615 1
Ind
i
Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Jilid III ( untuk kelas III)
Cetakan Pertama
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun
kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah
Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh
Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur
SMF Se Indonesia.
Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik
di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan
umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan
dan kritik dari semua pembaca.
ii
PENGANTAR DARI SEKBER
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : KOMUNIKASI
A. Pengertian dan Definisi 1
B. Unsur – Unsur dan Proses Komunikasi 1
C. Dasar – Dasar Komunikasi 2
D. Jenis – Jenis Komunikasi 5
E. Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi 5
F. Beberapa Hal yang Pentinf Tentang Umpan Balik 6
iv
BAB I
KOMUNIKASI
a) Pada Komunikator :
Merumuskan pesan
Mengubah pesan menjadi lambang
Mengirimkan lambang, melalui media
b) Pada komunikan :
Menerima lambang
Lambang diterjemahkan kembali menjadi isi pesan ( Decoding )
Pesan dipahami dan dilaksanakan ( Feedback )
Dalam hal ini komunikator, yang melakukan encoding disebut juga encoder,
sedangkan komunikan yang melaksanakan decoding disebut decoder. Komunikasi disebut
sukses apabila keseluruhan proses diatas berlangsung dengan baik, makna pesan dapat
dipahami dengan benar oleh komunikan, dan feedback yang diberikan sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh komunikator.
Untuk lebih jelasnya, proses komunikasi dapat dlihat pada gambar berikut :
Peru-
Ide musan Pesan Saluran Mene Penaf Ide
-rima -siran
komunikator komunikan
umpan balik
Agar dapat melaksanakan komunikasi dengan baik dan sukses, ada beberapa dasar
yang perlu kita ketahui dan perhatikan, yaitu :
2
1. Intention (niat)
Dasar yang pertama apabila kita akan melaksanakan suatu komunikasi adalah niat atau
rencana. Niat itu meliputi beberapa hal yaitu :
a. Apa yang akan disampaikan :
Sebelum melaksanakan komunikasi kita harus terlebih dahulu merumuskan dengan
jelas apa materi / isi dari pesan yang akan kita sampaikan, sehingga komunikasi yang
kita laksanakan mempunyai arah yang jelas, tidak terombang – ambing kesana –
kemari.
2. Attention (minat)
Apa yang kita komunikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik
komunikan, bila tidak demikian, ada kemungkinan besar apa yang kita sampaikan itu
tidak akan diperhatikan. Minat komunikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Keadaan komunikator itu sendiri :
Komunikator sebaiknya adalah yang memiliki otoritas (kedudukan, jabatan, ataupun
keahlian dalam bidangnya). Komunikator yang berpenampilan tidak menarik dan
tidak meyakinkan, akan mengurangi minat komunikan untuk memperhatikan dan
melaksanakan pesan - pesan yang disampaikan.
3
Isi pesan yang tidak disukai atau sama sekali tidak menyentuh kebutuhan
komunikan, tidak akan menarik perhatiannya. Demikian juga pesan yang sangat sulit
untuk dipahami.
c) Cara penyampaian :
Cara atau teknik penyampaian yang dibawakan oleh komunikator juga berperan
penting dalam menarik minat dari Komunikan. Teknik yang paling efektif adalah
yang mempergunakan sebanyak mungkin panca indera.
d) Keadaan komunikan :
Disini yang dimaksud adalah disamping latar belakang komunikan (pekerjaannya,
pendidikannya, adat istiadatnya dan sebagainya), juga situasi serta kondisi
komunikan yang bersangkutan sewaktu komunikasi dilaksanakan.
Contoh : orang yang dalam keadaan lelah, sedih atau kecewa, minatnya tentu akan
berbeda dibandingkan dengan orang yang dalam keadaan biasa (normal).
3. Perception (tanggap)
Makna dari informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diserap dan dipahami
dengan benar atau tidak oleh komunikan, tergantung pada tanggapan dari komunikan
yang bersangkutan. Komunikan akan menafsirkan informasi yang diterimanya, sesuai
dengan kemampuan, tingkat pendidikan, pengalaman serta kerangka pemikiran mereka.
Itulah sebabnya mengapa kita harus mempelajari sebaik - baiknya latar belakang
komunikan kita, dan berusaha membantunya sehingga penafsirannya terhadap informasi
yang kita sampaikan sama dengan penafsiran kita.
4. Retention (lekat)
Sebagai komunikator kita sangat berharap agar pesan yang kita sampaikan sangat
melekat, dalam arti diterima dan diingat oleh komunikan, untuk kemudian dipergunakan
sewaktu - waktu diperlukan. Pesan yang tidak mudah dilupakan adalah pesan yang
menarik.
Suatu pesan dapat menjadi tidak menarik dan mudah dilupakan oleh komunikan
disebabkan oleh adanya tiga hal, yaitu :
4
diterima, serta memberikan kesempatan kepada komunikan untuk mengendapkan
pesan terdahulu sebelum diberikan pesan berikutnya.
5. Participation (libat )
Sebagai hasil akhir komunikasi yang kita laksanakan, kita mengharapkan timbulnya
partisipasi atau keterlibatan dari komunikan yang berupa perubahan perilaku, sesuai
yang kita kehendaki. Dengan melihat apa yang dikerjakan oleh komunikan sesudah
proses komunikasi dilaksanakan, kita dapat mengevaluasi apakah komunikasi kita itu
berhasil atau tidak. Akan tetapi apabila evaluasi itu dilaksanakan hanya pada akhir dari
proses komunikasi saja, seringkali sudah sangat terlambat, sehingga sulit untuk
mengadakan perbaikan- perbaikan jika diperlukan. Itulah sebabnya evaluasi harus terus -
menerus dilaksanakan, sejak proses komunikasi itu dimulai serta selama komunikasi
berlangsung.
5
b. Situasi dan kondisi yang tidak mendukung, misalnya ruangan yang terlalu sempit
dan panas, lingkungan yang bising dan sebagainya.
Tujuan dari setiap komunikasi adalah terjadinya umpan balik (feed back) sesuai
yang diharapkan. Khusus dalam penyuluhan kesehatan umpan balik yang diharapkan itu
berupa perubahan tingkah laku komunikan, dari yang bertentangan menjadi yang sesuai
dengan prinsip - prinsip kesehatan.
