Anda di halaman 1dari 113

375.

615 1
Ind
i

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Jilid II ( untuk kelas II )
Cetakan Kedua

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Jilid II ( untuk kelas II)
Cetakan Kedua

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Penyusun : 1. Didik Sarudji, M.Sc.


2. Syaiful Anwar, S.KM
3. Drs. Imam Suparni, B.Sc.
4. Drs. Sri Marhaendra Datta
Tim Pembahas / Editor :
1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar
2. Drs. Seno Soetopo, Apt.
3. Drs. Moh. Hikmat, Apt.
4. Susanti Sofas, S.Si., Apt.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjukNya, buku pegangan untuk
siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun kembali.
Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan
ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah
Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur
SMF Se Indonesia.
Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta
didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan
dibidang kesehatan umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami
harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

Jakarta, Mei 2002

ii
PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam


bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah
Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah
Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi
seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi
lainnya.
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat II ini disusun kembali untuk
disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan
akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa
Sekolah Menengah Farmasi..
Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi
murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk
guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para
guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan
redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat
mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan buku ini.
Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim
Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat
terbit pada waktunya.

Jakarta, Mei 2004

iii
DAFTAR ISI

Hal.
Kata Pengantar ii
Pengantar Dari Sekber iii
Daftar Isi iv
BAB I : EPIDEMIOLOGI
A. Pengertian 1
B. Manfaat Epidemiologi 2
C. Riwayat Perjalanan Penyakit 2
D. Rantai Penularan Penyakit 5

BAB II : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


A. Pendahuluan 16
B. Pembagian Penyakit Menular 17
C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 18
D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan 20
Penyakit menular
E. Penyakit Menular yang Dilaporkan 21
F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan 22
Penyakit Menular
G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya 23
H. Beberapa Jenis Parasit dan penyakit Yang 31
Ditimbulkannya

BAB III : PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN


ALKES
A. Tujuan dan Sasaran 39
B. Masalah Yang Dihadapi 40
C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan 41

iv
BAB IV : HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN
KERJA (HYPERKES)
A. Pengertian 43
B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan 43
C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya 43

BAB V : KEPENDUDUKAN, KIA DAN KB


A. Kependudukan 46
B. Permasalahan Kependudukan di Indonesia 57
C. Kesehatan Ibu dan Anak 60
D. Keluarga Berencana 62

BAB VI : STATISTIKA KESEHATAN


A. Pendahuluan 70
B. Kegunaan Statistik 71
C. Jenis Statistik 71
D. Langkah – Langkah Penyusunan Statistik 73
E. Vital Statistik 77

BAB VII : MASYARAKAT


A. Pendahuluan 80
B. Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial 81
C. Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial 85
D. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan 88

BAB VIII : KEBUTUHAN KELOMPOK


A. Kelompok – Kelompok Sosial 91
B. Ciri – Ciri Kelompok Sosial 95
C. Bentuk – Bentuk Kelompok Sosial 96
D. Dinamika Kelompok Sosial 97
E. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu 100
F. Interaksi Sosial 101

v
BAB I
EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian

Epidemiologi berasal dari bahasa latin , epos atau epi yang


berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos
atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi adalah
ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau masyarakat.
Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular,
epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi
dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta
faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu
bukan merupakan satu – satunya masalah kesehatan yang mungkin
dialami oleh sekelompok manusia atau masyarakat, dalam
pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang
mempengaruhinya.
Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup
epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada
masalah penyakit menular saja melainkan meliputi juga penyakit
tidak menular serta masalah – masalah kesehatan lainnya. Akan
tetapi meskipun demikian , titik berat perhatian epidemiologi tetap
ditujukan pada masalah – masalah penyakit, karena berbagai
masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila
ada hubungannya dengan penyakit.

1
B. Manfaat Epidemiologi

Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya


penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi adalah :
1. Dapat menerangkan sebab – sebab timbulnya peristiwa
penyakit serta perkembangan alamiahnya.
Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang
dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit
DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides
aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan
musim hujan.
2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun
rencana – rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF
seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang
sebaik – baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan
pemberantasannya.
3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan
– kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari
penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk
mengadakan evaluasi apakah kegiatan–kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit,


yaitu :
1. Manusia sebagai tuan rumah ( host )
2. Penyebab / hama penyakit ( agent )
3. Lingkungan yang mempengaruhi ( enviroment )

Ketiga faktor itu mempunyai hubungan yang bersifat majemuk dan


kompleks, karena ketiga – tiganya mempunyai sifat yang sewaktu –

2
waktu dapat berubah dan juga karena hubungan ini bersifat timbal
balik.
Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga
faktor tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu
dalam keadaan seimbang.
2. Orang menderita sakit apabila daya tahannya sebagai host
menurun.
3. Orang menderita sakit apabila kemampuan hama penyakit
meningkat.
4. Orang menderita sakit karena lingkungan berubah ke arah
yang merugikan host (negatif).

1 Sehat : ketiga faktor


dalam keadaan
TT HH seimbang
LL

2 Sakit : daya tahan


T host menurun
HH
LL

3 Sakit : kemampuan
TT hama penyakit
HHH meningkat
LL

4 Sakit : lingkungan
TT berubah menjadi
HH negatif

3
Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada
tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya
gejala – gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah
perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang
bersangkutan.

Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap,


yaitu :
1. Tahap infeksi, adalah suatu tahapan dimana hama penyakit
(agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi
gejala – gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang
disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit,
lamanya berbeda – beda. Sebagai contoh, penyakit kolera
mempunyai masa tunas beberapa jam sampai lima hari.

2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala – gejala


penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi
sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan
aktifitas sehari – hari dan apabila berobat juga cukup dengan
berobat jalan.

3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah


hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara
normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan.

4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit


ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu :
a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk
maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan
sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat, disini penyakit berakhir tetapi tuan
rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat
mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental
ataupun cacat sosial.
c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi
tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang

4
bersangkutan, yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan
sakit lagi serta dapat menulari orang – orang yang ada
disekitarnya.
d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti
tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala
– gejala penyakitnya tidak bertambah berat juga tidak
bertambah ringan, disebut juga menahun.
e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi
keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh
setiap tindakan kedokteran.

D. Rantai Penularan Penyakit

Bagian terbesar penyakit adalah penyakit infeksi, yaitu


penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Penyakit infeksi yang menular
2. Penyakit infeksi yang tidak menular

Penyakit menular adalah penyakit yang secara alamiah dapat


berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi
akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon
penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada
manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari
ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang mempunyai sifat
demikian disebut zoonosa.
Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan
memerlukan adanya hal –hal atau syarat – syarat tertentu yang
biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan
penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan
proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.

5
Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu :
1. Adanya sumber penularan
2. Adanya hama penyakit
3. Adanya pintu keluar
4. Adanya cara penularan
5. Adanya pintu masuk
6. Adanya kerentanan

1. Sumber Penularan
Sumber penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana
hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah.
Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular
kepada orang lain.
Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam,
yaitu :

a. Manusia ( Human Reservoir )


Human reservoir dapat berupa :
1. Orang sakit dengan gejala – gejala yang jelas (kasus
klinis)
2. Orang sakit dengan gejala – gejala yang tidak jelas (kasus
sub klinis)
3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya
mengandung dan mengeluarkan hama penyakit.

Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada


berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru –
paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang
dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum),
urine, faeces, nanah , cairan luka dan lain – lain, yang
sewaktu – waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada
orang lain.

6
b. Hewan ( Animal Reservoir )
Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan
beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biri-
biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus
(penyakit pes) dan babi (cacing pita).

c. Lain – Lain Sumber Penularan


Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah
terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari
basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing – cacing
(cacing ankylostoma, ascaris dan lain – lain), yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas
berterbangan bermacam – macam mikro organisme yang
juga dapat menimbulkan penyakit – penyakit seperti
streptococcus, staphylococcus dan lain – lain.

2. Hama Penyakit
Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme
yang merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama
penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu

a. Golongan hewan
1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma
gambiense, Plasmodium malariae
2. Cacing – cacing, misalnya Filaria bancrofti,
Ancylostoma duodenale, Taenia solium.
3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab
penyakit scabies.

b. Golongan tumbuh – tumbuhan.


1. Bakteri, misalnya bermacam – macam coccus, basil dan
spirillium.
2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit
panu.

c. Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS dan Campak.

7
d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab
penyakit thypus bercak wabahi.

Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai


parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel – sel jaringan
tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui
toksin (racun) yang dihasilkannya.

Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit),


terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif
(fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani
dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya
banyak terdapat di tanah, debu dan benda – benda yang kotor
hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara
kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus
aure s yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan
menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan
sampai pada luka kulit.

3. Pintu Keluar
Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit
sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa
jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda –
beda.

Pintu keluar dapat berupa :

a. Alat Pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas,
berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini
terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan
difteria.

8
b. Alat Pencernaan Makanan
Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita
muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera.
Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak
memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan
hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera
hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita.

c. Alat Kencing dan Kelamin


Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya
gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain – lainnya.

d. Luka pada Kulit


Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit
(misalnya luka pada penyakit syphylis).
2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk,
kutu atau pinjal).
3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas
suntikan).

Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit


framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka
(exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat
terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah
penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak
pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit
dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit
hepatitis infectiosa dan AIDS.

4. Cara – Cara Penularan


Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses –
proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga
dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing – masing

9
penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang
satu berbeda dengan yang lain.
Cara – cara penularan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact)


Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu :

(1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis


melalui hubungan seksual.

(2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi


misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang
tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita,
kemudian makan tanpa terlebih dahulu
membersihkan tangannya.

(3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi .


Benda – benda bekas dipergunakan oleh penderita
dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya
saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan
sebagainya, karena benda – benda tersebut telah
terkontaminasi dengan produk dari penderita yang
sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit.

(4) Melalui titik ludah (Droplet Infection)


Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru
dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau
berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan
butir – butir yang amat halus dariludah dan ingusnya
ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir – butir
ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu
terisap oleh orang lain pada saat bernafas.

(5) Melalui udara (Air Borne Infection)


Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas
mempunyai ukuran / diameter bermacam – macama.

10
Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang –
layang di udara, sedangkan butir – butir yang cukup
besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir –
butir yang melayang di udara apabila mengering akan
meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang
disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang
jatuh di tanah apabila mengering akan membentuk
debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan
perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei
maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat
tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan
penularan pada orang banyak melalui pernafasan.

b. Melaui Air ( Water Borne Infection )


Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam
penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri,
radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit
karena cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang
mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces
manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu
(faecal-oral infection).

c. Melalui Makanan (Food Borne Infection)


Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas
juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan
dapat terjadi karena :
 Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat
diproses oleh orang yang sedang menderita sakit
atupun carrier dari penyakit tersebut.
 Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan
perantaraan lalat.
 Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci
terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi,
padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan
sebagainya.

11
Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit –
penyakit tersebut, misalnya karena diproses oleh karyawan
yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit –
penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi
dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang
bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan
Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih
dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi.

d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod


Borne Infection)
Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa
macam penyakit seperti di bawah ini :

Jenis Serangga Nama Penyakit Penyebab Penyakit

Lalat rumah Kolera Vibrio cholerae


Typhus perut Salmonella typhosa
Dysentri basili Shigella dysentriae
Dysentri amoeba Entamoeba
hystolytica
Hepatitis infectiosa Virus Hepatitis
Infectio
Poliomyelitis ant. acuta Virus Poliomyelitis
ant. act.
Nyamuk Malaria Plasmodium
malariae sp.
Nyamuk Aides Dengue Haemorrhagic Virus DHF
aegypti Fever
Demam kuning Virus demam kuning
Nyamuk Culex Elephantiasis Cacing Filaria sp.
fatigan
Kutu manusia Relapsing fever Spirochaeta
Pinjal tikus Pes Pasterella pestis

12
e. Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril
Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik,
jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga
menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit.
Penularan terjadi misalnya karena jarum bekas menyuntik
orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit –
penyakit yang dapat menular dengan cara demikian
misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.
Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit
dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan
disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum
suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang.

5. Pintu Masuk
Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian – bagian
badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke
dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu
masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ;

a. Alat Pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC
paru, influensa dan difteria.

b. Alat Pencernaan Makanan


Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan
thypus perut

c. Alat Kencing dan Kelamin


Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan
AIDS

d. Luka pada Kulit


Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga,
misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes.

13
Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan
penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.

6. Kerentanan
Kerentana adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk
menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan
rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan
hama penyakit.

Dalam kenyataan hidup sehari – hari meskipun kita dikelilingi


dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung
jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh
adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas
2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh
khusus yang pembagian selengkapnya adalah sebagai berikut :

Pertahanan Tubuh Umum :


1. Pertahanan tingkat pertama :
- kulit yang utuh
- mukosa yang utuh
- kuku
- rambut
- bulu hidung
- ekskresi tubuh
2. Pertahanan tingkat kedua :
- tonsil
- hati
- limpa
- kelenjar lymphe

Pertahanan Tubuh Khusus :


1. Yang bersifat seluler :
- antibodi
- leukositosis
- pagositosis

14
2. Yang berifat hormonal :
(a) Bawaan yaitu konstitusi tubuh dan genetik tubuh

(b) Didapat :
1. Bersifat aktif
Buatan : immunisasi
Alamiah : sembuh dari sakit

2. Bersifat pasif :
Buatan : pemberian serum
Alamiah : diperoleh dari ibu

Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna,


baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat karena
tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang
menyerangnya.

15
BAB II
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

A. Pendahuluan

Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di


Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik
tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai
banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan
dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan
satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan
dan tindakan dapat segera diambil.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB :
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB
apabila memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada /
tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama


tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih


dibandingkan dengan periode sebelumnya.

16
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan


kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata
– rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS :


- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis)

- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode


4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas
dari penyakit yang bersangkutan.

7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita,


seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.

B. Pembagian Penyakit Menular

Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit


menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Penyakit yang bersifat kronis endemis
2. Penyakit yang bersifat akut epidemis

1. Penyakit kronis endemis


Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang
secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam
masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang
termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta,
trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit
tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat
Indonesia.

17
2. Penyakit akut epidemis
Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang
secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung
dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa
penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit
wabah.

C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984

Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU


No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk
penyakit wabah adalah :

1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari :


a. Pes (Plague)
b. Kolera (Cholera)
c. cacar (Smallpox)
d. Demam Kuning (Yellow Fever)
e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus
Epidemika)

2. Penyakit Non Karantina :


a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis)
b. Para Typhus A, B dan C
c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris)
d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa)
e. Para Cholera Eltor
f. Diphteria
g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis
Epidemica)
h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)

18
3. Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri
Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.

Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai


dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang
pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara
internasional.
Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan
seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit
Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang
diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar
menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,
dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan
dibebaskan.
Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit
karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :
 Pes : 6 hari
 Kolera : 5 hari
 Cacar : 14 hari
 Demam Kuning : 6 hari
 Demam Balik – Balik : 8 hari
 Typhus Bercak Wabahi : 14 hari

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit


karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang
diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk :

1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit


karantina di negara masing – masing.

2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan


yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah
keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat
perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara,
kereta api, bus dan lain – lain.

19
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah
dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :
1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.

Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan


baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit
Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit
karantina di kapal / pesawatnya.
UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang
menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya
penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib
melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit
Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah
maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok
Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang
wajib dilaporkan ).

D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit


Menular

1. Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit


menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.

2. Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit


menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif tetap dalam waktu yang lama.

3. Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit


menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam

20
waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat
menimbulkan malapetaka.

4. Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular


frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi,
sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.

E. Penyakit Menular Yang Dilaporkan

Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit


– penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit –
penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut :

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain


Pes, Cholera dan Tetanus

2. Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu


cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang
telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan
tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis,
rabies dan poliomyelitis.

3. Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan


beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia,
influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis,
keracunan, encephalitis dan tetanus.

4. Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi


menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan
ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui
puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang
sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut

21
meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe,
filariasis dan AIDS.

F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit


Menular

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan


penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah
maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1. Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :


a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara
aktif maupun pasif.
b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit
menular tertentu.
c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,
d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan
faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih.
e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

2. Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :


a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat
perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit )
b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini.
c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang
– barang yang dapat menjadi sarana penularan.
d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa
di laboratorium.
e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah (
perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )
f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal /
sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan
sebagainya )

22
g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka
nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan
carrier.
h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit
karantina.

3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan


a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi.
b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi
atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan
berbentuk :
(1) Laporan berkala mingguan
(2) Laporan berkala bulanan
(3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa
atau wabah
(4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat
penyakit wabah
c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk
grafik untuk memudahkan pemantauan.

G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya

1. Kolera ( Cholera )
Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.

Penyebab : Cholera asiatica oleh Vibrio cholera


(= Vibrio comma) sedangkan Paracholera
eltor oleh Vibrio eltor

Masa inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut


undang – undang karantina ditetapkan
5 hari.

Cara penularan : Melalui makanan dan minuman yang


terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal

23
oral infection )

Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak,


berupa muntah – muntah dan berak – berak
(diare) yang sangat sering. Biasanya gejala
muntah – muntah datangnya lebih
belakangan darai pada diare. Faecesnya cair
keputihan dengan sedikit lendir yang
mengambang (seperti air cucian beras).

Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan


banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya.
Besarnya angka kematian 5 % - 75 %.
Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa
tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang
lebih 6 bulan.
Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera
selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat
menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea
terdapat endemis di India

Kolrea di Indonesia
Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang
buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang
dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan
diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju.
Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang
memenuhi sasaran.

Pencegahan dan pemberantasan :


(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan
secepat – cepatnya .
(b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan
benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.

24
(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar.
(d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan.
(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan
carrier, untuk diobati sampai sembuh.
(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
meliputi :
- Penyediaan air bersih yang baik
- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan
limbah.
- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan
minuman,pasar, rumah makan, rumah potong
ternak,perusahaan susu dan lain – lain.
- Upaya pemberantasan lalat.
(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
(h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.

2. Malaria

Penyebab : Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu


1. Plasmodium falciparum, penyebab
malaria tropika
2. Plsamodium vivax, penyebab malaria
tertiana
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
quartana
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria
ovale

Masa inkubasi : Antara 12 hari sampai dengan 30 hari

Cara penularan : Dengan perantaraan gigitan nyamuk


anopheles sp. Betina, dan di Indonesia
dikenal ada lebih kurang 93 spesies
Anopheles yang merupakan vektor malaria

25
dan yang terpenting diantaranya adalah :
1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus
2. Di sawah : Anopheles aconicus
3. Di pegunungan : Anopheles maculates
4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus
5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus

Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti


demam tinggi, seringkali disertai mengigau
dan menggigil diakhiri dengan berkeringat
banyak. Plasmodium dapat pula menyerang
otak, yang menyebabkan malaria cerebralis
dengan gejala – gejala radang otak yang
lainnya.

Malaria di Indonesia :
Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia
dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan
menyebabkan :
 Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit
lain
 Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun
 Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat
menghambat kepariwisataan.

Usaha pencegahan dan pemberantasan :


(a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian
dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan
kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.
(b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka
pencegahan dan pemberantasannya dengan
menggunakan obat anti malaria seperti Quinine,
Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.
(c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan
pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan

26
memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk
sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan
insektisida.

3. Tuberculosis
Penyebab : BasilMycobacterium tuberculosis (yang
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882).

Masa inkubasi : Antara 4 – 6 minggu

Cara penularan : 1. Melalui pernapasan dengan ludah


penderota yang dibuang sembarang
tempat dan debu yang mengandung basil
TBC.
2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa
dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk
TBC bovinum )

Gejala – gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali


dimulai dengan gejala yang ringan seperti
badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan
ada yang tidak menunjukkan gejala sama
sekali.
Bila penyakit semakin berat maka penderita
akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat
lemah dan batuk darah.
Kecuali paru – paru, TBC dapat pula
menyerang organ – organ badan yang lain
seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat
kandungan. Jika menyerang otak, TBC
menimbulkan gejala seperti pada penyakit
radang otak lainnya. Pada bayi dan anak –
anak dapat menyebabkan infeksi milier
(military tuberculosis)

27
Pemberantasan penyakit :
Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota –
kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan.
Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi
rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over
crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan
sebagainya.
Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta
banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita
mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana
seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila
terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita
penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak.

Pencegahannya :
(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak.
(b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum
(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik,
istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.
(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat
kesehatan.
(e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya
agar tidak biasa meludah disembarang tempat.

4. Framboesia (patek = puru = jaws)

Penyebab : Troponema partenue (golongan Spirochaeta)

Masa inkubasi : Antara 3 minggu sampai 6 bulan

Cara penularan : Melalui kontak langsung dengan penderita


atau secara tidak langsung melalui pakaian
atau dengan perantaraan lalat.

28
Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu,
tidak enak badan, demam.
Dalam stadium erupsi (masa awal gejala)
timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama
di malam hari,resa tak enak dan nyeri di
tempat timbulnya erupsi

Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan


timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit
penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak),
bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah
framboesia.
Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws =
initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang
banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar
lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha.
Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang
sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan
gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi.
Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung
selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian
setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala
cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar
yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan
luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.
Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan
menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan
nampak pesek.
Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit
hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut
Himopharingitis Mutilans.

29
Cara pencegahan dan pemberantasannya :
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan
menjaga kebersihan.
b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua
penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di
masyarakat.

5. Penyakit Kelamin (veneral diseases)

Pendahuluan
Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga,
baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat.
Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis
epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial
maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama
antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial,
agama dan kepolisian.
Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini
menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :
a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya
penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarga dan masyarakat lainnya.
b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita
dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat
umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila.

Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah :


(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe
(b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum
(c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl
(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus
Lymphogranuloma venerum
(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania
granulomatis

30
Cara penularan
Penularan melalui kontak langsung dengan penderita (
Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda
- benda terkontaminasi

Usaha pencegahan dan pemberantasannya


(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan
pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari
adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa
saja ia telah berhubungan intim dan telah
menularkannya.
(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan
WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat
penghapusan sama sekali WTS.
(c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat
mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya,
keluarganya, dan masyarakat.

H. Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang


Ditimbulkannya

1. Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )

Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak -


anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit
ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari -
jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke
dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur
ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya
kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan
paru - paru.
Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang
disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai

31
oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit
yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil.
Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan
melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam
saluran pencernaan makanan.
Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami
pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang
selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk
tuan rumahnya.
Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris
biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika
jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai
kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang -
kadang timbul rasa mulas
Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si
penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris
juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah
lanjut.
Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam
perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau
jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada
saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu.
Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing
ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja.
Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita,
maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan
dan pengobatan harus diberikan secepatnya.
Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing
yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau
Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah
obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat
badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat
diberikan sebelum anak tidur.

32
2. Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )

Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya


berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina
mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan
cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang
jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya
terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga
banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya adalah anak -
anak.
Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan,
masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \.
Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian
cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di
usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah
ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut
mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam
hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk
menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan
dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari
tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih
dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke
dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur
juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di
potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut,
maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang
sehat melalui makanan itu.
Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan,
kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan
harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang
makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya.
Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan
vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang
dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran
pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris
yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin.

33
3. Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )

Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga


terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah
kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm
dengan warna merah muda atau kelabu.
Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari
tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur
tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab.
Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk
adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis,
usus buntu dan usus besar.
Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas
kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut.
Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing
cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare.
Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui
dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti.
Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox
sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet
@ 100mg.

4. Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )

Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani


atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja
tanpa alas kaki.
Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna
merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan
alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir
saluran pencernaan.
Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan

34
lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke
dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran
darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru -
paru.
Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa
mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam
dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga
mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda
dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang
kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut.
Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan
menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si
penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ).
Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam
kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian
tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit
kepala.
Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin.
Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per
Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg,
dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin
cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur.
Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan
penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan
untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.

5. Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )

Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi,
ikan air tawar, ternak lainnya.
Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak,
sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal
dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek.
Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas

35
- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar
bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur.
Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika
suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu
terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian
dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja
tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian
mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada
jaringan otot.
Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista
yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk
ke dalam tubuh seseorang karena makan daging binatang yang
mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan
daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran
pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat
tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan
tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya
untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan
tuan rumahnya.
Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan
kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam
saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini
larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot -
otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak.
Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari
keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya
ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya
tengah menderita penyakit cacing pita, karena di celana dalamnya
terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang
terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat
mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang
sampai mengalami kematian.
Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari
penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya
penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat
yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan

36
kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau
sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya.
Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek
sampingan karena tidak di serap oleh saluran cerna.

6. Trichinella Spiralis

Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis


di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing
yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila
seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi
terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi
atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir
tidak pernah terlihat dalam tinja.
Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah
larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran
darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi
sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai
meninggal dunia.
Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah
beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak
pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita
memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan
naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata
membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada
tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam karena
peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata
yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna
merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis
dapat berlangsung 3 - 4 minggu.
Pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari
makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain adalah
Thiabendazole.

37
7. Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )

Penyebab : Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti

Cara penularan : dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans

Gejala penyakit :
Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan
kelenjar getah bening (jaringan limpa). Karena itu gejala
penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak
dan berulang - ulang.
Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening
menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung)
sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar),
di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )
Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus )
akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine
mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu
karena mengandung lemak dari limfe.

Filariasis di Indonesia :
Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau
Jawa, Sumatera, Timor, dll
Usaha pencegahan dan pemberantasannya :
a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan
mengobati semua penderita.
b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
penyakit Filariasis, misalnya tentang :
 Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu )
 Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini
dan pengobatan segera.
 Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam
usaha pemberantasan penyakit ini.
c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex
Fatigans.

38
BAB III
PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES

Pengawasan obat dan makanan dilaksanakan oleh Badan


Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan tugas pokok
melakukan pengawasan obat, makanan, minuman, kosmetik dan
alat kesehatan. Pengawasan obat disini termasuk pada pengawasan
obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya.
Fungsi Badan POM adalah merumuskan kebijakan teknis,
pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan
dibidang pengawasan obat dan makanan, melaksanakan
pengawasan obat dan makanan serta pengamanan teknis atas
pelaksanaan tugas pokok Badan POM sesuai dengan kebijakan
Menteri Kesehatan dan berdasarkan kepada peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Unit pelaksana teknis di daerah tingkat I adalah Balai Besar
POM atau Balai Kecil POM yang terdapat di setiap propinsi. Balai
Besar POM hanya terdapat kota – kota / propinsi yang besar,
misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya, dimana pada daerah
tersebutbanyak terdapat industri obat maupun industri makanan /
minuman.

A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah :


 tersedianya obat dan alat kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat
 meningkatrnya penggunaan obat tradisional yang
bermanfaat
 terlindunginya masyarakat dari penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, makanan yang tidak memenuhi
ketentuan

39
 terlindunginya masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya.

Sasaran program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah :


 pertumbuhan industri farmasi, alat kesehatan, makanan
 pengingkatan penggunaan obat generik berlogo
 budidaya tanaman obat tradisional
 penilaian / skrining mutu obat – obat tradisional,
kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah
tangga, makanan dan minuman
 pengembangan kesehatan, kemampuan pengujian sumber
daya manusia
 pusat pengendalian keracunan (poison centre)

B. Masalah Yang Dihadapi

 Dewasa ini hampir semua kebutuhan obat nasional telah


dapat dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri.
Namun demikian harga obat – obatan masih saja mahal,
hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan baku obat
masih diimpor.

 Jumlah produsen maupun produksi obat tradisional


cenderung meningkat dan memerlukan bahan baku /
simplisia yang lebih banyak, sehingga perlu pembinaan
bagi masyarakat sebagai sumber penghasil bahan – bahan
obat tradisional / pembinaan bagi budidaya tanaman obat.

 Penggunaan pestisida, antibiotika dan hormon dibidang


pertanian dan peternakan makin meningkat,
menyebabkan timbulnya masalah residu bahan kimia
tersebut pada makanan.

 Demikian juga penggunaan bahan tambahan makanan


(BTM) juga makin meningkat sejalan dengan makin

40
berkembangnya industri makanan dan masih
ditemukannya penggunaan bahan – bahan yang dilarang
seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil untuk
makanan.

 Penerapan cara produksi makanan yang baik masih perlu


ditingkatkan.

 Dalam hal alat kesehatan yang cenderung makin


kompleks dan alat kesehatan impor umumnya
menggunakan tekhnologi tinggi, sedangkan sumber daya
/ kualitas petugas pengawas masih terbatas.

 Meningkatnya produksi dan penggunaan bahan – bahan


kimia untuk perbekalan kesehatan rumah tangga.

 Meningkatnya kasus – kasus penyahagunaan obat dan


bahan berbahaya di kalangan masyarakat terutama
generasi muda saat ini.

C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan :

1. Meningkatkan produksi obat generik berlogo dan


memperluas distribusi serta pengadaan obat essensial
generik.
2. Membina indutri farmasi, kosmetik , alat kesehatan, obat
tradisional dan makanan untuk dikembangkan ke arah
usaha ekspor.
3. Menerapkan cara produksi yang baik.
4. Meningkatkan pengawasan, pengujian, penilaian mutu,
keamanan, khasiat / manfaat sediaan farmasi dan
makanan.
5. Menyusun standar obat, obat tradisional, kosmetik, alat
kesehatan, makanan / minuman kepada produsen dan
masyarakat.

41
6. Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian,
sumber daya manusia dan pengadaan peralatannya.
7. Menanggulangi penyalahgunaan obat, narkotika, zat
aditif dan bahan berbahaya, termasuk disini adalah
memberikan hukuman yang berat bagi pengedar narkotik
dan bahan berbahaya lainnya.

42
BAB IV
HYGIENE PERUSAHAAN
DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES)

A. Pengertian

Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian


dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat
pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen
hasil produksi.

B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan

Tujuan hyperkes adalah untuk mencapai derajat kesehatan


tenaga kerja setinggi - tingginya sehingga dapat meningkatkan
produksi.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
3. Perawatan dan peningkatan daya produktivitas tenaga
manusia
4. Perlindungan masyarakat luas ( konsumen ) dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan

C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya

Adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada


waktu melakukan pekerjaan, termasuk kecelakaan akibat kerja
yang faktor penyebabnya faktor mekanis.

43
Faktor penyebab penyakit akibat kerja :

1. Golongan fisik :
a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli
b. Suhu tinggi menyebabkan hyperpyrexia, sedang suhu
rendah menyebabkan frosthite
c. Penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan
pengelihatan terganggu
d. Radiasi sinar X atau radiasi sinar radio aktif
menyebabkan penyakit darah, kemandulan, dan
sebagainya.

2. Golongan kimiawi :
1. Gas yang bersifat racun seperti CO, H2S, HCN, SO2, dll
2. Uap dari cairan atau benda padat seperti Hg, Pb,
insektisida
3. Larutan atau cairan seperti H2SO4, HCl dan lain - lain
4. Debu - debu seperti silika, kapas, asbes, dan debu logam
berat

3. Golongan penyakit infeksi :


Penyakit anthrax oleh Bacillus anthracis pada penyamak kulit
/ pengumpul wol dan penyakit lain pada pekerja mikrobiologi

4. Golongan fisiologi :
Sebagai akibat kursi yang kurang cocok atau konstruksi
mesin tidak cocok menyebabkan sikap badan sewaktu bekerja
tidak baik.

5. Golongan mental / psychologi :


Disebabkan hubungan kerja yang kurang baik antara pekerja
dengan pimpinan, sesama pekerja atau karena pekerjaan
kurang sesuai.

Usaha pemberantasan dan cara pencegahannya :

44
1. Subtitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan
yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

2. Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan


ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai
ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar dari
suatu zat di mana pada kadar tersebut bila orang
menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak
akan menimbulkan penyakit atau kelainan

3. Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari


suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan
dikeluarkan.

4. Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya.

5. Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis


pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan,
kacamata, sepatu dan sebagainya.

6. Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan


keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja kepada
para pekerja.

45
BAB V
KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK
& KELUARGA BERENCANA

A. Kependudukan

Ilmu yang mempelajari jumlah, komposisi, susunan dan


sebagainya dari penduduk disebut demografi. Menurut Hauser dan
Duncan demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah,
persebaran teritorial dan komposisi penduduk, perubahan -
perubahan yang terjadi terhadapnya, serta komponen - komponen
yang menyebabkan terjadinya perubahan itu, yaitu natalitas,
mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial.
Jadi demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di
suatu wilayah. Struktur tersebut meliputi jumlah, persebaran
(distribusi) dan komposisi penduduk yang selalu berubah - ubah.
Perubahan - perubahan itu terjadi karena proses demografi, yaitu
kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta perubahan kelas
sosial.
Dalam masa pembangunan ini data demografi sangat
dibutuhkan untuk berbagai jenis perencanaan pembangunan.
Misalnya proyeksi penduduk usia sekolah penting untuk
perencanaan pembangunan dalam sektor pendidikan, data fertilitas,
natalitas, morbiditas dan mortilitas penting untuk perencanaan
pembangunan dalam sektor kesehatan dan seterusnya.

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk
yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut
karakteristik - karakteristik yang sama. Bermacam - macam
komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi penduduk

46
menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan seterusnya. Akan tetapi diantaranya
yang terpenting dalam demografi adalah komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.
Komposisi penduduk menurut umur biasanya dibagi
menjadi beberapa kelompok umur, dan antara kelompok umur yang
satu dengan yang berikutnya berjenjang 5 tahun. Misalnya
kelompok umur 0 - 4, 5 - 9, 10 - 14 ……… 65 - 69, 70 - 74, 75 +.
Struktur umur penduduk antara negara yang satu dengan
yang lain, antara negara sedang berkembang dengan negara maju,
demikian juga antara daerah pedesaan dan perkotaan adalah tidak
sama. Struktur itu dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi (perpindahan penduduk). Ketiga
variable itu saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila variabel
yang satu berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah.
Satu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila
kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya
besar (lebih dari 35%), dan besarnya kelompok penduduk yang
berumur 65 tahun lebih, kurang dari 3%. Sebaliknya suatu negara
dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang
berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35%) dan
persentase kelompok penduduk yang berumur 65 tahun lebih,
sekitar 15%.
Umumnya negara - negara sedang berkembang mempunyai
struktur penduduk muda, seperti misalnya India, Burma dan
Indonesia. Sedangkan negara - negara maju seperti Jerman,
Perancis dan Jepang mempunyai struktur penduduk tua.

Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio)


Secara ekonomis penduduk di bedakan atas dua golongan.
Golongan yang pertama yakni yang berumur 15 - 64 tahun
yang disebut golongan penduduk produktif, dan golongan
yang kedua yang disebut golongan penduduk tidak
produktif, yang terdiri atas 2 kelompok umur, yaitu yang
berumur 0 - 14 tahun dan yang berumur 65 tahun ke atas.

47
Golongan penduduk tidak produktif yang disebut juga
golongan independent dibedakan atas dua kelompok : yang
berumur 0 - 14 tahun di sebut golongan independent I dan
yang berumur 65 tahun ke atas golongan independent II.

Dalam golongan independent I terdapat kelompok umur 0 - 1


tahun (bayi) yang disebut golongan pure independent, karena
mereka sama sekali tergantung dan memerlukan perlindungan
orang lain, mereka juga terancam oleh berbagai bahaya dan
penyakit, memerlukan makanan yang baik dan khusus, dari
segi pelayanan kesehatan memerlukan biaya yang relatif lebih
besar dan jika mereka meninggal negara dan masyarakat
mengalami kerugian lipat dua (negara sudah mengeluarkan
biaya tetapi yang bersangkutan belum sempat
menyumbangkan dharma baktinya).

Dengan mengetahui besarnya golongan penduduk tidak


produktif dan yang produktif, akan dapat dihitung besarnya
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Rasio Beban
Tanggungan adalah perbandingan antara banyaknya
penduduk yang tidak produktif , dengan banyaknya penduduk
yang produduk . Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

RBT = Jumlah penduduk kurang 15 th + penduduk 65 th keatas


Jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun

Tingginya Rasio Beban Tanggungan merupakan faktor


penghambat dalam pembangunan ekonomi, karena sebagian
besar dari pendapatan yang diperoleh golongan yang
produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan dari mereka yang tidak produktif. Negara - negara
sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi
mempunyai RBT yang tinggi pula, disebabkan besarnya
proporsi anak - anak dalam struktur penduduknya.

48
2. Kepadatan Penduduk

Yang dimaksud dengan kepadatan penduduk adalah jumlah


penduduk persatuan luas wilayah. Kepadatan penduduk dapat
dibedakan atas Kepadatan Penduduk Kasar, Kepadatan Penduduk
Fisiologis dan Kepadatan Penduduk Agraris, yang dapat dituliskan
dengan rumus - rumus sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk Kasar = Jumlah penduduk suatu wilayah


Luas Wilayah (km2)

Dalam Kepadatan Penduduk Kasar, yang dijadikan penyebut adalah


luas seluruh daratan dari wilayah yang bersangkutan tanpa
dibedakan daerah yang tandus dan yang subur.

Kepadatan Penduduk Fisiologis Jumlah penduduk suatu wilayah


=
Luas tanah pertanian (km2)

Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah petani di suatu wilayah


Luas tanah pertanian (km2)

Pada kepadatan Penduduk Fisiologis dan Agraris yang


dijadikan penyebut adalah bagian dari daratan yang berupa tanah
pertanian.

3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di pengaruhi oleh
besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk
akan bertambah jumlahnya kalau ada yang lahir (B) dan ada yang
datang (I), dan akan berkurang jumlahnya kalau ada yang mati (D)
dan yang meninggalkan daerah tersebut (O), sehingga pada tahun
tertentu keadaan penduduk dapat di hitung dengan persamaan di
bawah ini :

49
Pt = Po + B - D + 1 – O

Persamaan di atas di sebut balancing, di mana didapatkan :


B - D = pertumbuhan penduduk alamiah ( natural increase)
I - O = migrasi netto

Di Indonesia peranan migrasi terhadap pertumbuhan


penduduk dapat di abaikan, karena jumlah penduduk yang
berimigrasi dan beremigrasi sangat kecil, sehingga dengan
demikian hanya kematian dan kelahiran saja yang berperan penting
terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Kecepatan perkembangan penduduk dapat dihambat dengan
cara menurunkan besarnya Rasio Fertilitas Total (Total Fertility
Rate = TFR), yaitu rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
wanita selama masa subur (umur 15 - 49 tahun). Melalui program
Keluarga Berencana, Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan
besarnya TFR sehingga pada suatu saat akan dicapai suatu keadaan
yang disebut Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP).

a. Fertilitas Penduduk
Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang arti dari
fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity), yang dua -
duanya biasanya diterjemahkan dengan “kesuburan”.

Fertilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang


wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan kelahiran
hidup, sedangkan fekunditas adalah kemampuan biologis
seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan
anak yang lahir hidup.

Jadi fertilitas dihubungkan dengan jumlah kelahiran hidup,


sedangkan fekunditas dihubungkan dengan kemampuan

50
untuk hamil dan melahirkan anak yang hidup. Seorang wanita
yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan
anak, misalnya karena tidak menikah ataupun menikah lagi
tetapi menggunakan kontrasepsi, sehingga fertilitasnya nol.

Ahli demografi hanya mengadakan pengukuran terhadap


kelahiran hidup (live birth). Suatu kelahiran disebut lahir
hidup apabila pada waktu lahir terdapat tanda - tanda
kehidupan, misalnya denyut jantung, bernafas, bergerak,
menangis dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada
tanda - tanda kehidupan disebut dengan mati lahir
(still birth), yang dalam demografi tidak dianggap sebagai
suatu peristiwa kelahiran.

Ukuran dari fertititas ada bermacam - macam. Dua


diantaranya yang dicontohkan di sini adalah Angka Kelahiran
Kasar (Crude Birth Rate) dan Angka Kelahiran Umum
(General Birth Rate), yang rumusnya adalah sebagai berikut :

CBR = B x K
Pm

Dimana : CBR = Crude Birth Rate


B = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tertentu
Pm = Jumlah kelahiran pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan Konstanta (1000 0/00 )

GBR = B x K
Pf ( 15 – 49 )

GBR = General Birth Rate


B = Jumlah Kelahiran Hidup pada tahun
tertentu
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita pada usia subur

51
(umur 15 - 49 tahun) pada pertengahan
tahun tersebut.

Tinggi rendahnya fertilitas penduduk dipengaruhi oleh dua


faktor, yaitu faktor demografi dan non demografi. Faktor
demografi di antaranya struktur umur penduduk, umur kawin
pertama, disrupsi perkawinan dan proporsi penduduk wanita
yang kawin. Sedangkan faktor non demografi diantaranya
tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, perbaikan status
wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai hasil dari
Program Keluarga Berencana, di Indonesia Angka Fertilitas
Total (TFR) berangsur - angsur telah dapat diturunkan.

b. Mortalitas Penduduk
Mortalitas penduduk merupakan salah satu variabel
demografi yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas
penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, tetapi juga nerupakan barometer dari
tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat daerah
tersebut.

Yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa hilangnya


semua tanda - tanda kehidupan secara permanen, yang bisa
terjadi setiap saat sesudah kelahiran hidup. Khusus untuk
bayi, kematian dapat dibedakan atas dua hal., yaitu :
1. Lahir Mati (still birth), yakni kematian bayi yang cukup
masanya (40 minggu) pada waktu keluar rahim tidak ada
tanda - tanda kehidupan.
2. Kematian Baru Lahir ( Neo Natal Death), yaitu kematian
bayi sebelum berumur satu bulan (28 hari).
3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death), adalah
kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang
dari satu tahun.

52
Ada beberapa macam pengukuran kematian penduduk,
diantaranya ada tiga yang dianggap penting, yaitu Angka
Kematian Kasar (Crude Death Rate), Angka Kematian Ibu
(Maternal Mortality Rate) dan Angka Kematian Bayi (Infant
Mortality Rate), yang masing - masing ditulis dengan rumus
sebagai berikut :

CDR = D x K
Pm

CDR = Crude Birth Rate


D = Jumlah seluruh kematian dalam tahun tertentu
Pm = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun
tersebut
K = Bilangan Konstanta (1000 0/00)

MMR = Dm x K
B1

MMR = Maternal Mortality Rate


Dm = Jumlah Kematian ibu hamil, melahirkan dan
nifas pada tahun tertentu
B1 = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut
K = Bilangan Konstanta (1000 0/00)

IMR = Do x K
B1

IMR = Infant Mortality Rate


Do = Jumlah kelahiran bayi selama satu tahun
B1 = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut
K = Bilangan Konstanta (1000 0/00)

53
Tinggi rendahnya CDR merupakan indikator keadaan
kesehatan masyarakat pada umumnya. CDR yang tinggi
menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang buruk.

MMR dapat dijadikan ukuran kesejahteraan kaum wanita di


samping kualitas pelayanan KIA. Sampai tahun 1992 dilihat
dari besarnya MMR, Indonesia masih menempati rangking
terburuk diantara negara - negara ASEAN. Pada tahun
tersebut Indonesia mempunyai MMR sebesar 400 - 450 setiap
100.000 kelahiran.

Terdapat variasi IMR antara negara - negara sedang


berkembang dengan negara - negara maju. Di negara
berkembang besarnya IMR dapat mencapai 200 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan di negara maju angka tersebut
umumnya di bawah 15 per 1000 kelahiran hidup.

IMR merupakan indikator yang sangat peka untuk menilai


status kesehatan, sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan
hidup penduduk suatu daerah / negara. Baik dinegara maju
maupun di negara sedang berkembang, terdapat hubungan
terbalik antara IMR dengan status kesehatan, sosial-ekonomi
dan kesehatan lingkungan hidup.

c. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup dan suatu umur didefinisikan sebagia
rata - rata tahun hidup yang masih dijalani oleh seseorang
yang telah berhasil mencapai umur tersebut, dalam situasi
mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakatnya. Angka
Harapan Hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata - rata
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir.
AHH pada suatu umur merupakan indikator yang baik untuk
menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Angka
tersebut besarnya berkisar antara kurang dari 40 tahun pada

54
negara berkembang sampai lebih dari 70 tahun pada negara
maju.

Besarnya AHH waktu lahir di Indonesia adalah 52,41 tahun


pada tahun 1980, naik menjadi 55,30 tahun pada tahun 1985,
dan diharapkan akan naik lagi menjadi 64,05 tahun pada
tahun 2000. Angka kematian bayi untuk kelompok
perempuan lebih rendah dari kelompok laki - laki, sehingga
AAHH pada waktu lahir bayi perempuan lebih tinggi dari
bayi laki - laki.

d. Mobilitas Penduduk
Peranan mobilitas penduduk terhadap laju pertumbuhan
antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda -
beda. Untuk Indonesia secara keseluruhan tingkat
pertumbuhan penduduknya lebih dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya tingkat fertilitas dan mortalitas, karena migrasi
netto hampir dikatakan nol. Tidak banyak orang Indonesia
yang pindah ke luar negri, begitu juga orang - orang luar negri
yang pindah ke Indonesia.

Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu


mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen
atau mobilitas sirkuler.

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke


wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Sedangkan mobilitas sirkuler ialah gerakan penduduk dari
satu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk
menetap di daerah tujuan.
Secara garis besar migrasi dapat dibagi dua, yaitu migrasi
internal yang disebut juga transmigrasi, dan migrasi
internasional yang dapat dibedakan atas migrasi masuk
(= imigrasi) dan migrasi keluar (= emigrasi).

55
Migrasi penduduk terjadi karena adanya beberapa faktor yang
dapat dibedakan atas faktor pendorong dan faktor penarik,
sebagai berikut :

Faktor pendorong : makin berkurangnya sumber alam,


menyempitnya lapangan pekerjaan, adanya tekanan politik
ataupun masalah yang menyangkut SARA, adanya masalah
budaya dan kepercayaan, karena ada bencana alam

Faktor penarik : tersedianya lapangan pekerjaan, adanya


kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi,
adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi, lingkungan hidup yang lebih menyenangkan, adanya
pusat kegiatan industri, perdagangan, kebudayaan dan
hiburan

Di Indonesia migrasi antar pulau (transmigrasi) khususnya


dari pulau Jawa ke pulau - pulau lainnya dapat dibedakan atas
yang diselenggarakan oleh pemerintah dan transamigrasi
spontan (atas kemauan sendiri). Di daerah penerima atau atau
daerah tujuan pengaruh demografis akibat transmigrasi itu
cukup terasa, karena sebelumnya jumlah penduduk setempat
relatif masih sedikit / jarang.

Hingga sekarang, migrasi penduduk yang tetap menimbulkan


keprihatinan karena menimbulkan banyak masalah kesehatan
dan lain – lain adalah migrasi penduduk dari desa ke kota
besar (urbanisasi), seperti misalnya yang terjadi di Jakarta dan
kota - kota besar lainnya

56
B. Permasalahan Kependudukan di Indonesia

Secara umum terdapat tujuh masalah kependudukkan di Indonesia,


yaitu :
1. Jumlah penduduk yang sangat besar
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksanakan pada tahun
1990 tercatat jumlah penduduk Indonesia adalah 179,3 juta.
Ini berarti Indonesia menempati urutan keempat dalam hal
besarnya jumlah penduduk, sesudah RRC, India dan USA.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut sudah
barang tentu sangat banyak pula masalah yang dihadapi oleh
pemerintah seperti penyediaan pangan, pendidikan, lapangan
pekerjaan dan sebagainya.

2. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi


Di Indonesia besarnya Angka Kelahiran Kasar (CBR) adalah
35,90/00 dan Angka Kematian Kasar(CDR) 12,50/00, sehingga
dengan demikian besarnya Angka Pertumbuhan Penduduk
23,40/00. Dengan Angka Pertumbuhan Penduduk sebesar ini
diperkirakan penduduk Indonesia akan menjadi berlipat dua
setiap kira - kira 28 tahun.

3. Persebaran penduduk tidak merata

4. Penduduk Indonesia berstruktur umur muda

5. Penduduk Indonesia mempunyai pola perekonomian agrari.


Bagian terbesar penduduk Indonesia hidup dari pertanian dan
perkebunan yang menghasilkan hanya bahan mentah ataupun
setengah jadi. Oleh karena pertanian dan perkebunan itu
sangat tergantung pada alam (musim, hama, bencana alam
dan lain - lain), maka akibatnya Pendapatan Nasional Bruto
(GNP) sulit ditingkatkan.

57
6. Mobilitas penduduk Indonesia rendah
Secara umum peranan wanita dalam keluarga masih belum
memadai. Tingginya TFR dan MMR menandakan bahwa
perhatian terhadap kesejahteraan wanita masih belum seperti
yang diharapkan.

Sebenarnya keprihatinan terhadap pesatnya pertumbuhan


penduduk dengan segala permasalahannya itu sudah lama menjadi
pembicaraan pada ahli, yaitu sejak Robert Thomas Maltus
mengemukakan teorinya dalam tahun 1798.
Dalam bukunya “ The Principle of Population “ Malthus
menyatakan, bahwa apabila pertumbuhan penduduk tidak
dikendalikan, pada suatu masa dunia akan dilanda krisis
kependudukkan (population crisis), disebabkan perkembangan
penduduk berjalan mengikuti deret ukur, sedangkan perkembangan
produksi pangan hanya mengikuti deret hitung.
Meskipun akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknik ternyata teori Malthus tersebut tidak selamanya benar, akan
tetapi akhirnya orang menyadari, bahwa demi kesejahteraan
masyarakat dan kemajuan negara, pertumbuhan penduduk harus
dikendalikan, karena penduduk yang perkembangannya tidak
terkendali akan menimbulkan berbagai masalah. Hal inilah yang
mendorong negara - negara di dunia termasuk Indonesia untuk
memasukkan program Keluarga Berencana sebagai bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari Pembangunan Nasional.

58
Upaya - upaya untuk mengatasi masalah kependudukkan di
Indonesia

Untuk mengatasi masalah - masalah kependudukkan


sebagaimana tersebut di atas, upaya - upaya yang dapat
dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan Program Keluarga Berencana


Dengan program KB maka TFR akan dapat diturunkan,
sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Disamping itu juga dengan program KB tersebut diharapkan
struktur penduduk Indonesia akan berubah dari struktur muda
menjadi struktur umur tua, sehingga Rasio Beban
Tanggungan dapat di turunkan.

2. Melaksanakan Trasmigrasi
Dengan meningkatkan migrasi penduduk khususnya dari
pulau Jawa ke pulau - pulau lainya yang kepadatan
penduduknya rendah, lambat laun persebaran penduduk
Indonesia akan merata. Di samping itu juga kawasan -
kawasan yang belum dimanfaatkan, khususnya di luar pulau
Jawa, Maudra dan Bali dapat dimanfaatkan secara optimal.

3. Industrialisasi
Bagi Indonesia, industrialisasi sangat penting karena
disamping dapat meningkatkan GNP dengan cepat, berarti
juga mendapatkan lapangan pekerjaan bagi penduduk.
Industrialisasi juga merupakan sarana mengejar ketinggalan
kita dari bangsa - bangsa lain yang sudah maju.

4. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian dan Perkebunan


Intensifikasi (khususnya untuk pulau - pulau Jawa, Madura
dan Bali) serta ekstensifikasi (untuk pulau - pulau lainnya)
bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian (bahan pangan)
maupun hasil perkebunan (bahan ekspor non migas).

59
Disamping itu ekstensifikasi lahan pertanian dan perkebunan
bertujuan juga menciptakan lapangan pekerjaan.

5. Pemerataan Pembangunan dan Hasil - Hasilnya


Azas pemerataan dilaksanakan dengan tujuan agar seluruh
rakyat Indonesia secara merata dapat menikmati hasil - hasil
Pembangunan Nasional. Di samping itu dengan membangun
proyek - proyek secara merata khususnya di luar Jawa, akan
dapat mengurangi daya tarik penduduk luar Jawa migrasi ke
Jawa.

6. Peningkatan Peranan dan Kesejahteraan Wanita


Dewasa ini Pemerintah menaruh perhatian yang besar
terhadap peningkatan peranan wanita. Kepada wanita
diberikan berbagai latihan dan tambahan pengetahuan yang
bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dalam berbagai
bidang, sehingga dapat lebih maju dan mandiri.

Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu


khususnya dan kesejahteraan keluarga umumnya
dilaksanakan beberapa kegiatan, antara lain Kampanye Ibu
Sehat Sejahtera (KISS), Kampanye Keluarga Kecil Mandiri
(KKM) dan perluasan serta peningkatan pelayanan
kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA).

C. Kesehatan Ibu dan Anak

Usaha kesehatan ibu dan anak yang bergerak dalam


pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan penting sekali untuk meningkatkan kesehatan umum
masyarakat. Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) melayani
pemeliharaan ibu, bayi dan anak sampai umur 5 tahun. Sekarang ini
pada umumnya BKIA sudah diintegrasikan ke dalam Puskesmas.
Maksud dan tujuan BKIA :

60
a. Usaha Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai tujuan
memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu - ibu secara
teratur dan terus menerus pada saat sakit, sehat, masa ante
partum, post partum, masa menyusui pemeliharaan anak dari
lahir sampai pra sekolah.
b. Keluarga berencana bagi suami / istri yang membutuhkannya.
c. Mengadakan integrasi ke dalam General Public Health
Services dan mengadakan kerja sama dan koordinasi dengan
dinas kesehatan lain.
d. Mencari dan mengumpulkan masalah dalam masyarakat dan
mencoba memecahkannya.

Kegiatan - kegiatan yang dijalankan dalam BKIA :

1. Yang ditujukan kepada ibu hamil, melahirkan dan menyusui :


a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan
menyusui
b. Pertolongan persalinan di luar rumah sakit
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan anak
d. Imunisasi dasar dan revaksinasi
e. Pengobatan sederhana. Hal ini besar sekali pengaruhnya
terhadap gagasan Keluarga Berencana untuk diterima dan
dilaksanakan oleh para keluarga dengan penuh
kesadaran. Semua agama yang ada di Indonesia pada
prinsipnya menerima gagasan Keluarga Berencana
(melahirkan) meliputi perawatan masa nifas,
pemeriksaan jumlah air susu ibu, nasehat cara
memelihara bayi, menyusui makan yang sehat.

2. Usaha yang ditujukan kepada bayi :


Meliputi pengawasan pertumbuhan dan perkembangannya,
makanan yang sehat, pemberian vaksinasi dasar yaitu BCG
(sebelum satu bulan), DPT dan Polio (umur 3,4 dan 5 bulan),
Campak (9-14 bulan)

61
3. Usaha yang ditujukan kepada anak prasekolah
Meliputi pengawasan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, revaksinasi, pendidikan kesehatan.

4. Kursus dukun
Tujuannya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
yang meliputi cara kerja yang bersih seperti cuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun, memotong tali pusar dengan
gunting yang telah dimasak / disterilkan dan pengetahuan
mengenai hal - hal yang memerlukan pertolongan bidan dan
dokter.

5. Keluarga berencana
Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak
serta keluarga secara keseluruhan dengan sasaran ibu - ibu
dari pasangan usia subur (PUS).

D. Keluarga Berencana

1. Sejarah & Organisasi Program Kependudukkan / Keluarga


Berencana di Indonesia.

Sesuai undang - undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang


perkembangan kependudukkan dan pembangunan keluarga
sejahtera yang dimaksud dengan :
a. Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peranserta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
b. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) adalah
suatu nilai yang sesuai dengan nilai - nilai agama dan sosial
budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga dan
masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera

62
dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.

Prakarsa untuk melaksanakan kegiatan KB di Indonesia


dimulai pada tahun 1953 oleh sekelompok kecil masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan, khususnya dari kalangan kesehatan,
di Jakarta. Kelompok itu berkembang dan pada tahun 1957
berdirilah perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Dalam kegiatan PKBI ditunjang oleh Departemen Kesehatan
dengan menyediakan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA)
serta tenaga kesehatan sebagai sarana pelayanan KB.
Pada tahun 1967 Presiden Suharto bersama dengan pimpinan
- pimpinan dunia lainnya, menanda tangani Deklarasi
Kependudukkan Dunia. Sebagai tindak lanjut penandatanganan ini
maka pada tahun 1968 dibentuk sebuah lembaga semi pemerintah
yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN).
Lembaga ini pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi sebuah badan
pemerintah penuh, bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Selanjutnya badan inilah yang diserahi dan
bertanggung jawab mengelola program kependudukan dan keluarga
berencana di Indonesia.
BKKBN adalah suatu badan yang non Departemental, dan langsung
bertanggung jawab kepada presiden.

2. Tujuan dan Kegiatan Program Keluarga Berencana


Program keluarga berencana di Indonesia mempunyai dua
tujuan yaitu :
a. Tercapainya kondisi Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka Total Fertility Rate
(TFR) harus diturunkan menjadi sekitar 2,0 yang berarti
bahwa rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang
wanita usia subur di Indonesia adalah sekitar 2,0.

63
b. Membudayakan Norma Keluarga Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)
Untuk itu berbagai upaya dilaksanakan agar supaya NKKBS
menjadi pola hidup bangsa Indonesia, dalam rangka
mendukung keberhasilan program pembangunan manusia
seutuhnya serta pengendalian laju pertumbuhan penduduk.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan


kegiatan - kegiatan sebagai berikut :

a. Perluasan jangkauan
Yaitu usaha untuk mengajak peserta KB baru sebanyak -
banyaknya, serta mengembangkan lembaga ilmu baru yang
diharapkan dapat turut serta mengelola program. Di sini
tercermin juga usaha untuk memperluas dan meratakan
program KB ke seluruh pelosok tanah air.

b. Pembinaan
Yaitu usaha untuk lebih memantapkan penerimaan gagasan
Keluarga Berencana secara lestari, baik dalam keikutsertaan
sebagai akseptor KB maupun dalam keikutsertaan mengelola
program.

c. Pelembagaan - pembudayaan
Yaitu usaha untuk meningkatkan diterimanya NKKBS yang
membudaya. Di sini termasuk pula usaha untuk
meningkatkan peranan masyarakat dan aparatur pemerintah
dalam berperan serta mengelola program kependudukkan /
Keluarga Berencana secara mantap.

3. Hubungan Keluarga Berencana dengan Masalah lainnya.


Hubungan antara pelaksanaan program Keluarga Berencana
dengan masalah - masalah lainnya di Indonesia adalah sebagai
berikut :

64
a. Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga
Kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
keluarga. Dilain pihak kesehatan ibu dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain umur ibu waktu melahirkan, jumlah
kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki serta jarak
antara tiap kelahiran.

Dengan melaksanakan KB semua hal yang berpengaruh


terhadap kesehatan ibu tersebut dapat diprogram, karena
kontrasepsi dapat dipergunakan untuk menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan bahkan menghentikan sama sekali
kesuburan.

Dengan melaksanakan KB, resiko kematian bagi kelompok


ibu dengan resiko tinggi (high risk group) dapat dihindari.
Yang termasuk kelompok ibu dengan resiko tinggi adalah
ibu yang hamil pada usia dibawah 20 ataupun diatas 35 tahun,
ibu hamil yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali, dan ibu
hamil yang menderita penyakit menahun, misalnya penyakit
paru, jantung dan ginjal. Dalam hal ini, yang dianjurkan
adalah kehamilan terjadi pada usia ibu antara 20 - 30
tahun, jarak kelahiran sekitar 3 tahun dan paling banyak
hanya 2 anak. Dengan pola keluarga kecil maka kesejahteraan
keluarga akan lebih dapat ditingkatkan sehingga seluruh
keluarga mengalami kebahagian.

b. Keluarga Berencana dan Pembangunan Nasional


Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan
penduduk. Karenanya pembangunan nasional harus disertai
perencanaan penduduk yang terjadi serasi dengan penyediaan
pangan, sandang, perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, lapangan kerja dan segala kebutuhan penduduk
lainnya.

65
c. Keluarga Berencana dan Derajat Kaum Wanita
Pandangan kuno yang terdapat dalam masyarakat Indonesia
menyatakan bahwa fungsi utama wanita adalah melahirkan
dan mengurus anak serta seluruh anggota keluarga. Demikian
juga wanita tidak mempuyai hak untuk menentukan kapan dia
mau hamil dan berapa jumlah anak yang dia lahirkan.
Dalam hal seperti tersebut di atas, Keluarga Berencana
merupakan jalan utama untuk meningkatkan derajat kaum
wanita. Dengan pengaturan kehamilan, seorang ibu dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mempertahankan kemudaannya serta membina karier dalam
pekerjaannya, sehingga dengan demikian emansipasi seperti
yang dicita - citakan oleh Ibu Kartini dapat benar - benar
diwujudkan.

d. Keluarga Berencana dan Agama.


Agama memegang peranan penting dalam menentukan sikap
hidup manusia. Karena itu juga besar sekali pengaruhnya
terhadap gagasan Keluarga Berencana untuk dapat diterima
dan dilaksanakan oleh keluarga - keluarga dengan penuh rasa
kesadaran.

Semua agama yang ada di Indonesia (Islam, Kristen,


Katholik, Hindu dan Budha) pada prinsipnya menerima
gagasan Keluarga Berencana, meskipun terdapat perbedaan
pandangan tentang metode pelaksanaan ataupun alat - alat
yang boleh dan yang tidak boleh dalam Keluarga Berencana
tersebut.

4. Metoda - Metoda Keluarga Berencana


Metoda dan alat - alat yang dapat dipergunakan dalam
melaksanakan keluarga Berencana adalah sebagai berikut :

66
a. Pantang Berkala
Di sebut juga Istibra berkala ataupun Sistem Kalender, yaitu
tidak melakukan hubungan seksual pada saat ibu dalam
keadaan subur.

b. Metoda Sederhana
Metoda Sederhana adalah mencegah terjadinya pertemuan
antara sel jantan dan sel telur (pembuahan) dengan
menggunakan penghalang. Penghalang itu dapat berupa
penghalang mekanis seperti misalnya kondom dan diafragma,
dapat juga berupa penghalang kimiawi (spermacida) yaitu :
vagina tablet, jelly, tissue KB dan cairan berbusa (foam).

c. Membuat Seorang Ibu Seakan - akan Dalam Keadaan Hamil


Ke dalam tubuh ibu dimasukkan hormon yang dapat
mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Bentuknya
dapat berupa pil KB (diminum tiap hari), Suntikkan KB
(diulang tiap tiga bulan) dan Implant Norplant/ Susuk KB
(diulang tiap lima tahun).

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi dalam rahim yang disebut juga Intra Uterine
Device (IUD), adalah alat kontrasepsi yang diletakkan di
dalam rahim untuk mencegah terjadinya pembuahan dan
nidasi (penempelan sel telur yang sudah di buahi pada
dinding rahim).
Alat kontrasepsi dalam rahim, yang biasanya disebut spiral,
merupakan suatu alat yang dibuat dari plastik halus berukuran
kecil. Ada yang berbentuk spiral (Lippes Loop), seperti huruf
T (Coper T) dan seperti kipas (Multi Load).

e. Metode Sterilisasi
Metoda sterilisasi bersifat permanen, karenanya disebut juga
Kontrasepsi Mantap. Pada wanita disebut juga Kontrasepsi
Mantap Wanita, Medis Operatif Wanita / MOW atau

67
Tubectomi, dan pada laki - laki disebut Kontrasepsi Mantap
Pria / MOP atau vasectomi, keduanya dilaksanakan dengan
cara operasi.

Pada Tubectomi kedua saluran telur (Tuba Fallopi) dipotong


kemudian kedua ujung - ujungnya diikat, sehingga telur dari
ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim dan dengan
demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Vasectomi dilaksanakan dengan memotong saluran sperma


(Vas Deferens), sehingga dengan demikian mani tidak
mengandung sperma dan tidak dapat terjadi pembuahan.

5. Keluarga Berencana Mandiri


Sasaran dari program KB adalah pasangan usia subur (PUS).
Pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi (alat atau obat
untuk mencegah terjadinya pembuahan) disebut Akseptor.
Dalam program KB diadakan kegiatan pembinaan terhadap
akseptor yang bertujuan agar para akseptor setelah pertama kali
memakai alat kontrasepsi akan terus memakainya sampai habis
masa usia suburnya. Seorang akseptor yang aktif secara terus -
menerus dalam jangka waktu minimal 5 tahun, disebut akseptor
Lestari. Di samping itu terdapat juga yang disebut Akseptor Mental,
yaitu orang - orang yang mendukung pelaksanaan NKKBS,
khususnya generasi muda yang menunda pernikahan.
Dengan telah membudayanya perencanaan keluarga dalam
masyarakat, dewasa ini sedang dikembangkan gerakan yang disebut
KB Mandiri, yaitu pelaksanaan KB dimana kebutuhan akan alat -
alat dan pelayanan sepenuhnya menjadi tanggungan akseptor
dengan subsidi pemerintah, khususnya dalam pengadaan alat dan
obat kontrasepsi.
Untuk itu dalam tahun 1987 dicanangkan pelayanan KB
Mandiri dengan logo Lingkaran Biru (LIBI), dimana dipasarkan

68
4 jenis kontrasepsi (AKDR), Pil KB, Suntikan KB dan Kondom),
melalui Dokter dan Bidan Praktek swasta serta Apotik.
Dalam tahun 1992 pelayanan LIBI diperluas dengan
memperkenalkan LIMAS (Lingkaran Emas, di mana dipasarkan 6
jenis kontrasepsi (AKDR, Pil KB, Suntikan KB, Kondom, Implant
Norplant dan Tissue KB), yang penjualannya dilakukan oleh pihak
swasta.

6. Peranan Tenaga Farmasi Dalam Program KB


Bersama - sama dengan petugas - petugas lainnya yang
menangani pelaksanaan program KB, petugas - petugas farmasi
mempunyai peranan sebagai berikut :

a. Berperan serta aktif dalam penyediaan pengedaran alat - alat


dan obat - obat kontrasepsi.
Peran serta ini diperlukan terutama dalam menunjang
pelaksanaan KB Mandiri Lingkaran Biru (LIBI) dan
Lingkaran Emas (LIMAS).

b. Berperan serta secara aktif dalam penyuluhan


Penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh semua petugas
kesehatan secara terpadu / terintegrasi dalam tugasnya masing
- masing. Dalam hal ini petugas - petugas farmasi juga
berkewajiban memberikan penyuluhan, khususnya dalam
rangka membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).

69
BAB VI
STATISTIKA KESEHATAN

A. Pendahuluan

Dalam laporan suatu instansi seringkali dicantumkan angka –


angka atau diagram dengan tujuan untuk memberikan gambaran
tentang kemajuan atau hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
Angka yang dicantumkan adalah angka – angak akhir yang
merupakan hasil pengolahan dari angka – angka hasil kerja yang
dihimpun dari hari kehari, bulan kebulan bahkan dari tahun ke
tahun. Itulah yang dinamakan statistik
Statistik dalam pengertian umum adalah kumpulan fakta,
umumnya berbentuk angka – angka dan atau diagram yang
menggambarkan suatu persoalan atau keadaan. Sedangkan
statistik dalam pengertian sempit adalah ukuran, ebagai wakil dari
kumpulan fakta mengenai sesuatu hal.
Dalam suatu penelitian statistik, agar angka – angka yang
disajikan dan kesimpulan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan, maka pemrosesan data mulai dari
pengumpulan angka – angka, pengolahan, penyajian sampai pada
analisis dan pengambilan kesimpulan harus dilaksanakan dengan
cara – cara yang benar. Ini merupakan ilmu pengetahuan tersendiri
yang disebut dengan Statistika. Jadi statistika adalah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan cara – cara pengumpulan
fakta, pengolahan, penyajian dan analisis serta penarikan
kesimpulannya.

70
B. Kegunaan Statistik

Statistik diberi nama sesuai dengan jenis persoalan yang


diliputinya. Sebagai contoh, yang membicarakan masalah - masalah
kesehatan disebut Statistik Kesehatan, yang membahas masalah -
masalah pertanian disebut Statistik Pertanian dan seterusnya.
Dalam pelaksanaan tugas - tugas kesehatan, secara umum
kegunaan statistik ada dua, yaitu :
1. Merupakan sarana untuk melakukan evaluasi.
Yaitu untuk menilai pekerjaan – pekerjaan, baik yang sedang
maupun yang telah selesai dilaksanakan, apakah hasilnya
sudah sesuai dengan yang direncanakan atau belum.
Contohnya program imunisasi dikatakan berhasil apabila
jumlah penderita penyakit menular yang bersangkutan
menurun atau nol.

2. Merupakan bahan untuk membuat perencanaan


Dengan menggunakan statisik yang sudah kita miliki, kita
dapat membuat rencana yang realitis, artinya sesuai dengan
kebutuhan dan kenyataan yang ada di lapangan. Contohnya
penambahan fasilitas kesehatan yang didasarkan pada
peningkatan jumlah penduduk.

C. Jenis Statistik

Hal, keadaan atau peristiwa - peristiwa yang dicatat,


dikumpulkan untuk kemudian disusun menjadi statistik, disebut
data statistik. Sebagai contoh, apabila kita akan menyusun statistik
tentang tinggi dan berat badan sejumlah balita, maka angka - angka
yang menunjukkan tinggi dan berat badan dari masing - masing
balita tersebut adalah data statistik. Data statistik yang baru
dikumpulkan dan belum diolah disebut data mentah.

71
Data statistik ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan,
harganya dapat berubah - ubah atau bersifat variabel. Dari
nilainya dikenal dua golongan data kuantitatif, yaitu data diskrit
(merupakan hasil menghitung, selalu dalam bentuk angka yang
utuh), dan data kontinyu (merupakan hasil mengukur atau
menimbang, dapat berupa angka pecahan).
Data kuantitatif adalah data yang tidak dilukiskan dengan
bilangan melainkan dengan lukisan kualitatif yang dikenal dengan
nama kategoti dan atribut, misalnya baik, rusak, gagal, berhasil dan
sebagainya.

Apabila kita ingin mengetahui berat badan rata - rata dari


murid SD di kota K, maka seluruh murid dari semua SD yang ada
dalam kota K yang menjadi sasaran penelitian kita disebut populasi
atau universe. Populasi terdiri dari individu - individu yang dalam
hal ini adalah masing - masing murid SD, yang satu persatu akan
ditimbang berat badannya. Dengan demikian dikatakan bahwa
populasi atau universe adalah kumpulan besar dari individu dapat
berupa manusia, hewan, atau benda yang dijadikan sasaran
penelitian statistik “.
Dalam praktek penelitian, untuk menghimpun data dapat
dipergunakan dua metode yaitu :
1. Metode Sensus
Di sini kita meneliti keseluruhan individu yang ada dalam
populasi.

2. Metode Sampling
Dalam hal ini kita tidak meneliti keseluruhan populasi, tetapi
halnya sebagian saja yang disebut sample. Metode sampling
sering dipergunakan dalam penelitian - penelitian karena
alasan efisiensi.

72
Memilih sejumlah individu untuk dijadikan sample dari suatu
populasi tidak dapat dilakukan sembarangan, karena individu -
individu yang kita pilih itu harus merupakan sample yang
representatif. Yaitu mempunyai karakteristik yang sama atau
semaksimal mungkin mendekati karakteristik dari populasinya.
Untuk memperoleh sample yang demikian kita
mempergunakan metode acak (random). Dengan memanfaatkan
lotere, buah dadu ataupun Daftar Angka - angka Random.

D. Langkah – Langkah Penyusunan Statistik

Untuk membuat statistik tentang sesuatu persoalan ada


5 tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Penyajian data
5. Pembuatan analisis dan pengambilan kesimpulan

1. Perencanaan
Dalam setiap kegiatan, peran perencanaan sangat penting,
karena disamping sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan,
rencana juga merupakan pedoman untuk melaksanakan
evaluasi. Dalam perencanaan ini ditentukan tujuan penelitian,
sasaran penelitian, cara - cara yang dipergunakan,
pelaksananya siapa saja, kapan penelitian dilaksanakan dan
seterusnya.

73
2. Pengumpulan data :
Mengumpulkan data statistik dapat dilakukan baik dengan
sensus atau sampling. Untuk ini ada 3 macam teknik yang
dapat dijalankan, yaitu :

 Observasi
Yaitu melaksanakan penelitian dengan terjun langsung
dilapangan untuk menemui dan wawancara dengan
individu - individu sasaran, sehingga diperoleh data yang
akurat. Untuk persoalan tertentu dapat juga dilakukan
penelitian di laboratorium. Dalam hal ini data yang
diperoleh disebut data intern.

 Registrasi
Ini dilakukan dengan mengambil dan mempergunakan
data yang telah terhimpun dan dilaporkan oleh pihak lain,
misalnya dengan memanfaatkan kepustakaan. Dengan
cara ini data dapat dihimpun dengan lebih mudah dan
murah. Di sini data yang diperoleh disebut data ekstern.
Data ekstern dibagi menjadi data ekstern primer dan data
ektern sekunder. Jika data itu dikeluarkan dan
dikumpulkan oleh badan yang sama, maka di disebut
data ekstern primer. Dalam hal lainnya merupakan data
sekunder.

 Dengan mempergunakan Angket.


Angket adalah sejumlah pertanyaan atau isian tertulis
yang dikirimkan kepada individu - individu (disebut
responden) untuk dijawab atau diisi, dan dikirimkan
kembali kepada pihak peneliti. Angket dapat berisi
pertanyaan - pertanyaan terbuka di mana responden dapat
menjawab dengan bebas, ataupun pertanyaan tertutup
dimana responden tinggal menandai kotak - kotak
jawaban yang sudah disediakan. Ada kemungkinan tidak

74
semua angket yang dikirim diterima kembali, dan
jawabannya seringkali juga tidak akurat.

3. Pengolahan data :
Data mentah yang terkumpul diolah, dikelompokkan, disusun
menjadi array, dihitung karakteristik - karakteristiknya dan
seterusnya.

4. Penyajian data :
Penyajian data bertujuan agar hasil penelitian itu dapat dibaca
dengan mudah dan dipahami oleh orang lain. Juga agar dapat
dianalisis dan disimpulkan. Ada beberapa cara penyajian data
yang dapat dilakukan, yaitu :

 Penyajian secara naratif


Hasil penelitian di sajikan dalam bentuk cerita (teks). Cara ini
jarang dipergunakan karena dengan cerita seringkali
persoalan kurang dapat digambarkan dengan jelas, misalnya
dalam mengemukakan perbandingan antara beberapa angka
dan sebagainya.

 Dalam bentuk daftar atau tabel


Ada dua macam diagram atau tabel yaitu Daftar Baris
Kolom dan Daftar Disrtibusi Frekuensi

 Dalam bentuk diagram atau grafik


Ada 6 macam diagram, yaitu Diagram Garis, Diagram
Batang, Diagram Lambang / Simbol, Diagram Lingkaran
/ Pastel dan Diagram Titik / Pencar

5. Pembuatan analisis dan pengambilan kesimpulan.

75
Analisis dan kesimpulan merupakan hasil akhir dari
pembuatan statistik. Yang dapat dihimpun dan dibuat
statistiknya adalah antara lain :

 Data Demografi
Yaitu data tentang jumlah penduduk, pembagiannya
menurut jenis kelamin, umur, pendidikkan, pekerjaan,
besarnya angka perkembangan dan sebagainya.

 Data Kesehatan Lingkungan


Misalnya jumlah rumah dan keadaannya, jumlah sumber
air minum, jumlah jamban, tempat pembuangan sampah,
pembuangan air limbah dan sebagainya.

 Data Fasilitas Kesehatan


Jumlah rumah sakit, puskesmas, posyandu, apotik, toko
obat, pptical, jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan
seterusnya.

 Data Tentang Penyakit


Jenis penyakit yang sering timbul, Incidence Rate,
Prevalence Rate, KLB ( Kejadian Luar Biasa ), Wabah,
dan sebagainya.

 Data Vital Statistik


Angka kesuburan, angka kelahiran, angka kematian,
angka kesakitan dan sebagainya.

E. Vital Statistik

76
Vital statistik adalah statistik yang berhubungan dengan
peristiwa - peristiwa penting dalam kehidupan manusia, mulai sejak
dilahirkan sampai meninggal dunia. Oleh karena peristiwa -
peristiwa yang demikian itu sangat banyak jumlahnya, biasanya
yang dibuat oleh instansi kesehatan hanya yang berhubungan erat
dengan indikator - indikator kesehatan saja, sedangkan data yang
lain apabila diperlukan dapat diminta dari instansi - instansi lain
yang menanganinya, misalnya Pemerintah Daerah tingkat II,
Pemerintah Daerah Tingkat I, Kantor Statistik dan lain - lainnya.
Angka - angka Vital statistik tersebut umumnya dinyatakan
sebagai perbandingan (Rate) dan satuan promil ( ‰ ) dan dengan
jangka waktu satu tahun. Beberapa angka vital statistik yang
penting adalah sebagai berikut :

Yang berhubungan dengan Kelahiran dan Kesuburan :


1. Angka Kelahiran Umum (Crude Birth Rate = CBR)
Yaitu angka antara jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun
dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut
( tanggal 1 Juli ).

CBR = B x K
Pm

Dimana : CBR = Crude Birth Rate


B = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tertentu
Pm = Jumlah kelahiran pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan Konstanta (0/00 )

2. Angka Kesuburan Umum (General Fertility Rate = GFR)

77
Yaitu perbandingan antara jumlah kelahiran hidup dalam
suatu tahun dengan jumlah penduduk wanita umur 15 - 49
tahun pada pertengahan tahun tersebut.

GFR = B x K
Pr (15 – 49)

Yang berhubungan dengan kesakitan :

1. Attack Rate (AR)


Perbandingan antara jumlah kasus baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu saat, dengan jumlah population at risk
pada saat itu.

2. Angka Insidensi (Incidence Rate = IR)


Perbandingan antara jumlah kasus baru suatu penyakit dalam
satu tahun, dengan jumlah population at risk pada
pertengahan tahun tersebut.

3. Angka Prevalensi (Prevalensi Rate = PR)


Perbandingan antara jumlah kasus baru dan kasus lama suatu
penyakit selama suatu tahun, dengan jumlah population at
risk pada pertengahan tahun tersebut.

Yang berhubungan dengan kematian

1. Angka Kematian Umum (Crude Death Rate = CDR)


Perbandingan antara jumlah seluruh kematian dalam suatu
tahun, dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
tersebut.

2. Angka Kematian Khusus (Case Fatality Rate = CFR)

78
Misalnya akibat penyakit DHF : Perbandingan antara jumlah
kematian akibat penyakit DHF selama suatu tahun, dengan
jumlah penduduk yang menderita penyakit DHF selama
tahun tersebut.

3. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate = MMR)


Perbandingan antara jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas selama suatu tahun dengan jumlah
kelahiran ( hidup dan mati ) selama tahun tersebut.

4. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR)


Perbandingan antara jumlah bayi yang meninggal selama
suatu tahun, dengan jumlah kelahiran hidup selama tahun
tersebut. IMR sering dipergunakan sebagai indikator keadaan
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan lingkungan,
sedangkan MMR sebagai indikator keadaan sosial ekonomi
masyarakat serta kualitas pelayanan KIA.

79
BAB VII
MASYARAKAT

A. A. Pendahuluan
Ilmu kemasyarakatan disebut juga Sosiologi, yang berasal dari
bahasa latin Socius yang berarti kawan dan logos yang berarti berbicara.
Jadi arti harfiah dari Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar tentang
sosiologi. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan
Sosiologi atau Ilmu Masyarakat ialah Ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses - proses sosial, termasuk perubahan - perubahan
sosial.
Dalam definisi ini, yang dimaksud dengan struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur - unsur sosial yang pokok, yaitu
kelompok - kelompok sosial, norma - norma sosial, pranata - pranata
sosial serta lapisan - lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal
balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya antara segi
kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan hukum, segi kehidupan
hukum dengan segi kehidupan politik dan seterusnya.
Jadi sasaran dari sosiologi adalah masyarakat. Apakah masyarakat
itu? Tentang masyarakat, Ralph Linton mengemukakan bahwa
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial,
dengan batas - batas yang dirumuskan dengan jelas “.

80
Sesuai definisi Linton, maka masyarakat itu meliputi beberapa
unsur :

1. Sejumlah manusia yang hidup bersama


Dalam Ilmu Sosial, tidak ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk
menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Secara teoritis
angka minimalnya adalah dua orang.

2. Bercampur untuk waktu yang lama


Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda -
benda mati seperti meja, kursi dan sebagainya. Manusia yang
berkumpul sesamanya akan berorientasi sehingga timbul sistem
komunikasi, peraturan - peraturan dan seterusnya yang mengatur
hubungan antara manusia tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan


Antara anggota satu dengan anggota yang lain terdapat rasa
keterikatan dan solidaritas.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama


Mereka dalam kehidupan sehari - hari saling membutuhkan, bahwa
mungkin juga terdapat saling ketergantungan di antara mereka.

B. Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial

Setiap masyarakat selalu mempunyai penghargaan yang bersifat


khusus terhadap hal - hal tertentu yang ada dalam masyarakat
bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi tehadap hal - hal tertentu
akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari
hal - hal lainnya.

81
Kalau suatu masyarakat misalnya lebih menghargai kekayaan
materiil dari pada lainnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai
harta benda akan menempati kedudukan yang lebih tingi dibandingkan
dengan orang lain, dan sebaliknya mereka yang hanya sedikit sekali atau
tidak memiliki sesuatu yang berharga, dalam pandangan masyarakat
mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal
dengan Stratifikasi Sosial ( sratum = lapisan ). Bentuk - bentuk lapisan
masyarakat itu banyak dan berbeda - beda, dan tetap ada sekalipun dalam
masyarakat yang kapitalis, demokratis, komunis ataupun lainnya, karena
dalam pembedaan atas lapisan - lapisan tersebut merupakan gejala
universal, yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.

1. Sifat – Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat dari sistem lapisan yang ada di dalam suatu masyarakat ada
dua, yaitu tertutup dan terbuka. Yang bersifat tertutup membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain,
baik yang merupakan gerak ke atas ataupun bawah.
Dalam sistem yang demikian satu - satunya jalan untuk menjadi
anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Contoh :
masyarakat India yang terbagi atas kasta - kasta, yaitu kasta Brahmana
(pendeta), Ksatria (bangsawan dan tentara), Waisya (pedagang), Sudra
(rakyat jelata), serta mereka yang tidak berkasta yang disebut golongan
Paria.
Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas - batas tertentu, juga
dapat kita jumpai masyarakat Bali.
Berbeda dengan sistem tertutup, pada sistem terbuka setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan
sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk
jatuh ke lapisan bawah. Pada umumnya sistem terbuka memberi

82
perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk
dijadikan landasan pembangunan masyarakat, dari pada sistem tertutup.

2. Dasar – Dasar Lapisan Masyarakat

Di antara lapisan teratas dengan yang terendah, terdapat lapisan


yang jumlahnya relatif banyak. Akan tetapi pembagian yang umumnya
dipergunakan adalah lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah.
Lapisan atas biasanya tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa
yang dihargai oleh masyarakat, tetapi kedudukkannya yang tinggi itu
bersifat kumulatif, yaitu mereka yang mempunyai harta benda banyak
akan mudah untuk mendapatkan tanah, kehormatan dan mungkin juga
kekuasaan.
Dasar atau kriteria yang biasa dipergunakan untuk menggolongkan
anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan (di sebut juga kelas ),
adalah :
 Ukuran kekayaan
Mereka yang memiliki kekayaan yang paling banyak, masuk ke
dalam lapisan teratas.

 Ukuran kekuasaan
Yang memiliki kekuasaan atau wewenang atau terbesar, menempati
lapisan teratas.

 Ukuran kehormatan
Ukuran ini terlepas dari ukuran - ukuran kekayaan ataupun
kekuasaan. Mereka yang paling dihormati dan paling disegani
mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat tradisional. Di sini yang paling dihormati atau
disegani tersebut adalah golongan orang tua - tua dan mereka yang
pernah berjasa.

83
 Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ini dipergunakan oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Kadang - kadang dapat menimbulkan akibat yang
negatif, karena orang yang berkeinginan besar untuk dapat masuk
ke lapisan atas, yang dipentingkan bukan mutu ilmu
pengetahuannya tetapi kesarjanaannya, yang kemudian
diusahakannya dengan segala cara, termasuk cara - cara yang tidak
wajar.

3. Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial (= Gerak sosial = Social Mobility) adalah suatu


gerak yang terjadi dalam struktur sosial. Apabila seorang petani beralih
pekerjaan menjadi pemilik toko, maka dia melakukan mobilitas sosial.
Tipe - tipe dari mobilitas / gerak sosial yang pokok ada dua macam,
yaitu gerak sosial yang horizontal dan yang vertikal.

 Gerak sosial horizontal


Merupakan peralihan individu atau obyek - obyek sosial lainnya,
dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lain yang sederajat,
atau mungkin juga peralihan atau gerak dari obyek - obyek sosial
seperti misalnya mode pakaian, ideologi dan sebagainya. Dengan
adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial.

 Gerak sosial vertikal


Yang dimaksud adalah perpindahan individu atau obyek sosial, dari
suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak
sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social climbing) dan yang
turun (social sinking). Contohnya seorang petani yang diangkat
menjadi kepala desa adalah social climbing, sedangkan seorang

84
pegawai kantor yang dipecat dari jabatannya merupakan social
sinking.
Social climbing dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok
melalui beberapa macam saluran, misalnya lembaga pendidikan,
lembaga keagamaan, organisasi politik dan sebagainya.

C. Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial (Social Institution)

Pranata sosial adalah himpunan norma - norma dari segala


tingkatan yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat, sehingga
kehidupan bersama itu berlangsung dengan tertib. Di sebut juga
dengan Lembaga Sosial atau Lembaga Kemasyarakatan. Pranata Sosial
terdapat dalam semua masyarakat, baik yang mempunyai taraf
kebudayaan yang masih bersahaja maupun yang sudah modern.
Dalam kehidupan bersama, Pranata Sosial berfungsi sebagai berikut
:
1. Memberikan pedoman kepada para anggota masyarakat tentang
bagaimana mereka harus bertingkah laku dan bersikap dalam
menghadapi masalah - masalah yang ada dalam masyarakat itu.
2. Memberikan pegangan kepada masyarakat dalam hal pengendalian
sosial (Social Control), yaitu sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota - anggotanya.
3. Menjaga keutuhan dan ketentraman masyarakat.

Beberapa fungsi tersebut di atas mengharuskan seseorang yang


hendak memasuki ataupun mempelajari suatu masyarakat tertentu
memperhatikan dengan teliti pranata sosial yang ada dalam masyarakat
tersebut.

Norma - norma itu umumnya tidak tertulis, wajib ditaati dan


dilaksanakan baik oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat,

85
karena memang diciptakan demi tercapainya ketertiban dan kesejahteraan
dari masyarakat tersebut.
Beberapa macam norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda
– beda, ada yang lemah dan ada yang sangat kuat. Untuk membedakan
kekuatan mengikat dari norma - norma tersebut, secara sosiologis dikenal
adanya empat pengertian, yaitu :
1. Cara ( Usage )
2. Kebiasaan ( Folkways )
3. Tata kelakuan ( Mores )
4. adat Istiadat ( Custom )

Masing - masing pengertian di atas mempunyai dasar yang sama,


yaitu merupakan petunjuk ataupun larangan yang merupakan pedoman
dari perilaku seseorang yang hidup dalam masyarakat itu, dengan
penjelasan sebagai berikut :

1. Cara ( Usage )
Cara, menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, khususnya dalam
hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan
terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat,
mungkin hanya sekedar celaan dari individu yang dihadapi saja.
Contohnya, orang mempunyai cara masing - masing untuk minum,
ada yang minum tanpa mengeluarkan bunyi, ada pula yang
mengeluarkan bunyi sebagai pertanda kepuasannya. Cara yang
terakhir biasanya dalam pertemuan dianggap sebagai perbuatan
yang tidak sopan, dan apabila dijalankan mungkin orang yang
minum bersamanya akan merasa tersinggung dan mencelanya.

2. Kebiasaan ( Folkways )

86
Kebiasaan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada cara.
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang - ulang dalam bentuk
yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai
perbuatan itu. Dapat dikatakan bahwa kebiasaan adalah perilaku
yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
Contohnya kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih
tua, apabila hal itu tidak dilakukan, maka akan dianggap sebagai
suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum yang berlaku dalam
masyarakat tersebut, dan setiap orang akan mencela pelakunya.

3. Tata - kelakuan ( Mores )


Tata kelakuan adalah kebiasaan yang tidak hanya dianggap sebagai
cara perilaku saja, akan tetapi sudah diterima sebagai norma
pengatur. Tata kelakuan di suatu pihak memaksakan suatu
perbuatan dan di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung
merupakan alat agar semua anggota masyarakat menyesuaikan
perbuatan - perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya
hubungan antara pria dengan wanita yang berlaku bagi semua
orang. Penyimpangan yang dilakukan terhadap tata kelakuan akan
berakibat pelakunya dikenakan sanksi untuk menyesuaikan
tindakan - tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku.

4. Adat istiadat (Custom)


Adat istiadat adalah tata kelakuan yang sudah bersifat kekal dan
kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Anggota
masyarakat yang melanggarnya akan mendapat sanksi yang keras
dan kadang - kadang sampai berdampak luas. Contohnya, di daerah
Lampung terdapat suatu hukum adat yang melarang terjadinya
perceraian antara suami - istri, karena perkawinan dinilai sebagai
kehidupan bersama yang dinilai abadi dan hanya dapat terputus
apabila salah satunya meninggal dunia. Apabila sampai terjadi
perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan saja yang tercemar

87
namanya, tetapi seluruh keluarganya akan dikeluarkan dari
masyarakat itu.

Dalam masyarakat tradisional (pedesaan), tradisi itu berlaku sangat


kuat. Di sini norma - norma itu berlaku secara turun - temurun tanpa
mengalami perubahan.
Masyarakat di kota berlainan keadaannya. Dalam masyarakat kota,
anggota masyarakat selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan
- perubahan yang terjadi, karena kota memang merupakan pintu gerbang
masuknya pengaruh - pengaruh dari luar.
Berbagai peralatan modern dalam bidang komunikasi, khususnya
komunikasi masa (koran, majalah, radio, televisi) memungkinkan orang
kota mengikuti perubahan - perubahan yang terjadi di luar batas
daerahnya, sehingga norma - norma dalam masyarakat kota juga selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Di kota juga selalu mengalami
perubahan dan perkembangan. Di kota besar bahkan ketaatan terhadap
norma - norma dan tata nilai masyarakat seringkali dianggap sebagai
hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan zaman.

D. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Dalam masyarakat yang modern sering dibedakan antara


masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan (rural community dan
urban community). Pembedaan itu pada hakikatnya hanya bersifat
gradual.
Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang dimaksudkan
dengan perkotaan, karena adanya hubungan antara konsentrasi penduduk
dengan gejala - gejala sosial yang dinamakan urbanisme. Orang boleh
saja berpendapat, bahwa semua tempat dengan kepadatan penduduk yang
tinggi merupakan masyarakat perkotaan. Hal itu kurang benar, karena

88
banyak pula daerah yang berpenduduk padat tidak dapat digolongkan ke
dalam masyarakat perkotaan.
Yang dimaksud dengan masyarakat perkotaan atau urban community
adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya.
Tekanan pengertian “kota“ terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan .

Perbedaan - perbedaan tersebut apabila kita bandingkan adalah seperti


yang tercantum di bawah ini :

Masyarakat Pedesaan Masyarakat Perkotaan

1 Hubungan antar warga bersifat Hubungan antar warga atas


kekeluargaan, erat, mendalam, dasar kepentingan pribadi,
saling mengenal, dan saling bersifat individualistis.
memerlukan.

2 Umumnya hidup dari pertanian Jenis pekerjaannya sangat


/perkebunan, sifat kerjanya bervariasi dan bersifat
serabutan. spesialistis.

3. Sangat terikat pada tanah Mudah pindah - pindah, baik


garapan dan tidak mudah tempat tinggal maupun
berpindah tempat tinggal pekerjaan.

4. Barang – barang, makanan dan Selain untuk kebutuhan hidup


sebagainya hanya untuk juga untuk kebutuhan sosial
memenuhi kebutuhan hidup. ( gengsi ).

89
Masyarakat Pedesaan Masyarakat Perkotaan

5 Komunikasi umumnya hanya Umumnya berlangsung


berlangsung secara informal, secara formal dan dengan
dari mulut ke mulut. sarana komunikasi yang
modern.

6 Lapangan pekerjaan sempit. Lapangan pekerjaan luas dan


beragam.

7 Pembagian waktu tidak penting. Pembagian waktu sangat


penting.

8 Kepemimpinan tradisional, Kepemimpinan formal dan


orang tua menjadi panutan rasional.

9 Kehidupan beragama menonjol Kurang menonjol


juga peranan pemuka agama.

10 Perubahan sosial jarang dan Sering dan mudah terjadi.


tidak mudah terjadi

90
BAB VIII
KEBUTUHAN KELOMPOK

A. Kelompok – Kelompok Sosial

Manusia adalah mahluk sosial, yang hanya dapat hidup


normal bila berada diantara manusia - manusia lainnya. Manusia
yang hidup terpisah sama sekali dari orang lain akan tumbuh
menjadi tidak wajar, baik jiwa maupun raganya.
Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua keinginan
pokok, yaitu :
 Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya (masyarakat).
 Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.

Dua keinginan tersebut di atas, ditambah dengan adanya


kesadaran bahwa dengan bekerja sendiri - sendiri mereka tidak
akan mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya, menyebabkan manusia itu bekerja sama saling
membantu yang satu dengan yang lain. Maka terbentuklah
himpunan - himpunan atau kesatuan - kesatuan manusia yang hidup
bersama, yang disebut kelompok – kelompok sosial
(Social Groups).

Tidak semua himpunan dapat di samakan kelompok sosial,


melainkan hanya yang memenuhi syarat - syarat tertentu, yaitu :
 Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran,
bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.

91
 Antara anggota yang satu dengan anggota yang lain
terdapat hubungan timbal balik.
 Ada suatu faktor yang dimiliki bersama yang
menyebabkan hubungan sesama anggota menjadi erat.
 Mempunyai struktur, kaidah dan pola perilaku.
 Bersistem dan berproses.

1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder


Menurut Charles H. Cooley, kelompok sosial dapat dibagi
menjadi dua, yaitu Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder.
 Kelompok primer
Adalah kelompok sosial yang umumnya kecil, bersifat
agak permanen dan di antara anggotanya terdapat kenal -
mengenal serta kerja sama erat yang bersifat pribadi,
seperti misalnya keluarga, kelompok penggemar sesuatu
( hobby ), kelompok RT.

 Kelompok Sekunder
Adalah kelompok sosial yang besar, terdiri dari berbagai
macam individu yang saling berhubungan dengan tujuan
masing - masing (tidak bersifat pribadi) dan tidak begitu
permanen. Contohnya organisasi para pedagang,
organisasi buruh suatu perusahaan, partai politik.

2. Paguyuban dan Patembayan


Ferdinand Tonnies membedakan kelompok - kelompok sosial
atau 2 jenis, yang disebutnya Gemeineschaft (Paguyuban) dan
Gesellchaf (Patembayan).
 Paguyuban
Adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota -
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan

92
bersifat alamiah serta bersifat kekal seperti misalnya
keluarga, kerabat, kelompok rukun tetangga.

 Patembayan
Pada Patembayan hubungan yang ada antara anggota -
anggota hanya ikatan dalam bentuk lahiriah, bersifat
buatan (bukan alamiah), juga tidak bersifat kekal karena
orang menjadi anggotanya disebabkan mempunyai
kepentingan yang rasional. Contohnya organisasi para
pedagang, organisasi buruh, partai politik. Konsep
Tonnies pada dasarnya sama dengan konsep Cooley.

3. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Kelompok Formal (Formal Group) adalah kelompok yang
mempunyai peraturan - peraturan yang tegas dan dengan sengaja
diciptakan oleh anggota - anggotanya. Contohnya partai politik,
perkumpulan koperasi, oraganisasi buruh.
Kelompok Informal (Informal Group) adalah kelompok yang
tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok ini
biasanya terbentuk karena pertemuan - pertemuan yang
berulangkali, yang menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan -
kepentingan dan pengalaman yang sama, misalnya kelompok
arisan, kelompok gemar kesenian dan sebagainya.

4. Kerumunan (Crowd) dan Publik (Public)


Berbeda dengan semua yang telah disebutkan dimuka,
kerumunan dan publik tergolong dalam kelompok sosial yang tidak
teratur.
Kerumunan adalah sejumlah orang yang secara kebetulan
berkumpul disuatu tempat, bersifat sementara dan tidak
terorganisasi, seperti misalnya penonton pertandingan sepakbola,
pengunjung supermarket dan sebagainya.

93
Sifat yang khas dari kerumunan adalah jika mereka sudah
beraksi, mempunyai kecenderungan merusak. Ini disebabkan dalam
kerumunan interaksi terjadi secara spontan dan tidak terduga.
Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam apabila orang
tersebut ikut serta dalam suatu kerumunan.
Bebeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan
kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Pada publik interaksi
terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi yang
bersifat massal, misalnya surat kabar, radio, televisi, desas desus
dan sebagainya, yang memungkinkan suatu publik mempunyai
pengikut yang amat luas. Tingkah laku publik didasarkan pada
tingkah laku individu - individu yang menjadi anggota -
anggotanya, karena dalam publik masing - masing individu masih
memiliki kesadaran akan kedudukan sosialnya.

5. In Group dan Out Group


In group adalah kelompok sosial dimana individu
mengidentifikasi dirinya. Sikap In group pada umumnya didasarkan
pada adanya rasa simpati dan perasaan dekat dengan anggota -
anggota kelompoknya.
Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu
diartikan sebagai lawan In groupnya.
Sikap Out group selalu ditandai dengan suatu pandangan
yang berwujud antagonisme atau antipati, yang dapat menjadi dasar
suatu sikap yang disebut etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang
menilai unsur - unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan
ukuran - ukuran kebudayaan sendiri.
Dilain pihak sikap etnosentrisme seringkali juga di dasari
oleh stereotip, yakni gambaran ataupun tanggapan yang bersifat
mengejek terhadap suatu obyek tertentu.
Contoh stereotip : sebagai orang kulit putih selalu
beranggapan bahwa orang kulit hitam (Negro) itu pemalas, bodoh
dan seterusnya.

94
6. Membership Group dan Reference Group
Membership group adalah kelompok sosial di mana
seseorang secara fisik menjadi anggotanya. Sedangkan reference
group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang
(bukan anggota kelompok itu) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya.

B. Ciri – Ciri Kelompok Sosial

Kelompok Sosial merupakan organisme terkecil dari struktur


sosial masyarakat. Selaku unit terkecil dari struktur sosial,
kelompok sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
1. Adanya dorongan / keinginan yang sama pada setiap individu
untuk berkelompok.
Dorongan yang sama itu yang merupakan terjadinya
kelompok, terlepas dari adanya motivasi - motivasi yang
mungkin berbeda pada masing - masing individu tersebut.

2. Ada struktur kelompok yang jelas.


Struktur kelompok yang dimaksud adalah sistem pengaturan
peranan dan kedudukan dari masing - masing individu yang
menjadi anggota kelompok, yang diperlukan dalam rangka
bersama - sama mencapai tujuan kelompok. Contoh : ketua
yang berperan sebagai pemimpin, anggota - anggota yang
berperan sebagai pelaksanaan dan seterusnya.

3. Ada norma - norma kelompok.


Norma adalah peraturan yang telah disetujui oleh anggota
kelompok dan perilaku yang diharapkan dari seseorang
sebagai anggota suatu kelompok, yang disertai dengan
sanksi - sanksi bagi pelanggarnya. Bagian terbesar norma

95
sosial kita temui dalam bentuk lisan yang berupa pepatah,
kiasan, cerita rakyat, kesenian tradisional dan sebagainya.

4. Ada reaksi dan kecakapan yang berbeda antara individu yang


satu dengan yang lain.
Perbedaan reaksi dan kecakapan diantara para anggota
kelompok merupakan hal yang alamiah dan wajar. Dalam
banyak hal justru perbedaan itulah yang menyebabkan
kelompok itu hidup dinamis.

C. Bentuk – Bentuk Kelompok Sosial

Dilihat dari karakteristik masing - masing, bentuk kelompok


sosial ada bermacam - macam. Akan tetapi secara garis besar dapat
dibedakan atas dua golongan, yaitu :

1. Kelompok Formal dan Informal.


Kelompok Formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk
untuk melaksanakan tugas tertentu, diberi wewenang tertentu dan
anggota - anggotanya ditetapkan serta diangkat oleh suatu badan
atau organisasi tertentu pula. Contoh : unit organisasi dari suatu
instansi pemerintah, panitia yang dibentuk oleh kepala kelurahan
dan sebagainya. Kelompok Formal ditandai dengan adanya
komunikasi formal dan hierarki (susunan fungsi - fungsi yang
berdasarkan jabatandan wewenang).
Sedangkan Kelompok Informal adalah kelompok yang
tumbuh dari proses interaksi dan daya ikat (cohesiveness) serta
kebutuhan individu yang menjadi anggotanya. Dalam kelompok
jenis ini anggota kelompok tidak diangkat dan diberi wewenang
secara formal, melainkan lebih ditentukan oleh Kelompok Informal
berlangsung secara bebas, dari mulut ke mulut dan dekat
(face to face).

96
5. Kelompok Terbuka dan Kelompok Tertutup
Kelompok Terbuka adalah kelompok yang selalu tanggap
terhadap perubahan dan pembaharuan, sehingga secara terus -
menerus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan
yang terjadi disekelilingnya. Sikap terbuka ini juga terlihat pada
kebijaksanaannya sewaktu menerima anggota baru, semua
golongan dan aliran diterima dengan baik. Contoh : Organisasi
Pemuda KNPI.
Sedang kelompok Tertutup adalah sebaliknya, sulit menerima
perubahan dan pembaharuan dan selektif dalam menerima anggota.
Kelompok ini biasanya mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan kemapanan yang sudah ada, sehingga sangat
selektif dalam menerima ide - ide baru. Contoh : beberapa
organisasi yang berlatar keagamaan.

D. Dinamika Kelompok Sosial

Dinamika mempunyai arti kekuatan, gerak atau semangat, di


samping itu berarti juga pengetahuan yang mempelajari gerak atau
tenaga yang menyebabkan gerak itu sendiri. Sedangkan tentang
kelompok (kelompok sosial), banyak definisi yang dibuat oleh para
pakar. Salah satunya adalah yang dikemukakan olehW.J Duncan,
bahwa kelompok sosial adalah kumpulan yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
bersama, interaksi tersebut bersifat tetap dan memiliki struktur
tertentu.
Selanjutnya tentang Dinamika Kelompok, F.D Ruch
menyatakan bahwa Dinamika kelompok adalah analisis hubungan -
hubungan Kelompok Sosial yang berdasarkan prinsip, bahwa
tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis
antara individu dalam stuasi sosial .

Dinamika kelompok mempelajari kehidupan kelompok dengan


merinci sejumlah konsep yang berhubungan dengan terbentuknya,

97
berfungsi serta integrasinya kelompok. Dengan konsep - konsep
tersebut kemudian dapat diambil langkah - langkah yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas kelompok.

Kelompok Sosial Sebagai Wahana Kehidupan Manusia


Sebagai mahluk sosial, manusia mempunyai naluri ingin
selalu berkumpul dengan manusia lain. Disamping itu dalam
perjalanan kehidupannya manusia memiliki ketergantungan yang
besar pada manusia lain. Bahkan dia akan mengalami kelainan baik
fisik maupun mental, apabila hidup sama sekali terpisah dari orang
lain.
Semua hal tersebut merupakan sebab utama terjadinya
kelompok - kelompok manusia dalam kehidupan ini, yang disebut
Kelompok Sosial. Kelompok - kelompok Sosial tersebut
merupakan himpunan - himpunan atau kesatuan - kesatuan manusia
yang hidup bersama.
Akan tetapi tidak semua himpunan manusia dapat disebut
sebagai kelompok sosial. Sesuai dengan definisi dari Duncan yang
telah disebutkan di muka, suatu himpunan manusia baru dapat
disebut kelompok sosial apabila terpenuhi unsur - unsurnya yaitu :
 Ada dua orang atau lebih.
 Ada interaksi yang teratur diantara mereka.
 Ada tujuan yang telah disepakati bersama.
 Ada kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari
kelompok.
 Ada struktur tertentu yang mengatur masing - masing
anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

Kelompok Sosial mempunyai bentuk, jenis dan sifat bermacam -


macam, banyak diantaranya yang tumpang tindih (over lapping),
karena dalam kehidupan bermasyarakat umumnya seorang individu
merupakan anggota dari beberapa kelompok sosial sekaligus.
Sebagai contoh, seorang warga suatu RT sekaligus juga merupakan

98
anggota dari RW, kelurahan, masyarakat setempat ( community ),
masyarakat luas ( society dan juga warga suatu bangsa ( nation ).
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok yang statis.
Setiap kelompok sosial pasti mengalami perubahan dan
perkembangan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil dari
pada kelompok sosial lainnya, atau dengan perkataan lain
strukturnya tidak mengalami perubahan yang mencolok.
Ada pula kelompok sosial yang mengalami perubahan secara
cepat, walaupun tidak mengalami pengaruh dari luar. Akan tetapi
pada umumnya kelompok sosial mengalami perubahan, baik karena
sebab - sebab yang berasal dari dalam kelompok itu sendiri maupun
karena adanya pengaruh dari luar.
Keadaan tidak stabil dalam kelompok dapat terjadi karena
adanya konflik antar individu dalam kelompok atau antar bagian
dari kelompok tersebut, sebagai akibat tidak adanya keseimbangan
antara kekuatan - kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Misalnya
ada individu atau bagian dari kelompok yang ingin berebut
kekuasaan, ada perbedaan paham tentang cara - cara mencapai
tujuan kelompok dan sebagainya, yang kesemuanya dapat
mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok dan terjadinya
perubahan struktur kelompok.
Di samping sebab - sebab yang berasal dari dalam kelompok
sendiri, perubahan kelompok sosial dipengaruhi juga oleh sebab -
sebab yang berasal dari luar, misalnya berubahnya faktor - faktor
sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat.
Konflik dalam kelompok dapat dikurangi atau bahkan
dihapuskan karena adanya kepemimpinan yang baik, atau bila
kelompok tersebut menghadapi musuh dari luar.

99
E. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu

Tentang besarnya pengaruh kelompok sosial terhadap


individu / anggotanya dapat kita lihat dari hasil percobaan yang
dilakukan oleh Solomon E. Asch sebagai berikut :
Suatu kelompok yang terdiri dari 7 - 9 orang mahasiswa
dibagi menjadi dua bagian, yang merupakan kelompok
mayoritas (terdiri dari sebagian besar individu) dan kelompok
minoritas (terdiri dari 1 - 2 individu).
Tanpa sepengetahuan kelompok minoritas, kepada kelompok
mayoritas diberitahukan tentang maksud dari percobaan ini,
dan juga dipesan agar nanti apabila ditanya supaya
memberikan jawaban yang keliru.
Kepada kedua kelompok diperlihatkan 3 buah garis A, B dan
C dengan ukuran sebagai berikut : garis A berukuran standart,
garis B lebih panjang dari garis A dan garis C berukuran
sama dengan garis A
Kemudian pada mereka diajukan pertanyaan : garis manakah,
B atau C, yang sama panjangnya dengan garis standart (A)
dan kepada kelompok mayoritas diberikan kesempatan
menjawab lebih dahulu baru kemudian kelompok minoritas.
Setelah percobaan ini diulang - ulang dengan berbagai
gambar tetapi dengan prosedur yang sama, maka didapati
hasil sebagai berikut :
 Mula - mula perbedaan pendapat antara mayoritas dan
minoritas itu tidak menimbulkan pengaruh apa - apa pada
kelompok minoritas.
 Lambat laun nampak adanya keragu - raguan pada
kelompok minoritas terhadap persepsinya sendiri.
 Akhirnya ada kecenderungan pada kelompok minoritas
untuk menyesuaikan jawabannya dengan kelompok
mayoritas, sehingga dengan demikian kesalahan jawaban
dari kelompok minoritas itu makin lama makin besar.

100
Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan, bahwa
kelompok itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap individu -
individu yang menjadi anggotanya.

F. Interaksi Sosial

Apabila pada suatu saat ada dua orang yang saling


memandang, kemudian tersenyum dan bersalaman, dikatakan
bahwa dua orang tersebut telah mengadakan kontak sosial. Kontak
sosial terjadi apabila action dari individu yang satu mendapat
response. Inilah yang menyebabkan sekumpulan orang itu tidak
sama dengan meja kursi atau setumpuk batu. Pada sekumpulan
meja kursi atau setumpuk batu tersebut yang terdapat adalah kontak
fisik, bukan suatu kontak sosial.
Selanjutnya apabila kedua orang yang disebutkan di atas
saling berbicara, saling tertawa atau bahkan saling memukul, yang
menandakan bahwa individu yang satu memahami individu yang
lain, dikatakan bahwa kedua orang tersebut telah mengadakan
interaksi sosial. Jadi interaksi sosial itu terjadi apabila ada poses
kontak sosial yang berlanjut dengan proses komunikasi.

Dalam semua bentuk kehidupan bersama (masyarakat) selalu


terjadi yang disebut proses sosial. Proses sosial adalah pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya
pengaruh - mempengaruhi antara segi ekonomi dan sosial, sosial
dan politik dan sebagainya.
Bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan - hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar
kelompok - kelompok manusia maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia.
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat
itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, berbicara atau bahkan

101
bertengkar. Aktivitas - aktivitas semacam itu merupakan bentuk -
bentuk interaksi sosial.
Meskipun orang - orang yang bertemu muka tersebut tidak
saling bicara atau tidak saling menukar tanda - tanda, interaksi
sosial telah terjadi, oleh karena masing - masing akan sadar adanya
pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam perasaan maupun
syaraf orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya
bau keringat, bau parfumnya, suara jalannya dan sebagainya
Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang,
yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Interaksi dengan demikian hanya berlangsung antara pihak -
pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Apabila
seseorang memukul sebuah kursi misalnya, tidak terjadi suatu
interaksi sosial, oleh karena interaksi tersebut tidak akan beraksi
dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Sehingga untuk
terjadinya suatu interaksi diperlukan adanya dua syarat, yaitu ada
kontak sosial dan ada komunikasi
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial, karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara fisik
belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi
apabila orang - perorangan ataupun kelompok - kelompok manusia
bekerja sama, mengadakan persaingan, pertikaian, dst.
Salah satu bentuk dari interaksi sosial adalah proses
sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses di mana anggota
masyarakat yang baru mempelajari norma - norma dan nilai - nilai
masyarakat di mana dia menjadi anggota. Contohnya seorang anak
kecil yang mempelajari, kemudian menjalankan kebiasaan -
kebiasaan yang terjadi dalam keluarga. Juga seorang transmigran
yang mempelajari kemudian menyesuaikan diri dengan adat istiadat
penduduk setempat atau sebaliknya.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial, karena tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan

102
bersama. Interaksi sosial tersebut dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu :

 Interaksi antara individu dengan individu


Contohnya dua orang yang sedang berbicara, berunding atau
berdiskusi.

 Interaksi antara individu dengan kelompok


Contohnya seorang anggota yang menyampaikan usul kepada
perkumpulannya.

 Interaksi antara kelompok dengan kelompok


Contohnya perundingan antara suatu instansi dengan instansi
lain, perang antara dua negara dan sebagainya.

1. Dasar – Dasar Interaksi Sosial


Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasari oleh
beberapa faktor, yaitu Imitasi, Sugesti, Indentifikasi dan Simpati.

 Imitasi
Imitasi adalah proses dimana suatu individu menirukan /
mencontoh prilaku individu lain. Proses peniruan ini
dapat terjadi tanpa sengaja ataupun disengaja, misalnya
karena mempunyai suatu maksud dan tujuan tertentu.
Contohnya anak kecil yang meniru prilaku orang tua atau
saudara - saudaranya.
Keuntungan dari proses imitasi adalah :
 Dengan meniru dapat diperoleh kecakapan dengan
cepat.
 Dapat mendorong individu atau kelompok untuk
mengerjakan sesuatu dan tidak tinggal diam
berpangku tangan.

103
Kerugian adalah :
 Dapat menghambat cara berfikir kritis,
menghilangkan kreatifitas.
 Jika yang diimitasi itu hal yang salah, akan terjadi
kesalahan yang berlarut - larut ataupun kesalahan
massal.

 Sugesti
Sugesti adalah suatu proses dimana suatu individu atau
kelompok mengimbaskan pandangan atau sikapnya, yang
kemudian diterima begitu saja tanpa dipikirkan, oleh
individu yang lain. Contohnya seseorang yang ada di
tengah massa yang sedang panik.

Dalam proses sugesti berlaku hukum - hukum sebagai


berikut :
 Bertambahnya sugesti sebanding dengan
bertambahnya perpecahan kesadaran seseorang
individu. Contohnya semakin panik / bingung
seseorang, semakin mudah dia terkena terkena sugesti
/ terbawa oleh massa.
 Pada individu dalam keadaan normal (sehat,
berpikiran jernih), bertambahnya sugesti berjalan
secara tidak langsung.
 Pada individu dalam keadaan tidak normal (sakit,
lelah, bingung ) bertambahnya sugesti berjalan secara
langsung.

Proses sugesti mudah terjadi apabila yang mengimbaskan


pandangan atau sikap itu mempunyai otoritas, lebih tua,
mempunyai jabatan tinggi atau keahlian lebih, ataupun
mayoritas, merupakan bagian terbesar dari kelompok itu.

104
Pada kerumunan (crowd) tidak jarang timbul sugesti
yang cenderung brutal dan berkeinginan merusak, akibat
hilangnyaidentitas diri maisng - masing yang terlibat di
dalamnya.

 Identifikasi
Indentifikasi adalah proses dimana seseorang individu
berkeinginan untuk menjadi sama dengan individu lain.
Hal ini terjadi karena seringkali seseorang memerlukan
tipe - tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.
Contohnya anak laki - laki yang berindifikasi kepada
bapaknya, atau anak yang berindifikasi kepada ibunya.
Proses indentifikasi tersebut dapat berlangsung tanpa
disadari ataupun disengaja. Biasanya proses Indentifikasi
terjadi apabila seseorang yang berindentifikasi itu benar -
benar mengenal individu yang menjadi idolanya,
sehingga pandangan, sikap dan perilaku dari idolanya
tersebut dapat menjiwainya.

 Simpati
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang individu
tertarik kepada individu lain dalam situasi sosial.
Dalam proses simpati perasaan memegang peranan
penting, karena proses simpati hanya dapat berkembang
apabila terdapat suasana saling mengerti.
Pada proses simpati dorongan utamanya berupa
keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan
pihak lain, sedangkan pada proses identifikasi dorongan
itu berupa keinginan untuk belajar dari pihak lain yang
dianggap mempunyai kelebihan tertentu, sehingga patut
dijadikan contoh.

105
Simpati dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
 Simpati yang menimbulkan respons yang cepat,
hampir seperti refleks.b Contohnya rasa nyeri saat
melihat orang yang memanjat sampai tinggi sekali.
 Simpati yang bersifat intelektual. Contohnya
keinginan mengucapkan selamat kepada seseorang
yang mengalami keberhasilan.

2. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial


Bentuk - bentuk interaksi sosial ada empat, yaitu kerjasama
(cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan
akomodasi (accomodation)

 Kerjasama (Co-operation)
Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana
dua orang atau lebih melaksanakan usaha terkoodinir,
untuk mencapai tujuan bersama. Umumnya kerjasama
terjadi apabila suatu tujuan tidak dapat dicapai melalui
usaha orang seorang (individual).
Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang
pokok, dan dapat dijumpai pada semua kelompok
manusia. Contohnya kegiatan gotong royong dan
sebagainya.

 Persaingan (Competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi sosial dimana
keberhasilan individu yang satu dapat mengurangi atau
bahkan menghilangkan keberhasilan individu yang lain.
Dalam hal ini masing - masing individu atau kelompok
yang bersaing disebut rival.
Beberapa contoh dari persaingan misalnya persaingan
dalam bidang ekonomi (persaingan dagang), dalam
bidang sosial (rebutan kedudukan / jabatan), dalam

106
bidang kebudayaan (saringan masuk perguruan tinggi)
dan sebagainya.

 Pertentangan (Conflict)
Pertentangan adalah interaksi sosial dimana keberhasilan
individu atau kelompok yang satu diperoleh dengan
menghancurkan individu yang berselisih, antar kelas
sosial, antar suku bangsa sampai antar negara (perang).

 Persesuaian (Accomodation)
Persesuaian adalah bentuk interaksi sosial simana kedua
belah pihak mengadakan kompromi untuk menghentikan
pertentangan, walaupun seringkali hanya bersifat
sementara.
Langkah persesuaian diambil dengan tujuan untuk
mencegah meledaknya pertentangan, dan memungkinkan
timbulnya kerjasama. Untuk tercapainya persesuaian
tidak jarang diperlukan jasa dari pihak ketiga.
Persesuaian yang demikian disebut arbitrasi. Contohnya
penyelesaian pertengkaran antara dua warga suatu RT
dengan ketua RT sebagai arbiter ( pihak ke tiga ).

107

Anda mungkin juga menyukai