DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul,” Konsep Diri Dan Kesehatan Spritual Dalam
Praktik Keperawatan”.
Dalam makalah ini penulis menuangkan materi psikososial dan
budaya dalam keperawatan dimana didalam makalah ini berisi tentang
pengertian konsep diri dan kesehatan spiritual, faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep dri dan kesehatan spiritual, serta fase-fase
perkembangan konsep diri dan kesehatan spiritual.
Dalam pembuaatan makalah ini penulis menghadapi banyak
persoalan terutama dalam mencari bahan materi, referensi serta waktu
untuk melakukan diskusi kelompok. Tapi berkat kerjasama tim yang baik
dan bimbingan dari para dosen mata kuliah psikososial dn budaya dalam
keperawatan, penulis dapat menyelesaikan. Sehingga, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada para teman-teman dan para
dosen yang sudah mengambil bagian dalam proses pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
semua. Penulis juga berharap semoga makalah ini, dapat dipergunakan
sebaik mungkin sehingga menjadi sarana penambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca semoga
diberkati yang maha kuasa.
Penulis,
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Konsep diri berkaitan dengan harga diri dan orang yang memiliki
harga diri yang baik memiliki konsep diri yang jelas berbeda. Studi yang
berkaitan dengan konsep diri menunjukkan bahwa orang dengan konsep diri
rendah memiliki harga diri yang lebih buruk. Bukti menunjukkan bahwa
konsep diri yang positif sangat erat kaitannya dengan harga diri yang baik.
Orang yang percaya bahwa mereka pandai dalam banyak hal cenderung
merasa lebih baik tentang mereka secara keseluruhan. Konsep diri berkorelasi
dengan harga diri dan keduanya memiliki dampak positif pada peningkatan
prestasi akademik, (Shavelson dalam jurnal Srivastava & Joshi, 2014).
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep psikososial dalam praktik
keperawatan yang mencakup konsep diri dan kesehatan spiritual.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimakdsud dengan konsep
diri dan kesehatan spiritual.
b. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri dan kesehatan spritual.
c. Mahasiswa mengetahui dan menjelaskan fase-fase perkembangan
konsep diri dan kesehatan spritual.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Konsep diri berkaitan dengan harga diri dan orang yang memiliki
harga diri yang baik memiliki konsep diri yang jelas berbeda. Studi yang
berkaitan dengan konsep diri menunjukkan bahwa orang dengan konsep
diri rendah memiliki harga diri yang lebih buruk. Bukti menunjukkan
bahwa konsep diri yang positif sangat erat kaitannya dengan harga diri
yang baik. Orang yang percaya bahwa mereka pandai dalam banyak hal
cenderung merasa lebih baik tentang mereka secara keseluruhan. Konsep
diri berkorelasi dengan harga diri dan keduanya memiliki dampak positif
pada peningkatan prestasi akademik, (Shavelson dalam jurnal Srivastava
& Joshi, 2014). Konsep diri terbagi atas 2 yaitu :
e. Identitas ( Identity )
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi
seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan
seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama
pada masa remaja.
Pada masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak
harus mampu membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam
keutuhan yang koheren , konsisten dan unik.
Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional,
kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi
harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mendefinisikan
tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.
Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi
bukan terbelah (Fowler, 1981 dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008).
- Pola asuh
- Orang tua,
- Teman sebaya
- Peranan harga diri.
Memiliki teman sebaya yang buruk dan pola asuh permisif dan
peranan harga diri yang rendah memiliki probabilitas untuk memiliki
konsep diri yang negatif. Hasil regresi logistik untuk peranan penampilan
fisik tidak mempunyai pengaruh terhadap konsep diri, hal ini
dimungkinkan karena faktor tersebut tidak mempunyai pengaruh secara
langsung terhadap konsep diri.
Dari uji regres logistik, faktor yang paling mempengaruhi konsep
diri adalah teman sebaya dilanjutkan dengan pola asuh orang tua dan
peranan harga diri. Teman sebaya adalah salah satu faktor yang dominan
yang mempengaruhi konsep diri. Saat bersama teman sebaya remaja
berusaha menemukan konsep dirinya. Teman sebaya memberikan
lingkungan, di mana remaja dapat melakukan sosialisasi dengan teman
seusianya.
Akan tetapi sangat berbahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh
pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku dan gaya hidupnya
merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya. Teman sebaya sebagai
interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang
sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya.
Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Kuatnya teman sebaya pada remaja, maka biasanya hal ini sering dianggap
juga sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja
yang buruk. Hal ini bukan saja mempengaruhi remaja tersebut dalam
berhubungan dengan keluarganya, tetapi juga mempengaruhi kehidupan
sosial, sekolah dan harapannya, (Dalam jurnal Saraswatia & Arifah, 2015).
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah konstruksi luas yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan perilaku. Di sisi lain harga diri
adalah konstruk yang relatif terbatas yang mencakup aspek evaluatif. Self-
esteem dianggap sebagai kepercayaan diri dan kepuasan dalam diri sendiri.
Ini dianggap sebagai nilai keseluruhan yang seseorang tempatkan pada diri
sendiri sebagai pribadi, sedangkan konsep diri dipandang sebagai tubuh
pengetahuan diri yang dimiliki individu tentang diri mereka sendiri. Oleh
karena itu harga diri adalah istilah evaluatif dan konsep diri adalah istilah
deskriptif. Jadi konsep diri dan harga diri adalah konstruk berbeda dari diri
yang pada saat yang sama secara teoritis berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Herani, Ika. 2015. Konsep diri orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang
menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan sosial,
Psikologia-online, 2012, Vol. 7, No. 1, hal. 29-40
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Srivastava, Rekha. 2014. Relationship between Self-concept and Self-esteem in
adolescents. International Journal of Advanced Research (2014), Volume 2,
Issue 2,36-43