Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polip serviks adalah pertumbuhan jaringan serviks (stroma) yang
berlebihan sehingga tampak sebagai benjolan berwarna merah, bertangkai,
yang menjulur keluar dari serviks. Benjolan dapat berukuran beberapa mm
hingga beberapa cm yang biasanya tampak saat dilakukan pemeriksaan
dalam. Polip serviks termasuk kelainan jinak yang sering ditemukan. Polip
merupakan suatu adenoma maupun adeno fibroma yag berasal dari selaput
lendir endoserviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan
pertumbuhan ke arah vagina. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari
vulva. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembung-
gelembung dengan tangkai yang kecil.1
Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dan
disebut sebagai polip ekstoserviks, polip ekstoserviks sering diderita oleh
wanita yang telah memasuki periode paskamenopause, meskipun dapat
diderita oleh wanita usia produktif. Pertumbuhan polip yang berasal dari
bagian dalam serviks atau disebut polip endoserviks. Meskipun pembagian
polip srviks menjadi polip ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk
menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan
ukuran absolut untuk menentukan letak polip secra pasti. Sejumlah prosedur
lain tetap harus dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan
dilakukan.1
Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2
cm. Namun,ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip
serviks raksasa bila melebihi diameter 4 cm. polip serviks berukuran besar
jarang ditemukan dipopulasi dan gambaran mengenai penyakit ini sedikit
sekali d a l a m literatur-literatur ginekologi.
Polip serviks adalah lesi pada serviks yang pada umumnya terjadi
pada sekitar 2-5% wanita. Mereka biasanya bertumbuh pada epitel kolumnar
dari serviks. Lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 20 tahun dan

1
lebih dari 60-70% asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan speculum
dari serviks.Mereka dapat menimbulkan gejala seperti intermenstrual,
perdarahan post koitus dan perdarahan post menopause serta keputihan.
Prevalensi kelainan pada polip serviks secara signifikan lebih rendah pada
pada wanita pasca menopause dibandingkan premonopause. Wanita yang
lebih mudah (remaja 20-an tahun) memiliki resiko lebih rendah dan terkait
dengan polip serviks. Wanita paru baya (30-50an tahun)memiliki resiko
lebih tinggi mengalami keganasan.
Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara
menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan
jarang sekali untuk berulang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah definisi polip serviks?
b. Bagaimana morfologi polip serviks?

c. Apakah klasifikasi polip serviks?

d. Bagaimana etiologi polip serviks?

e. Apakah faktor resiko polip serviks

f. Bagaimana diagnose polip serviks

g. Apakah diagnosis banding dari angina pectoris?

h. Bagaimana penatalaksanaan polip serviks?

i. Apa sajakah komplikasi dari polip serviks?

j. Bagaimana proknosis polip serviks?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun
adenofibroma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan
mukosa serviks ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol
keluar dari mulut serviks.2
Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, ber-warna
merah terang, rapuh, dan strukturnya menyerupai spons. Kebanyakan polip
ditemukan berupa penjuluran berwarna merah terang yang teriepit atau
keluar dari ostium serviks. Walaupun sebagian besar polip berdiameter kecil
tetapi pertumbuhannya mungkin saja mencapai ukuran beberapa sentimeter.
Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran di bawah 1 cm (protrusi
melalui ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga
memungkinkan ujung distal polip mencapai atau keluar dari introitus
vagina.2
Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi
lebih pucat dan strukturnya lebih kenyal dari polip. Ukuran polip
ektoserviks dapat mencapai diameter beberapa sentimeter dan tangkainya
dapat mencapai ukuran yang sama dengan jari kelingking. Gambaran
histopatologis polip adalah sama dengan jaringan asalnya. Umumnya,
permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner yang tinggi (seperti
halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan stroma jaringan ikat
longgar yang diinfiltrasi oleh sei bulat dan edema. Tidak jarang, ujung polip
mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat menimbuikan perdarahan
terutama sekali pascasanggama. Epitel endoser.riks pada polip seringkali
mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan sel radang sehingga
menyerupai degenerasi ganas.2
2.2 Morfologi
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan
berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun

3
beberapa dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat
memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel
yang melapisinya biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada
beberapa kasus dapat pula mengalami metaplasia menjadi semakin
kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah
berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus ditegakkan apakah polip
tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks
ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah dilakukan
pengangkatan.3
Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung
seperti nyala api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm
hingga mencapai lebar 3 cm dan panajang beberapa cm sering sekali
tumbuh di endoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat,
dan mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena sering terjadi
ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada
kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan leukorea.3
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah
d a g i n g , l u n a k , d a n tumbuh melingkar atau memanjang dari
pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio dan jarang sekali
menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau
degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks
lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip
ektoserviks m e m i l i k i a t a u b a h k a n t i d a k m e n g a n d u n g k e l e n j a r
mukosa. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel
stratifikatum skuamosa.3
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan
nekrosis di bagian ujung polip. Insiden degenerasi maligna dari polip
ektoserviks dioperkirakan kurang dari 1%. Struktur polip
memiliki vaskularisasi yang adekuat, s ehingga bila terjadi t o r s i
atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain
i t u , d a p a t p u l a t e r j a d i i n f e k s i d a n i n f l a m a s i ya n g c u k u p

4
b e r p o t e n s i m e l u a s k e o r g a n - o r g a n sekitar. Karena setiap polip
memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, maka pemerikasaan
sitology perlu dilakukan setelah polip dieksisi atau didektripasi.2

Gambar 1. Polip Serviks

2.3 Klasifikasi Polip Serviks


a. Polip ektoserviks
Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks.
Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah memasuki
periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita
usia produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga
5% wanita. Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging,
lunak, dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini
tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan
sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi polipoid maligna.
Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak
mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip
ektoserviks memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa.
Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum
skuamosa. Perubahan sel menjadi ganas dapa terjadi, terutama pada
polip ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering
menyebabkan nekrosis di bagian ujung polip. Insidensi degenerasi
maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari 1%. Karsinoma

5
sel skuamosa merupakan yang tersering, meskipun adenokarsinoma
juga pernah dilaporkan.
b. Polip endoserviks
Pertumbuhan polip berasal dari bagian dalam serviks.
Biasanya Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah
memiliki setidaknya satu anak. Meskipun pembagian polip serviks
menjadi polip ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk
menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan
merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara pasti.

2.4 Etiologi
Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus,
namun ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks.
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal
di daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi
serviks lalu berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti estrogen, kongesti
pembuluh darah pada canalis cervicalis. Polip tersusun atas stroma jaringan
ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosumkolumner atau epitel
skuamosa. Kejadian polip sering dihubungkan dengan hiperplasia
endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor estrogen
yang berlebihan. Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal.
Perdarahan dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan
seksual dan setelah menstruasi.2
Penyebab timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti.
Namun sering dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap
hormon estrogen dan pelebaran pembuluh darah serviks. Penampilan polip
serviks menggambarkan respon epitel endoservik terhadap proses
peradangan. Polip servik dapat menimbulkan perdarahan pervaginam,
perdarahan kontak, pasca coitus merupakan gejala yang tersering dijumpai.
Polip servik yang terjadi sebagai akibat stroma local yang menutupi daerah
antara kedua celah pada kanalis servik. Epitellium silinder yang menutupi
polip dapat mengalami ulserasi polip serviks pada dasarnya adalah suatu

6
reaksi radang, penyebabnya sebagian besar belum diketahui. Karena pada
dasarnya adalah reaksi radang, maka ada kemungkinan:
1. Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang
dengan sendirinya.
2. Polip menetap ukurannya.
3. Polip membesar.

2.5 Faktor Resiko


Faktor risiko memiliki polip serviks meningkat pada wanita dengan
diabetes mellitus dan vaginitis berulang dan servisitis, polip serviks tidak
pernah benarbenar terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya
terlihat pada wanita usia reproduksi. Yang paling rentan terhadap penyakit
ini adalah perempuan usia 40 sampai 50 tahun. Hal ini juga mengatakan
bahwa polip serviks dapat ditemukan pada insiden yang memicu produksi
hormon. Wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan
tingkat hormon, mungkin dari peningkatan produksi hormon beredar juga.

2.6 Diagnosa
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan
endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding ,
postcoital bleeding, leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri.
1. Gejala dan Tanda
Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu
dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat:
 Leukorea
 Perdarahan di luar siklus menstruasi
 Perdarahan setelah koitus
 Perdarahan setelah menopause
 Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea
merupakan gejala umum untuk polip serviks

7
 Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah
terdapatadanya peradangan serviks atau polip
Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak
seperti jari yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran
panjang 1-2 cm dandiameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak
bila dilakukan pemeriksaan menggunakan jari.
2. Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi
melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan
infus salin. Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang
bermakna dalam mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan
sering kali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak
terlalu banyak membantu menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Pemeriksaan Pap Smear

4. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai
melalui in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus
menggunakan speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip
endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan
pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan
untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus.

8
2.7 Diagnosa Banding
Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu
didiagnosis sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau
sarkoma endometrial dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali
kelainan ini menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering.Pada
dasarnya, polip serviks tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan
polipoid lainnya secara inspeksi. Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik
merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kecil atau polip endometrial
yang tumbuh di bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini menyebabkan
dilatasi serviks, dan keluar melalui OUE menyerupai polip.Hasil konsepsi,
misalnya desidua, dapat mendorong keluar serviks sehinggamenyerupai
jaringan polipoid.
Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang
memiliki tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke
vagina melalui canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu
adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks.
Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi
biasanya adalah epitel endo yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi
semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga
membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma
Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung
mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat
pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma
submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma, adenocarcinoma,
condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga termasuk
diagnosis banding pada beberapa kasus.

2.8 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan polip serviks ialah sebagai berikut :
 Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya
 Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan
 Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

9
Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau
tempat praktik. Karena pada umumnya polip bertangkai dan dasarnya
mudah terlihat, maka dapat diekstirpasi dengan mudah. Setelah melakukan
pemutaran tangkai, biasanya juga dilakukan pembersihan dasar tangkai
dengan kuret atau kerokan. Untuk meminimalisasi jumlah perdarahan dapat
dilakukan pemutusan tangkai polip dengan kauter unipolar/bipolar. Apabila
jumlah polip lebih dari satu dan dasar polip menjadi sulit untuk dilihat
secara langsung, sebaiknya dilakukan tindakan dilatasi serviks sebelum
tindakan ekstirpasi atau kauterisasi. Polip serviks yang berukuran besar
biasanya dilakukan eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu
di anestesi dan selama eksisi dilakukan, perdarahan harus dikontrol.
Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar,
maka histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat.
Eksplorasi serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan
untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan
yang diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik
apakah massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi.
Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif,
atau secara klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian
antibiotik dianjurkan untuk kasus ini.

Gambar 3. Tindakan Ekstirpasi

10
2.9 Komplikasi
Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok
Staphylococcus, Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius
biasanya terjadi setelah dilakukan instrumentasi medik untuk
menegakkan diagnosis atau setelah membuang polip. Antibiotik
spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi telah tampak. Inisiasi
atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai konsekuensi
polipektomi.
Polip serviks juga dapat menyebabkan infertilitas dikarenakan polip
serviks merupakan jaringan yang membesar dan dapat menjulur keluar ke
jalan lahir sehingga dapat menimbulkan discharge sehingga mengganggu
suasana lingkungan vagina dan uterus dan dapat pula menutupi serviks 2 hal
ini dapat menggangu spermatozoa untuk terjadi ovulasi sehingga bakal janin
susah tumbuh.

2.10 Prognosis
Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya
keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika
sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi
salpingitis, kemungkinan dapat terjadi ke degenerasi ganas.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun
adenofibroma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di
permukaan mukosa serviks ataupun pada saluran endoserviks dan
biasanya menonjol keluar dari mulut serviks.
2. Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, ber-warna merah
terang, rapuh, dan strukturnya menyerupai spons. Kebanyakan polip
ditemukan berupa penjuluran berwarna merah terang yang teriepit atau
keluar dari ostium serviks
3. Diklasifikasikan menjadi dua yaitu polip ekstoserviks yang tumbuh
diluar serviks dan polip endoserviks yang tumbuh dibagian dalam
serviks
4. Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun
ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks.
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik
fokal di daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari
inflamasi serviks lalu berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti
estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis cervicalis.
5. Faktor resiko antara lain diabetes Melitus, vaginitis berulang, servisitis,
usia reproduksi terutama usia 40-50 tahun, wanita hamil
6. Diagnosa dengan gejala dan tanda yang muncul seperti leukorea,
perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan setelah koitus,
perdarahan setelah menopause, serviks tampak sebagai massa kecil.
Serta dapat dilakukan pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboraturium
dan juga pemeriksaan khusus.
7. Diagnosis banding antara lain mioma, condiloma serviks dan carcinoma
serviks
8. Penatalaksanaan dapat dilakukan ekstirpasi, kuretase dan eksisi
9. Komplikasi yang dapat terjadi adalah infertilitas

12
10. Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya
keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C M. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.Jakarta.EGC.2004..

Anwar Mochamad. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2011.

Syafitriningrum Vitis. Cervical Polyp. SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD

Panembanan Senopati, Bantul. 2012

Buku Obstetri dan Ginekologi / Ralph C. Benson, Martin L, Pemoll; alih bahasa,

Susiani Wijaya ; editor bahasa Indonesia, Srie Sisca Primarianti. Ed 9.

Jakarta ; EGC, 2008

Manuaba I A Chandranita. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta ;

Trans Info Media. 2010

Martaadisoebrata Djamhoer, Dkk. Obstetri Ginekologi. Fakultas Kedokteran

Jajaran Bandung. Edisi 2. Bandung: Elstar Offset ; 2010

14

Anda mungkin juga menyukai