Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/307473294

Pengembangan Sistem Hibrida Energi Terbarukan (SHET) Untuk Jembatan


Antar Pulau

Book · January 2011

CITATIONS READS

0 283

2 authors:

I. B. A. Putra Irsyad Nashirul Haq


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
8 PUBLICATIONS   1 CITATION    9 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Use of Acoustic Emission for Leak Detection in Steel Pipe View project

Peningkatan Technology Readiness Level (TRL) dari Purwarupa Sistem Monitoring & Kontrol Energi Listrik menggunakan Multipurpose
Remote Control Berbasis Internet of Things (IoT) untuk Aplikasi Energy Management System View project

All content following this page was uploaded by Irsyad Nashirul Haq on 21 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGEMBANGAN SISTEM HIBRIDA
ENERGI TERBARUKAN UNTUK
JEMBATAN ANTAR PULAU
Sebagai pengembangan lebih lanjut atas kerjasama awal antara Institut Teknologi
Bandung, Direktorat Jenderal Bina Marga dan Sekretariat Tim Nasional Persiapan
Pembangunan Jembatan Selat Sunda seiring dengan rencana penerapan pada
Jembatan Suramadu dan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda.

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


KELOMPOK KEAHLIAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
2010 - 2011
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

Paradigma Baru Pembangunan Jembatan Antar Pulau 1

Cakupan Studi 3

Sumber Energi Terbarukan 4

Potensi Energi Terbarukan 5

Teknologi Pemanenan Energi Terbarukan 10

S H E T - Sistem Hibrida Energi Terbarukan 20

Rekomendasi 21

Kepustakaan 22

Penghargaan & Apresiasi 23


KATA PENGANTAR

Mengantisipasi pentingnya mewujudkan ketahanan energi


nasional disamping kebutuhan energi yang semakin me-
ningkat akibat dari meningkatnya kegiatan perekonomian,
maka LPPM-ITB telah membentuk Pusat Penelitian Energi
Baru dan Terbarukan (PPE) sebagai sebuah wahana pengem-
bangan IPTEKS multidisiplin dalam bidang energi. PPE-ITB
juga mendorong semua peneliti ITB yang tergabung dalam
kelompok-kelompok bidang keahlian untuk mendukung misi
mewujudkan ketahanan energi nasional tersebut dalam satu
kesatuan peta jejak penelitian.

Wakil Rektor ITB ITB menyadari bahwa ketahanan energi nasional yang kuat
Bidang Riset dan Inovasi dan berkelanjutan hanya bisa diwujudkan dengan kerjasama
yang intensif antara perguruan tinggi, pemerintah dan indus-
Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir
tri dalam berbagai bentuk kegiatan penelitian, pengemba-
ngan protipe serta produk yang bermanfaat nyata, teruji dan
reliabel. Oleh karena itu ITB menyambut baik kerjasama
yang telah dirintis oleh Kelompok Keahlian Teknik Fisika ITB
dengan Kementerian Pekerjaan Umum dalam bentuk Studi
Sistem Hibrida Energi Terbarukan (SHET) dari sumber
lingkungan laut untuk kebutuhan energi listrik Jembatan
Selat Sunda (JSS). Gagasan tersebut dianggap sangat berguna
dan akan ditempatkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya ITB dalam membangun ketahanan energi nasional
secara menyeluruh. Output yang dihasilkan dari kerjasama
tersebut diharapkan pula dapat digunakan sebaik-baiknya
oleh semua pihak yang berkepentingan. Diharapkan pula
agar kerjasama tersebut dapat diperluas dan direalisasikan
diwaktu yang akan datang.

Secara khusus, ITB mengucapkan terimakasih kepada


Wamen Kementerian Pekerjaan Umum, Dr Ir. Hermanto
Dardak beserta jajaran terkait di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum, yang telah memberikan dukungan
terwujudnya kegiatan penelitian awal yang telah
dilaksanakan secara terintegrasi oleh KK Teknik Fisika,
Oseanografi, Meteorologi dan Teknik Kelautan ITB.
"Dengan investasi yang sangat besar maka pembangunan jembatan antar
pulau, seperti Suramadu dan Jembatan Selat Sunda hendaknya dapat memberi
manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas, menciptakan keamanan dan
keselamatan lalu lintas, mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,
menjadi sarana pembelajaran dan penelitian bagi generasi muda dimasa
depan, serta dapat sebagai simbol keberhasilan pembangunan nasional yang
membanggakan dengan terjalinnya konektivitas nasional antar pulau meng-
gunakan state of the art rancang bangun mutakhir"
Dr. Ir. A. HERMANTO DARDAK
WAKIL MENTERI PEKERJAAN UMUM

“Pengembangan Sistem Hibrida Energi Terbarukan untuk jembatan antar pulau diren-
canakan dapat diaplikasikan di Jembatan Suramadu sebagai pilot project yang dapat di
scale up dimasa yang akan datang sehingga nantinya dapat diterapkan di Jembatan
Selat Sunda.”
Ir. DJOKO MURJANTO, M.Sc
DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN JEMBATAN ANTAR PULAU


PENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN SARANA RISET ILMU PENGETAHUAN DAN
PEREKONOMIAN NASIONAL PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Pembangunan jembatan antar pulau tidak hanya Jembatan antar pulau umumnya merupakan jem-
merupakan pembangunan fisik jembatan tetapi lebih batan bentang panjang yang perwujudannya mem-
daripada itu merupakan upaya mempersatukan butuhkan biaya investasi yang besar, mengadopsi
kegiatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat pada teknologi konstruksi dan material terkini, waktu
pulau yang dihubungkan. perencanaan dan pelaksanaan yang lama, serta
waktu operasi yang mencapai hingga 100 tahun.
Melalui pembangunan jembatan antar pulau akan
tercipta keseimbangan dan pemerataan pembangunan Masing-masing jembatan antar pulau merepre-
yang saling melengkapi dan saling memperkuat. Keter- sentasikan tantangan dan capaian dalam berbagai
sediaan konektivitas yang lebih baik akan memperluas bidang keilmuan. Setiap jembatan menjadi bukti
daerah pengaruh dan jangkauan pusat perekonomian capaian teknologi pada zamannya dan merupakan
yang sudah berkembang. Pulau yang kurang berkem- prestasi keahlian teknik dalam mensiasati tanta-
bang pada gilirannya akan menjadi lebih kompetitif ngan alam.
karena terhubung dengan pusat pemasaran dan akan Pembangunan jembatan antar pulau menjadi
tercipta pusat pertumbuhan ekonomi baru. sarana riset dan pengembangan multi sektor sejak
awal persiapan hingga masa operasi dan peme-
Jembatan antar pulau akan menjadi pendorong
liharaan bagi peneliti di berbagai perguruan tinggi
percepatan pembangunan rantai perekonomian
dan institusi penelitian lainnya baik di dalam
nusantara melalui sistem logistik yang lebih efisien,
maupun luar negeri. Riset yang dikembangkan
serta mening-katkan pertumbuhan ekonomi
tidak hanya di bidang teknologi jembatan beserta
masyarakat melalui pariwisata domestik antar pulau.
turunannya, tetapi juga dapat meliputi bidang
Dengan demikian, pemerataan pembangunan dan
ekonomi, sosial dan budaya.
perekonomian sebagai amanat konstitusi dapat
didorong perwujudannya. Pembangunan jembatan antar pulau dapat menjadi
sarana mengaplikasikan hasil riset dan
pengembangan teknologi, seperti teknologi
material, struktur, teknologi pemeliharaan, sistem
informasi, serta energi terbarukan.

1
GREEN BRIDGE

Green Bridge
PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN SEBAGAI SUMBER ENERGI
JEMBATAN DAN DAERAH SEKITARNYA

Konsumsi energi untuk operasional jembatan terdiri dari kebutuhan untuk penerangan jalan, penerangan
keindahan, pengoperasian pintu tol, kamera pengamat, alat komunikasi, sensor-sensor pemantau keseha-
tan jembatan, alat-alat pemeliharaan dan perbaikan jembatan, dan lain-lain. Besarnya kebutuhan energi
untuk setiap jembatan dipengaruhi oleh faktor dimensi jembatan, kompleksitas operasional serta tingkat
keamanan yang dibutuhkan.

Penggunaan sumber energi fosil, pemanfaatan material yang tidak ramah lingkungan serta emisi gas
buang dari kendaraan yang melewati jembatan merupakan pertimbangan khusus dimulainya gerakan
Green Bridge dalam perencanaan jembatan-jembatan didunia saat ini. Daerah di sekitar jembatan antar
pulau di Indonesia memiliki kekayaan sumber energi terbarukan seperti angin, surya, arus dan gelombang
laut. Di berbagai negara pemanfaatan sumber energi terbarukan tersebut tidak hanya dimanfaatkan
untuk kebutuhan operasional jembatan akan tetapi digunakan pula untuk kebutuhan energi kota atau
daerah di sekitar jembatan. Di Indonesia teknologi pemanfaatan energi terbarukan secara terintegrasi
dari berbagai jenis sumber masih relatif baru. Oleh karena itu untuk mencapai efisiensi dan nilai
ekonomis yang tinggi dalam memanfaatkan sumber energi terbarukan serta memilih teknologi
pemanenan energi yang tepat maka diperlukan serangkaian studi dan penelitian yang komprehensif,
dimulai dari pemetaan potensi, pemilihan spesifikasi modul, pengujian lapangan, perancangan sistem
hibrida untuk pemanenan, penyimpanan serta distribusi energi yang diperoleh.

2
CAKUPAN STUDI
KERJA SAMA ITB & KEMENTERIAN PU

Menindak lanjuti gagasan Wamen PU tentang Paradigma


Baru pembangunan jembatan antar pulau di Indonesia
serta rencana strategis yang telah dikembangkan oleh
Direktur Jenderal Bina Marga, maka dibentuk kerjasama
antara ITB (KK Teknik Fisika ITB) dan Dirjen Bina Marga
(Kem PU) untuk melakukan studi tahap awal tentang :

1. Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan


untuk jembatan antar pulau (JSS dan
Suramadu)
2. Pengembangan Sistem Monitoring Terpadu
Kesehatan Jembatan

Kelompok Keahlian Teknik Fisika ITB kemudian bekerjasama


secara multi disiplin dengan Kelompok Keahlian Oseanografi,
Meteorologi dan Teknik Kelautan ITB, melaksanakan studi
kelaikan tersebut pada akhir tahun 2010. Studi yang
mencakup kajian tentang pemanfaatan energi terbarukan
dari sumber-sumber lingkungan laut untuk kebutuhan energi
listrik bagi operasional jembatan antar pulau merupakan
sebuah studi tahap awal, dimana penerapannya dapat
dilakukan di Jembatan Suramadu dan Selat Sunda. Hasil-hasil
studi dalam bentuk Laporan Akhir telah diserahkan kepada
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementrian PU serta
disarikan dalam brosur ini.

