Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

DIARE AKUT

Oleh :

Ratih Dyah Ayu Anggraeni 201410330311177

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak di
negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2003
diperkirakan 1.87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan
dari 10 kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak
di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare
setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak negara, termasuk kolera, juga
merupakan penyebab penting morbiditas di antara anak-anak dan orang dewasa.1
Banyak kematian diare disebabkan oleh dehidrasi. Sebuah perkembangan
penting telah menemukan bahwa dehidrasi akibat diare akut dari setiap etiologi dan
pada usia berapa pun, kecuali bila parah, dapat dengan aman dan secara efektif
diobati dengan metode sederhana oral rehidrasi menggunakan cairan tunggal pada
lebih dari 90% kasus. Glukosa dan beberapa campuran garam yang dikenal sebagai
Garam Rehidrasi Oral (Oral Rehidration Salts (ORS) atau oralit) yang dilarutkan
dalam air untuk membentuk larutan ORS atau oralit. Larutan ORS diserap di usus
kecil bahkan selama terjadi diare yang berlebihan, sehingga menggantikan air dan
elektrolit hilang yang dalam tinja. Larutan ORS dan cairan lain juga dapat digunakan
sebagai perawatan di rumah untuk mencegah dehidrasi.2
Unsur penting dalam pengelolaan anak dengan diare adalah penyediaan
terapi rehidrasi oral dan terus menyusui, dan penggunaan antimikroba hanya untuk
anak dengan diare berdarah, kasus kolera yang parah, atau infeksi non-usus serius.
Para pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan tentang praktek-
praktek cara pemberian makanan dan kebersihan yang dapat mengurangi morbiditas
diare.2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
Diare Akut mengenai definisi, klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
dan penatalaksanaannya.
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Diare Akut beserta patofisiologi dan
penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga
kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada jumlah.
Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi
ASI sering buang air besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare.3
2.2 Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.5
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3
dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan
penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat
pembiayaan dalam masyarakat.6
2.3 Klasifikasi Diare Akut
Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu:7
 Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari.
mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga
dapat terjadi jika makan tidak dilanjutkan.
 Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama
yaitu kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi
seperti dehidrasi.
 Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya
adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.
 Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai
bahaya utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan
kekurangan vitamin dan mineral.
2.4 Patofisiologi
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan
serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan
mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan
peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam
mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun
faktor intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik
mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum
matang dapat menimbulkan gangguan absorpsi-sekresi dalam saluran cerna.
Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi vilus, jejas pada brush border
serta pemotongan usus dapat menurunkan absorpsi. Selain itu, gangguan pada
sistem pencernaan (enzim spesifik) atau transport berupa defisiensi enzim
disakaridase dan enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl/HCO3-
) juga menimbulkan gangguan absorpsi. Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri
juga ikut berpengaruh, seperti peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi
(defisiensi disakaridase) dan bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik
eksokrin, defisiensi garam empedu dan parasit adalah faktor intra luminal lain
penyebab penurunan absorbsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebabkan oleh
toksin bakteri (toxin cholera, E. coli), mediator inflamasi (eicosanoids, produk sel
mast lain), asam empedu dihidroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan.2
2.5 Manifestasi klinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi
ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%, dehidrasi sedang bila penurunan
berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.4
Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus
dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.7
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. 7
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran
menurun (apatis, somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat
dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).2
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma <
130 mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma
130 – 150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na
dalam plasma > 150 mEq/l. 2
2.6 Diagnosis
 Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan
ibu selama anak diare: member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau
ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.7
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung
atau tidak,mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,
mukosa mulut, dan lidah kering atau basah. Pernafasan yang cepat dan
dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus yang lemah atau
tidak ada bila terdapat hipokalemi.7
 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
elinitest, bila diduga intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.7
2.7 Tatalaksana
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
diterapkan di rumah sakit- rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam
penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga
menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:8

 Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
 ASI dan makanan tetap diteruskan
 Antibiotik selektif
 Nasihat kepada orang tua
BAB III
KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga
kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada jumlah.
Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi
ASI sering buang air besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare.
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan
serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan
mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan
peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam
mengabsorpsi.
Diagnosis diare akut ditegakkan dengan anamnesis yang mengarah kepada
gejala klinis pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium berupa
pemeriksaan tinja serta elektrolit.
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, Antibiotik
selektif, Nasihat kepada orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
1. M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham.
2005. The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior
health workers.
2. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278
3. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. Hal. 81,154.
4. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002
5. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49
6. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam
Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
7. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari
H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-
hepatologi:jilid 1. Jakarta: UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120
8. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita.20.Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai