Semua Materi - Materi Dari Ibu Hamil, Persalinan, Perawatan Neonatus dan
Balita Ada Disini.
SENIN, 28 MARET 2016
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokieran, perlu mengatur kembali
penyelenggaraan Rekam Medis dengan Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat:
1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 100; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495);
2.Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);
3.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republi Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerinlah Penganti Undang-Undang Namer 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
4.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2803):;
5.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
6.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah. Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tether 2007 Namer 82. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomo 4737);
7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
8.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1985 tentang Rumah Sakit;
9.Peraturan Menteri Kesehatan Namer 1575/Menkes/Per/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REKAM MEDIS.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1.Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2.Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dergan peraturan perundang-undangan.
3.Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang
dapat digunakar untuk praktik kedokteran dan kedokteran gigi.
4.Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan
secara langsung kepada pasuen selain dokter dan dokter gigi.
5.Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi.
6.Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
7.Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil
pemeriksaan penunjang catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik
berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik.
8.Organisasi Profesi adalah Ikatan Doker Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi
Indonesia untuk dokter gigi.
BAB II
JENIS DAN ISI REKAM MEDIS
Pasal 2
(1)Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
(2)Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih
lanjut dengan peraturan tersendiri.
Pasal 3
(1)Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya
memuat a. identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis;
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;
i.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j.persetujuan tindakan bila diperlukan.
(2)Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemerisaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis:
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.persetujuan tindakan bila diperlukan;
i.catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.
j.ringkasan pulang (discharge summary);
k.nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan;
l.pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
(1)Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) harus dibuat o!eh dokter atau
dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.
(2)Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c.ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan, dan tindak lanjut;
dan
d.nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan.
BAB III
TATA CARA PENYELENGGARAAN
Pasal 5
(1)Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
(2)Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan dilengkapi setelah
pasien menerima pelayanan.
(3)Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan
dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
(4)Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter,
dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung.
(5)Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan
pembetulan.
(6)Pembetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan
tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Pasal 6
Dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan dan/atau
dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Pasal 7
Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan rekam medis.
BAB IV
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN KERAHASIAAN
Pasal 8
(1)Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
(2)Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam
medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
(3)Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan
tersebut.
(4)Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(3) dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 9
(1)Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.
(2)Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan.
Pasal 10
(1)Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan
tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(2)Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat
pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a.untuk kepentingan kesehatan pasien;
b.memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah
pengadilan;
c.permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d.permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e.untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien;
(3)Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
(1)Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang
merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2)Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau
langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB V
KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 12
(2)Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang menyebutkan
identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan
harus dijaga kerahasiaannya.
(3)Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak diperlukan
persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.
Pasal 14
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau
penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.
BAB VI
PENGORGANISASIAN
Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana
pelayanan kesehatan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
(1)Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan organisasi
profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing.
(2)Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pasal 17
(1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan, teguran
tertulis sampai dengan pencabutan izin.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Dokter, dokter gigi, dan sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggai ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 20
Peraturan in mulai berlaku pada tanggal ditetapkan agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
A. Untuk Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam medis
maka harus memenuhi aturan sebagai berikut:
1. Rekam medis pasien rawat inap wajib disimpan sekurang-kuangnya 5 tahun sejak pasien berobat
terakhir atau pulang dari berobat di rumah sakit.
2. Setelah 5 tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringakasan pulang dan persetujuan
tindakan medik.
3. Ringakasan pulang dan persetujuan tindakan medik wajib disimpan dalam jangka waktu 10
sejak ringkasan dan persetujuan medik dibuat.
4. Rekam medis dan ringkasan pulang disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
B. Untuk Pelayanan Kesehatan non rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam medis
harus memenuhi aturan sebagai berikut:
1. Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kuangnya 2 tahun sejak pasien berobat terakhir
atau pulang dari berobat. Setelah 2 tahun maka rekam medis dapat dimusnahkan.
Kerahasiaan isi rekam medis yang berupa identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
petugas kesehatan lain, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Untuk
keperluan tertentu rekam medis tersebut dapat dibuka dengan ketentuan:
1. Untuk kepentingan kesehatan pasien.
2. Atas perintah pengadilan untuk penegakan hukum.
3. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.
4. Permintaan lembaga /institusi berdasarkan undang-undang.
5. Untuk kepentingan penelitian, audit, pendidikan dengan syarat tidak menyebutkan identitas
pasien.
Permintaan rekam medis tersebut harus dilakukan tertulis kepada pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
Selain ketentuan yang telah diatur pada UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 209/Menkes/Per/III/2008, apabila pasien dalam keadaan gawat
darurat sehingga dokter tidak mungkin mengajukan informed consent, maka KUH Perdata Pasal
1354 juga mengatur tentang pengurusan kepentingan orang lain. Tindakan ini dinamakan
zaakwaarneming atau perwalian sukarela yaitu “Apabila seseorang secara sukarela tanpa disuruh
setelah mengurusi urusan orang lain, baik dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu, maka
secara diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan mengurusi urusan itu sehingga
orang tersebut sudah mampu mengurusinya sendiri”. Dalam keadaan yang demikian perikatan
yang timbul tidak berdasarkan suatu persetujuan pasien, tetapi berdasarkan suatu perbuatan
menurut hukum yaitu dokter berkewajiban untuk mengurus kepentingan pasien dengan sebaik-
baiknya. Maka dokter berkewajiban memberikan informasi mengenai tindakan medis yang telah
dilakukannya dan mengenai segala kemungkinan yang timbul dari tindakan itu.
A. KESIMPULAN
Untuk Permenkes 269 Tahun 2008 : Rekam medis merupakan suatu rekaman atas
tindakan yang dilakukan oleh doctor maupun tenaga kesehatan lainnya di suatu rumah sakit. Isi
informasi rekam medis bersifat rahasia. Rekam medis diadakan sebagai bentuk tata tertib
administrasi layanan rumah sakit dan sebagai dokumen pertanggung jawaban atas segala
tindakan medis atas pasien. Pengelolaan, perawatan hingga pelayanan rekam medis menjadi
tanggung jawab masing –masing rumah sakit. Rekam medis memiliki nilai guna ilmu
pengetahuan yaitu sebagai referensi utama dalam analisis penyakit ataupun wabah penyakit.
Keberadaan rekam medis dapat dikatakan sebagai arsip yang dihasilkan oleh rumah sakit
maupun dokter praktek. Oleh karena itu perlakuannya hamper sama, dengan perlakuan terhadap
arsip, seperti pada tahap penyimpanan. Apabila terjadi gangguan terhadap isi informasi rekam
medis ( kehilangan maupun pencurian ), terdapat beberapa sanksi hokum yang berlaku.
Meskipun tidak seketat sanksi atas gangguan terhadap arsip.
Untuk Permenkes 290 Tahun 2008 : Di Indonesia perkembangan “informed consent”
secara yuridis formal, ditandai dengan munculnya pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
tentang “informed consent” melalui SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian
dipertegas lagi dengan PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang “Persetujuan Tindakan Medik
atau Informed Consent”. Serta dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004. informed
Consent yang di proleh dengan tata cara yang tidak benar tidak dapat di anggap sebagai penemu
hak otonomi pasien , sehingga oleh karna nya merupakan tindakan melanggar hukumnamun
demikian pelaksanaan informed Consennt di indonesia hanya di lakukan dengan mengindahkan
nilai nilai dalam budaya setempat yang sangat bervariasi.
B. SARAN
Dalam Hal ini semoga dapat membatu pengetahuan dan menambah ilmu pengetahuan
kita dalam kesehatan , dan yang terpenting adalah Dalam hal ini Pemerintah Bertanggung jawab
merencanakan , mengatur, meyelenggarakan dan membina Serta mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masayarakat. Juga sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, terhadap rekam medis dan Informed Consent agar kelak tidak terjadi
perselisihan .
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja, Bioetik dan Hukum Kedokteran,
Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum, Penerbit Pustaka Dwipar, Oktober 2005
2. Undang undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Hanafiah, M. Jusuf, Amri, Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3, 1999,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Rustiyanto, Ery, Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, 2009, Yogyakarta:
Graha Ilmu
5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
15,758
MENGENAI SAYA ARSIP BLOG
► 2017 (5)
▼ 2016 (53)
o ► Juni (32)
ekawahyunieg.p. o ► Mei (7)
Lihat profil lengkapku o ► April (1)
o ▼ Maret (13)
Diit yang Diberikan
Berdasarkan
Penyakit
UU untuk Rekam
Medis dn UU untuk
Informed Consent
Dimensi Psikologi
Remaja
Penyebab
Perdarahan
postpartum
Sindrom Aspirasi
Mekonium dan
Pengobatannya
MODEL-MODEL
DOKUMENTASI
ASUHAN
KEBIDANAN
Asuhan Ibu Nifas
PERAN DAN
FUNGSI BIDAN
SEBAGAI
PENELITI
LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN
VITAL
Manajemen Asuhan
Bayi Baru Lahir
RINGKASAN
ANATOMI
ORGAN
REPRODUKSI
WANITA,
KONSEPS...
Spermatogenesis
dan Oogenesis
Makalah Laporan
Praktikum
Kardiovaskuler
Widget-Animasi
My Widget
My Widget
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.
Home
Daftar Isi
Privacy Policy
Contact Us
Type and h
Public Health Home » Permenkes Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak
1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan
Untuk Pangan Olahan Dan Pangan Siap Saji
bahwa masyarakat perlu dilindungi dari risiko penyakit tidak menular terutama hipertensi,
stroke, diabetes dan serangan jantung yang salah satunya disebabkan oleh asupan gula, garam,
dan lemak yang berlebih;
bahwa salah satu upaya untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular perlu mengedukasi
masyarakat melalui pencantuman informasi kandungan gula, garam, dan lemak, serta pesan
kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji;
Sedangkan
beberapa dasar yang menjadi acuan Permenkes diantaranya
1. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan termasuk pangan olahan tertentu, bahan tambahan
pangan, pangan produk rekayasa genetika, dan pangan iradiasi.
2. Pangan Siap Saji adalah makanan dan/atau minuman yang sudah diolah dan siap untuk langsung
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
3. Gula adalah jumlah seluruh monosakarida dan disakarida (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa)
yang terdapat pada pangan.
4. Garam adalah senyawa mineral dengan unsur utama natrium dan klorida, dinyatakan sebagai
natrium total yang berasal dari bahan pangan dan bahan yang ditambahkan.
5. Lemak adalah lemak total yang menggambarkan semua kandungan asam lemak, dinyatakan
sebagai trigliserida yang berasal dari bahan pangan dan/atau bahan yang ditambahkan.
6. Label Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Kemudian pada Pasal 2, disebutkan : “Pencantuman informasi kandungan Gula, Garam, dan
Lemak serta pesan kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji dimaksudkan untuk
menurunkan risiko kejadian Penyakit Tidak Menular terutama hipertensi, stroke, diabetes dan
serangan jantung melalui peningkatan pengetahuan konsumen terhadap asupan konsumsi Gula,
Garam, dan/atau Lemak pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Pasal 4 disebutkan :
(1) Informasi kandungan Gula, Garam, dan Lemak terdiri atas kandungan gula total, natrium
total, dan lemak total.
(2) Pesan kesehatan berbunyi “Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000
miligram, atau Lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko hipertensi, stroke,
diabetes, dan serangan jantung”.
Pasal 5
(1) Setiap orang yang memproduksi Pangan Siap Saji yang mengandung Gula, Garam,
dan/atau Lemak wajib memberikan informasi kandungan Gula, Garam, dan Lemak, serta pesan
kesehatan melalui Media Informasi dan Promosi.
Pasal 6
(1) Pencantuman informasi kandungan Gula, Garam, dan Lemak harus didasarkan pada hasil
uji laboratorium yang dilakukan di laboratorium yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
DOWNLOAD Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2013 Tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, Dan Lemak Serta Pesan
Kesehatan Untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji DISINI
Tagged with
dan Lemak pangan Garam Informasi kandungan Gula Label Pangan Pangan Olahan Pangan Siap Saji
Permenkes Nomor 30 Tahun 2013
Related posts:
1. aripin ahmad
21/08/2015 at 9:04 am
Reply
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name *
Email *
Website
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Delivered by FeedBurner
About Contact Us Privacy Policy Disclaimer Pharmacy Care Home Informasi Obat Tanaman
Obat Penyakit Regulasi Pedoman Konseling Home » Peraturan Menteri » Regulasi Kefarmasian
» Permenkes No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Permenkes No. 3 Tahun 2015 Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi Pharmacy Care Sunday, September 25, 2016 Peraturan Menteri, Regulasi Kefarmasian
Permenkes No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Permenkes No. 3 Tahun 2015 Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi Menimbang: a. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/Per/I/1978
tentang Penyimpanan Narkotika, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 688/Menkes/Per/VII/1997
tentang Peredaran Psikotropika, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
912/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3), Pasal
36 ayat (2), Pasal 42, dan Pasal 44 Undang–Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
dan Pasal 9 ayat (3), Pasal 14 ayat (6) dan Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2010 tentang Prekursor, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi; Mengingat: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3671); Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072); Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781); Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5044); Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5126); Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419); Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5533); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/lll/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741); Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 721) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 16 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 442);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 370) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 585); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2013 tentang Impor dan
Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 178); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 232); Dengan adanya Permenkes No. 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, maka statusnya yaitu Mencabut: 1. Permenkes No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika; 2. Permenkes No.
688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika; dan 3. Permenkes
No.912/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika
Download File PDF Permenkes No. 3 Tahun 2015 Aplikasi uang ini membuat orang Indonesia
kaya! Aplikasi uang ini membuat orang Indonesia kaya! Mulai menghasilkan lebih dari $ 560
tiap hari! Mulai menghasilkan lebih dari $ 560 tiap hari! Penurunan berat efektif di rumah! -10
kg dalam 2 minggu, minum 1 gelas... Penurunan berat efektif di rumah! -10 kg dalam 2 minggu,
minum 1 gelas... Cara jadi kaya di Indonesia. Mengejutkan Cara jadi kaya di Indonesia.
Mengejutkan Cara terbaik hasilkan uang di Indonesia Cara terbaik hasilkan uang di Indonesia
inShare Subscribe to receive free email updates: Related Posts : Permenkes No. 31 Tahun 2016
Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Kerja Tenaga Kefarmasian Menimbang: bahwa Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kefa… Read More... Permenkes Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Permenkes Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan mutu
pelayanan … Read More... Permenkes Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Perubahan Penggolongan
Psikotropika Permenkes Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika.
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maup… Read More... Permenkes
Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi Permenkes Nomor 34 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/Vi/2011
Tentang Pedagang Besar Far… Read More... Permenkes 1175 Tahun 2010 tentang izin produksi
kosmetik Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ… Read More... Newer Post Older
Post Home Populer PostLabelArsip Blog Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Di
Apotek Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Cara Menggunakan Suppositoria dengan benar Prekursor
Gliseril Guaiakolat Isosorbid Dinitrat (ISDN) Difenhidramin Cara Distribusi Obat Yang Baik
(CDOB) Bergabung Bersama kami di Google Google Follower Bergabung Bersama Kami Di
Facebook Tautan (Link) Pelayanan Informasi Obat di Apotek Pedoman Konseling Swamedikasi
Powered by Blogger. Labels Farmakognosi (23) Farmakologi (7) Farmakoterapi (43)
Farmasetika (12) Farmasi Industri (4) Gangguan Saluran cerna (7) Infeksi Saluran Pernafasan (5)
Kardiovaskular (3) Laboraturium (9) Penyakit Infeksi (6) Regulasi Kefarmasian (49) SOP
Kesehatan (10) Tanaman Obat (19) Entri Populer Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Di
Apotek Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Prekursor Cara Menggunakan Suppositoria dengan
benar Isosorbid Dinitrat (ISDN) Labels Farmakognosi Farmakologi Farmakoterapi Farmasetika
Farmasi Industri Gangguan Saluran cerna Infeksi Saluran Pernafasan Laboraturium Penyakit
Infeksi Regulasi Kefarmasian SOP Kesehatan Tanaman Obat Copyright 2016 Pharmacy Care
Powered by Blogger.com
Sumber Asli:
http://www.mipa-farmasi.com/2016/09/Permenkes-No-3-Tahun-2015-Tentang-Peredaran-
Penyimpanan-Pemusnahan-dan-Pelaporan-Narkotika-Psikotropika-dan-Prekursor-Farmasi.html