3
SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Sumber Energi Terbarukan di Lingkungan Laut

Lingkungan laut menyimpan potensi energi terbarukan dalam berbagai


jenis, dalam jumlah yang berlimpah serta dalam jangka waktu yang lama.
Ocean Energy berawal dari konsentrasi energi surya yang mengalami
transformasi dalam bentuk interaksi antara angin dan gelombang yang
cukup kompleks. Efek gradien suhu akibat pemanasan matahari terhadap
permukaan bumi bersamaan dengan terbentuknya fenomena-fenomena
atmosfir menyebabkan terbentuknya kombinasi perilaku arah dan aliran
angin dalam skala global. Selanjutnya fenomena tersebut mengakibatkan
terjadinya sifat-sifat unik gelombang laut. Disisi lain gerakan arus dibawah
permukaan laut serta proses pasang surut dipengaruhi oleh gerak putar
bumi serta gaya gravitasi antara matahari, bumi dan bulan. Kondisi alam
tersebut menyebabkan lingkungan laut menyimpan kandungan energi
terbarukan dari berbagai jenis misalnya, angin, surya, gelombang, arus,
pasang surut, gradien suhu dan salinitas laut yang keberadaannya saling
mempengaruhi sepanjang waktu. Kondisi alam yang selalu terjadi selama
bumi berputar, mendorong para ahli menciptakan berbagai teknologi
untuk memanen energi dari lingkungan laut.

Walaupun potensi energi terbarukan di lingkungan laut sangat


menjanjikan, akan tetapi sifat sumber energi terbarukan yang tidak
konstan terhadap waktu, mekanisme konversi menjadi energi listrik
serta efisiensi yang masih relatif rendah menyebabkan diperlukannya
strategi pemilihan teknologi pemanenan energi yang tepat untuk
setiap jenis sumber.

Sistem pemanenan dan penyimpanan energi


hibrida umumnya diperlukan untuk pemanenan
energi dari kombinasi sumber angin-surya atau
angin-gelombang. Dalam studi ini dilakukan
perencanaan sistem hibrida untuk pemanenan
dan penyimpanan energi dari sumber-sumber
angin-surya-gelombang-arus yang tersedia di
sekitar lokasi jembatan.

4
POTENSI ENERGI TERBARUKAN 
 

Potensi Energi Terbarukan di Dunia
   
Penelitian  dan  pengembangan  teknologi  yang  mendukung  pemanfaatan 
energi  terbarukan  semakin  meningkat  sejak  10  tahun  terakhir.  Interna‐
tional  Energy  Agency  (IEA),  World  Energy  Council  (WEC),  United  Nation 
Environment  Program  (UNEP),  Renewable  Energy  Network  (REN21),  dan 
Sustainable Energy Finance Initiatives (SEFI) adalah sebagian dari badan‐
badan  energi  internasional  yang  secara  berkelanjutan  melakukan  studi 
serta memantau perkembangan potensi, kebijakan, aplikasi dan investasi 
energi terbarukan di seluruh dunia.  

Laporan  UNEP  tentang  Global  Trends  in  Sustainable  Energy  Investment   


(2007)  menunjukkan  bahwa  sejak  tahun  2005  telah  terjadi  peningkatan 
upaya nyata dari negara‐negara di dunia untuk beralih ke sumber energi 
terbarukan  yang  lebih  aman  dan  tidak  merusak  lingkungan. 
Kecenderungan  ini  ditandai  dengan  investasi  yang  semakin  meningkat 
dalam  pengembangan  teknologi  di  bidang  pemanfaatan  energi 
terbarukan (Gambar‐1) untuk berbagai jenis sumber (Gambar‐2). 

           small scale project           asset finance  Global Investment by Technology (2006)
Total Investment $ 70 bn
           govt/corp RD&D            
Biofuels
           public market  Wind 26%
38%
           venture capital 

Solar
Biomass &  16%
Other Low 
Waste Carbon Other 
10% 6% Renewables
4%

Gambar‐1. Peningkatan investasi dalam proyek     Gambar‐2. Investasi pada setiap jenis  
   energi terbarukan di dunia.      energi terbarukan 

5
POTENSI ENERGI TERBARUKAN

Potensi Energi Terbarukan di Indonesia


Data potensi energi terbarukan di Indonesia seperti angin, surya, arus
dan gelombang laut dapat diperoleh dari hasil pengukuran lapangan
dalam jangka panjang atau diprediksi menggunakan model
matematis. Para ahli di bidang meteorologi dan geofisika mempunyai
peran yang sangat penting dalam menentukan secara akurat kondisi
minimum dan puncak dari potensi sumber energi terbarukan disuatu
daerah. Berdasarkan peta potensi tersebut maka konversi dari energi
terbarukan menjadi energi listrik dapat dicapai secara optimal dan
jumlah energi yang dipanen setiap jam/hari/bulan dapat diperkirakan
secara lebih akurat.

Gambar-3. Peta potensi energi surya Gambar-4. Peta potensi energi gelombang laut

Ditingkat internasional, data potensi energi terbarukan Indonesia


juga dipetakan oleh berbagai badan energi internasional sebagai
bagian dari peta global potensi energi terbarukan. Global Energy
Network Institute (GENI) dan NASA, misalnya memetakan potensi
sumber-sumber energi terbarukan di dunia (Gambar-3 dan 4)
termasuk Indonesia. Namun, untuk mengetahui potensi energi
terbarukan di daerah yang terlokalisir (daerah sekitar jembatan),
tetap diperlukan pemetaan yang lebih rinci serta pengukuran
lapangan.

Data global menunjukkan bahwa potensi energi surya dan angin di


Indonesia masing-masing berkisar antara 1700 - 2100 kWh/m2 dan 
500 kW/m2, sedangkan untuk potensi energi gelombang sepanjang
garis pantai dibagian selatan diperkirakan dapat menghasilkan energi
listrik sekitar 20-25 kW per meter garis muka gelombang.

6
POTENSI ENERGI TERBARUKAN

Hasil Kajian Potensi Energi Terbarukan di Selat Sunda

a. Potensi Energi Gelombang


TITIK EKSTRAKSI
LOKASI
DATA GELOMBANG
0 0
A 104.5 BT dan 6.5 LS
0 0
B 105.25 BT dan 6.25 LS
0 0
C 106 BT dan 5.75 LS

Data diperoleh dari Model NOAA WAVEWATCH


dengan resolusi 0.250

Titik A Titik B Titik C


Rata - rata Rata - rata Rata - rata
Musim Musim
Musim Hs (m) Tm01 (s)
Hs (m) Tm01 (s) Hs (m) Tm01 (s)
Barat 1.89 9.13 Barat 0.61 6.30
Barat 1.19 8.83
Peralihan I 2.19 10.67 Peralihan I 0.56 7.63
Peralihan I 1.22 10.61
Timur 2.77 11.43 Timur 1.47 11.96 Timur 0.70 7.49
Peralihan II 2.55 10.43 Peralihan II 1.34 11.00 Peralihan II 0.61 7.46

Total tahun 2000-2004 2.36 10.43 Total tahun 2000-2004 1.31 10.62 Total tahun 2000-2004 0.62 7.23

Gambar 5.
Peta potensi energi
gelombang

7
POTENSI ENERGI TERBARUKAN

Hasil Kajian Potensi Energi Terbarukan di Selat Sunda

b. Potensi Energi Arus


Metode pemetaan potensi energi arus dilakukan dengan cara yang sama seperti
pada pemetaan energi gelombang. Hasil kajian awal ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6.
Peta potensi energi arus

Estimasi dan pemetaan potensi energi arus serta gelombang laut (Selat Sunda dan
Selat Madura) dapat dilakukan melalui simulasi model hidrodinamika arus dan
gelombang di masing-masing lokasi. Hasil simulasi harus divalidasi dan diverifikasi
dengan data primer maupun sekuder yang diperoleh dari pengukuran lapangan
dan data monitoring. Selanjutnya melalui konversi terhadap hasil simulasi maka
potensi spasial energi yang terkandung dalam sumber arus dan gelombang
disetiap lokasi dapat ditentukan.

8
POTENSI ENERGI TERBARUKAN

Hasil Kajian Potensi Energi Terbarukan di Selat Sunda

c. Potensi Energi Surya dan Angin


Pemetaan potensi Energi Surya dan Angin
berdasarkan metode ESSA diperoleh
seperti ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8.

Data potensi di daerah Selat Sunda :


 Global Iradiansi Surya : 180-200 W/m2
 Kecepatan Angin : 4-5 m/s

Data potensi di daerah Selat Madura :


 Global Iradiansi Surya :  200 W/m2
 Kecepatan Angin : 4-5 m/s

Gambar 7. Peta potensi energi surya

Gambar 8. Peta potensi energi angin

Untuk memperoleh peta potensi radiasi energi surya dan angin secara leng-
kap diperlukan tahap lanjut antara lain :

(1) Pengembangan perangkat lunak perhitungan radiasi clear sky


(2) Formulasi statistik pengurangan radiasi clear sky oleh perawanan
(3) Formulasi statistik koreksi bias angin permukaan blended quickscat
(4) Perhitungan DNI dan angin efektif

9
POTENSI ENERGI TERBARUKAN

Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia

Studi IEA (Deploying Renewables in South East


Asia, Trends and Potentials, 2010), memberikan
gambaran tentang perkembangan pemanfaatan
energi terbarukan di Indonesia, Malaysia, Philip-
pines, Thailand, Singapore dan Vietnam. Bebera-
pa kendala utama yang diidentifikasi antara lain
kelemahan infrastruktur dan teknologi, lemahnya
koordinasi antar institusi terkait, rendahnya
dukungan investasi dari pihak perbankan, biaya
koneksi grid yang tinggi, dan lain-lain.

Gambar 9 menunjukkan bahwa pemanfaatan


energi terbarukan di Indonesia didominasi oleh
sumber geotermal, hidro dan biomassa. Jenis
sum-ber energi yang lain belum direalisasikan
Gambar 9. Investasi pada pemanfaatan sumber energi secara signifikan.
terbarukan menjadi energi listrik

Tabel disebelah kanan menunjukkan bahwa


Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan
Sumber Realisasi
Potensi
potensi sumber-sumber energi terbarukan yang Energi (2010)
dimiliki untuk aplikasi skala besar. Energi ter-
Hidro 75.670 MW 5.705 MW
barukan dari sumber surya dan angin, misalnya
baru dimanfaatkan dalam skala kecil untuk Geotermal 28.543 MW 1.189 MW
perumahan di daerah-daerah terpencil. Untuk
sumber energi gelombang atau arus laut, belum Biomassa 49.810 MW 1.618 MW
tercatat adanya pemanfaatan yang signifikan, 2
Surya 4,8 kWh/m /hr 13,5 MWp
walaupun pengembangan teknologi pemane-
nannya telah dimulai pada tahap penelitian atau Angin 3-6 m/s 1,87 MWp
uji coba oleh beberapa badan dan institusi
Gelombang 10 – 35 MW/km
penelitian. -
Laut panjang pantai
Pemanfaatan energi terbarukan dari sumber bio-
massa, geotermal dan hidro juga masih berkisar
masing-masing sebesar 3%, 4% dan 7.5% dari
potensi yang dimiliki. Kondisi ini menunjukkan
adanya peluang pemanfaatan yang masih terbuka
lebar diwaktu yang akan datang.

10
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Pengembangan Teknologi Pemanenan Energi Terbarukan


Pemanenan energi terbarukan untuk setiap jenis sumber membutuhkan teknologi yang berbeda-
beda. Untuk mencapai tahap teknologi yang dapat diaplikasikan dengan robust dan reliable maka
dibutuhkan tahap-tahap pengembangan teknologi sampai mencapai tingkat maturity dan commercial.
Tahap pengembangan tersebut dimulai dari tahap perancangan, pengembangan prototipe, pengujian
laboratorium dan lapangan, sampai pada tahap pengembangan penuh (full scale) yang siap untuk
diaplikasikan atau dipasarkan.

Konsep Percobaan Uji Pengembangan Pra- Komersial


Rancangan Laboratorium Lapangan penuh Komersial penuh

REN21 melaporkan bahwa sampai dengan


tahun 2009, teknologi pemanenan energi dari
Teknologi & Komersialisasi

Angin sumber angin menempati tingkat maturity


yang paling tinggi diikuti oleh surya. Sedang-
kan teknologi pemanenan energi laut (ocean
Surya
energy) termasuk energi arus, pasang surut
Laut dan gelombang merupakan teknologi pemane-
nan yang dianggap paling lambat perkemba-
ngannya (Renewables 2010 - Global Status
Report, REN21 2010)
2009

11
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Mekanisme Pemanenan Energi Lingkungan Laut

L. D. A. Thorner et al (2009) secara sistematik telah menyusun sistem pemanenan sumber-


sumber energi di lingkungan laut seperti ditunjukkan pada skema diatas. Nampak bahwa
mekanisme pemanenan, mekanisme sensing serta besaran fisis yang harus dikonversi menjadi
energi listrik, bervariasi untuk setiap jenis sumber. Oleh karena itu selain pengembangan
teknologi pemanenan dan sensing module, maka suatu sistem hibrida penyimpan energi
dianggap sangat perlu dikembangkan, guna meningkatkan efisiensi pemanenan energi secara
menyeluruh. (Kotak dan garis berwarna adalah alur cakupan studi)

12
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Daya Luaran Sistem Pemanenan Energi (1)


Efisiensi yang dicapai oleh masing-masing teknologi pemanenan energi terbarukan dari
sumber di lingkungan laut sulit untuk dibandingkan satu sama lain jika hanya ditinjau
dari daya luaran yang dihasilkan. Setiap jenis teknologi pemanenan membutuhkan
struktur yang spesifik sesuai dengan mekanisme interaksi antara modul pemanen energi
tersebut dengan gerakan kinetik gelombang atau arus laut di suatu lokasi tertentu,
teknologi penangkapan energi (energy capture) yang berfluktuasi terhadap waktu,
teknologi konversi dan penyimpanan energi yang tersedia serta ukuran modul pemanen
energi tersebut. Sampai saat ini, daya listrik luaran dalam satuan kWp, dianggap sebagai
besaran yang cukup sederhana untuk mengukur keberhasilan sebuah inovasi teknologi
pemanenan.

Secara umum teknologi pemanenan energi kinetik gelombang dan arus laut dikelom-
pokkan oleh L. D.A. Thorner dalam bentuk (1) inertia system, (2) surface buoyancy sys-
tem, (3) oscillating water column system, (4) overtopping device system, dan (5) current
turbine system.

(b)

(c)

(a) (b)
(a)
Surface Buoyancy System
Inertia System (a) pendulum dan (b)
(a) floating tethered buoy,
gyroscope
(b) hinge movement snake
form (c) hinge movement
blanket form
Pada umumnya, untuk menyederhanakan kondisi gerak kinetik gelombang laut maka
gerak gelombang dianggap gerak sinusoidal dengan frekuensi yang berbeda-beda
untuk setiap kondisi gelombang, sehingga gaya eksitasi yang dihasilkan akan bekerja
pada frekuensi resonansi sumber dan daya rata-rata yang dipanen oleh modul tersebut
dapat diperkirakan.

13
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN
Daya Luaran Sistem Pemanenan Energi (2)

Jenis Modul Pemanen Energi Daya Luaran Rata-rata Parameter

Pendulum
System

 = efisiensi panel surya


Gyroscope
System M = kerapatan massa bahan
air = kerapatan massa udara
water = kerapatan massa air laut
Floating
Tethered Bouy = simpangan modul
A = luas permukaan putaran blade
Cp = konstanta
Hinge
Movement F = frekuensi gelombang laut
Snake Form
g = gaya gravitasi
H = tinggi gelombang laut
Tidal Wave L = panjang karakteristik modul
System
PS = daya tenaga surya rata-rata
V = kecepatan arus laut
panjang karakteristik L adalah panjang
PV System kubus yang dianggap sebagai bentuk
modul secara keseluruhan
[L.D.A. Thorner et al, 2009]

Wind System

14
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN
Modul Pemanen Energi Yang Dicakup Dalam Studi
Dalam studi awal ini dilakukan studi tentang beberapa jenis
modul pemanen energi terbarukan dari sumber-sumber di
lingkungan laut yaitu :

1. Modul Pembangkit Listrik Tenaga Angin


2. Modul Pembangkit Listrik Tenaga Surya
3. Modul Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
4. Modul Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Studi ini dimaksudkan untuk menganalisa kemungkinan pema-
nenan energi terbarukan dari sumber-sumber yang terdapat di
lingkungan laut dan menentukan jumlah energi listrik yang
dihasilkan untuk kebutuhan operasional jembatan antar pulau
seperti misalnya Jembatan Selat Sunda atau Suramadu.
Mengingat JSS masih belum dibangun maka uji coba modul
yang akan distudi, diharapkan dapat dilakukan pada Jembatan
Suramadu. Selanjutnya, keseluruhan hasil studi dan uji coba
akan digunakan untuk menetapkan spesifikasi dan jenis modul
yang tepat untuk kebutuhan JSS.
Dengan panjang 5,438 km dan lebar 30 m maka Jembatan
Suramadu membutuhkan energi listrik sekitar 0.5 Mega Watt.
Sedangkan untuk Jembatan Selat Sunda dengan panjang
sekitar 29 km dan lebar 60 m diperkirakan akan membutuhkan
energi listrik sekitar 5.3 Mega Watt.
Tahapan studi sampai saat ini belum sampai pada tahap uji lapangan, melainkan baru pada tahap peran-
cangan, uji coba laboratorium serta melakukan studi analisis terhadap produk-produk yang sudah dipasar-
kan secara luas.
Berbagai badan atau institusi penelitian sudah mulai menunjukkan perhatian terhadap pengembangan
teknologi pemanenan dari sumber-sumber energi di lingkungan laut baik di lingkungan litbang departemen
(BPPT/BPPH, LAPAN, dan lain-lain), perguruan tinggi (ITB, ITS, dan lain-lain) maupun dari lingkungan swasta.
Walaupun demikian, studi yang dilakukan oleh ADDRA (Dr. Maria Retnanestri, 2010) menunjukkan bahwa
kondisi pengembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia dianggap masih berada pada kondisi 'valey
of death' yang berarti bahwa kebutuhan pasar yang sudah mulai meningkat belum diimbangi dengan tahap
maturity teknologi yang dihasilkan. Pengembangan teknologi energi terbarukan masih berada pada ranah
penelitian atau R&D dan sedikit sekali yang sudah mencapai ranah komersialisasi. Oleh karena itu akselerasi
pengembangan teknologi melalui fenomena market pull sangat disarankan dengan cara mengatasi berbagai
hambatan yang saat ini terjadi.

15
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Beberapa Hasil Penelitian dan Produk Teknologi


Pemanenan Energi Terbarukan di Indonesia

BPPT/BPPH

Telah melakukan prototipe


dan uji coba lapangan untuk
teknologi pemanenan energi
angin, padang surut, arus dan OWC, 2009 Pelamis, BPPT/BPPH 2009
gelombang sejak 2009

Turbin Angin Terapung, 2009 Turbin Arus Laut. 2009

T-Files
(Inkubator ITB)
Sudah mencapai tahap ko-
mersial untuk jenis PLT Arus
dan telah berhasil mem-
produksi modul pemanen
dengan kapasitas 10kWp

16
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Modul Pemanen Energi Yang Dicakup Dalam Studi (1)

Jenis Modul Deskripsi

 Turbin sumbu vertikal.


 Generator ditempatkan diatas muka air.
 Bekerja dengan baik walaupun profil vertikal arus tidak merata.
 Diperlukan turbin dengan kemampuan self starting.
1. Pembangkit Listrik Tenaga  Turbin harus dipasang pada lokasi yang memiliki arus pasang
Arus Laut surut cukup besar sehingga diperlukan pemetaan potensi yang
akurat pada lokasi pemasangan
 Turbin membutuhkan struktur penyangga yang kuat dan dapat
menahan beban arus pasang surut yang bekerja setiap saat.

Konsep Modul

Penampang
tampak atas

Contoh Pemasangan pada jembatan

17
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN
Modul Pemanen Energi Yang Dicakup Dalam Studi (2)

Jenis Modul Deskripsi

 Penelitian di Teknik Kelautan ITB mulai awal tahun 2010


dan dikembangkan dari tipe buoy yang diberi nama
Waverider.
 Modul memiliki dua lengan yang masing-masing
dirancang untuk menangkap tinggi gelombang dan
2. Pembangkit Listrik Tenaga panjang gelombang laut. Kedua lengan di sambungkan
pada poros rotasi engkol sehingga gerakan naik-turun
Gelombang Laut
kedua lengan tersebut menghasilkan gerak rotasional
memutar generator.
 Sampai saat ini baru menghasilkan 100Wp. Dengan
kedalaman air 60 cm dihasilkan daya maksimum sebesar
53.36 Watt dengan nilai tegangan 23.18 volt dan kuat
arus 2.3 ampere.

