Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

KEJANG DEMAM

Oleh :

Ratih Dyah Ayu Anggraeni 201410330311177

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang atau bangkitan adalah gangguan neurologi yang sering pada anak.
Hal ini terlihat bahwa sekitar 10% anak menderita paling tidak satu kali kejadian
kejang dalam 16 tahun pertama hidupnya. Penderita tertinggi ditempati oleh anak
yang berusia kurang dari tiga tahun. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 150.000
anak mendapatkan kejang dan 30.000 diantaranya berkembang menjadi status
epilepsy.1
Salah satu bentuk kejang yang sering dijumpai pada anak adalah kejang
demam. Kejang demam adalah kejang disertai demam (suhu ≥ 100.4° F atau 38°C),
tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan.
Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5% dari semua anak-anak, dengan demikian
menjadi bentuk yang paling umum terjadi. Pada tahun 1976, Nelson dan Ellenberg,
menggunakan data dari National Collaborative Perinatal Project dan ditetapkan
bahwa kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks. Kejang
demam simpleks didefinisikan sebagai kejang yang terjadi setelah demam, yang
berlangsung selama kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam kompleks didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung lebih dari
15 menit, dan atau berulang dalam waktu 24 jam. Anak-anak yang mengalami kejang
demam simpleks tidak terbukti meningkat risiko kematiannya, hemiplegia, atau
keterbelakangan mental. Sebuah konsensus pada tahun 1980 dari National Institutes
of Health menyimpulkan bahwa kejang demam simpleks memiliki prognosis yang
sangat baik.2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
Kejang Demam mengenai definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosis, dan penatalaksanaannya.
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Kejang Demam beserta patofisiologi
dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam adalah kejang disertai demam (suhu ≥ 100.4° F atau 38°C),
tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan.2
Epilepsi adalah kondisi dimana terjadi kejang berulang karena ada proses yang
mendasari.3 Sedangkan intractable seizure adalah kejang dimana penggunaan obat -
obatan tidak cukup kuat untuk menangani kejang.4
2.2 Klasifikasi Kejang
Menurut International League against Epilepsy, kejang dapat
diklasifikasikan menjadi:3
1. Kejang parsial
Kejang parsial adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan
satu hemisfer serebri. Kejang parsial dapat berkembang menjadi kejang umum
pada 30% anak yang mengalami kejang. Pada umumnya kejang ini ditemukan
pada anak berusia 3 hingga 13 tahun. Kejang parsial dapat dikelompokkan
menjadi:5
 Kejang parsial simpleks
Kejang parsial simpleks adalah bentuk kejang parsial yang tanpa
disertai dengan perubahan status mental. Kejang ini sering ditandai
dengan perubahan aktivitas motorik yang abnormal, sering terlihat pola
aktivitas motorik yang tetap pada wajah dan ekstremitas atas saat episode
kejang terjadi. Walaupun kejang parsial simpleks sering ditandai dengan
perubahan abnormal dari aktivitas motorik, perubahan abnormal dari
sensorik, autonom, dan psikis.
 Kejang parsial kompleks
Kejang parsial kompleks ditandai dengan perubahan abnormal dari
persepsi dan sensasi, dan disertai dengan perubahan kesadaran. Pada saat
kejang, pandangan mata anak tampak linglung, mulut anak seperti
mengecap – ngecap, jatuhnya air liur keluar dari mulut, dan seringkali
disertai mual dan muntah.
 Kejang parsial dengan kejang umum sekunder
Kejang parsial dapat melibatkan kedua hemisfer serebri dan
menimbulkan gejala seperti kejang umum. Kejang parsial dengan kejang
umum sekunder biasanya menimbulkan gejala seperti kejang tonik klonik.
Hal ini sulit dibedakan dengan kejang tonik – klonik.
2. Kejang Umum
Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibata kedua
hemisfer serebri. Kejang umum disertai dengan perubahan kesadaran. Kejang
umum dapat dikelompokkan menjadi :
 Kejang tonik klonik (grand mal seizure)
 Kejang tonik
 Kejang mioklonik
 Kejang atonik
 Kejang absens
3. Kejang tak terklasifikasi
Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yang
tidak dapat dimasukkan dalam bentuk kejang umum maupun kejang parsial.
Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada neonatus dan anak hingga usia 1
tahun.
2.3 Etiologi
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam:5
 Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
 Efek produk toksik daripada mikroorganisme
 Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
 Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati toksik sepintas.
2.4 Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi
dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan bantuan
”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan
kejang.6
2.5 Manifestasi klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang disebabkan oleh infeksi
susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media kut, bronkitis, furunkulosis.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun
dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.8
2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada kasus kejang demam dapat dilakukan sebagai
berikut:1
1. Anamnesis
 Kejadian Pre-Iktal
 Kejadian saat kejang
 Kejadian post – iktal
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh. Tanda – tanda vital
meliputi denyut nadi, laju pernapasan, dan terutama suhu tubuh harus
diperiksa, karena demam merupakan penyebab utama kejang pada anak –
anak. Periksa kepala apakah ada kelainan bentuk, tanda – tanda trauma kepala,
serta tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. Periksa leher apakah
terdapat kaku kuduk. Pemeriksaan neurologis secara menyeluruh juga penting
dilakukan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Penentuan ada tidaknya kejang ditentukan oleh kondisi klinis pasien yang
tepat sesuai klinis, tetapi pemeriksaan penunjang juga dapat membantu dalam
mempertajam diagnosis dari kejang tersebut. Pemeriksaan penunjang yang
dapat di lakukan adalah :
 Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal tidak dianjurkan pada anak-anak dengan hemodinamik yang
tidak stabil. Sangat dipertimbangkan untuk melakukan pungsi lumbal pada
anak kurang dari 12 bulan dan anak kurang dari 18 bulan.
 Pencitraan
Neuroimaging tidak diindikasikan setelah episode kejang demam
sederhana, tapi bisa dipertimbangkan ketika ada fitur klinis dari gangguan
neurologis, misalnya mikrosefali atau makrosefali, defisit neurologis yang
sudah ada, defisit neurologis post-iktal bertahan selama lebih dari beberapa
jam, atau ketika ada kejang demam berulang yang kompleks, atau kejang
yang dicurigai bukan kejang demam Magnetic Resonance Imaging lebih
sensitif dibandingkan Computed Tomography untuk mendeteksi proses
intrakranial yang dapat menyebabkan kejang.
 Electroencephalography (EEG)
Kelainan epileptiform relatif umum didapatkan pada anak-anak dengan
kejang demam. EEG sendiri memiliki sensitivitas yang rendah pada anak di
bawah usia tiga tahun dengan kejang dan peran yang terbatas dalam
diagnosis gangguan ensefalopatik akut.
2.7 Tatalaksana
Kecenderungan sifat kejang demam adalah singkat dan kejang biasanya
telah berhenti saat sampai diruang UGD. Penatalaksanaan kejang demam pada anak
mencakup tiga hal yaitu :
1. Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas dan memantau fungsi vital
tubuh. Saat ini diazepam intravena atau rektal merupakan obat pilihan utama,
oleh karena mempunyai masa kerja yang singkat. Jika tidak ada diazepam, dapat
digunakan luminal suntikan intramuskular ataupun yang lebih praktis midazolam
intranasal.9 Jika kejang masih terlihat maka penanganan dengan intra vena
diazepam dan lorazepam adalah mutlak.1
2. Mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan pemeriksaan pungsi lumbal
pada saat pertama kali terjadinya kejang demam. Pungsi lumbal dianjurkan pada
anak usia kurang dari 2 tahun karena gejala neurologis sulit ditemukan.9
3. Pengobatan profilaksis
 Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam
(suhu rektal lebih dari 38◦C) dengan menggunakan diazepam oral atau
rektal, klonazepam atau kloralhidrat supositoria.10
 Terus menerus, dengan memberikan fenobarbital atau asam valproat tiap
hari untuk mencegah berulangnya kejang demam.9
Diazepam rektal (0,5 mg /kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus diberikan jika
akses intravena tidak dapat diberikan. Midazolam yang diberikan secara bukal
(0,5 mg/kg; dosis maksimal 10 mg/kg) lebih efektif daripada diazepam rektal
untuk anak.1 Pemberian midazolam secara bukal dicapai dengan mengalirkan
sesuai dosis antara pipi dan gusi dari rahang bawah dengan pasien dalam posisi
pemulihan dari fase kejang. Penyerapan teknik ini secara langsung melalui
mukosa bukal, memberikan hasil yang lebih cepat daripada midazolam yang
ditelan.2 Lorazepam yang diberikan secara intravena setidaknya sama efektifnya
dengan diazepam intravena dan berhubungan dengan efek samping yang lebih
sedikit (termasuk depresi pernafasan) dalam pengobatan kejang tonik klonik
akut.
BAB III
KESIMPULAN
Kejang demam adalah kejang disertai demam (suhu ≥ 100.4° F atau 38°C),
tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan.
Kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks. Kejang demam
simpleks didefinisikan sebagai kejang yang terjadi setelah demam, yang berlangsung
selama kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
kompleks didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung lebih dari 15 menit, dan
atau berulang dalam waktu 24 jam.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Penatalaksanaan kejang demam pada anak mencakup tiga hal yaitu:
Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas dan memantau fungsi vital
tubuh, mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan pemeriksaan pungsi
lumbal pada saat pertama kali terjadinya kejang demam, dan pengobatan profilaksis
DAFTAR PUSTAKA
1. Guidelines and Protocols Advisory Committe. Febrile Seizure. British Columbia
Medical Association. 2010.
2. Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With
a Simple Febrile Seizure. Pediatrics. 2011 Feb:2(127);390-394
3. Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, et al. Epilepsy.
Di Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition: McGraw
Hill. 2008.
4. Friedman M.J, Sharrieff G. Q. Seizures in Children. Pediatric Clin N Am.
2006;53:257-277
5. Major P, Thiele E.A. Seizures in Children: Determining the Variation. Pediatrics
in Review. 2007;28:363-371.
6. Lumban tobing, SM.2003.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada
Anak.Jakarta : FKUI
7. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC
8. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006
9. Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002:2(4);59-
62.
10. Breton A. N. Seizures: Stages, Types, and Care. 10th Emergency & Critical Care
UK Annual Congress. 2013

Anda mungkin juga menyukai