Ipi497722 PDF
Ipi497722 PDF
OLEH:
BAMBANG MURINO
NPM : 1310122039
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2017
i
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINYATAKAN LULUS
PADA TANGGAL : AGUSTUS 2017
Ketua,
Sekretaris,
Anggota :
Dr. I NyomanPutuBudiartha,SH.,MH.
NIP. 195912311992031007
A.A SagungLaksmiDewi,SH.,MH.
NIK. 230330126
LuhPutuSuryani,SH.,MH.
NIK. 230330182
ii
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : AGUSTUS 2017
Pembimbing I,
Pembimbing II,
I WayanArthanaya,SH.,MH.
NIP. 195804161989011001
Mengtahui
FAKULTAS WARMADEWA DENPASAR
DEKAN,
Dr. I NyomanPutuBudiartha,SH.,MH.
NIP. 195912311992031007
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... II
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... III
KATA PENGANTAR .................................................................................... IV
ABSTRAK ................................................................................................. V
ABSTRAC ................................................................................................. VII
...............................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................. VIII
...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
..............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 8
..............................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
..............................................................................................
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 8
...................................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................. 8
...................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
..............................................................................................
1.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................ 9
...................................................................................
1.4.2. Manfaat Praktis ............................................................. 9
...................................................................................
1.5. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9
..............................................................................................
1.5.1. Teori asas – asas hukum ................................................ 9
1.5.2. Teori perlindungan hukum ............................................. 20
iv
1.6. Metode Penelitian .................................................................... 23
..............................................................................................
1.6.1. Tipe penelitian dan pendekatan masalah ......................... 23
1.6.2. Sumber bahan hukum ................................................... 23
1.6.3. Metode pengumpulan bahan hukum ............................... 24
1.6.4. Analisis bahan hukum .................................................... 24
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN HIV/AIDS
2.1. Teori perlindungan hukum bagi konsumen................................. 26
......................................................................................................
2.1.1. Hak pasien menurut undang – undang ............................ 29
..............................................................................................
2.1.2. Perlindungan hukum bagi pasien HIV/AIDS ................... 31
..............................................................................................
2.1.3. Pelayanan anti diskriminasi pada suatu Rumah Sakit ........ 34
..............................................................................................
2.1.4. Contoh kasus dan sanksi terhadap Rumah Sakit yang
melakukan penolakan menangani pasien HIV/AIDS .......... 35
...................................................................................
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP RUMAH SAKIT YANG MENOLAK PASIEN
HIV/AIDS
3.1. Undang – undang yang mengatur tentang pelayanan kesehatan
( UU kesehatan dan UU Rumah Sakit ) ...................................... 38
3.2. hak dan perlindungan hukum pasien HIV/AIDS .......................... 44
3.3. Sanksi terhadap Rumah Sakit yang menolak pasien HIV/AIDS ..... 45
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan ............................................................................. 48
4.2. Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR BACAAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya maka penulis dapat menyusun sebuah karya ilmiah dibidang
hukum yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN HIV/AIDS
YANG DITOLAK OLEH RUMAH SAKIT”, untuk memenuhi salah satu tugas akhir
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam
1. Bapak Prof. Dr. Dewa Putu Widjana, DAP & E, SpPark, Rektor
vi
5. Bapak I Wayan Arthanaya, SH. ,MH. Pembimbing Akademik yang
menyelesaikan administrasi.
kekurangan-kekurangan, maka dari itu penulis mohon maaf kepada semua pihak
Denpasar,
Agustus 2017
Penulis
vii
SURAT PERMOHONAN
Nomor :-
Lampiran : 1(satu) gabung
Hal : Permohonan Ujian Skripsi
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Warmadewa
di Denpasar
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawahini :
Nama : Bambang Murino
NPM : 1310122039
Alamat : Jl PuriGading Blok F-8, Jimbaran, Kuta Selatan
Telp/HP : 082145 877500
Dengan ini mengajukan permohonan kehadapan Dekan Fakultas Hukum
Universitas Warmadewa agar dapat kiranya ditetapkan tim penguji sekripsi saya
dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien AIDS Yang Ditolak
oleh RumahSakit “.
Bambang Murino
viii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Bambang Murino
ix
SURAT PERNYATAAN TIDAK MERUBAH NAMA
Bahwa memang benar nama saya seperti tersebut diatas dan saya tidak pernah
merubahnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagai mana mestinya.
Bambang Murino
x
BAB I
PENDAHULUAN
ajalpun, kita mengusahakan diri untuk tetap hidup dan bisa menikmati hidup
Saat kita sakitpun, kita akan berusaha melakukan berbagai cara untuk
fasilitas rumah sakit yang ada, segala diagnosa penyakit bisa cepat diketahui,
kesembuhan.
dimiliki oleh setiap manusia.Setiap manusia berhak atas taraf kehidupan yang
Pasal 28H Ayat (1) menyebutkan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
1
Soekidjo Notoatmodjo, Etika & Hukum Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010,
hlm. 49.
1
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.2
rumah sakit memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar baik secara
Namun ada satu sisi yang masih menjadi fenomena masyarakat kita
maupun di kalangan para petugas kesehatan di suatu instansi rumah sakit yaitu
( Human Immuno Virus ) yaitu virus yang menyerang sel-sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
3
Soekidjo Notoatmodjo, Op.Cit, hlm. 159.
4
Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, CV Keni Media,
Bandung,
2012, hlm. 111.
2
tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi
HIV tersebut. Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel sistem imun termasuk sel
T CD4+ , makrofag dan sel dendritik. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya
biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat
melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel
darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.Pada tahun 1993, CDC
memperluas definisi AIDS, yaitu dengan memasukkan semua orang HIV positif
dengan jumlah CD4+ di bawah 200 per μL darah atau 14% dari seluruh limfosit.5
pada seorang laki-laki asing di Bali yang kemudian meninggal pada April 1987.
Pada Juni 1988 di tempat yang sama juga ditemukan orang Indonesia pertama
yang meninggal karena HIV/AIDS. Kasus ini kemudian mulai menjadi perhatian
terutama oleh kalangan tenaga kesehatan. Dari hasil pemeriksaan darah yang
ketika pemeriksaan darah donor pada tahun 1992/1993 menunjukkan HIV positif
5Depkes RI, Situasi HIV/AIDS 1987-2006, Pusat Data dan Informasi DEPKES RI, Jakarta 2006,
hal 3
3
pada 2 diantara 100.000 donor darah yang kemudian meningkat menjadi 3 per
meningkat secara nyata diantara pekerja seks dan bervariasi dari satu daerah ke
daerah lain. Di Tanjung Balai Karimun, Propinsi Riau hanya ditemukan 1 % pada
1995/1996 kemudian meningkat menjadi lebih dari 8,38%, pada tahun 2000.
Prevalensi HIV/AIDS pada pekerja seks di Irian Jaya (Merauke) sebesar 26,5%,
di DKI Jakarta (Jakarta Utara) sebesar 3,36% dan di Jawa Barat sebesar 5,5%.
Pada tahun yang sama, hampir semua propinsi di Indonesia telah melaporkan
infeksi HIV/AIDS.
Pada tahun 1999 ada terjadi fenomena baru dalam penularan HIV/AIDS,
yaitu infeksi HIV/AIDS mulai terlihat pada penyalahguna Napza suntik. Penularan
penggunaan jarum suntik bersama. Pada tahun 1999, 18% dari para
Jakarta yang terinfeksi HIV/AIDS dan meningkat menjadi 40% pada tahun 2000
dan 48% pada tahun 2001. Data yang lain menunjukkan tahun 2000 di Kampung
Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak tahun 1996 sampai dengan
tahun 2002 terjadi peningkatan kasus hampir 17,5%. Pada tahun 1996 hanya
4
2,5 % dari kasus AIDS melalui Napza suntik, dan pada tahun 2002 sudah hampir
20 %.
sebenarnya jauh lebih kecil dari prevalensi yang sesungguhnya, karena adanya
fenomena gunung es. Pada tahun 2002 diperkirakan jumlah orang yang
kelamin sampai dengan akhir Juni 2011 sebanyak 26.483 kasus dimana kasus ini
paling banyak ditemukan dan pada jenis kelamin laki-laki (19.139 kasus) dan
pada kelompok umur 20-49 tahun (23.225 kasus). Hal ini tentu menjadi hal yang
manusia tidak dihormati. Paling penting adalah dengan makin banyak informasi
usaha pencegahan karena orang tidak takut lagi untuk mengetahui status HIV-
nya, apakah mereka terinfeksi atau tidak. Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis
global dan tantangan yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial.Banyak
negara-negara miskin yang sangat dipengaruhi epidemi ini ditinjau dari jumlah
infeksi dan dampak yang ditimbulkannya. Bagian terbesar orang yang hidup
6http://jurnalkesehatanmasyarakat.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hukum-dan-uu-
5
dengan HIV/AIDS adalah orang dewasa yang berada dalam usia kerja dan
hampir separuhnya adalah wanita, yang akhir-akhir ini terinfeksi lebih cepat
pasien HIV/AIDS.
Bagaimana bila hal ini terjadi pada diri kita sendiri.Atau pada anggota
keluarga yang kita sayangi, ditolak oleh rumah sakit karena penyakit yang
penyakitnya.
rumah sakit terhadap pasien HIV/AIDS adalah RSUD Ciamis yang berada di
Provinsi Jawa Barat. RSUD Ciamis telah menolak memberikan perawatan kepada
seorang ibu yang akanmelakukan persalinan. RSUD Ciamis tidak bisa melayani
tahun 2013 juga pernah ada kasus serupa, akan tetapi hal itu tidak menjadikan
pelajaran baru RSUD Ciamis. Apabila alasan fasilitas, mengapa rumah sakit tidak
6
kekebalan tubuh sudah ada sejak lama. Apabila karena takut tertular, bukan
banyak pihak.
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan yang pasien yang
lain, apakah alasan dari Rumah Sakit tersebut melakukan penolakan. Apabila
hal ini khususnya HIV/AIDS, maka apabila Rumah Sakit melakukan penolakan
8
Nurhandoko, RSUD Ciamis Tolak Persalinan Pasien ODHA, http://www.pikiran-
rakyat.com/jawa-barat/2015/12/04/352456/rsud-ciamis-tolak-persalinan-pasien-odha, diakses pada
Selasa
6 Juni 2017 pukul 12.00 WIB.
9http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/28/15420039/Pasien.HIV.Ditolak.Dirawat
7
1.2. Rumusan Masalah
berikut :
sebuah kasus.
8
2) Untuk mengetahui penjatuhan sanksi kepada rumah sakit yang
dunia pendidikan.
a) Bagi peneliti
rumah sakit yang ada, termasuk para pendidik yang ada didalamnya, dan
Pada dasarnya manusia secara alami terikat oleh kaidah seperti norma
9
keberlangsungan kehidupan manusia karena tidak tegasnya sanksi bagi
“Teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan jaman nya ia sering
kita lihat sebagai jawaban yang diberikan terhadap pemasalahan hukum atau
mengugat suatu pemikiran hukum yang dominan pada suatu saat. Oleh karena
itu, sekalipun ia berkeinginan untuk mengutarakan suatu pemikiran secara
universal, tetapi alangkah baiknya kita senantiasa waspada bahwa teori itu
memiliki latar belakang pemikiran yang demikian itu. Sehubungan dengan
keadaan yang demikian itu sudah seharusnya kita tidak boleh melepaskan teori-
teori itu dari konteks waktu pemunculannya, sebaiknya memahami latar
belakang yang demikian itu.”
10 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Legal theory Dan Teori Peradilan Judicialprudance,
Kencana, Makasar, 2007, hlm. 48.
11 Achmad Ali, opcit, hlm. 76.
10
status sosial siapapun. Karena pentingnya kedudukan hukum dalam tatanan
masyarakat, maka dalam pembentukan peraturan hukum tidak bisa terlepas dari
asas hukum, karena asas hukum adalah landasan utama dalam pembentukan
hukum juga disebut titik tolak dalam pembentukan dan interpretasi undang-
kerinduan terhadap suasana keutuhan tetap meyertai manusia yang dewasa ini
dan jagat ketertiban yang utuh sudah tergusur oleh jagat perundang-
logikanya sendiri.”
pertimbangan tentang asas atau dasar dalam membentuk hukum supaya sesuai
adalah prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum.karena itu bahwa
karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
11
sedikit pembahasan yang berkaitan dengan masalah ini dengan harapan dapat
aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya
Inggris, kata " asas " diformatkan sebagai " principle ", peraturan konkret seperti
dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, hukum dasar, dasar sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat dan sistem hukum yang di pertegas
tentang pembenaran.”
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal
yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan
12
3. Van Eikema Hommes, berpendapat asas hukum bukanlah norma-
norma hukum konkrit, tetapi ia adalah sebagai dasar-dasar pikiran umum atau
4. Van der Velden, berpendapat asas hukum adalah tipe putusan yang
digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai
pedoman berperilaku.
dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit
yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma
hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam
peraturan konkrit tersebut. Atau lebih ringkasnya, asas hukum merupakan latar
dibedakan antara “ the concept of law” dengan the idea of law yang
13
manakah yang layak untuk di peroleh pengakuan oleh hukum dan bagaimana
kah tujuan itu berhubungan satu sama lain secara hukum (jurally related).”
Sering kali menuai anggapan bahwa asas dan norma itu merupakan suatu
benar, alasan tersebut terlihat dari beberapa perbedaan mendasar antara asas
sanksi. Tentu saja keduanya berbeda, karena asas hukum adalah merupakan
latar belakang dari adanya suatu hukum konkrit, sedangkan norma adalah
hukum konkrit itu sendiri. Atau bisa juga dikatakan bahwa asas adalah asal mula
legalitas, yaitu segala tindakan negara melalui, berdasarkan dan sesuai dengan
kekuasaan negara tidak menyimpang dari undang undang, hal itu ditegaskan
(lege) yang di maksud undangundang dalam hal ini adalah pengertian yang luas,
15E.Y.Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Storia Grafika, Jakarta,
2012, hlm. 74.
14
yaitu bukan saja secara tertulis telah di tuangkan dalam bentuk undang-undang
yang di buat oleh pemerintah dengan DPR, akan tetapi produk perundang-
lainya seperti perartuaran atau intruksi menteri, Gubernur atau kepala daerah
Hukum sebagai perangkat kaidah sosial yang salah satu tugasnya menciptakan
berlaku, yakni dasar-dasar atau petunjuk arah dalam hukum positif Suatu asas
hukum bukanlah suatu ketentuan hukum, asas bukanlah hukum namun hukum
tidak dapat dimengerti tanpa asas, asas adalah gejala yang mengarah penentuan
moral kita pada hukum, asas adalah hal-hal yang umum dengan segala sesuatu
yang relatif yang mendampinginya yang tidak lolos dari kebutuhan untuk
hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang kongkret,
16 B. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 49.
15
masyarakat, dapat disimpulkan bahwa fungsi yang terpenting dari hukum adalah
penguasa atau penentu kebijakan politik, tidaklah kemudian berarti kaidah asas
perlu berorientasi pada asas-asas hukum tersebut dengan kata lain, asas hukum
berkenaan dengan asas hukum, dimana fungsi asas hukum dapat dilihat atas
ketaatan asas atau konsistensi. Contoh, dalam Hukum Acara Perdata dianut "
asas pasif bagi hakim ", artinya hakim hanya memeriksa pokok-pokok sengketa
yang oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim. Hakim hanya
Fungsi asas hukum juga di uraikan Achmad Ali yang membagi kedalam
a. Fungsi Taat Asas (konsisten). Fungsi taat asas dari hukum itu adalah
17 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2015, hlm. 370.
16
hukum asas perdata dianut asas pasif bagi hakim, artinya hakim hanya
memeriksa dan mengadili pokok persengketaan yang ditentukan oleh para pihak
yang berperkara.
asas hukum, Asas lex superior derogat legi inferiori adalah asas yang mengatur
bahwa peraturan hukum yang lebih tinggi hirarkinya harus didahulukan dari pada
Gubernur.
sosial.
Hal ini tentunya tergantung pada inisiatif dan kreativitas para pelaksana
dan penentu kebijakan hukum, sebagai contoh untuk ini adanya asas tidak ada
mewakilkan, sebagai salah satu bentuk rekayasa sosial dibidang asas hukum,
oleh karena itu dengan asas ini proses pengadilan setidaknya dapat berlangsung
cepat, serta juga dapat mengaktifkan lebih banyak penggunaan sarjana hukum.
diwujudkan dalam beberapa asas hukum, dengan demikian hakim menjadi pasif
1. Lex dura sed ita scripta, Undang- Undang adalah keras tetapi ia telah
ditulis demikian;
17
2. Lex niminem cogit ad impossibilia, undang- undang tidak memaksa
3. Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi
yang lama;
Fungsi lain adalah sebagai rekayasa sosial, baik dalam sistem hukum
peradilan, seperti asas sistem peradilan pidana di Indonesia menganut asas tidak
untuk diwakili. Asas yang masih dianut tersebut, sebetulnya sebagai bentuk
pihak. Asas dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur dan eksplikatif,
tujuannya adalah memberi ikhtisar, sifatnya tidak normatif dan tidak termasuk
hukum positif..
18
Penerapan asas hukum tidak sepenuhnya diterapkan terutama ketika itu
konsisten dan ideal sebagai salah satu faktor karena hukum itu sendiri tidak
terlihat kesan bila hukum berhadapan dengan politik, maka hukum tersebut akan
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Misalnya, pada prakteknya cenderung kita lihat
legalitas yaitu segala tindakan negara melalui, berdasarkan dan sesuai dengan
kekuasaan akan tunduk pada hukum, bukan sebaliknya. Asas hukum sebagai
18 Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, bandung, 1996, hlm. 126.
19
“Asas hukum berisi ukuran nilai dan hanya tidak secara langsung
hukum, maka sulit untuk mengkonstantasi, kapan asas hukum akan kehilangan
menegakkan asas hukum tertentu atau para justisiabel tidak lagi menerima
ukuran nilai itu dan tidak lagi mencadi acuan bagi perilaku.”
warga
akan menjadi hak bagi setiap warga negara. Ada beberapa pengertian terkait
tersebut.19
hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
rasa
aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai
19
Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia,
Kompas, Jakarta, hal. 121.
20
3. Menurut Muktie, A. Fadjar perlindungan hukum adalah penyempitan
arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak
dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
20
Tesis Hukum, “Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli”
(Cited 2017Juli 8), available from : URL : http://tesishukum.com/pengertian-
perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
21
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004) hal. 3.
22
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;
magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal. 14.
21
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat
Dari pemaparan para ahli di atas mengenai asas dan perlindungan hukum
dalam melindungi hak asasi manusia serta hak dan kewajiban yang timbul
karena hubungan hukum antar sesama manusia sebagai subyek hukum dengan
hukum merupakan keharusan yang harus diulas dan dipahami agar pembahasan
23
Ibid, hal. 20.
22
Pasien HIV/AIDS” ini bisa terpaparkan dengan baik dan sangat relevan untuk
adalah tipe penelitian hukum normatif yaitu yang didasarkan pada bahan
digunakan karena penulisan skripsi ini mengkaji sebuah fakta yang terjadi
23
mengacu pada perundang-undangan seperti : Undang-undang Dasar
Kesehatan.
HIV/AIDS.
24
dari peraturan perundang-undangan dalam hal ini adalah perundang-
25
BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN HIV/AIDS
24
W.Friedman, Teori dan Filsafat Umum (Jakarta; Raja Grafindo) hal.2.
25
Jujun S. Suryasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer (Jakarta; Pustaka Sinar
Harapan, 1999) hal. 237
26
sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan
hukum dan perlindungan hukum akan menjadi hak bagi setiap warga
negara.
26
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000). hal. 53.
27
Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia,
Kompas, Jakarta, hal. 121.
28Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004) hal. 3.
27
untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan
suatu pelanggaran.
29
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;
magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal. 14.
30
Ibid, hal. 20.
28
2.1.1. Hak PasienMenurut Undang Undang
bersumber dari hak dasar individual dalam bidang kesehatan, the right of
self determination.31
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung
jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
orang berhak atas kesehatan dan pasal 5 (1) Setiap orang mempunyai
hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.
29
Pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1(4) Undang-Undang Nomor
44 tahun 2009 mengenai Rumah Sakit, pasien adalah adalah setiap orang
Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggupasien
lainnya;
30
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yangtidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetakdan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
sudah dikemukakan yang berasal dari pendapat para ahli di atas, maka
31
Dipandang dari sudut kesehatan, UU No 36 Tahun 2009 pasal 4
pasien, yakni keadilan. Keadilan, yaitu perlakuan yang sama untuk setiap
juga merupakan pasien yang tidak berbeda dari pasien dengan berbagai
oleh tenaga medis. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Rumah sakit tidak
dengan standar, maka pada pasal 32 UU No. 44 Tahun 2009 huruf q dan
Aksara hal:12
32
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
hukum atau dasar hukum yang kuat yang bisa dijadikan perlindungan
Dari berbagai pasal dan ayat dari UU No. 36 tahun 2009 tentang
pasien adalah subyek hukum yang memiliki hak, dan wajib mendapatkan
lain :
AIDS 2010-2014
AIDS
AIDS
33
6. Permendagri RI No.20Tahun2007 tentang Komisi Penanggulangan
AIDS .
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek
kehidupan lainnya.36
4 Tim Pengajar Hukum dan HAM Kelompok A.2009.Hukum dan Hak Asasi
36
Manusia.Manado hal. 17
34
kewajiban antara lain untuk memberi pelayanan kesehatan yang aman,
yang berada di Provinsi Jawa Barat, dimana RSUD Ciamis telah menolak
tahun 2013 juga pernah ada kasus serupa, akan tetapi hal itu tidak
lama. Apabila karena takut tertular, bukan alasan yang kuat, karena
35
rumah sakit sudah mendapat pelatihan cara penanganan pasien
HIV/AIDS37.
RSUD Ciamis diatas, maka rumah sakit bertanggung jawab secara hukum
atas kerugian yang diterima oleh Ibu hamil HIV/AIDS tersebut. Tanggung
jawab hukum itu meliputi tiga aspek yaitu hukum perdata, hukum pidana,
kerugian tersebut.
3737
Nurhandoko, RSUD Ciamis Tolak Persalinan Pasien ODHA, http://www.pikiran-
rakyat.com/jawa-barat/2015/12/04/352456/rsud-ciamis-tolak-persalinan-pasien-odha, diakses pada
Selasa 6 Juni 2017
36
yangmelakukan praktisi atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.
37
BAB III
AKIBAT HUKUM TERHADAP RUMAH SAKIT YANG MENOLAK
PASIEN HIV/AIDS
(1) menyebutkan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan b atin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
pembangunan kesehatan.
Kesehatan Jiwa.
38
Pembahasan dalam bab ini penulis fokus merujuk pada Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab 2 Asas dan Tujuan Pasal
(2) menyebutkan :
Pasal 2
Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan
arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan
sebagai berikut:
(5) asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha
Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.
(6) asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
mental, serta antara material dan sipiritual.
(7) asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang
sehat bagi setiap warga negara.
(8) asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
(9) asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa
pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat
sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.
(10) asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat
dengan pembiayaan yang terjangkau. humonline.com
(11) asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan
tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.
(12) asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan
dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.
39
disebutkan secara jelas, undang-undang ini juga memberikan penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-
norma agama.
pada Bab 2 Pasal (2) di atas, sebagai perlindungan preventive, maka pada Bab 3
Pasal (4) sampai dengan pasal (8) secara jelas dan tegas menyatakan mengenai
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
ukumonline.com
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan
40
jelas memberikan perlindungan hukum terhadap setiap individu di Indonesia
mengenai kesehatan.
salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk melaksanakan amanah UUD 1945
Menimbang (a) bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang
dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya;
Pasal 2
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan
anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah bahwa penyelenggaraan
Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi
dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras.
Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan anti diskriminasi” adalah
bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit tidak boleh membedakan masyarakat baik
secara individu maupun kelompok dari semua lapisan.
41
Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan keselamatan pasien” adalah
bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit tidak hanya memberikan pelayanan
kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat
kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit” adalah bagian dari tanggung
jawab yang melekat pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan
etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
bagian keempat mengenai hak pasien yang disebutkan pada pasal (32), yaitu :
Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
42
di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
hal ini Rumah Sakit untuk tidak mengabaikan pasien, apapun penyakitnya, suku,
hukum bagi pasien dalam bentuk represif, seperti disebutkan pada pasal 32 UU
No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah menjelaskan adanya aspek asas
43
perlindungan hukum bagi setiap individu dan atau pasien terhadap pelayanan
terhadap pasien HIV/AIDS yang diatur dalam pasal 32 mengenai hak pasien,
44
memberikan kewajiban kepada rumah sakit dalam melaksanakan kegiatannya
dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS sudah sangat kuat dan jelas dalam memberikan
Menurut pendapat beberapa ahli yang sudah dikutip dan dibahas pada
Bab 2 Tinjauan Umum di atas, sanksi merupakan salah satu bentuk perlindungan
hukum, dalam hal ini represif khususnya bagi pasien HIV/AIDS agar tidak
pasal 32 huruf (q) dan (r) juga menyebut dengan jelas untuk sanksi bagi Rumah
45
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). Dalam hal perbuatan sebagaimana pada ayat (1)
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
tersebut. Maka Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan yang menolak melayani
pasien, dalam hal ini khususnya HIV/AIDS bisa dikenakan tuntutan perdata.
sudah sangat jelas dan tegas dalam memberikan perlindungan hukum terhadap
46
bisa dikenakan terhadap Rumah Sakit maupun fasilitas kesehatan apabila
47
BAB IV
4.1. Kesimpulan
pasien HIV/AIDS.
48
HIV/AIDS, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4.2. Saran
pasien HIV/AIDS.
49
DAFTAR BACAAN
UNDANG- UNDANG Dasar 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS
Soekidjo Notoatmodjo, Etika & Hukum Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
2010,
Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, bandung, 1996
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2015
B. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2009
50
E.Y.Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Storia
Grafika, Jakarta, 2012
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Legal theory Dan Teori Peradilan
Judicialprudance, Kencana, Makasar, 2007
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/04/352456/rsud-ciamis-tolak-
persalinan-pasien-odha,
http://jurnalkesehatanmasyarakat.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hukum-dan-uu-
hivaids.html diakses 16 Juni 2017
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/28/15420039/Pasien.HIV.Ditolak.D
irawat.di.RS.Sulianti.Saroso, diakses 6 Juni 10:12
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
51