Uji coba laboratorium Energi listrik yang dihasilkan


Skema Modul Waverider

Konfigurasi Grafik hasil pemanenan daya listrik

18
TEKNOLOGI PEMANENAN
ENERGI TERBARUKAN

Modul Pemanen Energi Yang Dicakup Dalam Studi (3)

Jenis Modul Deskripsi

 Rata-rata potensi energi surya di Indonesia yang berada di


khatulistiwa diperkirakan 4,8 kWh/m2/hari dengan waktu
efektif penyinaran 5 jam per hari.
 PLTS yang akan digunakan merupakan susunan panel-panel
3. Pembangkit Listrik Tenaga surya yang dipasang secara seri dan paralel sesuai dengan besar
Surya daya input yang dibutuhkan.
 Disarankan penerapan Maximum Power Point Tracker untuk
memperoleh daya luaran maksimum secara konstan. Untuk
menghindarkan terjadinya degradasi efisiensi dan kegagalan
sistem maka diperlukan Condition Monitoring melalui sistem
instrumentasi dan kontrol.

Skema Cara Kerja & Monitoring Contoh penempatan di jembatan


Contoh Penempatan
bentang panjang

19
S.H.E.T.
SISTEM HIB RIDA ENERGI TERBARUKAN

Rancangan S.H.E.T.
Sistem Hibrida Energi Terbarukan (SHET)
merupakan sebuah sistem elektronik yang
menggabungkan berbagai jenis pembangkit
listrik dari sumber energi surya, angin dan
laut (Gambar 10). SHET dirancang untuk
memonitor dan mengontrol pemanenan
dan penyimpanan energi secara terpadu
melalui sebuah pusat kontrol. Bila pasokan
listrik dari gabungan pembangkit ini
melebihi kebutuhan listrik untuk jembatan,
maka sistem ini dapat dihubungkan dengan
Gambar 10. Skema SHET jala-jala PLN melalui kontroler pengaman
(safety control) yang melindungi perangkat
sistem pembangkit dari lonjakan listrik yang
mungkin muncul saat dihubungkan dengan
Dinamika konversi energi dan
jala-jala.
konsumsi listrik dapat dipantau
secara live. Sistem juga dapat
mencatat data secara historical
dalam sistem database, sehing-
ga perkembangan SHET dari Panel Combiner &
Surya Blocking Diode
MPPT Control (DC – DC Converter)

waktu ke waktu dapat dianali- DC Power


(Sensor, Lampu LED.. Dll)
sis (Gambar 11).
Turbin Generator Rectifier
Parameter yang dipantau ada- Angin Sinkron AC to DC Jala- Jala Distribusi Listrik

lah proses pemanenan energi,


Controller

efisiensi, reliabilitas dan konti-


Grid Tie

Turbin Generator Rectifier


Battery

nuitas setiap pembangkit. Para- Arus Laut Sinkron AC to DC Inverter


DC to AC
meter lingkungan yang dapat
Hydrolic Generator Rectifier
mempengaruhi kondisi fisik
Gelombang Sinkron AC to DC
atau kinerja pembangkit juga
dimonitor secara terpadu.
AC Power
Gambar 11. Sistem Kontrol SHET (Sistem Monitoring,
Peralatan Elektronik

Instrumentasi & Kontrol, ICT,


Elektronik, Sistem Basis Data

20
REKOMENDASI

Rekomendasi dan Tindak Lanjut


Pengembangan SHET untuk JSS

Secara keseluruhan, hasil studi menunjukkan beberapa aspek penting yang


perlu mendapat perhatian dalam pengembangan IPTEKS di bidang energi
terbarukan lingkungan laut untuk JSS, antara lain:

1. Tahap pemetaan potensi harus dilakukan untuk kawasan jembatan


dan kawasan yang lebih luas (regional, global) mengingat perubahan
kondisi angin, arus atau gelombang di kawasan jembatan dipengaruhi
oleh perubahan kondisi di kawasan yang lebih luas untuk rata-rata
harian maupun tahunan. Data potensi dapat diperoleh dari data
sekunder berasal dari stasiun monitoring atau satelit dengan
verifikasi melalui data primer berupa pengukuran lapangan.

2. Dalam pengembangan modul pemanen energi, sangat diperlukan


tahapan uji lapangan setelah melalui uji laboratorium untuk
menentukan ketahanan dan kinerja modul serta kelaikan teknologi
yang digunakan. Faktor ekonomi dan pemeliharaan juga perlu
diperhitungkan dalam menetapkan spesifikasi modul yang akan
dipilih.

3. Sistem hibrida SHET memberikan keuntungan untuk mensinkronisasi


sistem pembangkit yang berskala menengah-kecil, menjaga pasokan
energi yang konstan, memonitor secara real time kinerja semua
modul-modul pemanen energi serta mencatat data pasokan dan
distribusi energi listrik secara historical. Bila total energi yang dipanen
melebihi kebutuhan operasional jembatan, maka SHET dapat
dilengkapi dengan perangkat yang menghubungkan pusat penyimpan
energi terbarukan dengan jala-jalan PLN di kedua sisi jembatan.

4. Penempatan atau pemasangan modul-modul pemanen energi perlu


dikonsultasikan dengan pihak-pihak yang terkait lainnnya berkaitan
masalah kekuatan struktur jembatan atau ketersediaan lahan
disekitar jembatan.

21
KEPUSTAKAAN

1. Laporan Akhir, Renewable Energy For Sustainable Bridge - 2010, Penelitian &
Pengembangan Sistem Hibrida Energi Terbarukan (SHET) Untuk Jembatan Antar Pulau,
2010 – 2011, Direktorat Bina Teknik, Kem PU & ITB, 2010
2. L. D.A. Thorner et al, Scaling Laws for Energy Harvesters in a Marine Environment,
Power MEMS 2009, Washington DC, USA, December 1-4, 2009
3. Chris Greenwood et al, Global Trends in Sustainable Energy Investment 2007, Analysis
of Trends and Issues in the Financing of Renewable Energy and Energy Efficiency in
OECD and Developing Countries, UNEP and NEF Ltd., 2007, ISBN: 978-92-807-2859-0,
DTI/0985/PA
4. Global Status Report, RENEWABLES 2010, REN21. Renewable Energy Network for the
21th Century, Secretariat, Paris, 2010
5. 2010 SURVEY OF ENERGY RESOURCES, World Energy Council, Regency House 1-4
Warwick Street London W1B 5LT, UK, 2010, ISBN: 978 0 946121 021
6. GLOBAL WIND 2008 REPORT, GWEC – Global Wind Energy Council Renewable Energy
House Rue d’Arlon 63-65, 1040 Brussels, Belgium, 2008
7. Till Stenzel and Rick Sellers, OFFSHORE WIND EXPERIENCES, IEA-International Energy
Agency Publication, 9, rue de la Fédération, 75739 Paris Cedex 15, June 2005
8. Mark Krawczewicz and Eric Greene, MORE-Micro Ocean Renewable Energy, Tocreo
Labs & Eric Greene Associates, http://www.ericgreeneassociates.
com/images/Micro_Ocean_Renewable_Energy.pdf
9. MD. Nahidul Islam Khan, A Micro Seafloor Marine Current Energy Conversion System,
MSc Eng, Faculty of Engineering & Applied Science Memorial, University of
Newfoundland, presentation, http://www.engr. mun.ca/~tariq/nahidul.pdf
10. Maria Retnanestri, Research in Improving Access to Renewable Energy Services in
Remote Areas of Indonesia, Seminar Australian Embassy Indonesia Jakarta, 25 October
2010
11. Samantha Ölz, Ralph SIMS and Nicolai KIRCHNER, CONTRIBUTION OF RENEWABLES TO
ENERGY SECURITY, IEA Information Paper, OECD/ IEA, April 2007
12. Samantha ölz and MIlou Beerepoot, Deploying Renewables in Southeast Asia, Trends
and potentials, IEA, France, 2010
13. Majalah Energi Edisi “ Hidup Bersama Laut“ April, 2011, http://majalahenergi.com
14. Brosur T-files, PT T-Files Indonesia, Inkubator Industri dan Bisnis ITB, 2011

22
PENGHARGAAN & APRESIASI

Brosur Pengembangan Sistem Hibrida Energi Terbarukan Untuk


Jembatan Antar Pulau ini merupakan rangkuman tentang Hasil Studi
SHET (2010) yang diperkaya dengan berbagai referensi dan publikasi
lainnya untuk memberikan informasi yang komprehensif mengenai
potensi sumber-sumber energi terbarukan di lingkungan disekitar
jembatan, peluang dan permasalahan yang akan dihadapi dalam upaya
menggunakan teknologi pemanen energi terbarukan serta kesiapan
sumber daya nasional untuk mengaplikasikan teknologi tersebut secara
optimal.

Pelaksanaan studi awal tentang kajian SHET yang mencakup pemetaan


permasalahan serta pemilihan solusi alternatif, telah dilaksanakan
secara multi disiplin oleh KK-Teknik Fisika, KK-Oseanografi, KK-
Meteorologi dan KK-Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung
dengan para kontributor : Prof. Harijono A. Tjokronegoro, Dr., Ir.,
Prof. Safwan Hadi, Drs, M.Sc., Ph.D., Ida Bagus Ardhana Putra, Ir.,
PhD., Edi Leksono, Ir., M.Eng., Dr., Krisnaldi Idris, Ir., MOcE, Ph.D.,
Harman Ajiwibowo, Ph.D., Tri Wahyu Hadi, M.Sc, Dr., Irsyad Nashirul
Haq, ST, MT, dan Justin Pradipta, ST, MT.

Keberhasilan kajian awal ini tidak terlepas dari kesempatan dan


dukungan yang telah diberikan oleh Wakil Menteri PU dan Dirjen Bina
Marga serta unit-unit terkait di lingkungan Kementerian PU, sehingga
telah sepatutnya memperoleh penghargaan dan apresiasi yang tinggi
dari semua tim peneliti pada khususnya dan ITB pada umumnya.

Penyusun :
I. B. Ardhana Putra, Ir. PhD.

23
@ Publikasi KK-Teknik Fisika ITB - 2011
Disusun dan dirancang oleh:
I. B. Ardhana Putra
Diedit oleh :
Irsyad Nashirul Haq
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Kelompok Keahlian Teknik Fisika INDONESIA
Gedung LabTek VI Lt.2 Jalan Pattimura No. 20
Jalan Ganesha No. 10 Kebayoran Baru
Bandung 40132 Jakarta Selatan 12110
Telp. 022-2504424 Fax 022-2506281 Telp. 021- 021-7392262
www.tf.itb.ac.id www.pu.go.id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai