Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing oleh
kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu memiliki dasar negara dan
ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh, maka
dari itu peran ideologi sangat penting untuk sebuah negara.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat
menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional, menguraikan pengertian dari ideologi,
menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang
diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan menganalisis dan bersikap
kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pancasila, juga
sebagai media untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari dan dengan tujuan sebagai berikut
:
a) Mengetahui arti ideologi
b) Mengetahui asal mula Pancasila
c) Mengetahui Pancasila sebagai ideologi Nasional

1
BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Ideologi
1. Arti Ideologi
a) Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan
sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang
diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik
ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi
adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan
pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit
setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai
sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios
yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara
umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis. Dalam arti luas, ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh
kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita. Dalam
perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada
tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
Ada beberapa istilah ideologi menurut beberapa para ahli yaitu:
a) Destut De Traacy : Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy
tahun 1796 yang berarti suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu
perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.

2
b) Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik
atau sosial ekonomi.
c) Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
d) Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu :
1. Ideologi secara fungsiona
Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama
atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional
ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang
pragmatis. Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Ideologi itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme. Sedangkan
Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi tersebut
tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum hanya
prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan
keluarga, sistem pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.
Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau aparat
pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan (internalization), contohnya
individualisme atau liberalisme.
2. Ideologi secara struktural
Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan
formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa. Dengan
demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh
Kaelan mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita
yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;
2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan
hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

3
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu
yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas
membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran
ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk
melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini
ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya,
baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai
yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau
suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian nilai
itu mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara moral atau normatif
dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara,
mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat yang lebih luas,
yaitu masyarakat bangsa.
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), idiologi memiliki arti Kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup; cara berpikir seseorang atau suatu golangan; Paham,
Teori dan Tujuan yang merupakan satu program sosial politik;
b) Definisi Ideologi
Definisi memang penting. Itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar:
“Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep”
Karena itu menurut beliau, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika berfikir yang
benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Mabda’ secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata bada’ayabdau bad’an wa
mabda’an yang berarti permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang
dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang )[dalam Al-Mausu’ah al-Falsafiyah, entry
al-Mabda’]. Al-Mabda’(ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi
(al-qaidah al-asasiyah) tingkah laku. Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman
mendasar dan asas setiap peraturan [lihat catatan tepi kitab Ususun Nahdhah ar-Rasyidah,
hal 36]
Selain definisi di atas, berikut ada beberapa definisi lain tentang ideologi:

4
a) Gunawan Setiardjo : Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah
‘aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-
aturan dalam kehidupan.
b) Destutt de Tracy: Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu. 2
april 2004
c) Descartes : Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia. 5 mei 2004
d) Machiavelli : Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh
penguasa. 1 agustus 2006
e) Thomas H: Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya. 23 oktober 2004
f) Francis Bacon:Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep
hidup. 5 januari 2007
g) Karl Marx: Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan
bersama dalam masyarakat. 1 mei 2005
h) Napoleon: Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya. 22 desember
2003
i) Muhammad Ismail: Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna
Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun
(disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini
merupakan akumulasi jawaban atas pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau
kemana alam, manusia dan kehidupan ini yang dihubungkan dengan asal muasal
penciptaannya dan kehidupan setelahnya? 24 april 2007.
j) Dr. Hafidh Shaleh: Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh
problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang
meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode
mempertahankannya, serta metode menyebarkannya ke seluruh dunia. 12
november 2008
k) Taqiyuddin An-Nabhani: Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan
peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam
semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah
kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah
alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh

5
mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah
dan thariqah. 17 juli 2005
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’) adalah pemikiran yang
mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk
merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut
agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk
menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa memandang sumber dari
konsepsi Ideologi, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi
dengan padanan dari arti kata Mabda’ dalam konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi
(mabda’). Yaitu Kapitalisme, Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini
dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan
mabda yang ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan
diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap
ada di seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal dari buatan akal manusia,
sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam Kitab-nya “Najat”, dia berkata:
“Nabi dan penjelas hukum Tuhan serta ideologi jauh lebih dibutuhkan bagi
kesinambungan ras manusia, dan bagi pencapaian manusia akan kesempurnaan eksistensi
manusiawinya, ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk tapak kakinya, atau hal-hal lain
seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi kesinambungan ras manusia, namun tidak
perlu sekali.”
c) Fungsi Ideologi
Setelah mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi dari ideologi
tersebut. Soerjanto Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:
a) Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
b) Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
c) Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
d) Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.

6
e) Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f) Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
B. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagai mana yang
terjadi pada ideology ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena itu agar kita memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya
pancasila , maka secara ilmiah harus ditinjau berdasrkan proses kausalitas. Maka secara
kausalitas asal mula pancasila dibagikan atas dua macam yaitu : asal mula yang langsung
dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengertian asal mula tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan negara Indonesia bukan
terbentuk secara mendadak, namun melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat
negara dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri, yang berupa adapt istiadat, religius dan
kebudayaan. Kemudian para pendiri negara secara musyawarah, anatara lain sidang
BPUPKI pertama, Piagam Jakarta. Kemudian BPUPKI kedua, setelah kemerdekaan
sebelum sidang PPKI sebagai dasar filsafat negara RI. Asal mula Pancasila dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu asal mula yang langsung dan tidak langsung.
1) Asal Mula Langsung
Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara, yaitu asal
mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi kemerdekaan. Rincian asal mula langsung
Pancasila menurut notonagoro, yaitu :
a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari Bangsa Indonesia yang
berupa adat-istiadat, religius. Dengan demikian pada bangsa Indonesia sendiri yang
terdapat dalam kepribadiandan pandangan hidup.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)

7
Bentuk Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Asal mulanya adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI.
c. Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara
yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Tujuannya : untuk dijadikan sebagai dasar negara. Para anggota BPUPKI dan Soekarno
– Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI.
2) Asal Mula Tidak Langsung
Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan sehari-hari
bangsa Indonesia perincian asal mula tidak langsung :
Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar
filsafat negara. Nilai-nilainya yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan.
Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Nilai-nilainya yaitu adat istiadat, kebudayaan dan religius. Nilai-nilai
tersebut menjadi pedoman memecahkan problema.
Asal mula tidak langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri (Kausa
Materealis).
b) Filsafat Pancasila
1. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah.
Secara Etimologis kata filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan philoso-Phos.
Philos/Philein (shabat/cinta) danSophia/sophos (pengetahuan yang bijaksana / hikmah-
kebijaksanaan.) Bertens, 2006. Menurut Burhanudin Salam (1983), filsafat adalah sistem
kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara
radikal, sistematis, dan universal.
2. Landasan Filsafat Pancasila
Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa tersebut terhadap nilai-
nilai luhur bangsanya. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur tersebut terkristalisasi dan
terakumulasi dalam filsafat Pancasila yang merupakan karya Bapak Bangsa (Founding
Fathers) yang tak ternilai. Filsafat Pancasila merupakan renungan jiwa yang dalam,
berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai
satu kesatuan yang bulat dan utuh.

8
1) Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis dalam huruf
Dewa Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya lima dan Syila
(huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi Pancasyila berarti berbatu sendi yang bersendi
lima. Kedua Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang) artinya perbuatan yang senonoh/
normatif Pancasyiila berarti lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku yang sesuai
dengan norma kesusilaan. (Saidus Syahar 1975)
2) Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia sejak abad ke
XIV pada zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu Sutasoma dan Nagara
Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular tercantum dalam Panca Syiila
Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu :
 Tidak boleh melakukan kekerasan
 Tidak boleh mencuri
 Tidak boleh dengki
 Tidak boleh berbohong
 Tidak bolehmabuk
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga 53 bait 2
(dua) sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara bhiseka karma. Selama
berabad-abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi kata Pancasila, baru pada tanggal 1
Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) I, yang berlangsung mulai 29 Mei – 1 Juni 1945 kata Pancasila digemakan
kembali oleh Bung Krno untuk memenuhi permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman
Wedyodiningrat dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila yang disampaikan Bung
Karno sebagai Berikut:
 Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
 Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
 Mufakat atau Demokrasi,
 Kesejahteraan Sosial, dan
 Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Pancasila menurut Bung Karno dapat diperas menjadi TRISILA, yaitu: Sila Pertama
dan kedua menjadi Sosio Nasionalisme. Sila ke tiga dan keempat menjadi Sosio
Demokrasi dan Ketuhanan. Trisila masih bisa diperas menjadi EKASILA yaitu GOTONG
ROYONG (Wedyodiningrat, 1947).

9
Pancasila rumusan Bung Karnodikaji anggota panitia lainnya dan dirumuskan kembali
pada tanggal 22 Juni 1945 yang dikenal sebagai PIAGAM JAKARTA, oleh Muhammad
Yamin disebut JAKARTA CHARTER.
Sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta:
a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syare’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b) Perikemanusiaan yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda tangani oleh 9 orang yaitu :
1. Ir. Soekarno (Bung Karno)
2. Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
3. Mr. A.A Maramis
4. Abikoesno tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr. Achmad Soebarjo
8. Wachid Hasyim
9. Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil, 1968)
Pada waktu diundangkan UUD’45 tanggal 18 Agustus 1945 rumusan Pancasila
Berbeda dengan yang tercantum pada Piagam Jakarta. Rumusan tersebut menjadi berikut:
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perumus Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD’45 menurut Prof.
Dr. Sri Soemantri S.H. LLM. Dalam ceramahnya pada Pelatihan Nasional Dosen Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila di Yogyakarta (2002) adalah :
1. Drs. Mohammad Hatta

10
2. Abikoesno Tjokrosoejoso
3. Kasman Singomedjo
4. Wahid Hasjim
5. Mr. Mochamad Hasan
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pada bulan Desember 1949 NKRI menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai hasil dari persetujuan pemerintah Republik
Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang dikenal dengan Konperensi Meja Bundar
(KMB), RIS terdiri atas 16 negara bagian. Usia RIS berakhir pada bulan Mei 1950 NKRI
terbentuk kembali.
Mulai tahun 1950 sampai tahun 1959 Indonesia menggunakan Undang-Undang dasar
Sementara Th. 1950 (UUDS ’50) dimana sifat pemerintahannya Parlementer dan
menganut demokrasi Liberal.
Perubahan pemerintahan maupun bentuk Negara. Sifat Konsistensi mempertahankan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Sifat kesadaran dari bangsa Indonesia akan pentingya
Pancasila sebagai norma dasar/fundamental norm/grund norm bagi kokohnya NKRI.
3) Landasan Yuridis
Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum pada pembukaan UUD’45 alinea ke IV,
yang diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD’45. Dalam TAP MPR RI No.
XVIII/MPR/’98 dikukuhkan Pancasila sebagai dasar Negara harus konsisten dalam
kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/’99 diamanatkan agar visi bangsa
Indonesia tetap berlandaskan pada Pancasila.
4) Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa Indonesia tercermin
dari keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan budaya berbagai suku
bangsa Indonesia yang saat kini masih terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu memohon
perlindungan Tuhan YME, gotong royong , asas Musyawarah mufakat.
Pada masyarakat Padang dalam perilaku kehidupan bermasyarakat erat terkait dengan
nilai agama yang tercermin pada konsep: “ Adat basandi syara dan syara basandi
kitabbullah.” Yang berarti hokum adat bersendikan syara dan syara bersendikan Al-Quran.
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan sudah seyogyanya berpedoman pada tiga
aspek yang tidak terpisahkan yaitu:
ilmu tungtut, dunya siar, ibadah tetep lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/ harta dan
tetaplah beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah mufakat/ demokrasi

11
terungkap pada nilai tetap dikemukan dengan cara yang santun tanpa orang kehilangan
kehormatan dirinya (Win-win solution). Hal ini tercermin dari prinsip sebagai berikut.
Hade ku omong goring ku omong (baik atau buruk katakanlah). Namun harus Caina
herang laukna beunang (airnya bersih ikannya tertangkap/win-win solution).

C. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


a) Pancasila Ideologi Nasional
Kita semua mengetahuI bahwa pancasila merupakan pedoman hidup rakyat Indonesia.
Tapi, tidak sedikit dari kita mengetahui darimanakah ide Pancasila itu muncul di
permukaan bumi indonesia. Lalu apa arti dari Pancasila sebagai ideologi nasional?
Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini
kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang disebut
dengan ideologi.
Seperti yang dikatakan oleh Jorge Larrain bahwa ideology as a set of beliefs yang
berarti setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki suatu sIstem kepercayaan
mengenai sesuatu yang dipandang bernilai dan yang menjadi kekuatan motivasional bagi
perilaku individu atau kelompok. Nilai-nilai itu dipandang sebagai cita-cita dan menjadi
landasan bagi cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak seseorang atau suatu bangsa
dalam memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Begitu pula dengan pancasila sebagai ideologi nasional yang artinya Pancasila
merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenaranya oleh pemerintah
dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa Indonesia untuk menata/mengatur
masyarakat Indonesia atau berwujud Ideologi yang dianut oleh negara (pemerintah dan
rakyat) indonesia secara keseluruhan, bukan milik perseorangan atau golongan tertentu
atau masyarakat tertentu saja, namun milik bangsa Indonesia secara keseluruhan.
b) Klasifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui :
Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di dalamnya
sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai-nilai itu akan
merupakan cita-cita yang memberi arah terhadap perjuangan bangsa dan negara.
Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan berbagai
pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi kesepakatan bersama dari
suatu bangsa.

12
Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para pendiri negara
(the fouding father).
Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui
pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi kekuatan
motivasional untuk tunduk pada cita-cita bersama.
Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara dan
sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami dalam
perspektif kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan, sehingga bukan
sebagai alat kekuasaan.
c) Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :
1. Dimensi Idealitas
Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita
di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
2. Dimensi Realitas
Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik mereka bersama
dan yang tak asing bagi mereka.
3. Dimensi normalitas
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati
yang sifatnya positif.
4. Dimensi Fleksilibelitas
Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.
d) Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai

13
etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan
subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku
dimanapun), sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada
suatu negara lain menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan,
berKemanusiaan, berPersatuan, berKerakyatan, dan berKeadilan, maka Negara tersebut
pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:
a) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena
merupakan suatu nilai;
b) Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan;
c) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa
keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri.
Hal ini dapat dijelaskan, karena:
a) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia
sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
b) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
c) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada
kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan
subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi
landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila
sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan

14
bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa
dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan
berkembang dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup
bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideology yang
tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral
dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai
Pancasila akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat
Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, menjadikan
Pancasila sebagai ideologi juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila
merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana
kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945 serta
mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.Pancasila sebagai sumber
nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan
d) pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan
fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
cita-cita moral rakyat yang luhur.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang
ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ideologi secara
fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara yang dianggap paling baik.
Definisi memang penting. Itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar:
“Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep”
Karena itu menurut beliau, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika berfikir yang
benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Karakteristik ideologi Pancasila merupakan ciri khas yang membedakannya dengan
ideologi yang lain. Karakteristik tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan
segala isinya. Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku
bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ketiga adalah
bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa kehidupan
kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi Pancasila
sesuai dengan sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi
jika dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya,
yakni ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui
pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi
mendasari kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal
serta jalan bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara

16
B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
pancasila sangat penting sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar
pembaca dapat melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupa.
Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi ideologi pada mata
kuliah pancasila pada kampus-kampus di Indonesia.
Perlu adanya penelitian atau study banding kedepannya agar memperlengkap
pengetahuan tentang pancasila sebagai ideologi nasional.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih
dalam proses pembelajaran.Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya
tersirat maupun tersurat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Surabaya: Indah
Haryanto,Agus,Alex Suryanto.2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia.Tanggerang:ESIS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka
Syairbaini, Syahril. Drs.,M.A. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://wikipedia.com
http://amazoneas.blogspot.com
http://google/kulitpisang
http://id.Wikipedia.org/wiki/ideologi
http://id.Wikipedia.org/wiki/pancasila
http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htm
http://www.g-excess.com/id/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-nasional.
http://www.gudangmateri.com/2010/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai