabkan oleh tindakan operasi atau luka
yang kecil tapi bersih (Sumiardi Karakata, 1996:32).

B. Prosedur Perawatan Luka


a. Persiapan alat :
1. Set balutan steril dalam instrument steril
 Sarung tangan steril
 Pinset 3(2anatomis, 1 sirurgis)
 Gunting (menyesuaikan kondisi luka )
 Balutan kasa dan kasa steril
 Kom untuk larutan antiseptic (bila dipesankan)
 Depress
 Lidi kapas
2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
3. Gunting perban
4. Larutan garam fisiologis
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Plester,pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
7. Kantong tahan air untuk sampah (bengkok berisi lisol dan bengkok kasar)
8. Selimut mandi
9. Perlak pengalas

2
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan procedure kepada klien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka.
Rasional : menghilangkan ansietas klien dan meningkatkan pemahamannya
mengenai proses penyembuhan.
2. Susunan semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur (jangan
membuka peralatan).
Rasional : agar lingkungan steril tidak terganggu akibat kelalaian tidak disengaja
pada peralatan yang diperlukan.
3. Ambil kantong sekali pakai dan buat lipatan di atasnya. Letakkan kantong dalam
jangkauan area kerja anda/letakkan bengkok di dekat pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi tidak sengaja pada bagian atas luar permukaan
kantong. Jangan menyeberangi area steril untuk membuang balutan kotor.
4. Tutup ruangan atau trial di sekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.
Rasional : memberikan klien privasi dan mengurangi udara yang dapat
mentransmisikan mikroorganisme.
5. Bantu klien pada posisi nyaman dan gunakan selimut mandi pasien hanya untuk
memajakan tempat luka. Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
Rasional : gerakan tiba-tiba dari klien selama penggantian balutan dapat
menyebabkan kontaminasi luka atau peralatan. Penutupan memberikan jalan masuk
pada luka dan meminimalkan pemajanan yang tidak perlu.
6. Cuci tangan secara seksama.
Rasional : menghilangkan mikroorganisme yang tinggal dipermukaan kulit dan
mengurangi transmisi patogen pada jaringan yang terpajan.
7. Pasang perlak pengalas
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan , atau
balutan dengan pinset.
Rasional : sarung tangan mencegah transmisi organisme dari balutan kotor pada
tangan anda.

3
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan,
sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat plester pada kulit,
bersihkan dengan alcohol .
Rasional : mengurangi tegangan pada jahitan atau tepi luka.
10. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor
jauh dari penglihatan klien.
Rasional : Penampilan drainase dapat mengganggu klien secara emosional.
Pengangkatan balutan dilakukan secara hati-hati dari balutan untuk mencegah
penarikan tidak disengaja pada drain.
11. Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau
NaCl.
Rasional : Mencegah kerusakan permukaan epidermal.
12. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
Rasional : Memberikan perkiraan hilangnya drainase dan pengkajian kondisi luka.
13. Buang balutan kotor pada bengkok.Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian
dalam keluar. Buang ditempat yang tepat (bengkok lisol).
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme ke orang lain.
14. Buka baki instrument balutan steril.Tempatkan pada meja disamping pasien.
Balutan, gunting, dan pinset harus tetap pada baki instrument steril yang terbuka
sebagian area steril atau diatas kassa steril.
Rasional : Balutan steril dan bahan tetap steril saat atau dalam permukaan steril.
Persiapan semua bahan mencegah terganggunya lingkungan steril selama
penggantian balutan yang aktual.
15. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drein, integritas jahitan atau penutupan
kulit, dan karakter drainase (palpasi luka, jika perlu dengan tangan nondominan
yang tidak akan menyemtuh bahan steril).
Rasional : Menentukan status penyembuhan luka. Kontak dengan permukaan kulit
atau drainase mengontaminasi sarung tangan.
16. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam
fisiologis. Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset. Gunakan
satu kassa untuk setiap kali usapan. Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke

4
area terkontaminasi. Gerakkan dengan tekanan progresif m,enjauh dari insisi atau
tepi luka.
Rasional : Penggunaan pinset mencegah kontaminasi jari yang memakai sarung
tangan. Arah tekanan pembersihan mencegah organism masuk ke dalam luka.
17. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.
Rasional : Mencegah kelembapan pada tempat luka yang dapat menjadi tempat
tumbuhnya mikroorganisme.
18. Pasang kassa steril dengan NaCl pada insisi atau letak luka
 Pasang satu kassa setiap kali pemasangan balutan
Rasional : Mencegah pemasangan balutan besar yang dapat mengganggu gerakan
klien, dan memastikan penutupan luka secara keseluruhan.
 Passang kassa sebagai lapisan kontak
Rasional : meningkatkan absorbs tepat terhadap drainase.
 Jika terpasang drain, ambil gunting dan potong kassa kontak untuk dipasangkan
disekitarnya.
Rasional : balutan sekitar drain mengamankan letak drain dan mengabsorbsi
drinase.
 Pasang kassa lapisan ke dua sebagai lapisan absorben.
Rasional : Melindungi luka dari masuknya mikroorganisme.
19. Gunakan plester diatas balutan, fiksasi dengan ikatan atau balutan.
Rasional : Menunjang luka dan menjamin penutupan lengkap dengan pemajanan
minimal pada mikroorganisme.
20. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan.
21. Buang semua bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman
Rasional : Lingkungan yang bersih meningkatkan kenyamanan klien.
22. Cuci tangan.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
23. Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien, observasi
luka, balutan, dan drainase.
Rasional : Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu dapat memberitahukan
personel adanya perubahan pada kondisi luka dan status klien.

5
4. Analisa Manajemen Perawatan Luka dengan menggunakan Kassa basah NaCl

Ada beberapa faktor lokal yang merugikan pada tempat luka, 2 diantaranya adalah
dehidrasi dan turunnya temperatur. Jika luka terbuka dibiarkan terkena udara maka
lapisan permukaannya akan mengering. Sel-sel epitel pada tepi luka bergerak di bawah
lapisan tersebut, sampai sel-sel tersebut mencapai kondisi lembab yang memungkinkan
mitosis dan migrasi sel untuk menembus permukaan yang rusak. Waktu yang panjang
akibat membiarkan luka itu menggering mengakibatkan lebih banyak jaringan yang
hilang dan menimbulkan jaringan parut yang akhirnya menghambat penyembuhan. Jika
sebuah luka dipertahankan tetap lembab di bawah pembalut semipermiabel atau pembalut
oklusif, maka penyembuhan dapat terjadi jauh lebih cepat. Terdapat suatu keseimbangan
yang sangat halus antara kebutuhan akan lingkungan yang lembab, dan kebutuhan untuk
mengeluarkan eksudat berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan.
Eksotoksin dan sel-sel debris yang berada di dalam eksudat dapat memperlambat
penyembuhan dengan cara mengabadikan respon inflamasi (Moya J. Morison, 2004 : 17).
Aktifitas fagositik dan aktifitas mitosis secara khusus mudah berpengaruh terhadap
penurunan temperatur pada tempat luka, kira-kira dibawah 28 °C. Aktifitas lekosit dapat
turun sampai 0. Apabila luka basah dibiarkan terbuka lama pada saat menunggu
pemeriksaan, maka temperatur permukaan dapat menurun sampai paling rendah 12 °C.
Pemulihan jaringan ke suhu tubuh dan aktifitas mitosis sempurna, dapat memakan waktu
sampai 3 jam.
Seiring dengan perkembangan zaman, pada akhir dekade ini banyak perubahan-
perubahan yang terjadi tentang manajemen perawatan luka terutama pada agen-agen
pembersih luka yang dipakai. Normal saline 0,9% adalah larutan yang banyak dipakai
sebagai agen pembersih luka, sebab normal saline adalah larutan isotonik, tidak
mengganggu proses penyembuhan luka, tidak merusak jaringan, tidak menyebabkan
sensitifitas atau alergi di kulit dan tidak merubah atau menghilangkan kehidupan-
kehidupan bakteri-bakteri normal yang ada di kulit.
Adanya pemberian kasa yang basah akan memberikan suasana lembab pada
daerah luka sehingga elastisitas kulit disekitar luka tetap terjaga, kasa basah juga bisa
mengangkat crusta yang ada pada luka yang akhirnya proses penyembuhan akan lebih

6
baik karena tidak terhambat oleh adanya crusta. Jika sebuah luka dipertahankan tetap
lembab dibawah pembalut semipermiabel atau pembalut aklusif, maka penyembuhan
dapat terjadi jauh lebih cepat terdapat keseimbangan yang halus antara kebutuhan akan
lingkungan yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat berlebihan yang
dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan (Moya J. Morison, 2004 : Ternyata perawatan
luka bersih menggunakan kasa basah NaCl lebih efektif dalam proses penyembuhan luka
bersih daripada hanya dengan kasa kering, sebab pembalutan dengan kasa basah NaCl
bisa menciptakan iklim yang lembab pada suatu luka dan luka tidak mengalami dehidrasi,
sehingga proses penyembuhan luka dapat tercapai lebih cepat.
Ritin Fernandez (2004) dari Center for Applied Nursing Research Australia telah
mengumpulkan data penelitian-penelitian mengenai agen pembersih luka yang telah
dilakukan oleh para peneliti. Ada 8 penelitian yang telah dilakukan mulai tahun 1981
sampai dengan 2003. 5 dari 8 penelitian itu menggunakan larutan NaCl 0,9% yang
digunakan untuk membersihkan luka baik luka bersih maupun luka kotor (terinfeksi).
Dari hasil penelitian tersebut normal saline telah direkomendasikan sebagai agen
pembersih yang masih relevan (Ritin Et. Al. ; 2004).
Perawatan luka dengan teknik asepsis dan cara pembalutan yang tepat pada luka
diharapkan mampu mencegah terjadinya infeksi dan dapat mempercepat proses
penyembuhan luka yang bersih dan lebih sempurna.

7
5. DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Nuha Medika.

Bustan. (2007). Epidemiologi : Penyakit tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Ftrianingsih, D. (2009). Farmakologi. Yogjakarta: Nuha Medika.

Kusyati, Eni. 2007. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.Jakarta:EGC


Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogjakarta: Nuha Medika.

Perry A.G dan Petter, P. (2007). Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses,dan
Praktik.Volume 2. Jakarta: EGC.

Setiadi, Dkk. 2009.Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol 1, No.1.,Surabaya.

8
Tanda Tangan Pembimbing Klinik

Tanda Tangan Mahasiswa


(_____________________________)
Tanda tangan Pembimbing Akademik

( Lilys Puji Yulianto, S.Kep MM )

(_____________________________)

Anda mungkin juga menyukai