Berhubungan dengan hal diatas, maka perlu sekali bagi seorang penyuluh kesehatan
memahami dengan baik umpan balik sasarannya, dengan tujuan agar sewaktu memberikan
penyuluhan dapat merasakan komunikasinya berhasil atau tidak.
Ditinjau dari sifatnya ada beberapa macam umpan balik, yaitu :
1. Umpan balik verbal ( Verbal Feed Back )
Yaitu umpan balik yang diungkapkan dengan kata - kata, sehingga secara langsung
komunikator dapat mendengar dan menilai apakah komunikasinya berhasil atau
gagal.
6
4. Umpan balik netral (Natural Feed Back)
Umpan balik netral adalah tanggapan yang disampaikan oleh komunikan dimengerti
oleh komunikator, akan tetapi yang diungkapkan oleh komunikan tersebut tidak
relevan dengan topik pembicaraan.
Hal ini belum tentu disebabkan oleh komunikator yang kurang mampu berkomunikasi,
besar kemungkinan dikarenakan komunikan yang kurang pengetahuannya mengenai
topik yang sedang dibicarakan.
Bagi seorang Penyuluh Kesehatan memahami sifat - sifat dari umpan balik tersebut
sangat penting, karena dapat dijadikan tolak ukur apakah komunikasi yang
dilaksanakannya berhasil atau tidak. Jika berhasil maka gaya komunikasi yang gagal harus
dilakukan perubahan, mungkin terhadap gayanya, metodenya, alat peraganya, tempatnya,
waktunya dsb.
7
BAB II
METODA DAN TEKNIK
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Dalam proses penyampaian materi pendidikan atau proses belajar mengajar, metoda yang
dipergunakan berperan penting terhadap berhasil atau tidaknya proses yang dilaksanakan. Mengenai
istilah metode penyuluhan dan teknik penyuluhan seringkali orang mempersamakan, sehingga tak
jelas perbedaannya.
Menurut Prof. Dr. Sutrisno Hadi, metode adalah cara yang utama untuk mencapai suatu
tujuan dengan mempergunakan teknik serta alat - alat tertentu. Robert. L. Wendel, menyatakan
bahwa metode adalah kerangka kerja dan dasar pemikiran yang mendasari digunakannya tehnik -
tehnik khusus dalam menyelenggarakan belajar - mengajar.
Metode komunikasi adalah suatu cara utama yang digunakan dalam kegiatan komunikasi,
misalnya ceramah, diskusi, pameran, dll.
Teknik komunikasi dapat diartikan sebagai cara khusus dalam menerapkan suatu metode yang
digunakan, misalnya cara menyelenggarakan ceramah, diskusi, pameran, dll.
Ditinjau dari segi jumlah sasaran yang ditangani, dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
1) Metode penyuluhan masa (mass teaching method), yaitu metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada masa, misalnya siaran radio, televisi, surat kabar, majalah
selebaran, dsb.
2) Metode penyuluhan kelompok (group teaching method) yaitu metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dengan sasaran kelompok, misalnya ceramah, diskusi, brain storming
(sumbang saran), round robin (sumbang saran tunjuk), dsb.
3) Metode penyuluhan individual (individual teaching method) yaitu metode yang digunakan
untuk menyampaikan pesan secara individual. Misalnya interview, konsultasi, dsb.
mass teaching method mencapai tahap awareness, tetapi apabila komunikasi dilakukan berulang
- ulang bisa sampai pada tahap interest ( AI ).
group teaching method dapat mencapai awareness, interest dan trial dan adoption ( AIETA )
Individual method sampai tahap awareness, interest, evaluation, trial dan adoption ( AIETA )
8
Ditinjau dari arah penyampaian ide
Ditinjau dari arah penyampaian ide atau pesan, metode komunikasi dibagi dalam dua jenis,
yaitu :
a) Metoda Didaktik (One Way Methode)
b) Metoda Sokratik (Two Way Methode
Kelebihan : persiapannya relatif mudah, lebih mudah menguasai medan (sasaran), memerlukan
waktu yang relatif singkat, mudah diarahkan, sasaran relatif banyak (kelompok),
memungkinkan penyajian materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat
Kelemahan : suasana yang monoton/membosankan, peserta relatif lebih pasif, komunikasi satu
arah, cenderung bersifat informatif saja.
Teknik penerapan
Persiapan : rumuskan tujuan dengan jelas, penyusunan materi bahas
Pelaksanaan : dalam penyampaian materi diperhatikan hal - hal sebagai berikut :
Pendahuluan : tujuan & lingkup bahasan
Penyajian : penguasaan materi, kejelasan, sistematika, bahasa & humor
Penutup : tanya jawab bila memungkinkan, kesimpulan pembahasan
2. Siaran melalui mass media, seperti radio, televisi, pemutaran slide, film, penyebaran pamflet,
booklet, pemasangan spanduk, baliho dan sebagainya.
Siaran televisi adalah metode komunikasi searah dengan sasaran masa melalui media elektronik
televisi (stasiun pemancar dan televisi penerima).
Kelebihan : menjangkau sasaran yang luas / banyak, suasana lebih hidup dan lebih menarik,
mengatasi jarak dan tempat.
Teknik penerapan :
Persiapan : tentukan tujuan dengan jelas, siapkan konsep (materi bahas), susun skenario,
pelaksanaan shooting.
Pelaksanaan : siarkan melalui pemancar / stasiun tertentu, monitor bila ada tanggapan
1. Wawancara (Interview)
9
Wawancara atau interview adalah komunikasi perorangan (face to face) yang dilaksanakan
secara dua arah oleh seorang komunikator (pewawancara = interviewer) dengan satu atau dua
orang komunikan (interviewee).
Dalam melaksanakan interview ada beberapa sikap yang harus diperhatikan oleh interviewer,
yaitu :
- Seorang interviewer harus bersikap sopan dan menghormati interviewee.
- Harus terbuka, jujur dan dapat dipercaya.
- Dapat mengandalkan diri dan menunjukkan pengertian terhadap jawaban – jawaban dari
interviewee.
- Mudah menyesuaikan diri dan bersikap mendidik.
Kelebihan : dapat menjangkau semua tahap AIETA (awareness, interest, evaluation, trial,
adoption), pemecahan masalah sampai tuntas, mengatasi masalah yang bersifat pribadi atau
rahasia
Kelemahan : sasarannya relatif kecil (perorangan), perlu waktu dan tenaga yang relatif banyak,
perlu keahlian khusus (dalam human relationship)
Teknik penerapan :
Persiapan : menentukan tujuan wawancara, menentukan isi pesan materi wawancara,
menentukan tempat dan waktu.
Pelaksanaan wawancara : tumbuhkan suasana yang baik (informal, kekeluargaan, tidak kaku
tetapi terarah) ; mulai wawancara dengan menggunakan bahasa sederhana (sesuai dengan
sasaran ), mulailah dengan persoalan yang mereka (sasaran) perhatikan, beri kesempatan
bicara seluas - luasnya, jadilah pendengar yang baik dan sopan santun.
10
f) Bantulah dia untuk dapat memahami kebutuhan emosinya.
g) Bimbinglah agar dia dapat menentukan rencana pemecahan masalah yang dialaminya
tersebut.
3. Curahsaran (Brainstorming)
Curahsaran (brain storming) atau sumbang saran tunjuk (round robin) adalah suatu teknik dalam
komunikasi kelompok yang bertujuan untuk memperoleh gagasan sebanyak – banyaknya dari
para peserta dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
Ciri – cirinya :
Kelompok terdiri dari 5 – 15 orang, suasana informal.
Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dan kedudukan
mereka tidak jauh berbeda.
Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face.
Para peserta mengemukakan pendapatnya.
Antara para peserta tidak boleh saling menyanggah.
Ada ketua kelompok yang mengatur pembicaraan, memancing pendapat peserta dan
menyimpulkan hasil pembicaraan.
Dibuat rumusan hasil pembicaraan yang dibacakan di depan sidang akhir pembicaraan.
Kelebihan : diperoleh saran pemikiran yang banyak dalam waktu yang singkat untuk satu
pemecahan masalah, pemikiran berdasarkan latar belakang keahlian yang berbeda, saling
menghargai pendapat setiap pemberi saran (tidak ada sangahan)
Kelemahan : pemikiran belum bersifat komprehensif karena ditinjau dari sisi / latar belakang
peserta yang berbeda, tidak ada sanggahan, tidak ada komunikasi antar anggota kelompok
kecuali mereka yang seprofesi yang membentuk sub kelompok.
Teknik penerapan :
Persiapan : tentukan tujuan yang akan dicapai, tentukan gambaran latar belakang profesi /
keahlian / pengalaman peserta.
Pelaksanaan : siarkan materi yang telah direkam, dicek serta disempurnakan, dimonitor
apabila ada tanggapan dari pendengar.
Ciri – cirinya :
Kelompok terdiri dari 5 – 20 orang, suasana informal
Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas, dan kedudukan
mereka tidak jauh berbeda
Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face.
Aktivitas harus terbagi rata diantara para peserta.
Ada ketua kelompok yang mengatur lalu lintas pembicaraan, penulis yang mencatat hasil
diskusi dan perumus yang menyusun rumusan akhir hasil diskusi.
Rumusan hasil diskusi dibacakan oleh ketua kelompok pada akhir sidang.
11
Kelemahan : kadang - kadang sulit dikendalikan, waktu yang diperlukan cukup panjang,
memerlukan persiapan yang mantap, pengarah harus menguasai materi.
5. Permainan Simulasi
Adalah sejenis diskusi kelompok dengan 8 – 15 pemain dan sejumlah penonton . Pemainnya
terdiri dari :
- satu orang pemimpin diskusi yang disebut fasilitator
- satu orang penulis yang bertugas mencacat hasil diskusi dan lain – lainnya.
- 1 – 3 orang pemegang peran : sebagai juru penerang (Jupen), penyuluh pertanian, bidan,
dokter dan sebagainya, sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas.
- 5 – 10 orang anggota yang berdiskusi setelah menjawab / menanggapi masalah – masalah
yang ditulis dalam beberan.
Kelebihan : peserta terlibat secara aktif, informasi - informasi yang penting perlu penekanan
telah disiapkan dalam bentuk pertanyaan, membuka kesempatan untuk setiap peserta
berargumentasi.
Teknik penerapan :
Persiapan : rumuskan tujuan simulasi secara jelas, siapkan materi yang dibutuhkan (beberan,
dadu, perangkat jawaban pertanyaan), siapkan peserta serta peranan masing - masing.
Pelaksanaan : undilah untuk mendapatkan suatu pertanyaan, peserta secara berurutan
memberi tanggapan / jawaban terhadap pertanyaan yang sesuai dengan nomor undian,
memberi kesempatan kepada peserta lain termasuk penonton untuk memberi tanggapan
(dilakukan oleh fasilitator)
6. Pameran
Pameran adalah penyajian suatu koleksi berupa benda asli, gambar, foto, bacaan, tulisan, skema,
diagram, atau bahan - bahan informasi yang lainnya yang disajikan dengan cara tertentu
sehingga menarik minat sasaran untuk membantu belajar mereka.
Kelebihan : menarik perhatian / minat pengunjung untuk mengetahui lebih banyak, dapat
menangkap informasi yang banyak.
Kelemahan : biaya mahal, perlu tenaga dan waktu yang banyak untuk persiapan, perlu
koordinasi yang baik.
Teknik penerapan :
Persiapan : tentukan tema dan tujuan pameran secara jelas sesuai dengan sasarannya,
siapkan sarana yang dibutuhkan, siapkan tempat yang strategis dan tenaga yang cukup.
Pelaksanaan : upaya menarik perhatian dengan suara, warna, gerakan atau hentakan,
serasikan pengaturan tata ruang, siapkan selebaran, leaflet, brooklet, dsb, evaluasi, tenaga
penjaga & alat peraga yang menarik.
12
7. Demonstrasi
Demonstrasi atau peragaan adalah suatu metode penyajian materi pendidikan yang dilaksanakan
dengan jalan memperlihatkan bagaimana suatu alat atau bagaimana suatu proses dan prosedur
suatu kegiatan dilaksanakan.
Kelebihan : menarik minat karena pasti menggunakan alat peraga, dapat memberi keyakinan
kepercayaan terhadap ide yang dilontarkan, mendorong untuk belajar dan menggunakan
prosedur tertentu.
Kelemahan : perlu persiapan matang, biayanya relatif besar, perlu tenaga dan waktu yang lebih
banyak
Teknik penerapan :
Persiapan : menyusun tujuan yang jelas sesuai dengan waktu yang ada dan sasarannya,
menyusun urutan kegiatan, menentukan / menyiapkan AVA yang digunakan.
Pelaksanaan : tunjukkan proses kegiatan berjalan sesuai dengan prosedur, beri kesempatan
pada satu atau dua peserta / sasaran untuk mempraktekkannya (mengulangi).
Penilaian : pertanyaan langsung atau dengan kuisioner mengenai materinya, penguasaan
metode/ prosedur, suasana/ lingkungan.
11. Forum
Merupakan salah satu bentuk komunikasi kelompok, dimana seorang pakar suatu cabang ilmu
pengetahuan membahas suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum di depan sejumlah
peserta / audience, yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.
Ciri – cirinya :
Hanya ada seorang pembicara, mengemukakan bahasan di depan audience.
Pembahasan terpusat pada pembicara tersebut (tidak didiskusikan).
Dilanjutkan dengan tanya jawab dengan audience.
Adanya moderator yang mengatur jalannya dialog.
Tidak dirumuskan hasil pembahasan.
13
12. Simposium
Merupakan diskusi kelompok, dimana beberapa pakar cabang ilmu pengetahuan yang berbeda
mendiskusikan suatu pokok bahasan di depan audience.
Ciri – cirinya :
Pembicara (disebut panelis) terdiri dari 3 – 7 pakar.
Diskusi dilaksanakan di depan sejumlah hadirin yang disebut floor.
Pembahasan terpusat pada masalah yang menjadi pokok pembicaraan.
Kadang – kadang juga dilanjutkan dengan tanya jawab dengan floor.
Ada moderator yang duduk ditengah panelis yang mengatur pembicaraan pada panelis dan
floor (jika diadakan tanya jawab).
Tidak dibuat rumusan hasil diskusi atau keputusan sidang.
13. Seminar
Merupakan diskusi kelompok dalam bentuk jumpa ilmiah yang berusaha memecahkan suatu
masalah sosial, diselenggarakan dengan sejumlah cendikiawan (biasanya 10 – 30 orang).
Ciri – cirinya :
Beberapa pakar menyajikan makalah sesuai keahlian masing – masing, didepan peserta.
Kemudian peserta dibagi atas kelompok – kelompok dan mengadakan diskusi kelompok.
Hasil kelompok disajikan dalam sidang pleno untuk dibahas.
Sidang kelompok dipimpin oleh pimpinan sidang kelompok, dan sidang pleno dipimpin oleh
pimpinan sidang pleno.
Sumber informasi : perpustakaan.
Harus menghasilkan rumusan hasil seminar.
Disini para peserta diundang untuk diminta partisipasi pemikirannya, buakn hadir untuk
menimba pengetahuan.
Kelebihan : dapat untuk melatih peserta (sasaran) dalam sikap atau keterampilan tertentu,
peserta aktif, pendorong peserta untuk menguasai suatu pengetahuan lebih baik.
14
Kelemahan : memerlukan waktu yang lama, perlu persiapan yang matang, sangat tergantung
peserta (pemain).
Teknik penerapan :
Persiapan : tentukan tujuan dan pokok permasalahan utama yang digunakan untuk tema
permainan peran, siapkan pemain - pemainnya dan peranan masing - masing
Pelaksanaan : laksanakan permainan sandiwara, mintalah umpan balik kepada peserta yang lain.
16. Sosiodrama
Adalah permainan peran denagn alur cerita yang lengkap, menggambarkan keadaan – keadaan
atau kejadian – kejadian yang sesungguhnya dalam masyarakat. Contohnya ludruk dan
sandiwara.
Dalam pertunjukan sosiodrama dapat diselipkan dialog – dialog yang berisi pesan – pesan
pendidikan, yang tidak jarang dapat lebih menarik dan mudah diterima oleh penonton /
masyarakat, dibandingkan dengan sarana – sarana pendidikan yang lain.
17. Wayang
Wayang ada bermacam – macam, misalnya wayang kulit (Jateng, jatim, Bali), wayang gedhog
(Jateng, Jatim), wayang golek (Jabar) dan wayang potayhi (Cina).
Wayang berarti bayangan atau gambaran . Cerita wayang sarat dengan bermacam – macam
pendidikan, misalnya sopan santun, etika, sosiologi, ketatanergaraan, patriotisme sampai pada
filsafat.
Disamping itu melalui dalangnya kita dapat menitipkan pesan – pesan pendidikan untuk
penonton / masyarakat, melalui dialog dari tokoh – tokoh tertentu dari wayang tersebut.
Wayang, ludruk, ketoprak dan pertunjukan lainnya merupakan media tradisional yang sering
kali sangat efektif untuk menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat luas.
15
B A B III
ALAT PERAGA
A. Pendahuluan
Dalam proses komunikasi telah disebutkan faktor - faktor yang berperan dalam
terselenggaranya suatu komunikasi, yaitu komunikator, komunikan, saluran dan pesan.
Namun demikian komunikasi yang efektif juga memerlukan sarana lain untuk memperjelas
pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga mudah pemahamannya.
Dengan memudahkan pemahaman ini komunikan menjadi lebih mudah menafsirkan
pesan yang diterima sehingga akan diperoleh sekecil mungkin terjadinya salah tafsir.
Untuk memperjelas pesan sehingga memudahkan komunikan menerima pesan dengan
benar dan untuk menghemat waktu yang digunakan untuk uraian - uraian penjelasan
mengenai informasi yang disampaikan seringkali lebih efektif menggunakan alat - alat
tertentu. Alat - alat tersebut biasa disebut alat bantu pendidikan atau alat peraga.
Pada dasarnya alat peraga ini adalah membantu memperjelas pesan dengan prinsip
bahwa makin banyak indera yang digunakan makin jelas pesan yang disampaikan. Dengan
perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin
kepada suatu obyek sehingga mempermudah persepsi. Alat peraga ini juga membantu
komunikan dalam proses pendidikan untuk memperoleh pengalaman/ pengetahuan lebih
banyak.
Yang dimaksud alat peraga atau alat bantu pendidikan adalah alat - alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan, dengan tujuan untuk
mempermudah penerimaan / pemahaman peserta didik
Setiap alat peraga memiliki intensitas yang berbeda dalam membentuk persepsi
seseorang. Hal ini tergantung pada berapa banyak indera peserta didik terlibat dalam
pemanfaatan alat peraga tersebut. Ukurannya pun berbeda - beda.
Alat peraga juga bisa benda aslinya. Tetapi dapat juga tiruan atau hasil imajinasi
sesuatu yang sulit untuk ditangkap oleh indera. Benda tiruan tersebut bisa sama ukurannya
dengan benda aslinya, lebih kecil atau lebih besar. Alat peraga semacam ini biasa disebut
juga dengan model.
Kerangka manusia diperagakan dengan membuat tulang tiruan seukuran kerangka
manusia dari bahan plastik. Bumi diperagakan dengan sebuah globe. Ikatan molekul -
molekul kimia diperagakan dalam sebuah ikatan atom - atom yang terdiri atas benda
berbentuk bulat dengan warna - warni yang berbeda dsb.
Menurut hasil penelitian para ahli, orang umumnya menerima stimulus / rangsangan
melalui panca indera dengan intensitas yang berbeda. Intensitas indera perasa menerima
1%, berikutnya 1% melalui indera peraba, 3% melalui indera penciuman, 11% melalui
indera pendengar dan 83% melalui indera penglihatan.
Berdasarkan intensitasnya, Edgar Dale membagi alat peraga menjadi 11 jenis, yang
digambarkannya dengan sebuah kerucut yang dipotong - potong secara horizontal. Pada
bagian puncak kerucut diletakkan stimulus berupa kata - kata, sedangkan dibawahnya
diletakkan stimulus tulisan, yang berarti bahwa lambang kata - kata atau pembicaraan
mempunyai intensitas satu tingkat lebih rendah dibanding yang berupa lambang tulisan
yang berada dilapisan bawahnya dan seterusnya. Lapisan yang paling bawah (dasar) adalah
berarti benda asli, dan yang paling puncak adalah kata - kata.
16
Ini artinya bahwa dalam proses pendidikan, alat peraga berupa benda aslinya
mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam membantu mempersepsikan materi
pendidikan. Sedangkan penyampaian berupa kata - kata atau omongan saja sangat rendah
intensitasnya.
1. kata – kata
2. tulisan
3. rekaman, radio
4. film
5. televisi
6. pameran
7. field trip / kunj.lapangan
8. demonstrasi
9. sandiwara
10. benda tiruan
11. benda asli
Alat peraga dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan menurut jumlah indera yang
terlibat, yaitu :
17
Beberapa contoh alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
adalah :
Alat peraga dapat diperoleh dengan membuat sendiri dari bahan - bahan yang
didapat disekitar kita, atau dari bahan - bahan yang tersedia di berbagai toko, atau dengan
membeli yang sudah jadi yang memang telah diproduksi secara profesional. Tidak semua
alat peraga yang canggih dan rumit serta mahal harganya selalu tepat untuk menyampaikan
informasi secara efektif.
Alat peraga yang sederhanapun seringkali memiliki efektifitas yang cukup baik
dalam memperjelas pesan atau informasi. Seorang komunikator yang terampil dalam
membuat sket atau gambar, cukup dengan kapur dan papan tulis telah mampu memberikan
ilustrasi yang menarik tentang materi yang diberikan. Oleh karena itu seringkali seorang
penyampai pesan membawa ahli atau seniman yang terampil membuat sketsa atau gambar
cerita ke lapangan untuk membantu membuat cerita gambar yang disesuaikan dengan
suasana kehidupan masyarakat sasaran.
Alat peraga sederhana dibuat dengan bahan - bahan yang murah dan mudah
diperoleh dari daerah setempat. Umumnya dibuat gambar atau ditulis dengan bahasa
sederhana tetapi mudah dimengerti, erat dengan suasana yang mencerminkan kehidupan,
kebiasaan dan kepercayaan atau adat - istiadat setempat.
Alat peraga yang canggih (complicated) memerlukan keterampilan khusus dalam
mempergunakannya dan diperlukan pula fasilitas - fasilitas pendukung lainnya seperti
tersedianya aliran listrik.
Cara menggunakaan alat peraga sangat tergantung pada jenis alatnya. Menggunakan
gambar sudah barang tentu berbeda dengan menggunakan film strip, dsb. Di samping itu
juga dipertimbangkan faktor sasaran yang dihadapi.
Untuk masyarakat yang banyak buta huruf akan lebih baik menggunakan alat peraga
seperti film atau sosiodrama. Tetapi yang terpenting dalam penggunaan alat peraga harus
menarik sehingga menarik minat sasaran. Peranan penyuluh atau komunikator sangat besar
untuk memacu sasaran agar lebih tertarik.
18
Pada waktu menggunakan alat peraga, hendaknya diperhatikan hal - hal sebagai
berikut :
1. Senyum anda adalah sangat penting dalam rangka menarik simpati warga belajar.
2. Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan atau diperagakan itu adalah
penting
3. Pandangan mata hendaknya tertuju ke seluruh pendengar, agar mereka tidak
kehilangan kontrol dari pendidik.
4. Suara hendaknya ditukar - tukar agar pendengar tidak bosan atau mengantuk
5. Ikut sertakan peserta, beri kesempatan untuk memegang atau mencoba alat - alat
tersebut
6. Sesekali berilah humor guna menghidupkan suasana
3. Membantu sasaran untuk dapat memahami dengan lebih cepat dan lebih baik
Hal ini akan membantu dalam menegakkan pengertian yang diperoleh. Tafsirannya
menjadi lebih tepat sesuai dengan maksud yang disampaikan komunikator.
5. Beberapa jenis alat peraga mampu menjangkau sasaran yang lebih banyak dan luas
Alat peraga seperti pengeras suara, film slide dan juga film bersuara, dan sejenisnya
bisa menyajikan informasi yang diterima oleh orang banyak atau massa.
19
BAB IV
CARA – CARA PENDEKATAN EDUKATIF
KEPADA MASYARAKAT
A. Pendekatan Massa
Sekumpulan orang dengan jumlah yang tidak bisa dihitung secara pasti disebut
massa. Pendekatan edukatif melalui massa memang tidak mengharapkan terjadinya
perubahan perilaku, tetapi lebih kepada sosialisasi atau pemekaan terhadap suatu program
sehingga masyarakat menyadari kemudian memperhatikan informasi bahwa akan ada
tahapan berikutnya, akan terselenggara program yang memerlukan partisipasi masyarakat.
Hal – hal yang harus diperhatikan seorang komunikator dalam berkomunikasi
dengan massa adalah apa yang disebut dengan 7 C of Communication , yaitu :
B. Pendekatan Kelompok
Menurut Lewin, kelompok adalah suatu kesatuan yang dinamis berdasarkan lebih
dari saling ketergantungan dari pada kesamaan. Sedangkan menurut Brodbeck, kelompok
adalah sekumpulan orang – oeang yang satu dengan lainnya berada dalam suatu
hubungan tertentu. Macam hubungan yang dapat diberikan sebagai contoh sudah tentu
20
tergantung pada atau menentukan macam kelompok yang bersangkutan, apakah kelompok
itu kelompok keluarga, kelompok pendengar, kelompok butuh, dan lainnya.
Pembentukan organisasi yang baru akan lebih efektif bila dilatarbelakangi oleh :
1. Pembentukan kelompok
Dibentuk dengan tujuan tertentu. Kelompok yang terdiri dari anggota – anggota yang
mungkin baru dikenal akan mengalami proses perkembangan sebagai berikut :
a) Fase pengenalan, disini masing – masing anggota saling memperkenalkan diri baik
secara formal (mengenai identitas, status, asal, latar belakang pekerjaan,
pengalaman, pendidikan terakhir, dll.) maupun secara informal. Pada tahap ini
masing – masing anggota akan saling menilai, menemukan ciri khas / sifat masing
– masing anggota, berorientasi sampai sejauh mana peranan / pengaruh masing –
masing terhadap kelompoknya. Fase ini intinya adalah anggota dapat menerima
aktivitas kelompok.
2. Dinamika kelompok
Menurut Cartwight and Zander, dinamika kelompok adalah cara – cara tertentu yang
direncanakan untuk meningkatkan keterampilan di dalam hubungan antar sesama
manusia dan pengelolaan pertemuan – pertemuan dan kepanitiaan.
21
aturan perkembangan kelompok, hubungan kelompok dengan individu atau kelompok
lain dan lembaga yang lebih besar.
22
waktu ke waktu. Kebaikan dari program ini ialah terkendalinya program latihan,
tanpa mematikan inisiatif peserta. Sedangkan keburukannya adalah persiapannya
yang membutuhkan waktu dan energi pelatih, yang harus selalu menganalisis
perkembangan dari satu mata acara ke mata acara berikutnya dalam waktu yang
kadang – kadang sempit.
3. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang terarah pada suatu pertimbangan
pemecahan suatu masalah, dibawah koordinasi seorang pemimpin yang terlatih.
Diskusi kelompok merupakan suatu arena pertukaran pendapat atau pandangan –
pandangan dan pengalaman terhadap suatu masalah, dimana pendapat yang berbeda itu
dapat disatukan untuk medapatkan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.
23
c) Peranan peserta diskusi
Yang dimaksud dengan peserta diskusi kelompok adalah setiap orang yang melibatkan
diri secara aktif dalam diskusi kelompok. Mereka terdiri dari pemimpin kelompok,
pengamat (observer), pencatat, nara sumber (resource person) dan anggota kelompok.
Jumlah peserta diskusi kelompok sebaiknya dibatasi antara 6 – 20 orang. Jika terlalu
sedikit, maka diskusi cenderung dikuasai oleh seseorang yang mempunyai kekuatan
mendominasi sehingga berpengaruh terhadap kesimpulan . hasil diskusi. Tetapi jika
terlalu banyak juga akan menyebabkan tidak semua peserta mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya sehingga suasana akan menjadi ribut.
Nara sumber :
Adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu yang dapat memberikan keterangan –
keterangan yang dibutuhkan kelompok dalam memecahkan masalah. Nara sumber
yang biasanya memberikan nasihat – nasihat untuk kepentingan kelompok disebut
juga konsultan. Bila kebetulan pimpinan diskusi memiliki keahlian dalam bidang yang
dibahas, maka dia juga dapat bertindak sekaligus sebagai nara sumber.
Pencatat (notulen) :
Adalah orang yang bertugas mencatat hal – hal penting seperti usul – usul, tindakan
atau keputusan yang akan diambil. Keputusan yang telah disepakati kelompok
dibacakan oleh notulen atau moderator pada bagian akhir diskusi.
Pengamat (observer) :
Adalah orang yang mengamati proses yang terjadi dalam diskusi. Dan bila diminta dia
dapat mengemukakan pendapatnya. Observer bukanlah anggota kelompok.
- Ruangan
Ruangan harus cukup luas, suhunya sejuk, ventilasi yang memadai untuk pertukaran
udara, pencahayaan cukup terang, sound sistem yang memadai, peralatan yang
cukup tersedia (seperti papan tulis dan perlengkapannya, dll).
24
- Jumlah peserta
Jumlah peserta disesuaikan dengan kapasitas ruangan dan tidak terlalu banyak.
- Lamanya diskusi
Disarankan satu sidang diskusi waktunya antara 45 – 60 menit, kemudian istirahat
sebentar untuk menghadapi diskusi berikutnya.
e) Proses diskusi
- Persiapan
Disamping persiapan lingkungan fisik, juga harus dipersiapkan materi bahasan
(topik, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam diskusi kelompok).
f) Evaluasi
Evaluasi ini berguna bagi penyelenggara diskusi kelompok dan orang – orang yang
terlibat didalamnya, agar tidak mengulang kesalahan yang sama dalam acara diskusi
selanjutnya.
C. Pendekatan Perorangan
Pendekatan perorangan atau individual pada dasarnya adalah sama tujuannya, yaitu
untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan kesehatan masyarakat. Bila pendekatan ini
tepat sasaran, maka akan membuahkan hasil yang luar biasa. Yang paling besar
manfaatnya adalah pendekatan individual kepada tokoh – tokoh kunci dalam masyarakat.
Komunikasi yang intens lebih baik dilakukan secara informal. Bila tokoh kunci telah
dipengaruhi untuk bersedia berpartisipasi aktif, mereka akan mempengaruhi secara
individual pula kepada para pengikut atau kelompok yang ada dibawahnya.
25
BAB V
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan
H.L. Blum menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor
lingkungan (environment), faktor perilaku (behaviour), faktor pelayanan kesehatan (health service)
dan faktor keturunan (heredity). Di negara berkembang, faktor lingkungan merupakan faktor
terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan, karena erat kaitannya dengan penyakit – penyakit
infeksi.
Sedangkan dinegara maju, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku.
Perubahan gaya hidup, penggunaan obat – obat terlarang, konsumsi makanan yang tidak segar
seperti makanan instan, makanan dalam kaleng dan sebagainya akan mempengaruhi kesehatan.
Gaya hidup masyarakat di kota – kota besar jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan,
terutama yang berkaitan dengan pola konsumsi makanan, obat – obatan, pekerjaan dan sebagainya.
Oleh karena itu pola perkembangan jenis penyakitpun berbeda antara daerah pedesaan dengan
perkotaan. Hal ini terjadi karena perubahan perilaku.
Di pedesaan masalah perilaku sangat berkaitan dengan ketidaktahuan. Artinya perilaku yang
tidak sesuai dengan konsep – konsep hidup sehat disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya
pemahaman. Sementara di wilayah perkotaan pada umumnya perilaku yang tidak sesuai dengan
konsep – konsep hidup sehat lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, prestise atau sejenisnya.
Dapat disimpulkan bahwa baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, faktor perilaku
berpengaruh terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Untuk mengadakan perubahan perilaku
agar masyarakat mampu mengubah gaya hidup atau memahami konsep – konsep hidup sehat, salah
satu pendekatan edukatif adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat.
26
B. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Istilah pendidikan kesehatan masyarakat berasal dari bahasa Inggris, yaitu terjemahan dari
Public Health Education. Pada dasarnya pengertian penyuluhan adalah sama dengan pendidikan.
Oleh karena itu dalam uraian – uraian berikut kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan dan
kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan.
Pendididkan kesehatan masyarakat belum lama berkembang. Dimulai dari Rusia pada tahun
1893, lalu di Amerika Serikat pada tahun 1899 dan Jerman pada tahun 1911. Sedangkan pendidikan
kesehatan masyarakat dimulai sejak tahun 1920, dengan disebarkannya poster, pamflet yang
dikeluarkan oleh Dinas Pengobatan Sipil yang disebut Medische Hygienische Propaganda. Usaha
yang dijalankan adalah memberikan penerangan kepada penderita cacingan.
Pada tahun 1945 pendidikan kesehatan masyarakat mulai medapat tempat dalam usaha
pemerintah di bidang kesehatan. Pada tahun 1968 dan 1970 diadakan Workshop Nasional
pendidikan kesehatan masyarakat . Dan pada tahun 1970 itu juga dikeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI untuk pembentukan unit – unit pendidikan kesehatan masyarakat di propinsi –
propinsi pulau Jawa dan Bali. Tahun 1971 dibentuk Proyek Pengembangan Tenaga Spesialis
Penyuluhan Kesehatan yang merupakan spesialis pendidikan kesehatan masyarakat dalam jangka
waktu 5 tahun.
Menurut Nyswander, D. :
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam individu seseorang
yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan kesehatan baik secara perseorangan maupun
masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain,
pendidikan kesehatan bukan suatu rangkaian prosedur yang dilaksanakan atau produk yang
akan dicapai ; tetapi adalah suatu proses perubahan yang dinamis dari suatu perkembangan
dimana seseorang menerima atau menolak informasi yang baru, sikap yang baru dan tindakan
yang baru yang berhubungan dengan tujuan – tujuan dari hidup sehat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain, kita tidak mendidik
masyarakat dalam arti tidak mengubah masyarakat, tetapi masyarakat mengubah dan mendidik
sendiri kebiasaan dan tingkah lakunya. Yang dapat kita lakukan sebagai pendidik adalah
27
mencipatakan suasana untuk masyarakat agar mereka dapat mengubah kebiasaan atau tingkah
lakunya.
Pendidikan kesehatan baru dapat dikatakan berhasil bila yang dididik sudah merubah tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan.
Proses Adopsi
Di atas telah diuraikan bahwa pendidikan kesehatan masyarakat baru dapat dikatakan berhasil
bila yang dididik sudah merubah tingkah lakunya. Sehubungan dengan hal tersebut, Rogers
mengemukakan bahwa setiap penerimaan suatu perubahan biasanya melalui proses yang meliputi
lima tahap / fase, yaitu fase kesadaran (awareness), perhatian (interest), evaluasi (evaluation), coba
– coba (trial) dan fase adopsi (adoption).
Proses ini disebut proses penerimaan (adoption process) dalam menyebarluaskan
pembaharuan (diffusion of innovation).
28
untuk mengetahui lebih banyak informasi, sehingga mereka lebih peka terhadap tindakan –
tindakan kesehatan.
4. Motivasi
Adalah dasar suatu tindakan yang diambil oleh seseorang atau masyarakat untuk merubah
perilakunya. Untuk memotivasi masyarakat agar mereka mau menggunakan pengetahuan
kesehatan dalam bertindak, mereka harus memiliki motif seperti untuk mempertahankan hidup,
untuk melanjutkan keturunan, menyatakan diri, mendapatkan respons emosional, mendapatkan
keamanan atau kombinasi dari motif – motif tersebut.
29
10. Upaya Kesehatan Kerja
11. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Upaya Kesehatan Jiwa
13. Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan
14. Upaya Penyuluhan Kesehatan
15. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
16. Upaya Kesehatan Olah Raga
17. Laboratorium Sederhana
18. Upaya Kesehatan Lain
Ditinjau dari segi sasaran atau tempat sasarannya, maka ruang lingkup penyuluhan kesehatan
dapat dilakukan di rumah, sekolah, tempat kerja, rumah sakit ataupun masyarakat luas.
Di sekolah meliputi :
1. Keadaan lingkungan fisik sekolah.
2. Hidangan makanan di sekolah.
3. Olah raga.
4. Perilaku kesehatan siswa.
5. Perilaku kesehatan para guru.
6. Cara – cara mengatasi keadaan darurat kesehatan.
30
E. Strategi Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Strategi adalah langkah – langkah yang diambil untuk mencapai suatu tujuan, dimana langkah
– langkah tersebut dapat diartikan sebagai pemikiran – pemikiran atau tindakan – tindakan.
Komunikasi selalu dilakukan untuk tujuan – tujuan tertentu, yaitu adanya perubahan dalam
pengetahuan, sikap dan perilaku. Untuk mencapai tujuan ini komunikasi yang diterapkan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat dilakukan strategi sebagai berikut :
31
3. Yang perlu dipahami penyuluh
Penyuluhan kesehatan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang masalah yang akan
ditanggulangi, daerah dan masyarakat yang menjadi sasaran, sarana yang diperlukan dan yang
tersedia yang dapat dimanfaatkan, metoda dan teknik penyuluhan.
4. Rencana evaluasi penyuluhan harus dibuat pada waktu penyusunan rencana program
Keberhasilan pelaksanaan suatu program dapat diketahui dengan mengevaluasi kegiatan
dibandingkan dengan rencana yang telah disusun. Dengan demikian rencana evaluasi pada
dasarnya mengacu pada rencana penyuluhan yang disusun.
Suatu rencana penyuluhan yang baik setidak – tidaknya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
32
1. Mengenal masalah dan masyarakat
Sebagaimana telah disinggung bahwa apa yang terjadi di masyarakat ( the real neds atau social
needs ) belum tentu menjadi kebutuhan yang mereka rasakan ( the felt needs ). Demikian juga
program kesehatan yang dilaksanakan belum tentu yang menjadi kebutuhan masyarakat,
padahal program kesehatan harus dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada ( social
needs ). Untuk itu perlu diperhatikan :
a) Mengenal program yang akan ditunjang, misalnya program yang akan ditunjang adalah
mengenai penertiban pengawasan obat dan makanan.
b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi program, misalnya program diatas
dilatarbelakangi oleh terjadinya penyimpangan dalam peredaran / penggunaan obat dan
makanan.
Karena yang akan menjadi sasaran penyuluhan adalah masyarakat, maka berbagai informasi
tentang latar belakang masyarakat tersebut perlu dipahami. Hal yang perlu diketahui antara lain
:
a) Pengetahuan masyarakat, yaitu pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan
kepada mereka.
b) Sikap masyarakat, bagaimana kira – kira sikap masyarakat terhadap apa yang akan
disampaikan dalam penyuluhan. Apakah hal ini akan bertentangan dengan norma – norma
setempat ?
c) Penerapan, apakah mereka sudah menerapkan apa yang akan disampaikan dalam
penyuluhan ? atau dulu pernah menerapkannya ? lalu bagaimana hasil penerapannya ? Hal
ini perlu diketahui agar sasaran jangan sampai merasa bosan mendengarkan materi
penyuluhan.
d) Karakteristik demografi dan sosial budaya, yaitu yang menyangkut susunan umur, tempat
tinggal, jenis kelamin, tingkat sosial, bahasa, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat,
pekerjaan dan sebagainya.
33
4. Menentukan sasaran penyuluhan
Sasaran disini lebih mengarah pada tujuan khusus, yang berarti tidak mencakup sasaran yang
diharapkan dalam tujuan umum (program).
Tetapi bila metode yang digunakan dalam bentuk ceramah atau bahasa tulis melalui media,
maka isi pesan tersebut harus disusun dengan jelas, bahasa sederhana dan lugas, terorganisasi
dalam suatu sistematika yang baik, menarik untuk dapat diterapkan atau dicoba oleh sasaran.
Namun secara umum, dalam menentukan isi penyuluhan harus memperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
a) Isi penyuluhan harus jelas, hal ini dapat ditunjang dengan pemilihan simbol (seperti gambar,
gerakan dsb) yang tepat.
b) Disampaikan dalam bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh sasaran, karena itu penting
bagi penyuluh untuk mengetahui latar belakang bahasa yang digunakan oleh masyarakat
sasaran.
c) Tersusun dalam suatu sistematika yang baik.
d) Isi penyuluhan harus dipertimbangkan dengan waktu yang tersedia, hal ini juga tergantung
dari metode yang dipilih.
e) Isi penyuluhan dapat dilaksanakan oleh sasaran, hal ini sangat terkait dengan kemampuan
sasaran.
b) Apabila tujuan tersebut adalah untuk menimbulkan perubahan sikap pada sasaran, hal ini
berarti sasaran diharapkan mampu menimbang – nimbang mana yang baik dan buruk, mana
yang disukai dan yang tidak, atau dalam tahap evaluasi. Bila proses adopsi yang diharapkan
seperti itu maka metode yang dipilih menekankan pada pendekatan kelompok, misalnya
dengan diskusi kelompok.
34
7. Menentukan media penyuluhan
Dalam pemilihan media penyuluhan, disamping disesuaikan dengan tujuan dan sasaran
penyuluhan, juga harus disesuaikan dengan hasil yang akan dicapai, metode yang dipilih, biaya
yang tersedia dan sarana yang dimiliki oleh pihak penyuluh.
b) Penilaian pada proses, hal ini dilakukan pada setiap tahapan penyuluhan. Penyimpangan
yang mungkin terjadi pada setiap tahap harus segera diperbaiki, dan bila ada hambatan harus
segera dicarikan jalan keluarnya.
c) Cara penilaian, dilaksanakan secara langsung atau observasi langsung ataupun dengan cara
tak langsung, yaitu melalui laporan. Cara apapun yang dipilih harus dilengkapi dengan
instrumen untuk mengukur / mengetahui penyimpangan yang terjadi atau hasil yang dicapai.
d) Indikator penilaian, disusun dalam suatu bentuk instrumen penilaian yang dilandasi atas
rumusan – rumusan dalam perencanaan, baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Indikator
yang baik adalah yang mencerminkan hasil kegiatan secara kuantitaif.
f) Petugas penilaian, bertugas untuk menilai proses dan hasil penyuluhan, dilakukan secara
berkelanjutan dan memerlukan tenaga khusus untuk menanganinya.
35