Anda di halaman 1dari 40

375.

615 1
Ind
i

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Jilid III ( untuk kelas III )
Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Jilid III ( untuk kelas III)
Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Penyusun : 1. Didik Sarudji, M.Sc.


2. Syaiful Anwar, S.KM
3. Drs. Imam Suparni, B.Sc.
4. Drs. Sri Marhaendra Datta
Tim Pembahas / Editor :
1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar
2. Drs. Seno Soetopo, Apt.
3. Drs. Moh. Hikmat, Apt.
4. Susanti Sofas, S.Si., Apt.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun
kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah
Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh
Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur
SMF Se Indonesia.
Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik
di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan
umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan
dan kritik dari semua pembaca.

Jakarta, Mei 2002

ii
PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam


bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah
Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah
Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi
seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi
lainnya.
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat III ini disusun kembali untuk
disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan
akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa
Sekolah Menengah Farmasi..
Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi
murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk
guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para
guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan
redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat
mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan buku ini.
Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim
Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat
terbit pada waktunya.

Jakarta, Mei 2004

iii
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I : KOMUNIKASI
A. Pengertian dan Definisi 1
B. Unsur – Unsur dan Proses Komunikasi 1
C. Dasar – Dasar Komunikasi 2
D. Jenis – Jenis Komunikasi 5
E. Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi 5
F. Beberapa Hal yang Pentinf Tentang Umpan Balik 6

BAB II : METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN


KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pengertian 8
B. Macam – Macam Metoda Penyuluhan 8

BAB III : ALAT PERAGA


A. Pendahuluan 16
B. Jenis dan Ukuran 16
C. Cara Perolehan / Cara Pembuatan 18
D. Cara Menggunakan Alat Peraga 18
E. Manfaat Alat Peraga 19

BAB IV : CARA – CARA PENDEKATAN EDUKATIF


KEPADA MASYARAKAT
A. Pendekatan Massa 20
B. Pendekatan Kelompok 20
C. Pendekatan Perorangan 25

BAB V : PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT


A. Pendahuluan 26
B. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 27
C. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 27
D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan 29
E. Strategi Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 31
F. Rencana Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 31
G. Syarat – Syarat Rencana Penyuluhan Yang Baik 32
H. Langkah – Langkah Pencana Penyuluhan 32
57

iv
BAB I
KOMUNIKASI

A. Pengertian dan Definisi

Orang melakukan komunikasi dengan mempergunakan suara, isyarat, tulisan atau


lainnya, yang secara umum disebut lambang (Symbol, Code). Pada keadaan tertentu
dimana komunikasi tidak dapat dilaksanakan secara langsung, diperlukan adanya perantara
atau alat yang disebut sarana / media komunikasi. Tentang Komunikasi terdapat beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :

1. Definisi dari Charles Cooley :


Komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan ada dan berkembangnya hubungan
antar manusia, melalui semua lambang pikiran, bersama dengan sarana untuk
menyebarkan dalam ruang dan menyebarkannya dalam waktu. Ke dalamnya termasuk
ekspresi wajah, sikap dan gerakan atau isyarat, nada suara, kata - kata, tulisan,
barang cetakan, lalu lintas kereta api, telegraph, telepon dan apa saja yang lain,
yang mungkin merupakan penemuan mutakhir dalam rangka menguasai ruang dan
waktu.

2. Definisi dari Harold D. Lasswel :


Komunikasi adalah siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa,
dengan efek apa.

3. Definisi dari Carl I. Hovland :


Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus dalam bentuk suatu lambang bahasa atau gerak untuk mengubah tingkah laku
orang lain (komunikan).
Dari ketiga definisi tersebut di muka dapatlah kita simpulkan definisi dan
komunikasi sebagai berikut :
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui lambang dan
sarana komunikasi, dengan tujuan terjadi -nya kesamaan makna dan timbulnya
efek yang berupa perubahan tingkah laku pada komunikan “.

B. Unsur – unsur dan Proses Komunikasi

Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka proses komunikasi meliputi beberapa


unsur, yaitu :

1. Komunikator ( sumber / pengirim )


Adalah sumber / asal informasi yang dikomunikasikan atau orang yang mengambil
prakarsa dalam berkomunikasi.

2. Pesan ( buah pikiran / idea / message)


Adalah pengertian dari komunikator yang disampaikan dalam bentuk lambang –
lambang, misalnya berupa gerakan, sinar, suara, tulisan, gambar dan lain – lain.

3. Sarana (perantara / media)


Adalah sarana tempat berlalunya lambang – lambang tersebut. Saluran tersebut berupa
indera ; indera pendengaran untuk pesan yang berupa suara, indera penglihatan untuk
1
pesan yang berupa cahaya, indera penciuman untuk pesan yang berupa bau – bauan,
indera peraba untuk pesan yang berupa getaran / rabaan.
Selain saluran berupa alat indera, terdapat pula saluran fisik yang lain, yaitu :
 Buku, surat, disket dan bentuk rekaman lainnya yang bertujuan untuk
menggandakan pesan.
 Televisi, telepon, radio yang bertujuan untuk mendekatkan jarak komunikator
dengan komunikan.
 Loud speaker untuk memperkuat intensitas pesan.

4. Komunikan (penerima pesan)


Disebut juga reseptor, yaitu orang yang menerima berita atau lambang – lambang
pesan.

Adapun urutan - urutan proses terjadinya komunikasi adalah sebagai berikut :

a) Pada Komunikator :
 Merumuskan pesan
 Mengubah pesan menjadi lambang
 Mengirimkan lambang, melalui media

b) Pada komunikan :
 Menerima lambang
 Lambang diterjemahkan kembali menjadi isi pesan ( Decoding )
 Pesan dipahami dan dilaksanakan ( Feedback )

Dalam hal ini komunikator, yang melakukan encoding disebut juga encoder,
sedangkan komunikan yang melaksanakan decoding disebut decoder. Komunikasi disebut
sukses apabila keseluruhan proses diatas berlangsung dengan baik, makna pesan dapat
dipahami dengan benar oleh komunikan, dan feedback yang diberikan sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh komunikator.

Untuk lebih jelasnya, proses komunikasi dapat dlihat pada gambar berikut :

Peru-
Ide musan Pesan Saluran Mene Penaf Ide
-rima -siran

komunikator komunikan
umpan balik

C. Dasar – Dasar Komunikasi

Agar dapat melaksanakan komunikasi dengan baik dan sukses, ada beberapa dasar
yang perlu kita ketahui dan perhatikan, yaitu :

2
1. Intention (niat)
Dasar yang pertama apabila kita akan melaksanakan suatu komunikasi adalah niat atau
rencana. Niat itu meliputi beberapa hal yaitu :
a. Apa yang akan disampaikan :
Sebelum melaksanakan komunikasi kita harus terlebih dahulu merumuskan dengan
jelas apa materi / isi dari pesan yang akan kita sampaikan, sehingga komunikasi yang
kita laksanakan mempunyai arah yang jelas, tidak terombang – ambing kesana –
kemari.

b. Siapa yang menjadi sasaran (Komunikan) :


Sebelum mulai berkomunikasi kita harus mengenal terlebih dahulu siapa saja yang
akan menjadi komunikan kita (latar belakang pendidikan, budaya dan sebagainya)
sehingga komunikasi berjalan efektif.

c. Apa tujuan yang akan dicapai :


Tujuan komunikasi harus dijabarkan dengan jelas, agar nantinya dapat diadakan
evaluasi, apakah komunikasi yang kita laksanakan itu berhasil atau tidak.

d. Bagaimana cara melaksanakannya :


Ini berhubungan dengan metoda dan teknik yang akan dipergunakan dalam proses
komunikasi itu (wawancara, ceramah, diskusi kelompok, atau melalui media massa).
Hal itu disesuaikan dengan jenis sasaran dan tujuan komunikasi yang akan
dilaksanakan. Itu.

e. Kapan akan dilaksanakan :


Maksudnya adalah mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan komunikasi.
Contoh : mengumpulkan ibu – ibu sebaiknya pada sore hari, mengumpulkan bapak –
bapak pada malam hari dan seterusnya.
Dengan “Kapan“ yang dimaksudkan juga mencari kesempatan (timing) yang sebaik –
baiknya untuk menyampaikan informasi. Contoh : informasi mengenai cara – cara
mencegah dan memberantas suatu penyakit menular akan lebih diperhatikan, apabila
diberikan pada saat terjadinya wabah penyakit tersebut.

f. Dimana akan dilaksanakan


Ini menyangkut pemilihan tempat yang paling baikuntuk melaksanakan komunikasi.
Dalam hal ini tempat juga memegang peranan penting dalam menentukan berhasil
atau tidaknya komunikasi yang diselenggarakan.
Contoh : tempat yangsempit / berjejalan, udara yang panas, lingkungan yang ribut,
penerangan yang kurang, sudah tentu akan mengurangi efektifitas dari komunikasi
yang diselenggarakan itu.

2. Attention (minat)
Apa yang kita komunikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik
komunikan, bila tidak demikian, ada kemungkinan besar apa yang kita sampaikan itu
tidak akan diperhatikan. Minat komunikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Keadaan komunikator itu sendiri :
Komunikator sebaiknya adalah yang memiliki otoritas (kedudukan, jabatan, ataupun
keahlian dalam bidangnya). Komunikator yang berpenampilan tidak menarik dan
tidak meyakinkan, akan mengurangi minat komunikan untuk memperhatikan dan
melaksanakan pesan - pesan yang disampaikan.

b) Isi pesan yang disampaikan :

3
Isi pesan yang tidak disukai atau sama sekali tidak menyentuh kebutuhan
komunikan, tidak akan menarik perhatiannya. Demikian juga pesan yang sangat sulit
untuk dipahami.

c) Cara penyampaian :
Cara atau teknik penyampaian yang dibawakan oleh komunikator juga berperan
penting dalam menarik minat dari Komunikan. Teknik yang paling efektif adalah
yang mempergunakan sebanyak mungkin panca indera.

d) Keadaan komunikan :
Disini yang dimaksud adalah disamping latar belakang komunikan (pekerjaannya,
pendidikannya, adat istiadatnya dan sebagainya), juga situasi serta kondisi
komunikan yang bersangkutan sewaktu komunikasi dilaksanakan.
Contoh : orang yang dalam keadaan lelah, sedih atau kecewa, minatnya tentu akan
berbeda dibandingkan dengan orang yang dalam keadaan biasa (normal).

3. Perception (tanggap)
Makna dari informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diserap dan dipahami
dengan benar atau tidak oleh komunikan, tergantung pada tanggapan dari komunikan
yang bersangkutan. Komunikan akan menafsirkan informasi yang diterimanya, sesuai
dengan kemampuan, tingkat pendidikan, pengalaman serta kerangka pemikiran mereka.
Itulah sebabnya mengapa kita harus mempelajari sebaik - baiknya latar belakang
komunikan kita, dan berusaha membantunya sehingga penafsirannya terhadap informasi
yang kita sampaikan sama dengan penafsiran kita.

4. Retention (lekat)
Sebagai komunikator kita sangat berharap agar pesan yang kita sampaikan sangat
melekat, dalam arti diterima dan diingat oleh komunikan, untuk kemudian dipergunakan
sewaktu - waktu diperlukan. Pesan yang tidak mudah dilupakan adalah pesan yang
menarik.
Suatu pesan dapat menjadi tidak menarik dan mudah dilupakan oleh komunikan
disebabkan oleh adanya tiga hal, yaitu :

a) Alasan yang bersifat psikologis


Misalnya komunikan tidak menyukai pesan yang disampaikan atau tidak menyukai
orang yang menyampaikan pesan tersebut.

b) Karena informasi sudah lama tidak digunakan


Adalah wajar apabila suatu pesan yang lama, tidak dipergunakan atau dilaksanakan
akan dilupakan. Peristiwa ini disebut fading. Untuk mencegah terjadinya fading
tersebut maka penentuan waktu kapan suatu informasi diberikan adalah sangat
penting, agar pesan tidak mudah hilang sebelum dipraktekkan. Mencegah
terjadinya fading dapat juga dilaksanakan dengan cara memberikan informasi yang
berulang - ulang, serta dengan mempergunakan saluran komunikasi yang bermacam
- macam.
c) Adanya informasi baru
Peristiwa ini disebut blocking. Hal itu dapat terjadi apabila pada saat yang
bersamaan disampaikan banyak atau bermacam - macam informasi sekaligus. Dalam
hal seperti ini ada kecenderungan bahwa informasi yang diberikan pada bagian
permulaan dan bagian terakhir lebih mudah diingat, daripada yang ada di tengah.
Blocking dapat dicegah dengan jalan membatasi jumlah dan macam pesan yang
disampaikan, penyampaian dalam urutan - urutan yang logis sehingga mudah

4
diterima, serta memberikan kesempatan kepada komunikan untuk mengendapkan
pesan terdahulu sebelum diberikan pesan berikutnya.

5. Participation (libat )
Sebagai hasil akhir komunikasi yang kita laksanakan, kita mengharapkan timbulnya
partisipasi atau keterlibatan dari komunikan yang berupa perubahan perilaku, sesuai
yang kita kehendaki. Dengan melihat apa yang dikerjakan oleh komunikan sesudah
proses komunikasi dilaksanakan, kita dapat mengevaluasi apakah komunikasi kita itu
berhasil atau tidak. Akan tetapi apabila evaluasi itu dilaksanakan hanya pada akhir dari
proses komunikasi saja, seringkali sudah sangat terlambat, sehingga sulit untuk
mengadakan perbaikan- perbaikan jika diperlukan. Itulah sebabnya evaluasi harus terus -
menerus dilaksanakan, sejak proses komunikasi itu dimulai serta selama komunikasi
berlangsung.

D. Jenis – Jenis Komunikasi

Jenis komunikasi dapat dibedakan menurut beberapa sudut pandang, yaitu :

1. Dilihat dari cara penyampaiannya :


a. Komunikasi langsung (misalnya wawancara)
b. Komunikasi tidak langsung (melalui surat, koran, radio)

2. Dilihat dari arahnya :


a. Komunikasi satu arah (radio, TV)
b. Komunikasi dua arah (wawancara, diskusi)

3. Dilihat dari sifatnya :


a. Komunikasi informatif (memberikan informasi, penjelasan)
b. Komunikasi persuasif (berisi ajakan, himbauan)
c. Komunikasi coersif (berisi perintah dengan sanksi)

4. Dilihat dari jumlah sasarannya :


a. Komunikasi perorangan (wawancara)
b. Komunikasi kelompok (ceramah)
c. Komunikasi massal (koran)

5. Dilihat dari polanya :


a. Komunikasi pola lingkaran (komunikasi dalam suatu organisasi)
b. Komunikasi pola garis lurus (perintah yang bersifat rahasia)
c. Komunikasi pola menyebar (ceramah)
d. Komunikasi pola berantai (desas - desus)

E. Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi

Dalam proses komunikasi terdapat hambatan - hambatan yang menyebabkan


komunikasi menjadi tidak efektif. Hambatan - hambatan itu adalah sebagai berikut :

1. Hambatan yang bersifat obyektif :


a. Gangguan yang terjadi pada sistem peralatan, misalnya pengeras suara yang tidak
bekerja dengan baik, gangguan cuaca pada siaran radio, dan sebagainya.

5
b. Situasi dan kondisi yang tidak mendukung, misalnya ruangan yang terlalu sempit
dan panas, lingkungan yang bising dan sebagainya.

2. Hambatan yang bersifat subyektif :


Ini dapat berasal dari komunikator, dapat juga berasal dari komunikan .
Yang berasal dari komunikator adalah :
a. Tidak mempergunakan lambang kata atau bahasa yang tepat, misalnya
mempergunakan bahasa atau istilah - istilah yang kurang dipahami komunikan.
b. Lambang telah mengalami banyak perubahan karena melalui banyak “tangan“. Ini
dapat terjadi pada komunikasi berantai.
c. Teknik penyampaian tidak benar ataupun tidak menarik. Misalnya urutan - urutan
materinya tidak logis dan membawakannya monoton, atau sebagainya.
d. Penampilan dari komunikator yang tidak mendukung. Ini khusus untuk komunikasi
langsung atau tatap muka.

Yang berasal dari komunikan :


a. Latar belakang komunikan yang tidak mendukung. Misalnya karena pendidikan
ataupun pengalamannya yang kurang memadai.
b. Kurang atau tidak adanya motivasi. Misalnya karena masalah yang dibicarakan
tidak menyentuh kepentingan komunikan.
c. Adanya prasangka negatif terhadap komunikator. Misalnya karena adanya
kecurigaan, strerotip dan sebagainya.
d. Adanya “jarak“ antara komunikan dan komunikator. Misalnya karena keduanya
berasal dari strata sosial - budaya yang sangat jauh perbedaannya.

F. Beberapa Hal Yang Penting Tentang umpan Balik


(Feed Back)

Tujuan dari setiap komunikasi adalah terjadinya umpan balik (feed back) sesuai
yang diharapkan. Khusus dalam penyuluhan kesehatan umpan balik yang diharapkan itu
berupa perubahan tingkah laku komunikan, dari yang bertentangan menjadi yang sesuai
dengan prinsip - prinsip kesehatan.
Berhubungan dengan hal diatas, maka perlu sekali bagi seorang penyuluh kesehatan
memahami dengan baik umpan balik sasarannya, dengan tujuan agar sewaktu memberikan
penyuluhan dapat merasakan komunikasinya berhasil atau tidak.
Ditinjau dari sifatnya ada beberapa macam umpan balik, yaitu :
1. Umpan balik verbal ( Verbal Feed Back )
Yaitu umpan balik yang diungkapkan dengan kata - kata, sehingga secara langsung
komunikator dapat mendengar dan menilai apakah komunikasinya berhasil atau
gagal.

2. Umpan balik nirverbal ( Non Verbal Feed Back )


Umpan balik nirverbal adalah umpan balik yang disampaikan tidak dalam bentuk kata
– kata, akan tetapi dalam lambang lain, misalnya tepuk tangan tanda setuju, seruan “
Huuuuu ….. “ tanda mengejek, dsb. Dengan lambang - lambang tersebut komunikator
dapat merasakan komunikasinya sukses atau tidak.
3. Umpan balik nol ( ZeroFeed Back )
Umpan balik nol adalah umpan balik yang disampaikan oleh komunikan, akan tetapi
maksudnya tidak dimengerti oleh komunikator. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
komunikator dalam komunikasinya menggunakan kata - kata atau bahasa yang tidak
tepat, sehingga menimbulkan salah tafsir dipihak komunikan.

6
4. Umpan balik netral (Natural Feed Back)
Umpan balik netral adalah tanggapan yang disampaikan oleh komunikan dimengerti
oleh komunikator, akan tetapi yang diungkapkan oleh komunikan tersebut tidak
relevan dengan topik pembicaraan.
Hal ini belum tentu disebabkan oleh komunikator yang kurang mampu berkomunikasi,
besar kemungkinan dikarenakan komunikan yang kurang pengetahuannya mengenai
topik yang sedang dibicarakan.

Bagi seorang Penyuluh Kesehatan memahami sifat - sifat dari umpan balik tersebut
sangat penting, karena dapat dijadikan tolak ukur apakah komunikasi yang
dilaksanakannya berhasil atau tidak. Jika berhasil maka gaya komunikasi yang gagal harus
dilakukan perubahan, mungkin terhadap gayanya, metodenya, alat peraganya, tempatnya,
waktunya dsb.

7
BAB II
METODA DAN TEKNIK
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pengertian

Dalam proses penyampaian materi pendidikan atau proses belajar mengajar, metoda yang
dipergunakan berperan penting terhadap berhasil atau tidaknya proses yang dilaksanakan. Mengenai
istilah metode penyuluhan dan teknik penyuluhan seringkali orang mempersamakan, sehingga tak
jelas perbedaannya.
Menurut Prof. Dr. Sutrisno Hadi, metode adalah cara yang utama untuk mencapai suatu
tujuan dengan mempergunakan teknik serta alat - alat tertentu. Robert. L. Wendel, menyatakan
bahwa metode adalah kerangka kerja dan dasar pemikiran yang mendasari digunakannya tehnik -
tehnik khusus dalam menyelenggarakan belajar - mengajar.

Berdasarkan batasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

 Metode komunikasi adalah suatu cara utama yang digunakan dalam kegiatan komunikasi,
misalnya ceramah, diskusi, pameran, dll.
 Teknik komunikasi dapat diartikan sebagai cara khusus dalam menerapkan suatu metode yang
digunakan, misalnya cara menyelenggarakan ceramah, diskusi, pameran, dll.

B. Macam Metode Penyuluhan

Ditinjau dari segi jumlah sasaran yang ditangani, dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :

1) Metode penyuluhan masa (mass teaching method), yaitu metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada masa, misalnya siaran radio, televisi, surat kabar, majalah
selebaran, dsb.
2) Metode penyuluhan kelompok (group teaching method) yaitu metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dengan sasaran kelompok, misalnya ceramah, diskusi, brain storming
(sumbang saran), round robin (sumbang saran tunjuk), dsb.
3) Metode penyuluhan individual (individual teaching method) yaitu metode yang digunakan
untuk menyampaikan pesan secara individual. Misalnya interview, konsultasi, dsb.

Jangkauan yang dapat dicapai dari masing - masing kelompok metode :


Berdasarkan asumsi bahwa proses perubahan perilaku atau adopsi dari suatu ide baru yang
mengikuti tahapan - tahapan AIETA (awareness, interest, evalution, trial dan adoption), maka
masing - masing metode menurut jumlah individu sasaran tersebut memiliki efektifitas yang
berbeda.

 mass teaching method mencapai tahap awareness, tetapi apabila komunikasi dilakukan berulang
- ulang bisa sampai pada tahap interest ( AI ).
 group teaching method dapat mencapai awareness, interest dan trial dan adoption ( AIETA )
 Individual method sampai tahap awareness, interest, evaluation, trial dan adoption ( AIETA )

8
Ditinjau dari arah penyampaian ide
Ditinjau dari arah penyampaian ide atau pesan, metode komunikasi dibagi dalam dua jenis,
yaitu :
a) Metoda Didaktik (One Way Methode)
b) Metoda Sokratik (Two Way Methode

a) Metoda Didaktik ( One Way Method )


Pada metoda ini komunikasi yang terjadi bersifat satu arah, maksudnya hanya pendidik saja
yang aktif, sedangkan sasarannya / warga belajar tidak. Yang termasuk ke dalam metoda ini
adalah :
1. Ceramah, adalah teknik penyajian materi pendidikan secara lisan, disampaikan oleh seorang
komunikator (penceramah) kepada sekelompok sasaran / warga belajar.

Kelebihan : persiapannya relatif mudah, lebih mudah menguasai medan (sasaran), memerlukan
waktu yang relatif singkat, mudah diarahkan, sasaran relatif banyak (kelompok),
memungkinkan penyajian materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat

Kelemahan : suasana yang monoton/membosankan, peserta relatif lebih pasif, komunikasi satu
arah, cenderung bersifat informatif saja.

Teknik penerapan
 Persiapan : rumuskan tujuan dengan jelas, penyusunan materi bahas
 Pelaksanaan : dalam penyampaian materi diperhatikan hal - hal sebagai berikut :
Pendahuluan : tujuan & lingkup bahasan
Penyajian : penguasaan materi, kejelasan, sistematika, bahasa & humor
Penutup : tanya jawab bila memungkinkan, kesimpulan pembahasan

2. Siaran melalui mass media, seperti radio, televisi, pemutaran slide, film, penyebaran pamflet,
booklet, pemasangan spanduk, baliho dan sebagainya.
Siaran televisi adalah metode komunikasi searah dengan sasaran masa melalui media elektronik
televisi (stasiun pemancar dan televisi penerima).

Kelebihan : menjangkau sasaran yang luas / banyak, suasana lebih hidup dan lebih menarik,
mengatasi jarak dan tempat.

Kelemahan : biaya mahal, komunikasi searah, perlu keahlian khusus.

Teknik penerapan :
 Persiapan : tentukan tujuan dengan jelas, siapkan konsep (materi bahas), susun skenario,
pelaksanaan shooting.
 Pelaksanaan : siarkan melalui pemancar / stasiun tertentu, monitor bila ada tanggapan

b) Metoda Sokratik ( Two Way Methode )


Pada metoda ini komunikasi terjadi secara dua arah, yang aktif bukan hanya pendidik saja,
melainkan sasaran / warga belajar juga berperan serta. Yang termasuk metoda ini adalah :

1. Wawancara (Interview)

9
Wawancara atau interview adalah komunikasi perorangan (face to face) yang dilaksanakan
secara dua arah oleh seorang komunikator (pewawancara = interviewer) dengan satu atau dua
orang komunikan (interviewee).

Ciri – cirinya adalah :


 Insiatif dan aktivitas ada pada pihak interviewer (pewawancara)
 Metoda dua arah, suasana informal
 Bertujuan untuk menyampaikan ataupun mengoreksi informasi
 Tidak dihasilkan rumusan hasil wawancara.

Dalam melaksanakan interview ada beberapa sikap yang harus diperhatikan oleh interviewer,
yaitu :
- Seorang interviewer harus bersikap sopan dan menghormati interviewee.
- Harus terbuka, jujur dan dapat dipercaya.
- Dapat mengandalkan diri dan menunjukkan pengertian terhadap jawaban – jawaban dari
interviewee.
- Mudah menyesuaikan diri dan bersikap mendidik.

Kelebihan : dapat menjangkau semua tahap AIETA (awareness, interest, evaluation, trial,
adoption), pemecahan masalah sampai tuntas, mengatasi masalah yang bersifat pribadi atau
rahasia

Kelemahan : sasarannya relatif kecil (perorangan), perlu waktu dan tenaga yang relatif banyak,
perlu keahlian khusus (dalam human relationship)

Teknik penerapan :
 Persiapan : menentukan tujuan wawancara, menentukan isi pesan materi wawancara,
menentukan tempat dan waktu.
 Pelaksanaan wawancara : tumbuhkan suasana yang baik (informal, kekeluargaan, tidak kaku
tetapi terarah) ; mulai wawancara dengan menggunakan bahasa sederhana (sesuai dengan
sasaran ), mulailah dengan persoalan yang mereka (sasaran) perhatikan, beri kesempatan
bicara seluas - luasnya, jadilah pendengar yang baik dan sopan santun.

2. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counselling)


Bimbingan dan penyuluhan disebut juga wawancara terapi. Pada konseling terdapat dua pihak
yaitu konselor (orang yang dianggap profesional dibidang konseling) dan konseli / klien (orang
yang membutuhkan pelayanan konseling).
Tujuan konseling adalah untuk membantu konseli mengambil keputusan yang terbaik bagi
dirinya sesuai dengan keadaan konseli itu sendiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan konseling adalah :


a) Tata ruang tempat konseling harus diperhatikan; ruangannya harus nyaman, tidak gaduh dan
aman, sehingga konseli dapat mengungkapkan permasalahannya tanpa khawatir rahasianya
didengar atau diketahui oleh pihak lain
b) Ciptakan keakraban dan hubungan baik dengan konseli.
c) Biarkan dia bicara dengan bebas, jangan dibantah ataupun dikritik.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian dan ingatkan jika ada sesuatu yang dia lupakan ataupun
ingin dia bicarakan tetapi tidak dapat mengatakannya.
e) Bicarakan atau bertanya hanya pada waktu yang tepat.

10
f) Bantulah dia untuk dapat memahami kebutuhan emosinya.
g) Bimbinglah agar dia dapat menentukan rencana pemecahan masalah yang dialaminya
tersebut.

3. Curahsaran (Brainstorming)
Curahsaran (brain storming) atau sumbang saran tunjuk (round robin) adalah suatu teknik dalam
komunikasi kelompok yang bertujuan untuk memperoleh gagasan sebanyak – banyaknya dari
para peserta dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
Ciri – cirinya :
 Kelompok terdiri dari 5 – 15 orang, suasana informal.
 Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dan kedudukan
mereka tidak jauh berbeda.
 Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face.
 Para peserta mengemukakan pendapatnya.
 Antara para peserta tidak boleh saling menyanggah.
 Ada ketua kelompok yang mengatur pembicaraan, memancing pendapat peserta dan
menyimpulkan hasil pembicaraan.
 Dibuat rumusan hasil pembicaraan yang dibacakan di depan sidang akhir pembicaraan.

Kelebihan : diperoleh saran pemikiran yang banyak dalam waktu yang singkat untuk satu
pemecahan masalah, pemikiran berdasarkan latar belakang keahlian yang berbeda, saling
menghargai pendapat setiap pemberi saran (tidak ada sangahan)

Kelemahan : pemikiran belum bersifat komprehensif karena ditinjau dari sisi / latar belakang
peserta yang berbeda, tidak ada sanggahan, tidak ada komunikasi antar anggota kelompok
kecuali mereka yang seprofesi yang membentuk sub kelompok.

Teknik penerapan :
 Persiapan : tentukan tujuan yang akan dicapai, tentukan gambaran latar belakang profesi /
keahlian / pengalaman peserta.
 Pelaksanaan : siarkan materi yang telah direkam, dicek serta disempurnakan, dimonitor
apabila ada tanggapan dari pendengar.

4. Diskusi Kelompok (Group Discussion)


Adalah suatu komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencari pemecahan suatu masalah
dengan menghimpun pendapat para peserta.

Ciri – cirinya :
 Kelompok terdiri dari 5 – 20 orang, suasana informal
 Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas, dan kedudukan
mereka tidak jauh berbeda
 Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face.
 Aktivitas harus terbagi rata diantara para peserta.
 Ada ketua kelompok yang mengatur lalu lintas pembicaraan, penulis yang mencatat hasil
diskusi dan perumus yang menyusun rumusan akhir hasil diskusi.
 Rumusan hasil diskusi dibacakan oleh ketua kelompok pada akhir sidang.

Kelebihan : mengembangkan inisiatif dan kreatifitas, membina kerjasama dan saling


menghargai, motivasi untuk belajar lebih banyak, melatih emosional.

11
Kelemahan : kadang - kadang sulit dikendalikan, waktu yang diperlukan cukup panjang,
memerlukan persiapan yang mantap, pengarah harus menguasai materi.

5. Permainan Simulasi
Adalah sejenis diskusi kelompok dengan 8 – 15 pemain dan sejumlah penonton . Pemainnya
terdiri dari :
- satu orang pemimpin diskusi yang disebut fasilitator
- satu orang penulis yang bertugas mencacat hasil diskusi dan lain – lainnya.
- 1 – 3 orang pemegang peran : sebagai juru penerang (Jupen), penyuluh pertanian, bidan,
dokter dan sebagainya, sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas.
- 5 – 10 orang anggota yang berdiskusi setelah menjawab / menanggapi masalah – masalah
yang ditulis dalam beberan.

Kelebihan : peserta terlibat secara aktif, informasi - informasi yang penting perlu penekanan
telah disiapkan dalam bentuk pertanyaan, membuka kesempatan untuk setiap peserta
berargumentasi.

Kelemahan : diperlukan persiapan yang matang, perangkat dan rancangan pertanyaan -


pertanyaan yang menarik.

Teknik penerapan :
 Persiapan : rumuskan tujuan simulasi secara jelas, siapkan materi yang dibutuhkan (beberan,
dadu, perangkat jawaban pertanyaan), siapkan peserta serta peranan masing - masing.
 Pelaksanaan : undilah untuk mendapatkan suatu pertanyaan, peserta secara berurutan
memberi tanggapan / jawaban terhadap pertanyaan yang sesuai dengan nomor undian,
memberi kesempatan kepada peserta lain termasuk penonton untuk memberi tanggapan
(dilakukan oleh fasilitator)

6. Pameran
Pameran adalah penyajian suatu koleksi berupa benda asli, gambar, foto, bacaan, tulisan, skema,
diagram, atau bahan - bahan informasi yang lainnya yang disajikan dengan cara tertentu
sehingga menarik minat sasaran untuk membantu belajar mereka.

Kelebihan : menarik perhatian / minat pengunjung untuk mengetahui lebih banyak, dapat
menangkap informasi yang banyak.

Kelemahan : biaya mahal, perlu tenaga dan waktu yang banyak untuk persiapan, perlu
koordinasi yang baik.

Teknik penerapan :
 Persiapan : tentukan tema dan tujuan pameran secara jelas sesuai dengan sasarannya,
siapkan sarana yang dibutuhkan, siapkan tempat yang strategis dan tenaga yang cukup.
 Pelaksanaan : upaya menarik perhatian dengan suara, warna, gerakan atau hentakan,
serasikan pengaturan tata ruang, siapkan selebaran, leaflet, brooklet, dsb, evaluasi, tenaga
penjaga & alat peraga yang menarik.

12
7. Demonstrasi
Demonstrasi atau peragaan adalah suatu metode penyajian materi pendidikan yang dilaksanakan
dengan jalan memperlihatkan bagaimana suatu alat atau bagaimana suatu proses dan prosedur
suatu kegiatan dilaksanakan.

Kelebihan : menarik minat karena pasti menggunakan alat peraga, dapat memberi keyakinan
kepercayaan terhadap ide yang dilontarkan, mendorong untuk belajar dan menggunakan
prosedur tertentu.

Kelemahan : perlu persiapan matang, biayanya relatif besar, perlu tenaga dan waktu yang lebih
banyak

Teknik penerapan :
 Persiapan : menyusun tujuan yang jelas sesuai dengan waktu yang ada dan sasarannya,
menyusun urutan kegiatan, menentukan / menyiapkan AVA yang digunakan.
 Pelaksanaan : tunjukkan proses kegiatan berjalan sesuai dengan prosedur, beri kesempatan
pada satu atau dua peserta / sasaran untuk mempraktekkannya (mengulangi).
 Penilaian : pertanyaan langsung atau dengan kuisioner mengenai materinya, penguasaan
metode/ prosedur, suasana/ lingkungan.

8. Widya Wisata (Study Tour, Field Trip)


Adalah cara belajar dengan mengunjungi / melihat langsung obyek belajar di lapangan / diluar
kelas. Disebut juga karya wisata atau kunjungan lapangan.

9. Studi Kasus (Case Study)


Adalah cara belajar dengan membahas dan mencari pemecahan suatu kasus (peristiwa) secara
berkelompok, kemudian hasilnya disajukan / dipresentasikan dalam suatu pertemuan.
Studi kasus dapat memberikan pengertian yang mendalam kepada peserta, akan tetapi hanya
dapat dilakukan oleh orang – orang yang sudah mempunyai dasar pengetahuan tentang kasus
yang bersangkutan.

10. Praktek Kerja Lapangan (Field Training)


Adalah cara belajar dengan jalan berpartisipasi langsung dalam proses pekerjaan yang
sesungguhnya. Disini warga belajar diberi kesempatan untuk mempraktekkan ilmu – ilmu dan
teori yang diterima di kelas, dibawah bimbingan petugas yang sudah profesional.

11. Forum
Merupakan salah satu bentuk komunikasi kelompok, dimana seorang pakar suatu cabang ilmu
pengetahuan membahas suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum di depan sejumlah
peserta / audience, yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.
Ciri – cirinya :
 Hanya ada seorang pembicara, mengemukakan bahasan di depan audience.
 Pembahasan terpusat pada pembicara tersebut (tidak didiskusikan).
 Dilanjutkan dengan tanya jawab dengan audience.
 Adanya moderator yang mengatur jalannya dialog.
 Tidak dirumuskan hasil pembahasan.

13
12. Simposium
Merupakan diskusi kelompok, dimana beberapa pakar cabang ilmu pengetahuan yang berbeda
mendiskusikan suatu pokok bahasan di depan audience.
Ciri – cirinya :
 Pembicara (disebut panelis) terdiri dari 3 – 7 pakar.
 Diskusi dilaksanakan di depan sejumlah hadirin yang disebut floor.
 Pembahasan terpusat pada masalah yang menjadi pokok pembicaraan.
 Kadang – kadang juga dilanjutkan dengan tanya jawab dengan floor.
 Ada moderator yang duduk ditengah panelis yang mengatur pembicaraan pada panelis dan
floor (jika diadakan tanya jawab).
 Tidak dibuat rumusan hasil diskusi atau keputusan sidang.

13. Seminar
Merupakan diskusi kelompok dalam bentuk jumpa ilmiah yang berusaha memecahkan suatu
masalah sosial, diselenggarakan dengan sejumlah cendikiawan (biasanya 10 – 30 orang).
Ciri – cirinya :
 Beberapa pakar menyajikan makalah sesuai keahlian masing – masing, didepan peserta.
 Kemudian peserta dibagi atas kelompok – kelompok dan mengadakan diskusi kelompok.
 Hasil kelompok disajikan dalam sidang pleno untuk dibahas.
 Sidang kelompok dipimpin oleh pimpinan sidang kelompok, dan sidang pleno dipimpin oleh
pimpinan sidang pleno.
 Sumber informasi : perpustakaan.
 Harus menghasilkan rumusan hasil seminar.
 Disini para peserta diundang untuk diminta partisipasi pemikirannya, buakn hadir untuk
menimba pengetahuan.

14. Lokakarya (Work Shop)


Adalah komunikasi kelompok dimana beberapa pakar dari cabang ilmu pengetahuan yang
bereda – beda mengemukakan bahasan/ makalah didepan peserta untuk kemudian didiskusikan
dalam rangka memecahkan suatu masalah.
Ciri – cirinya :
 Beberapa pakar menyajikan makalah sesuai keahliannya didepan peserta (biasanya terdiri
dari 10 – 30 orang).
 Kemudian peserta dibagi atas kelompok – kelompok dan mengadakan diskusi kelompok.
 Hasil sidang kelompok disajikan dalam sidang pleno untuk dibahas.
 Sidang kelompok dipimpin oleh pimpinan kelompok dan sidang pleno dipimpin oleh
pimpinan sidang pleno.
 Sumber informasi adalah nara sumber.
 Lokakarya menghasilkanb rumusan hasil lokakarya.
 Berbeda dengan seminar, pada lokakarya para peserta hadir untuk menimba ilmu.

15. Permainan Peran (Role Playing)


Permainan peran ( role playing ) adalah semacam sandiwara yang dimainkan oleh 2 - 3 orang
pemeran (role), yang biasanya dipilih diantara peserta sendiri atau dimainkan oleh kelompok
teater yang profesional, bertujuan untuk menyajikan suatu permasalahan yang akan dibahas
selanjutnya.

Kelebihan : dapat untuk melatih peserta (sasaran) dalam sikap atau keterampilan tertentu,
peserta aktif, pendorong peserta untuk menguasai suatu pengetahuan lebih baik.

14
Kelemahan : memerlukan waktu yang lama, perlu persiapan yang matang, sangat tergantung
peserta (pemain).

Teknik penerapan :
Persiapan : tentukan tujuan dan pokok permasalahan utama yang digunakan untuk tema
permainan peran, siapkan pemain - pemainnya dan peranan masing - masing
Pelaksanaan : laksanakan permainan sandiwara, mintalah umpan balik kepada peserta yang lain.

16. Sosiodrama
Adalah permainan peran denagn alur cerita yang lengkap, menggambarkan keadaan – keadaan
atau kejadian – kejadian yang sesungguhnya dalam masyarakat. Contohnya ludruk dan
sandiwara.
Dalam pertunjukan sosiodrama dapat diselipkan dialog – dialog yang berisi pesan – pesan
pendidikan, yang tidak jarang dapat lebih menarik dan mudah diterima oleh penonton /
masyarakat, dibandingkan dengan sarana – sarana pendidikan yang lain.

17. Wayang
Wayang ada bermacam – macam, misalnya wayang kulit (Jateng, jatim, Bali), wayang gedhog
(Jateng, Jatim), wayang golek (Jabar) dan wayang potayhi (Cina).
Wayang berarti bayangan atau gambaran . Cerita wayang sarat dengan bermacam – macam
pendidikan, misalnya sopan santun, etika, sosiologi, ketatanergaraan, patriotisme sampai pada
filsafat.
Disamping itu melalui dalangnya kita dapat menitipkan pesan – pesan pendidikan untuk
penonton / masyarakat, melalui dialog dari tokoh – tokoh tertentu dari wayang tersebut.
Wayang, ludruk, ketoprak dan pertunjukan lainnya merupakan media tradisional yang sering
kali sangat efektif untuk menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat luas.

15
B A B III
ALAT PERAGA

A. Pendahuluan

Dalam proses komunikasi telah disebutkan faktor - faktor yang berperan dalam
terselenggaranya suatu komunikasi, yaitu komunikator, komunikan, saluran dan pesan.
Namun demikian komunikasi yang efektif juga memerlukan sarana lain untuk memperjelas
pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga mudah pemahamannya.
Dengan memudahkan pemahaman ini komunikan menjadi lebih mudah menafsirkan
pesan yang diterima sehingga akan diperoleh sekecil mungkin terjadinya salah tafsir.
Untuk memperjelas pesan sehingga memudahkan komunikan menerima pesan dengan
benar dan untuk menghemat waktu yang digunakan untuk uraian - uraian penjelasan
mengenai informasi yang disampaikan seringkali lebih efektif menggunakan alat - alat
tertentu. Alat - alat tersebut biasa disebut alat bantu pendidikan atau alat peraga.
Pada dasarnya alat peraga ini adalah membantu memperjelas pesan dengan prinsip
bahwa makin banyak indera yang digunakan makin jelas pesan yang disampaikan. Dengan
perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin
kepada suatu obyek sehingga mempermudah persepsi. Alat peraga ini juga membantu
komunikan dalam proses pendidikan untuk memperoleh pengalaman/ pengetahuan lebih
banyak.
Yang dimaksud alat peraga atau alat bantu pendidikan adalah alat - alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan, dengan tujuan untuk
mempermudah penerimaan / pemahaman peserta didik

B. Jenis dan Ukuran

Setiap alat peraga memiliki intensitas yang berbeda dalam membentuk persepsi
seseorang. Hal ini tergantung pada berapa banyak indera peserta didik terlibat dalam
pemanfaatan alat peraga tersebut. Ukurannya pun berbeda - beda.
Alat peraga juga bisa benda aslinya. Tetapi dapat juga tiruan atau hasil imajinasi
sesuatu yang sulit untuk ditangkap oleh indera. Benda tiruan tersebut bisa sama ukurannya
dengan benda aslinya, lebih kecil atau lebih besar. Alat peraga semacam ini biasa disebut
juga dengan model.
Kerangka manusia diperagakan dengan membuat tulang tiruan seukuran kerangka
manusia dari bahan plastik. Bumi diperagakan dengan sebuah globe. Ikatan molekul -
molekul kimia diperagakan dalam sebuah ikatan atom - atom yang terdiri atas benda
berbentuk bulat dengan warna - warni yang berbeda dsb.
Menurut hasil penelitian para ahli, orang umumnya menerima stimulus / rangsangan
melalui panca indera dengan intensitas yang berbeda. Intensitas indera perasa menerima
1%, berikutnya 1% melalui indera peraba, 3% melalui indera penciuman, 11% melalui
indera pendengar dan 83% melalui indera penglihatan.
Berdasarkan intensitasnya, Edgar Dale membagi alat peraga menjadi 11 jenis, yang
digambarkannya dengan sebuah kerucut yang dipotong - potong secara horizontal. Pada
bagian puncak kerucut diletakkan stimulus berupa kata - kata, sedangkan dibawahnya
diletakkan stimulus tulisan, yang berarti bahwa lambang kata - kata atau pembicaraan
mempunyai intensitas satu tingkat lebih rendah dibanding yang berupa lambang tulisan
yang berada dilapisan bawahnya dan seterusnya. Lapisan yang paling bawah (dasar) adalah
berarti benda asli, dan yang paling puncak adalah kata - kata.

16
Ini artinya bahwa dalam proses pendidikan, alat peraga berupa benda aslinya
mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam membantu mempersepsikan materi
pendidikan. Sedangkan penyampaian berupa kata - kata atau omongan saja sangat rendah
intensitasnya.
1. kata – kata
2. tulisan
3. rekaman, radio
4. film
5. televisi
6. pameran
7. field trip / kunj.lapangan
8. demonstrasi
9. sandiwara
10. benda tiruan
11. benda asli

Gambar : Kerucut Intensitas Penerimaan Stimulus

Alat peraga dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan menurut jumlah indera yang
terlibat, yaitu :

1. Alat peraga auditif (audio aids)


Yaitu alat peraga yang dapat menyampaikan atau meneruskan pesan yang diterima oleh
indera pendengar, misalnya pengeras suara, radio, piringan hitam, tape recorder.

2. Alat peraga visual ( visual aids )


Yaitu alat peraga yang menyampaikan atau meneruskan pesan yang diterima melalui
indera penglihat. Alat peraga jenis ini dapat dibedakan atas :

a) Alat peraga yang tidak di proyeksikan


 yang terdiri atas dua dimensi : gambar, peta, denah, skema, tulisan.
 yang terdiri atas tiga dimensi : model, boneka, benda asli.
b) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film strip, over head projector.

3. Alat peraga audio - visual ( audio visual aids = AVA )


Yaitu alat peraga yang dapat diterima sekaligus dengan indera pendengar dan
penglihat, seperti : televisi, film berbicara, demonstrasi.

17
Beberapa contoh alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
adalah :

- pengeras suara - spanduk


- radio - baliho / billboard
- tape recorder - papan tulis dan kapur
- poster - flip chard
- pamflet / leaflet - flash chard
- booklet / brosur - flanel graph
- buku cerita bergambar - over head projector
- koran / majalah - slide
- diagram / grafik - film strip
- gambar - film cerita
- foto - televisi
- video cassete recorder - case study
- wayang - filed trip / study tour
- diorama - demonstrasi
- sosiodrama - model
- permainan simulasi - benda aseli

C. Cara Perolehan / Cara Pembuatan

Alat peraga dapat diperoleh dengan membuat sendiri dari bahan - bahan yang
didapat disekitar kita, atau dari bahan - bahan yang tersedia di berbagai toko, atau dengan
membeli yang sudah jadi yang memang telah diproduksi secara profesional. Tidak semua
alat peraga yang canggih dan rumit serta mahal harganya selalu tepat untuk menyampaikan
informasi secara efektif.
Alat peraga yang sederhanapun seringkali memiliki efektifitas yang cukup baik
dalam memperjelas pesan atau informasi. Seorang komunikator yang terampil dalam
membuat sket atau gambar, cukup dengan kapur dan papan tulis telah mampu memberikan
ilustrasi yang menarik tentang materi yang diberikan. Oleh karena itu seringkali seorang
penyampai pesan membawa ahli atau seniman yang terampil membuat sketsa atau gambar
cerita ke lapangan untuk membantu membuat cerita gambar yang disesuaikan dengan
suasana kehidupan masyarakat sasaran.
Alat peraga sederhana dibuat dengan bahan - bahan yang murah dan mudah
diperoleh dari daerah setempat. Umumnya dibuat gambar atau ditulis dengan bahasa
sederhana tetapi mudah dimengerti, erat dengan suasana yang mencerminkan kehidupan,
kebiasaan dan kepercayaan atau adat - istiadat setempat.
Alat peraga yang canggih (complicated) memerlukan keterampilan khusus dalam
mempergunakannya dan diperlukan pula fasilitas - fasilitas pendukung lainnya seperti
tersedianya aliran listrik.

D. Cara Menggunakan Alat Peraga

Cara menggunakaan alat peraga sangat tergantung pada jenis alatnya. Menggunakan
gambar sudah barang tentu berbeda dengan menggunakan film strip, dsb. Di samping itu
juga dipertimbangkan faktor sasaran yang dihadapi.
Untuk masyarakat yang banyak buta huruf akan lebih baik menggunakan alat peraga
seperti film atau sosiodrama. Tetapi yang terpenting dalam penggunaan alat peraga harus
menarik sehingga menarik minat sasaran. Peranan penyuluh atau komunikator sangat besar
untuk memacu sasaran agar lebih tertarik.

18
Pada waktu menggunakan alat peraga, hendaknya diperhatikan hal - hal sebagai
berikut :

1. Senyum anda adalah sangat penting dalam rangka menarik simpati warga belajar.
2. Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan atau diperagakan itu adalah
penting
3. Pandangan mata hendaknya tertuju ke seluruh pendengar, agar mereka tidak
kehilangan kontrol dari pendidik.
4. Suara hendaknya ditukar - tukar agar pendengar tidak bosan atau mengantuk
5. Ikut sertakan peserta, beri kesempatan untuk memegang atau mencoba alat - alat
tersebut
6. Sesekali berilah humor guna menghidupkan suasana

E. Manfaat Alat Peraga

Manfaat alat peraga secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menghindarkan uraian yang terlalu pajang


Informasi yang perlu dijelaskan dengan membutuhkan waktu yang lebih banyak dapat
dihindari, karena dengan alat peraga tersebut informasi menjadi mudah dimengerti
tanpa penjelasan lagi. Hal ini akan mempermudah penyampaian informasi oleh
komunikator.

2. Menimbulkan daya tarik sasaran


Makin banyak indera yang terlibat, makin banyak unsur emosional yang disentuh
sehingga makin menarik, yang akhirnya akan meningkatkan minat untuk lebih
memperhatikan.

3. Membantu sasaran untuk dapat memahami dengan lebih cepat dan lebih baik
Hal ini akan membantu dalam menegakkan pengertian yang diperoleh. Tafsirannya
menjadi lebih tepat sesuai dengan maksud yang disampaikan komunikator.

4. Membantu sasaran untuk mampu mengingat lebih lama


Pesan - pesan yang disampaikan dengan menimbulkan kesan yang dalam akan lebih
lama diingat atau tidak mudah dilupakan.

5. Beberapa jenis alat peraga mampu menjangkau sasaran yang lebih banyak dan luas
Alat peraga seperti pengeras suara, film slide dan juga film bersuara, dan sejenisnya
bisa menyajikan informasi yang diterima oleh orang banyak atau massa.

19
BAB IV
CARA – CARA PENDEKATAN EDUKATIF
KEPADA MASYARAKAT

Tujuan pendekatan edukatif adalah termotivasinya massa, kelompok maupun


individu melalui proses pendidikan.

A. Pendekatan Massa

Sekumpulan orang dengan jumlah yang tidak bisa dihitung secara pasti disebut
massa. Pendekatan edukatif melalui massa memang tidak mengharapkan terjadinya
perubahan perilaku, tetapi lebih kepada sosialisasi atau pemekaan terhadap suatu program
sehingga masyarakat menyadari kemudian memperhatikan informasi bahwa akan ada
tahapan berikutnya, akan terselenggara program yang memerlukan partisipasi masyarakat.
Hal – hal yang harus diperhatikan seorang komunikator dalam berkomunikasi
dengan massa adalah apa yang disebut dengan 7 C of Communication , yaitu :

1. Credibility : Komunikator harus terlihat sebagai sosok


yang dapat dipercaya.

2. Context : Situasi komunikasi harus relevan dengan


keadaan komunikan.

3. Content : Pesan harus berarti bagi komunikan.

4. Clarity : Pesan dan simbol harus dimengerti


secara sama oleh komunikan.

5. Continuity and : Pesan harus konsisten dan


Consistency berkesinambungan.

6. Channels : Saluran yang sesuai harus digunakan.

7. Capability of : Pesan harus disesuaikan dengan tingkat


audience pemahaman komunikan.

B. Pendekatan Kelompok

Pendekatan edukatif melalui kelompok atau pendekatan kelompok dilakukan melalui


organisasi yang ada di dalam masyarakat seperti PKK, RT, RW,LKMD, kelompok
keagamaan dan kelompok sosial lainnya atau membentuk kelompok yang baru. Secara
tidak langsung, strategi pendekatan kelompok adalah dimotivasinya pemenuhan kebutuhan
mereka yang kita rasakan (the real needs) menjadi kebutuhan yang mereka rasakan (the felt
needs).

Menurut Lewin, kelompok adalah suatu kesatuan yang dinamis berdasarkan lebih
dari saling ketergantungan dari pada kesamaan. Sedangkan menurut Brodbeck, kelompok
adalah sekumpulan orang – oeang yang satu dengan lainnya berada dalam suatu
hubungan tertentu. Macam hubungan yang dapat diberikan sebagai contoh sudah tentu
20
tergantung pada atau menentukan macam kelompok yang bersangkutan, apakah kelompok
itu kelompok keluarga, kelompok pendengar, kelompok butuh, dan lainnya.

Suatu kelompok terbentuk karena keadaan – keadaan berikut:


- Dibentuk dengan sengaja atau direncanakan oleh seseorang atau lebih untuk mencapai
tujuan tertentu.
- Terbentuk secara spontan oleh orang – orang yang mau berpartisipasi didalamnya
(seperti kelompok arisan, pendengar dan lain – lain).
- Terbentuk karena mereka diperlakukan sebagai suatu kelompok berdasarkan
kesamaannya (seperti kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok tuna wisma,
kelompok tuna susila, dan sebagainya).

Tujuan pendekatan melalui organisasi – organisasi masyarakat adalah untuk


mengajak partisipasi yang sebanyak – banyaknya dari masyarakat. Oleh karena itu
mengggunakan organisasi yang tumbuh dari bawah akan lebih besar manfaatnya.
Organisasi yang dibentuk dari atas hendaknya berfokus dalam hal koordinasi dan
pemberian pelayanan.

Pembentukan organisasi yang baru akan lebih efektif bila dilatarbelakangi oleh :
1. Pembentukan kelompok
Dibentuk dengan tujuan tertentu. Kelompok yang terdiri dari anggota – anggota yang
mungkin baru dikenal akan mengalami proses perkembangan sebagai berikut :
a) Fase pengenalan, disini masing – masing anggota saling memperkenalkan diri baik
secara formal (mengenai identitas, status, asal, latar belakang pekerjaan,
pengalaman, pendidikan terakhir, dll.) maupun secara informal. Pada tahap ini
masing – masing anggota akan saling menilai, menemukan ciri khas / sifat masing
– masing anggota, berorientasi sampai sejauh mana peranan / pengaruh masing –
masing terhadap kelompoknya. Fase ini intinya adalah anggota dapat menerima
aktivitas kelompok.

b) Fase terbentuknya hubungan, dimana tiap anggota mulai mengenal kemampuan


peranan masing – masing dalam kelompoknya. Disini juga terjadi hubungan
emosional diantara anggota, misalnya saling mendukung sesama anggota atau
mungkin juga bisa terjadi konflik dalam kelompok. Konflik dalam kelompok
merupakan tingkat keharusan demi perkembangan kelompok lebih lanjut.
Berakhirnya fase ini adalah dengan cara bagaimana konflik tersebut dapat
diseleasaikan dan ditemukannya bentuk – bentuk untuk memulihkan keadaan. Fase
pengenalan ini bertujuan agar sesama anggota dapat saling menerima.

c) Fase saling menerima, terbentuknya sifat keterbukaan diantara sesama anggota


(termasuk yang menyangkut masalah pribadi) sehingga diharapkan adanya banyak
toleransi terhadap berbagai macam pendapat. Akhirnya akan mudah diperoleh
umpan balik terhadap suatu pendapat dari anggota lain sehingga diskusi akan lebih
hidup dalam memecahkan suatu masalah secara komprehensif.

2. Dinamika kelompok
Menurut Cartwight and Zander, dinamika kelompok adalah cara – cara tertentu yang
direncanakan untuk meningkatkan keterampilan di dalam hubungan antar sesama
manusia dan pengelolaan pertemuan – pertemuan dan kepanitiaan.

Sedangkan menurut Joseph Luft, dinamika kelompok merupakan sarana penyelidikan


yang ditujukan untuk memajukan pengetahuan tentang sifat – sifat kelompok, aturan –

21
aturan perkembangan kelompok, hubungan kelompok dengan individu atau kelompok
lain dan lembaga yang lebih besar.

a) Tujuan dinamika kelompok :


 Lebih membangkitkan kepekaan diri seorang anggota terhadap anggota lainnya
dalam kelompok, sehingga timbul rasa saling menghargai.
 Menimbulkan rasa solidaritas (sense of belonging) dari para anggota sehingga
timbul partisipasi yang spontan dalam mencapai tujuan bersama.

b) Metode belajar dalam latihan dinamika kelompok :


- Tanggung jawab ada pada masing – masing anggota.
Keberhasilan dinamika kelompok sangat tergantung pada kemauan dan
kemampuan anggota dalam menggali sumber pengetahuan yang berasal dari
dirinya sendiri.

- Peranan pelatih dinamika kelompok


Pelatih atau yang disebut fasilitator berperan dalam memotivasi setiap anggota agar
berpartisipasi aktif dalam kelompok, membantu menemukan cara bekerja sama
yang baik dalam kelompok, cara – cara bagaimana kelompok memecahkan
masalah, dan cara – cara bagaimana berkomunikasi antar sesama anggota yang
efektif.

- Penggabungan konsep dan pengalaman


Setiap anggota kelompok didorong agar berani mengkaji pengalaman mereka,
membicarakannya untuk kemudian mencoba mengambil kesimpulan dalam konsep
– konsep yang dapat berlaku umum.

- Interaksi sesama anggota


Dinamika kelompok sangat mengutamakan interaksi atau hubungan antar sesama
anggota sehingga dapat menimbulkan keterbukaan hati untuk mengungkapkan
perasaan mereka dan menghilangkan jauh – jauh semua perasaan yang terselubung.
Diharapkan juga timbul keterbukaan untuk saling mengkritik teman serta menerima
kritik dengan lapang dada, yang berarti saling menunjukkan kekurangan /
kesalahan bersama untuk dapat diperbaiki.

c) Teknik pelaksanaan dinamika kelompok :


- Bebas tanpa acara (unstructure)
Dengan cara ini kelompok yang hendak dilatih didiamkan tanpa diberi pengarahan
atau jadwal, tujuannya agar para peserta merasa tidak tahan dan timbul inisiatif
untuk mencari topik – topik untuk didiskusikan. Kebaikan cara ini adalah
timbulnya inisiatif serta solidaritas dalam waktu yang relatif singkat.

- Acara diberikan sebelumnya (structure)


Dengan cara ini kelompok sudah diberi jadwal selama berlangsungnya dinamika
kelompok, tanpa menghiraukan proses yang terjadi dalam setiap mata acara.
Kebaikan cara ini adalah adanya kejelasan program sehingga menimbulkan kesan
kesiapan pelatih. Sedangkan keburukannya ialah kurangnya timbul inisiatif para
peserta, karena semuanya sudah diatur sebelumnya.

- Kombinasi kedua cara di atas


Dengan teknik ini pelatih telah menyiapkan beberapa kemungkinan jadwal yang
penerapannya disesuaikan dengan perkembangan proses interaksi yang terjadi dari

22
waktu ke waktu. Kebaikan dari program ini ialah terkendalinya program latihan,
tanpa mematikan inisiatif peserta. Sedangkan keburukannya adalah persiapannya
yang membutuhkan waktu dan energi pelatih, yang harus selalu menganalisis
perkembangan dari satu mata acara ke mata acara berikutnya dalam waktu yang
kadang – kadang sempit.

d) Manfaat dinamika kelompok :


- Manfaat bagi perorangan
Peserta dapat mengenal dan memperoleh gambaran tentang peserta lainnya serta
dapat menarik pelajaran dari pendapat atau pengalaman peserta lainnya.

- Manfaat bagi kelompok


Tertama dalam pengalaman bagaimana cara – cara pengambilan keputusan selama
program dinamika kelompok, bagaimana norma kelompok, prosedur atau
sistematika kerja dalam kelompok dan bagaimana cara mengatasi perselisihan
pendapat di dalam kelompok.

- Manfaat bagi organisasi


Pengalaman mengnai cara kerja atau menciptakan kerjasama dalam kelompok
dapat dijadikan dasar kerjasama antar unit dalam suatu organisasi.

3. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang terarah pada suatu pertimbangan
pemecahan suatu masalah, dibawah koordinasi seorang pemimpin yang terlatih.
Diskusi kelompok merupakan suatu arena pertukaran pendapat atau pandangan –
pandangan dan pengalaman terhadap suatu masalah, dimana pendapat yang berbeda itu
dapat disatukan untuk medapatkan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.

a) Persyaratan menjadi peserta diskusi :


 Menjadi pendengar yang baik
 Menjadi pembicara yang baik
 Tidak berbisik – bisik dengan kawan di sebelah kiri - kanan

b) Manfaat diskusi kelompok :


 Memberikan kesempatan kepada peserta diskusi kelompok untuk memberanikan
diri dalam mengemukakan pendapat didepan orang lain.
 Mempelajari masalah – masalah yang diminati oleh peserta.
 Mengembangkan orang – orang yang mempunyai potensi untuk memimpin
masyarakat, organisasi, dsb.
 Sebagai media para peserta untuk mengembangkan diri ke arah pendewasaan yang
mantap.
 Memberi kesempatan para peserta untuk mengenal diri dalam mengenal,
menganilisis, memecahkan masalah.
 Melatih diri para peserta untuk mengambil keputusan
 Mengembangkan diri untuk menjadi pembicara yang efektif dan pendengar yang
baik
 Sebagai media dalam pengembangan diri untuk berpikir komprehensif dalam
mengatasi suatu masalah

23
c) Peranan peserta diskusi
Yang dimaksud dengan peserta diskusi kelompok adalah setiap orang yang melibatkan
diri secara aktif dalam diskusi kelompok. Mereka terdiri dari pemimpin kelompok,
pengamat (observer), pencatat, nara sumber (resource person) dan anggota kelompok.
Jumlah peserta diskusi kelompok sebaiknya dibatasi antara 6 – 20 orang. Jika terlalu
sedikit, maka diskusi cenderung dikuasai oleh seseorang yang mempunyai kekuatan
mendominasi sehingga berpengaruh terhadap kesimpulan . hasil diskusi. Tetapi jika
terlalu banyak juga akan menyebabkan tidak semua peserta mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya sehingga suasana akan menjadi ribut.

Peranan pemimpin diskusi kelompok (moderator) :


 Mempersatukan peserta dalam mengambil peran masing – masing.
 Mendorong atau memotivasi para peserta.
 Mengatur lalu lintas pembicaraan.
 Meredakan suasana diskusi jika ada peserta diskusi yang bersitegang.
 Merangkum pendapat sebagai hasil diskusi kelompok.

Peranan anggota kelompok :


 Sumber pemikiran dalam mencapai tujuan.
 Pembuat keputusan terakhir.
 Bertanggung jawab atas jalannya diskusi.

Nara sumber :
Adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu yang dapat memberikan keterangan –
keterangan yang dibutuhkan kelompok dalam memecahkan masalah. Nara sumber
yang biasanya memberikan nasihat – nasihat untuk kepentingan kelompok disebut
juga konsultan. Bila kebetulan pimpinan diskusi memiliki keahlian dalam bidang yang
dibahas, maka dia juga dapat bertindak sekaligus sebagai nara sumber.

Pencatat (notulen) :
Adalah orang yang bertugas mencatat hal – hal penting seperti usul – usul, tindakan
atau keputusan yang akan diambil. Keputusan yang telah disepakati kelompok
dibacakan oleh notulen atau moderator pada bagian akhir diskusi.

Pengamat (observer) :
Adalah orang yang mengamati proses yang terjadi dalam diskusi. Dan bila diminta dia
dapat mengemukakan pendapatnya. Observer bukanlah anggota kelompok.

d) Lingkungan fisik yang dibutuhkan :


Lancar tidaknya suatu diskusi kelonpok juga dipengaruhi oleh situasi lingkungan fisik,
yang termasuk kedalamnya adalah :

- Ruangan
Ruangan harus cukup luas, suhunya sejuk, ventilasi yang memadai untuk pertukaran
udara, pencahayaan cukup terang, sound sistem yang memadai, peralatan yang
cukup tersedia (seperti papan tulis dan perlengkapannya, dll).

- Susunan tempat duduk


Diatur sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat melihat dengan jelah wajah
peserta lain dan mendengar perkataan masing – masing.

24
- Jumlah peserta
Jumlah peserta disesuaikan dengan kapasitas ruangan dan tidak terlalu banyak.

- Lamanya diskusi
Disarankan satu sidang diskusi waktunya antara 45 – 60 menit, kemudian istirahat
sebentar untuk menghadapi diskusi berikutnya.

e) Proses diskusi
- Persiapan
Disamping persiapan lingkungan fisik, juga harus dipersiapkan materi bahasan
(topik, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam diskusi kelompok).

- Penyelenggaraan diskusi kelompok


Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah :
 Pimpinan diskusi menyampaikan topik pada sidang
 Topik dibahas, diperjelas, dipertajam, akhirnya disetujui untuk dibahas
 Pembahasan topik untuk memecahkan masalah atau mencapai sasaran
 Pengkajian kembali kesimpilan sementara hasil diskusi
 Kesepakatan tercapai

- Perumusan hasil diskusi


Seringkali karena keterbatasan waktu, perumusan hasil diskusi belum sempurna.
Biasanya dibentuk tim perumus yang terdiri dari beberapa orang yang dipercayai
untuk menyempurnakan rumusan hasil diskusi. Seringkali juga hasil rumusan tim
perumus ini dikaji ulang dalam sidang berikutnya.

f) Evaluasi
Evaluasi ini berguna bagi penyelenggara diskusi kelompok dan orang – orang yang
terlibat didalamnya, agar tidak mengulang kesalahan yang sama dalam acara diskusi
selanjutnya.

C. Pendekatan Perorangan
Pendekatan perorangan atau individual pada dasarnya adalah sama tujuannya, yaitu
untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan kesehatan masyarakat. Bila pendekatan ini
tepat sasaran, maka akan membuahkan hasil yang luar biasa. Yang paling besar
manfaatnya adalah pendekatan individual kepada tokoh – tokoh kunci dalam masyarakat.
Komunikasi yang intens lebih baik dilakukan secara informal. Bila tokoh kunci telah
dipengaruhi untuk bersedia berpartisipasi aktif, mereka akan mempengaruhi secara
individual pula kepada para pengikut atau kelompok yang ada dibawahnya.

25
BAB V
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pendahuluan

H.L. Blum menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor
lingkungan (environment), faktor perilaku (behaviour), faktor pelayanan kesehatan (health service)
dan faktor keturunan (heredity). Di negara berkembang, faktor lingkungan merupakan faktor
terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan, karena erat kaitannya dengan penyakit – penyakit
infeksi.
Sedangkan dinegara maju, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku.
Perubahan gaya hidup, penggunaan obat – obat terlarang, konsumsi makanan yang tidak segar
seperti makanan instan, makanan dalam kaleng dan sebagainya akan mempengaruhi kesehatan.
Gaya hidup masyarakat di kota – kota besar jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan,
terutama yang berkaitan dengan pola konsumsi makanan, obat – obatan, pekerjaan dan sebagainya.
Oleh karena itu pola perkembangan jenis penyakitpun berbeda antara daerah pedesaan dengan
perkotaan. Hal ini terjadi karena perubahan perilaku.
Di pedesaan masalah perilaku sangat berkaitan dengan ketidaktahuan. Artinya perilaku yang
tidak sesuai dengan konsep – konsep hidup sehat disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya
pemahaman. Sementara di wilayah perkotaan pada umumnya perilaku yang tidak sesuai dengan
konsep – konsep hidup sehat lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, prestise atau sejenisnya.
Dapat disimpulkan bahwa baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, faktor perilaku
berpengaruh terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Untuk mengadakan perubahan perilaku
agar masyarakat mampu mengubah gaya hidup atau memahami konsep – konsep hidup sehat, salah
satu pendekatan edukatif adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat.

Pendekatan melalui aspek pendidikan termasuk kegiatan penyuluhan kesehatan, yang


bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ke arah perilaku hidup
sehat.

Pendidikan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah penunjang semua program –


program dan usaha – usaha di bidang kesehatan. Sebagai usaha penunjang, pendidikan kesehatan
masyarakat memegang peranan penting, karena pada hakekatnya semau usaha dalam bidang
kesehatan masyarakat tidak akan berhasil baik apabila masyarakat tidak diberikan motivasi untuk
berperan serta dalam melaksanakan program tersebut. Ini artinya perlu diberikan penyuluhan
terlebih dahulu.
Sebagai contoh, Pekan Immunisasi Nasional (PIN) merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan pemerintah tanpa memungut biaya. Tanpa penyuluhan kesehatan melalui siaran radio,
televisi, poster, spanduk dan sebagainya, masyarakat tidak tertarik dan belum tentu akan membawa
balita atau putra / putrinya ke Pos PIN.
Demikian pula program kesehatan lainnya. Terutama program atau usaha kesehatan tersebut
masih baru atau belum banyak dikenal oleh masyarakat, maka peranan penyuluhan kesehatan akan
nampak dengan jelas.
Mengingat setiap usaha kesehatan perlu penyuluhan kesehatan, maka setiap petugas (apapun
profesinya) dituntut untuk bertanggung jawab di dalam proses penyuluhan kesehatan masyarakat,
sehingga perlu membekali diri di dalam perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasinya.

26
B. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Istilah pendidikan kesehatan masyarakat berasal dari bahasa Inggris, yaitu terjemahan dari
Public Health Education. Pada dasarnya pengertian penyuluhan adalah sama dengan pendidikan.
Oleh karena itu dalam uraian – uraian berikut kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan dan
kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan.
Pendididkan kesehatan masyarakat belum lama berkembang. Dimulai dari Rusia pada tahun
1893, lalu di Amerika Serikat pada tahun 1899 dan Jerman pada tahun 1911. Sedangkan pendidikan
kesehatan masyarakat dimulai sejak tahun 1920, dengan disebarkannya poster, pamflet yang
dikeluarkan oleh Dinas Pengobatan Sipil yang disebut Medische Hygienische Propaganda. Usaha
yang dijalankan adalah memberikan penerangan kepada penderita cacingan.
Pada tahun 1945 pendidikan kesehatan masyarakat mulai medapat tempat dalam usaha
pemerintah di bidang kesehatan. Pada tahun 1968 dan 1970 diadakan Workshop Nasional
pendidikan kesehatan masyarakat . Dan pada tahun 1970 itu juga dikeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI untuk pembentukan unit – unit pendidikan kesehatan masyarakat di propinsi –
propinsi pulau Jawa dan Bali. Tahun 1971 dibentuk Proyek Pengembangan Tenaga Spesialis
Penyuluhan Kesehatan yang merupakan spesialis pendidikan kesehatan masyarakat dalam jangka
waktu 5 tahun.

C. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian pendidikan kesehatan


masyarakat sebagai berikut :

Menurut Nyswander, D. :
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam individu seseorang
yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan kesehatan baik secara perseorangan maupun
masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain,
pendidikan kesehatan bukan suatu rangkaian prosedur yang dilaksanakan atau produk yang
akan dicapai ; tetapi adalah suatu proses perubahan yang dinamis dari suatu perkembangan
dimana seseorang menerima atau menolak informasi yang baru, sikap yang baru dan tindakan
yang baru yang berhubungan dengan tujuan – tujuan dari hidup sehat.

Menurut Guy Steuart :


Pendidikan kesehatan adalah komponen program – program kesehatan dan kedokteran
(medik) yang didalamnya termuat usaha – usaha yang direncanakan untuk mengubah tingkah
laku individu, kelompok dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya tujuan –
tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan taraf kesehatan.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa :


 Pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan sebagai suatu pelajaran di kelas, tetapi tiap – tiap
pengalaman yang menguntungkan kesehatan dengan cara mempengaruhi kebiasaan, sikap dan
pengetahuan manusia termasuk di dalam pengertian pendidikan kesehatan.

 Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain, kita tidak mendidik
masyarakat dalam arti tidak mengubah masyarakat, tetapi masyarakat mengubah dan mendidik
sendiri kebiasaan dan tingkah lakunya. Yang dapat kita lakukan sebagai pendidik adalah

27
mencipatakan suasana untuk masyarakat agar mereka dapat mengubah kebiasaan atau tingkah
lakunya.

 Pendidikan kesehatan baru dapat dikatakan berhasil bila yang dididik sudah merubah tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan.

Proses Adopsi
Di atas telah diuraikan bahwa pendidikan kesehatan masyarakat baru dapat dikatakan berhasil
bila yang dididik sudah merubah tingkah lakunya. Sehubungan dengan hal tersebut, Rogers
mengemukakan bahwa setiap penerimaan suatu perubahan biasanya melalui proses yang meliputi
lima tahap / fase, yaitu fase kesadaran (awareness), perhatian (interest), evaluasi (evaluation), coba
– coba (trial) dan fase adopsi (adoption).
Proses ini disebut proses penerimaan (adoption process) dalam menyebarluaskan
pembaharuan (diffusion of innovation).

1. Fase kesadaran (awareness)


Dalam fase ini individu mulai mengetahui adanya suatu gagasan baru tetapi tidak mendalam.

2. Fase perhatian (interest)


Dengan adanya gagasan baru tersebut individu mulai tertarik dan menaruh perhatian yang pada
mulanya tidak serius. Dengan adanya penerangan yang terus menerus, lalu timbul keinginan
untuk tahu lebih banyak tentang persoalan tersebut.

3. Fase evaluasi (evaluation)


Dalam fase ini individu mulai membandingkan dan mencari keterangan lebih lanjut mengenai
gagasan baru yang akan dicoba. Jika dinilai gagasan ini sesuai dengan tujuan, dan
menguntungannya maka ia akan mengadopsi gagasan tersebut dan memasuki fase berikutnya.

4. Fase coba – coba (trial)


Dalam tahap ini individu mulai mencoba secara khusus gagasan tersebut. Fase ini adalah fase
yang paling kritis, karena pada fase ini akan ditentukan apakah gagasan baru tersebut diterima
atau tidak. Gagasan baru diterima kalau dalam fase ini individu mendapat kepuasan.

5. Fase adopsi (adoption)


Dalam fase ini individu sepenuhnya menjalankan gagasan baru dan merasa puas. Tidak ada lagi
pemikiran atau pemilihan apakah gagasan tersebut baik atau buruk, karena telah merasakan
hasilnya. Ia yakin bahwa gagasan baru tersebut memberi keuntungan yang besar baginya dan
akan menjalankan terus sebagai suatu bagain dari cara hidupnya.

Fase – fase dalam proses pelaksanaan pendidikan kesehatan masyarakat :

1. Fase Pemekaan ( Sensitisasi )


Adalah tahap permulaan dengan tujuan bukan untuk menambah pengetahuan kesehatan atau
merubah tingkah laku dan kebiasaan – kebiasaan orang, melainkan hanya untuk menarik
perhatian masyarakat terhadap sesuatu. Misalnya adanya usaha keluarga berencana, adanya
wabah kolera, adanya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan lain – lain.
Sebagai alat dan media pemekaan sering digunakan radio, televisi, poster, iklan, pameran, slide,
bioskop dan lain – lain. Dengan perangsangan ini diharapkan timbul keinginan masyarakat

28
untuk mengetahui lebih banyak informasi, sehingga mereka lebih peka terhadap tindakan –
tindakan kesehatan.

2. Fase Penerangan ( Publicity )


Tahap ini ditujukan untuk menambah pengetahuan, sehingga diberi lebih banyak keterangan
lebih rinci mengenai hal – hal yang sudah dipekakan kepada masyarakat.
Cara ini sering dipakai untuk mempengaruhi public opinion sehingga kebutuhan riel seseorang
(real needs) menjadi kebutuhan – kebutuhan dirasakan (felt needs), dan hal ini penting untuk
memberi dasar tindakan kepada masyarakat. Misalnya pembuatan kakus, mulanya tidak
dirasakan sebagai suatu kebutuhan, tapi karena terbentuknya public opinion maka sekarang
kakus dirasakan perlu disediakan oleh masyarakat.

3. Fase Pendidikan ( Education )


Untuk dapat melaksanakan pendidikan perlunya adanya hubungan perorangan langsung antara
pendidik dan saran. Supaya komunikasi dapat berlangsung dengan baik, maka pendidikan harus
dapat dimengerti oleh yang dididik. Hal lain yang penting adalaha komunikasi antara yang
dididik dan pendididik harus didasari oleh cinta kasih, kepercayaan atau keterbukaan, disamping
itu isi pendidikan kesehatan harus yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan
keadaan sosial. Ekonomi, lingkungan dan dapat diintegrasikan dalam pola kebudayaan.

4. Motivasi
Adalah dasar suatu tindakan yang diambil oleh seseorang atau masyarakat untuk merubah
perilakunya. Untuk memotivasi masyarakat agar mereka mau menggunakan pengetahuan
kesehatan dalam bertindak, mereka harus memiliki motif seperti untuk mempertahankan hidup,
untuk melanjutkan keturunan, menyatakan diri, mendapatkan respons emosional, mendapatkan
keamanan atau kombinasi dari motif – motif tersebut.

Manfaat pendidikan kesehatan masyarakat adalah :


1. Menjadikan kesehatan sebagai modal masyarakat yang amat berharga.
2. Membantu individu, keluarga dan masyarakat agar mampu mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
3. Mendorong pemanfaatan dan pengembangan fasilitas kesehatan.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Keberhasilan usaha kesehatan masyarakat ditunjang oleh penyuluhan kesehatan masyarakat.


Oleh karena itu ditinjau dari segi materi penyuluhan, ruang lingkupnya sesuai dengan usaha
kesehatan yang dilakukan disuatu wilayah. Ruang lingkup penyuluhan kesehatan masyarakat adalah
sebagai berikut :
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Gizi
4. Pengobatan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Kesehatan Lingkungan Pemukiman
7. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
8. Upaya Kesehatan Sekolah
9. Upaya Kesehatan Lansia

29
10. Upaya Kesehatan Kerja
11. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Upaya Kesehatan Jiwa
13. Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan
14. Upaya Penyuluhan Kesehatan
15. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
16. Upaya Kesehatan Olah Raga
17. Laboratorium Sederhana
18. Upaya Kesehatan Lain

Ditinjau dari segi sasaran atau tempat sasarannya, maka ruang lingkup penyuluhan kesehatan
dapat dilakukan di rumah, sekolah, tempat kerja, rumah sakit ataupun masyarakat luas.

Di rumah menyangkut hal – hal sebagai berikut :


1. Pemeliharaan kebersihan.
2. Sikap keluarga terhadap usaha – usaha kesehatan.
3. Pengaturan anggaran belanja rumah tangga terutama yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan.
4. Penyediaan sarana sanitasi.
5. Kebiasaan rekreasi.
6. Perilaku keagamaan dan kebudayaan keluarga (kesehatan mental).

Di sekolah meliputi :
1. Keadaan lingkungan fisik sekolah.
2. Hidangan makanan di sekolah.
3. Olah raga.
4. Perilaku kesehatan siswa.
5. Perilaku kesehatan para guru.
6. Cara – cara mengatasi keadaan darurat kesehatan.

Dilingkungan kerja meliputi :


1. Sanitasi lingkungan kerja.
2. Usaha – usaha kesehatan kerja (pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, dsb.)
3. Usaha pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
4. Kebersihan di kafetaria, dll.

Di rumah sakit, meliputi :


1. Sanitasi rumah sakit.
2. Hygiene perorangan petugas rumah sakit.

Di masyarakat umum menyangkut :


1. Upaya – upaya kesehatan masyarakat (program – program yang sedang diterapkan)
2. Penyuluhan kesehatan di tempat – tempat umum
3. Pembinaan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program – program kesehatan.

30
E. Strategi Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Strategi adalah langkah – langkah yang diambil untuk mencapai suatu tujuan, dimana langkah
– langkah tersebut dapat diartikan sebagai pemikiran – pemikiran atau tindakan – tindakan.
Komunikasi selalu dilakukan untuk tujuan – tujuan tertentu, yaitu adanya perubahan dalam
pengetahuan, sikap dan perilaku. Untuk mencapai tujuan ini komunikasi yang diterapkan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat dilakukan strategi sebagai berikut :

1. Persuasif ( Persuation Strategy )


Dalam strategi ini data psikologis dan sosiologis masyarakat sangat diperlukan. Ada dua macam
pendekatan dalam strategi persuasif, yaitu :
- dengan daya tarik positif dalam bentuk insentif atau imbalan
- dengan daya tarik negatif yaitu dengan memberikan ancaman hingga masyarakat berusaha
menghindari hal – hal yang mengarah kepada yang merugikan dirinya.

2. Kompulsif ( Compulsion Strategy )


Teknik ini dilakukan dengan menciptakan suasana sedemikian rupa hingga orang secara tidak
langsung merubah sikapnya.

3. Pervasif ( Pervasion Strategy )


Disini dilakukan pengulangan – pengulangan terhadap sesuatu hal yang diharapkan akan terjadi
pada orang lain, dengan harapan usaha tersebut akan mempengaruhi diri sesuai dengan apa yang
diulang – ulang tersebut.

4. Koersif ( Coersion Strategy )


Strategi ini termasuk strategi paksaan, yaitu hukuman fisik atau materi diadakan untuk memaksa
terjadinya perubahan langsung pada orang lain atau masyarakat.

F. Rencana Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Perencanaan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses untuk merumuskan masalah


kesehatan yang akan dipecahkan melalui penyuluhan kesehatan, menentukan kebutuhan dan sumber
daya yang tersedia, menetapkan tujuan penyuluhan, menyusun langkah – langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Beberapa hal yang melandasi direncanakannya penyuluhan kesehatan adalah :

1. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari setiap program kesehatan.


Ini berarti bahwa perencanaan pebyuluhan juga disusun bersamaan dengan perencanaan
program itu sendiri Alasan yang mendasar adalah supaya setiap program kesehatan masyarakat
hasrus ditunjang oleh partisipasi masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat tujuan program
tidak akan tercapai .

2. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bersama


Kegiatan penyuluhan melibatkan unsur – unsur pimpinan progarm ayng ditunjang, pelaksana
program, petugas pelatihan untuk penyuluh, petugas penyuluhan dan jika memungkinkan tokoh
– tokoh masyarakat.

31
3. Yang perlu dipahami penyuluh
Penyuluhan kesehatan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang masalah yang akan
ditanggulangi, daerah dan masyarakat yang menjadi sasaran, sarana yang diperlukan dan yang
tersedia yang dapat dimanfaatkan, metoda dan teknik penyuluhan.

4. Rencana evaluasi penyuluhan harus dibuat pada waktu penyusunan rencana program
Keberhasilan pelaksanaan suatu program dapat diketahui dengan mengevaluasi kegiatan
dibandingkan dengan rencana yang telah disusun. Dengan demikian rencana evaluasi pada
dasarnya mengacu pada rencana penyuluhan yang disusun.

G. Syarat – Syarat Rencana Penyuluhan yang baik

Suatu rencana penyuluhan yang baik setidak – tidaknya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

1. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat


Hal ini penting sekali agar penyuluhan yang kita rencanakan mendapat sambutan dan partisipasi
dari masyarakat sehingga berhasil dengan baik. Adalah tugas penyuluh kesehatan untuk dapat
memotivasi kebutuhan mereka yang kita rasakan menjadi kebutuhan yang mereka rasakan.

2. Sesuai dengan kebutuhan program


Penyuluhan yang direncanakan bertujuan agar program yang ditunjang berjalan dengan baik
dan berhasil. Untuk itu pelaksanaan penyuluhan harus tidak boleh bertentangan dengan
kebutuhan program yang ditunjang.

3. Tersedia biaya untuk melaksanakannya


Untuk melaksanakan tugas di lapangan dibutuhkan biaya – biaya seperti biaya transportasi,
administrasi, pengadaan alat, biaya untuk petugas dan biaya lainnya.

4. Unit – unit penyuluhan berfungsi dengan baik


Yang dimaksud dengan unit – unit penyuluhan adalah kesatuan yang mengkoordinasi tenaga
pelaksana maupun sarananya. Semuanya harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin sehingga
tidak mengalami hambatan didalam pelaksanaan.

H. Langkah – Langkah Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat disusun menurut langkah – langkah sebagai


berikut :
1. Mengenal masalah dan masyarakat
2. Menentukan prioritas masalah
3. Menentukan tujuan penyuluhan
4. Menentukan sasaran penyuluhan
5. Menentukan isi penyuluhan
6. Menentukan metode penyuluhan
7. Menentukan media penyuluhan
8. Menyusun rencana penilaian / evaluasi
9. Membuat jadwal pelaksanaan

32
1. Mengenal masalah dan masyarakat
Sebagaimana telah disinggung bahwa apa yang terjadi di masyarakat ( the real neds atau social
needs ) belum tentu menjadi kebutuhan yang mereka rasakan ( the felt needs ). Demikian juga
program kesehatan yang dilaksanakan belum tentu yang menjadi kebutuhan masyarakat,
padahal program kesehatan harus dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada ( social
needs ). Untuk itu perlu diperhatikan :
a) Mengenal program yang akan ditunjang, misalnya program yang akan ditunjang adalah
mengenai penertiban pengawasan obat dan makanan.
b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi program, misalnya program diatas
dilatarbelakangi oleh terjadinya penyimpangan dalam peredaran / penggunaan obat dan
makanan.

Karena yang akan menjadi sasaran penyuluhan adalah masyarakat, maka berbagai informasi
tentang latar belakang masyarakat tersebut perlu dipahami. Hal yang perlu diketahui antara lain
:
a) Pengetahuan masyarakat, yaitu pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan
kepada mereka.
b) Sikap masyarakat, bagaimana kira – kira sikap masyarakat terhadap apa yang akan
disampaikan dalam penyuluhan. Apakah hal ini akan bertentangan dengan norma – norma
setempat ?
c) Penerapan, apakah mereka sudah menerapkan apa yang akan disampaikan dalam
penyuluhan ? atau dulu pernah menerapkannya ? lalu bagaimana hasil penerapannya ? Hal
ini perlu diketahui agar sasaran jangan sampai merasa bosan mendengarkan materi
penyuluhan.
d) Karakteristik demografi dan sosial budaya, yaitu yang menyangkut susunan umur, tempat
tinggal, jenis kelamin, tingkat sosial, bahasa, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat,
pekerjaan dan sebagainya.

2. Menentukan prioritas masalah


Karena banyak dan beragamnya masalah yang perlu diatasi dalam suatu program, maka perlu
dipilih salah satu masalah agar penyuluhan bisa mengena pada sasaran. Dalam memilih masalah
perlu disusun urutan prioritas masalah, yang dimulai dari masalah yang mendesak untuk segera
ditangani sampai pada masalah yang tidak begitu penting.

3. Menentukan tujuan penyuluhan


Tujuan penyuluhan dapat dibagi atas :
a) Tujuan umum / tujuan program, misalnya meningkatkan penertiban pengawasan obat dan
makanan.
b) Tujuan operasional / strategi, yaitu tentang apa yang akan dilakukan dalam penyuluhan.
Misalnya memasang poster mengenai bahaya akibat penggunaan narkoba.
c) Tujuan khusus / hasil yang akan dicapai, dalam menetapkan tujuan khusus ini hendaknya
realistis dan dapat diukur. Melukiskan apa yang diharapkan untuk diketahui atau dikerjakan
oleh sasaran setelah mendengar, melihat, berpartisipasi dalam penyuluhan. Misalnya 75 %
remaja yang sudah melihat poster yang dipasang bisa mengingat bahaya akibat
penyalahgunaan narkoba.

33
4. Menentukan sasaran penyuluhan
Sasaran disini lebih mengarah pada tujuan khusus, yang berarti tidak mencakup sasaran yang
diharapkan dalam tujuan umum (program).

5. Menentukan isi penyuluhan


Isi penyuluhan tergantung juga pada metode apa yang akan digunakan dalam proses
penyuluhan. Bila menggunakan sarana poster, billboard, baliho, spanduk dan sejenisnya, maka
isi penyuluhan harus dirumuskan dengan ringkas dan jelas, mudah dibaca dalam waktu yang
singkat dan cepat dan memberikan kesan khusus tentang makna isi pesan pada sasaran.

Tetapi bila metode yang digunakan dalam bentuk ceramah atau bahasa tulis melalui media,
maka isi pesan tersebut harus disusun dengan jelas, bahasa sederhana dan lugas, terorganisasi
dalam suatu sistematika yang baik, menarik untuk dapat diterapkan atau dicoba oleh sasaran.

Namun secara umum, dalam menentukan isi penyuluhan harus memperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
a) Isi penyuluhan harus jelas, hal ini dapat ditunjang dengan pemilihan simbol (seperti gambar,
gerakan dsb) yang tepat.
b) Disampaikan dalam bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh sasaran, karena itu penting
bagi penyuluh untuk mengetahui latar belakang bahasa yang digunakan oleh masyarakat
sasaran.
c) Tersusun dalam suatu sistematika yang baik.
d) Isi penyuluhan harus dipertimbangkan dengan waktu yang tersedia, hal ini juga tergantung
dari metode yang dipilih.
e) Isi penyuluhan dapat dilaksanakan oleh sasaran, hal ini sangat terkait dengan kemampuan
sasaran.

6. Menentukan metode penyuluhan


Metode yang dipilih tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan seberapa besar sasarannya.
a) Apabila tujuan yang diinginkan adalah adanya perubahan atau timbulnya pengertian dan
kesadaran, pesan bisa disampaikan melalui media massa (cetak atau elektronik), seperti
surat kabat, pamflet, baliho, poster, radio, televisi dsb. Sedangkan yang diberikan kepada
kelompok bisa berbentuk ceramah dan sejenisnya.

b) Apabila tujuan tersebut adalah untuk menimbulkan perubahan sikap pada sasaran, hal ini
berarti sasaran diharapkan mampu menimbang – nimbang mana yang baik dan buruk, mana
yang disukai dan yang tidak, atau dalam tahap evaluasi. Bila proses adopsi yang diharapkan
seperti itu maka metode yang dipilih menekankan pada pendekatan kelompok, misalnya
dengan diskusi kelompok.

c) Apabila dikehendaki peningkatan keterampilan atau terjadinya tindakan atau perubahan


perilaku, maka metode yang dipilih juga dipertimbangkan agar sasaran diberi kesempatan
untuk mencoba melaksanakan sendiri, misalnya demonstrasi, pendekatan individual dan
pendekatan kelompok yang intensif.

34
7. Menentukan media penyuluhan
Dalam pemilihan media penyuluhan, disamping disesuaikan dengan tujuan dan sasaran
penyuluhan, juga harus disesuaikan dengan hasil yang akan dicapai, metode yang dipilih, biaya
yang tersedia dan sarana yang dimiliki oleh pihak penyuluh.

8. Menyusun rencana penilaian / evaluasi


Evaluasi adalah proses untuk mengetahui keberhasilan suatu usaha, dalam hal ini adalah
keberhasilan penyuluhan tersebut. Keberhasilan itu diukur dengan rencana yang telah disusun.
Standar keberhasilannya adalah hasil perencanaan. Karena itu evaluasi ini juga termasuk
menilai proses yang berlangsung, tidak hanya sekedar membandingkan hasil capaian dan target
atau tujuan penyuluhan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evalusi :


a) Tujuan penilaian, adalah untuk mengetahui apakah penyuluhan telah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang telah direncanakan, seberapa besar hasilnya.

b) Penilaian pada proses, hal ini dilakukan pada setiap tahapan penyuluhan. Penyimpangan
yang mungkin terjadi pada setiap tahap harus segera diperbaiki, dan bila ada hambatan harus
segera dicarikan jalan keluarnya.

c) Cara penilaian, dilaksanakan secara langsung atau observasi langsung ataupun dengan cara
tak langsung, yaitu melalui laporan. Cara apapun yang dipilih harus dilengkapi dengan
instrumen untuk mengukur / mengetahui penyimpangan yang terjadi atau hasil yang dicapai.

d) Indikator penilaian, disusun dalam suatu bentuk instrumen penilaian yang dilandasi atas
rumusan – rumusan dalam perencanaan, baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Indikator
yang baik adalah yang mencerminkan hasil kegiatan secara kuantitaif.

e) Instrumen yang digunakan, disusun berdasarkan tujuan dan materi penyuluhan.

f) Petugas penilaian, bertugas untuk menilai proses dan hasil penyuluhan, dilakukan secara
berkelanjutan dan memerlukan tenaga khusus untuk menanganinya.

9. Membuat jadwal pelaksanaan


Jadwal pelaksanaan kegiatan dimulai dengan persiapan kegiatan sampai kegiatan berakhir yang
ditandai dengan selesainya evaluasi kegiatan penyuluhan.

35

Anda mungkin juga menyukai