Anda di halaman 1dari 1

Hukum Potong Kuku dan Rambut Ketika Kurban

Pendapat ini dikritik oleh sebagian ulama karena analoginya tidak tepat. Imam An-Nawawi mengatakan
sebagai berikut.

‫قال أصحابنا الحكمة في النهي أن يبقى كامل األجزاء ليعتق من النار وقيل للتشبيه‬
‫بالمحرم قال أصحابنا وهذا غلط ألنه ال يعتزل النساء وال يترك الطيب واللباس وغير‬
‫ذلك مما يتركه المحرم‬
Artinya, “Ulama dari kalangan madzhab kami mengatakan hikmah di balik larangan tersebut adalah
agar seluruh anggota tubuh tetap ada/sempurna dan terbebas dari api neraka. Adapula yang
berpendapat, karena disamakan (tasyabbuh) dengan orang ihram. Menurut ashab kami, pendapat ini
tidak tepat, karena menjelang kurban mereka tetap boleh bersetubuh, memakai wangian, pakaian, dan
tindakan lain yang diharamkan bagi orang ihram.

Pandangan ini sebetulnya tidak populer dalam kitab fikih, terutama fikih klasik. Maka dari itu, Mula Al-
Qari menyebut ini pendapat gharib (aneh/unik/asing). Ia mengatakan dalam Mirqatul Mafatih.

‫ فال يمس من شعر ما يضحي به وبشره أي ظفره‬:‫ أي‬:‫وأغرب ابن الملك حيث قال‬
‫وأراد به الظلف‬
Artinya, “Ada pendapat gharib dari Ibnul Malak. Menurutnya, hadits tersebut berarti tidak boleh
mengambil (memotong) bulu dan kuku hewan yang dikurbankan.”

Menurut Kiai Ali, memahami hadis Ummu Salamah di atas perlu dikomparasikan dengan riwayat
‘Aisyah yang berbunyi sebagai berikut.

‫ إنه ليأتي يوم القيامة بقرونها‬،‫ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى هللا من إهراق الدم‬
‫ وإن الدم ليقع من هللا بمكان قبل أن يقع من األرض فطيبوا بها نفسا‬.‫وأشعارها وأظالفها‬
Artinya, “Rasulullah SAW mengatakan, ‘Tidak ada amalan anak adam yang dicintai Allah pada hari
Idhul Adha kecuali berkurban. Karena ia akan datang pada hari kiamat bersama tanduk, bulu, dan
kukunya. Saking cepatnya, pahala kurban sudah sampai kepada Allah sebelum darah hewan
sembelihan jatuh ke tanah. Maka hiasilah diri kalian dengan berkurban (HR Ibnu Majah).

Begitu pula dengan hadits riwayat al-Tirmidzi:

‫لصاحبها بكل شعرة حسنة‬


Artinya, “Bagi orang yang berkurban, setiap helai rambut (bulu hewan kurban) adalah kebaikan,” (HR
At-Tirmidzi).

Berdasarkan pertimbangan dua hadits ini, Kiai Ali menyimpulkan bahwa yang dilarang Nabi itu bukan
memotong rambut dan kuku orang yang berkurban, tapi hewan kurban. Karena, rambut dan kuku
hewan itulah yang nanti menjadi saksi di akhirat kelak. Almarhum Kiai Ali mengatakan.

‫فالعلة في تحريم قطع الشعر واألظافر ليكون ذلك شاهدا لصاحبها يوم القيامة وهذا‬
‫ ال شعر‬،‫اإلشهاد إنما يناسب إذا كان المحرم من القطع شعر األضحية وأظافرها‬
‫المضحى‬
Artinya, “’Illat larangan memotong rambut dan kuku ialah karena ia akan menjadi saksi di hari kiamat
nanti. Hal ini tepat bila dikaitkan dengan larangan memotong bulu dan kuku hewan kurban, bukan
rambut orang yang berkurban.”

Anda mungkin juga menyukai