Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah: “Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat”.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, dinyatakan bahwa : “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan”.

2. Pengertian Sanitasi
Sanitasi menurut definisi yang dikemukakan oleh WHO adalah
merupakanusaha pencegahan / pengendalian semua faktor lingkungan fisik
yangdapat memberikan pengaruh terhadap manusia, terutama yang sifatnya
merugikan / berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup manusia.
Azrul Anwar berpendapat bahwa sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat
yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan
yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Hopkins sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

3. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit


Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan
fisik, kimiawi, dan biologi di rumah sakit, yang menimbulkan atau
dapatmengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani,
dankesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung, dan masyarakatdi
sekitar rumah sakit. Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-
kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program
dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan
prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit
(Depkes RI, 2004)
4. Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit
a. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit
1) Pengertian
a) Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
b) Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
c) Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan
yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
d) Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
e) Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.
2) Persyaratan
Terdiri dari :

A. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit


B. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

1. Lantai
2. Dinding
3. Ventilasi
4. Atap
5. Langit-langit
6. Kontruksi
7. Pintu
8. Jaringan instalasi
9. Lalu lintas antar ruangan
10. Fasilitas pemadam kebakaran

3) Ruang bangunan

 Zona dengan resiko rendah


Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.

 Zona dengan resiko sedang


Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
 Zona dengan resiko tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat
(autopsy), dan ruang jenazah.
 Zona dengan resiko sangat tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi

4) Kualitas udara ruang

 Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak


 Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-
rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μg/m3, dan tidak
mengandung debu asbes.

Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit seperti tabel berikut

Tabel : I.1
Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maximum
No. Ruang/ Unit Mikroorganisme per udara
(CFU/ )
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsy 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200

5) Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukkannya

6) Pengawasan

Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :

A. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,


laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
B. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
C. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban
7) Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi
seperti pada tabel berikut :

Tabel I.2
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi

No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 T.T harus ditambah 1 toilet & 1 kamar mandi

Tabel I.3
Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi

No. Jumlah Karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi

1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus di tambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi

8) Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan
dan kamar isolasi
9) Lantai dan dan Dinding

Tata Laksana
 Pemeliharaan Ruang Bangunan
 Pencahayaan
 Penghawaan (ventilasi) dan pengaturan udara

I. PENYEHATAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN MINUMAN

A. Pengertian

1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan
minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar
rumah sakit.
2. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang
bagian makanan yang rusak.
3. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat
sampah dan lain-lain.
B. Persyaratan

Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya
100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.
3. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5°
atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang disajikan lebih
dari 6 jam disimpan suhu – 5° C sampai -1° C.
4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10° C.
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu yang di tentukan.
6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau
langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
B. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
C. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C. Pengawasan

Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman Pengawasan dilakukan


secara :
A. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung
jawab kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi
dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan
dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih,
alat makanan dan masak serta usap dubur penjamah.
Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman
berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.Pengawasan
secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam
setahun. Bila terjadi keracunan makanan dan minuman d irumahsakit maka
petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan danminuman untuk
diperiksakan ke laboratorium.

B. External
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk
menilai kualitas.

II. PENYEHATAN AIR

A. Pengertian

1. Air minum adalah air ayng melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yangmemenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari
Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan
dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.

B. Persyaratan

1. Kualitas Air Minum Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
III. Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti dari PDAM, sumur bor,
dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dgn
catridge filter dan dilengkapi dgn disinfeksi menggunakan ultra violet (UV)

IV. Ruang Farmasi dan Hemodialisis


Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam hemodialisis.
V. PENGELOLAAN LIMBAH

A. Pengertian

1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non-
medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)

VI. PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN (LAUNDRY)

A. Pengertian
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan meja setrika.

B. Persyaratan

1. Suhu air panas untuk pencucian 70° C dalam waktu 25 menit atau 95° C dalam
waktu 10 menit
2. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan
3. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x
103 spora spesies Bacilus per inci persegi.

VII. PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG PENGGANGGU


LAINNYA

A. Pengertian
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya
untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sehingga
keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

B. Persyaratan
1. Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).
2. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk
ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutana pada dapur, gudang
makanan, dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutana pada daerah bangunan
tertutup (core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
6. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

VIII. MELALUI DISINFEKSI DAN STERILISASI

A. Pengertian

 Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi


oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi
dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
 Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara
fisik dan kimiawi.
 Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara
fisik dan kimiawi.

B. Persyaratan

 Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80° C
dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80° C dalam
waktu 1 menit.
 Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,
disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif
singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein
yang mungkin ada.
 Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
 Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi dan
ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dnding 0-5 CFU/cm2,
bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis
(ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan
luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm2.
 Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik dengan
pemanasan pada suhu ± 121° C selama 30 menit atau pda suhu 134° C selam 13
menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang
digunakan.
 Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
 Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman.
 Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas
dari mikroorganisme hidup.

IX. Perlindungan Radiasi

A. Pengertian

 Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer dengan kinetik
yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan
oleh instalasi di rumah sakit.
 Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat
dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi,
dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber,
media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi

B. Persyaratan
Persyaratan sesuai Keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01 Tahun
1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi adalah :
1. Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajan radiasi sebesar 50
mSv (mili Sievert) dalam 1 (satu) tahun.
2. NBD bagi msyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv (mili Sievert) dalam 1
(satu) tahun.

X. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DARI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengertian

 Promosi higiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang higiene dan
sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien dan pengunjung, karyawan
terutama karyawan baru serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami,
menyadari, dan mau mmbiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitaso rumah sakit dengan benar.
 Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan
dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.

B. Persyaratan
Setiap rumah sakit harus melaksankan upaya promosi higiene dan sanitasi yang
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit.

C. KUALIFIKASI TENAGA KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang
kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas rogram dan lintas sektor serta
berdimensi multi disiplin. Untuk itu, diperlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai
berikut :
 Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B
(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang
memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di
bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan
teknik sipil.
 Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D
(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang
memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3)
di bidang kesehatan lingkungan.
 Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
berpendidikan sanitarian dan telah megikuti pelatihan khusus di bidang
kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
 Tenaga sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahaan mengikuti
pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. MANAJEMEN LINGKUNGAN RS
Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis,
tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi
perubahan di rumah sakit, yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah
sakit, juga apabila terjadi perubahan di luar rumah sakit, misalnya perubahan peraturan
perundang-undangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi.
Berbagai manfaat yang bisa didapat apabila menerapkan sistem manajemen
lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Spesifikasi manajemen rumah sakit akan memberikan garis
besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek, yaitu operasional,
produk, dan jasa dari rumah sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain
(Adisasmito, 2007).
Beberapa Manfaat Yang Diperoleh Bila Kita Menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Adalah Sebagai Berikut :

 Perlindungan Terhadap Lingkungan

Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan


diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah pengurangan limbah
berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah Infeksius. Selain itu
minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan sistem manajemen
lingkungan rumah sakit melalui pendekatan 3R (Reuse, Recycle, dan Recovery)
dapat mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan
relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih murah.

 Manajemen Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan akan membantu rumah sakit membuat


kerangka manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi manajemen lingkungan
akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk
semua aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah sakit secara terpadu
dan saling terkait satu sama lain.

 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa


perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini merupakan harapan yang cukup
realistis karena sistem manajemen lingkungan rumah sakit menekankan
peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua
karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekuensi
pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen lingkungan juga
akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-sama memelihara
dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

 Kontinuitas Peningkatan Performa Lingkungan Rumah Sakit

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai


tingkat lingkungan misalnya tingkat teknologi pengelolaan lingkungan atau
limbah. Namun dengan melakukan sistem manajemen lingkungan rumah sakit,
manajemen lingkungan rumah sakit dapat menjamin dan mengembangkan
kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan.
Dengan demikian kinerja pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang
terus berputar kearah dan mengarah ke kondisi yang lebih baik.

 Peraturan Perundang-Undangan

Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan maka ada peluang bagi


rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap peraturan
perundangundangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama
beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-
peraturan yang telah di tetapkan. Apabila tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti
terkena tuntutan hukum dan publisitas negatif. Pemberian denda juga dapat
menyebabkan bangkrutnya rumah sakit.

 Bagian Dari Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal sebagai total quality
management (TQM) merupakan strategi utama rumah sakit dalam mencapai
tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga
mengandung berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM
sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara
langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.

 Pengurangan Dan Penghematan Biaya

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit menawarkan keuntungan


financial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi pemakaian
berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan berarti mengurangi
biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk pengolahan limbah.
Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi tambahan
pemasukan financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk
membuat dan menerapkan program-program lingkungan yang belum ada dalam
rangka memperoleh sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu
penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan
pengawasan lingkungan.

 Meningkatkan Citra Rumah Sakit.

Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001 telah menunjukkan


bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli kepada lingkungan. Dengan telah
memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa bahwa lingkungan rumah
sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya dengan usaha rumah sakit
meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui kepercayaan dan
kepuasan pasien (Adisasmito, 2007)

Upaya pengelolaan limbah RS dapat dilaksanakan dengan menyiapkan


perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS. Unsur-unsur
yang terkait dengan penyelenggaraan kegitan pelayanan RS (termasuk
pengelolaan limbahnya), yaitu :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab RS


2. Pengguna jasa pelayanan RS
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan (Adisasmito, 2007).

Penerapan manajemen pengolahan limbah dalam upaya kesehatan


masyarakat yang merupakan serangkaian kegiatan manajemen limbah mulai dari
sumbernya hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Manajemen diterapkan mulai
dari sumber daya yang tersedia, proses pengelolaan limbah hingga evaluasi
terhadap kegiatan.

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.


2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning
service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

XI. LIMBAH RUMAH SAKIT

Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-


pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan


yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair,
padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan


perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.
Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan
mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu
untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih
perlu ditingkatkan lagi.

 Peranan Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Limbah

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud
dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap
lingkungan.
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu
limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi
yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair
dan Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran
gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut
dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minunian.
Pencemaran tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai
dampak besar terhadap manusia.
Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara terus menerus,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka usaha pencegahan
dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami kemajuan.

Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah rumah sakit


antara lain adalah melalui:

· Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.

· Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.

Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi


menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi
saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar
gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah
diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota.
Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya
baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga kesehatan
petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar dari kemungkinan-
kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut.

 Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit


Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan
seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian
terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar
3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per
tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat)
berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2
persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089
ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran
tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan
kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Rumah sakit
menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan
di lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per
tempat tidur rumah sakit per hari.

 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta


Lingkungan

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka
diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat
dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan
memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.

Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme


bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya
diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah
sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang
memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk.

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan
dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing jenis
kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan
limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma
(injury). jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini :

 Limbah Klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan


di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf rumah sakit. Oleh karena
itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut
ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang
diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.
 Limbah Patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum
keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

 Limbah Bukan Klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik


yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko
sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar
untuk mengangkut dan mambuangnya.

 Limbah Dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di rumah sakit.
 Limbah Radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di


rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.

 Pengolahan Limbah Pada Pelayanan Kesehatan

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,


konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang
harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah.

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana


yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi
limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan
limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada
sumbemya (source reduction).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan


pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya
adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang
akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini
banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi
biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah.

Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta
menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.

2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume,
atau mengurangi biaya pengolahan limbah.

3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat


menurut waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu
cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak
menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang
potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
Daftar pustaka

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan


lingkungan rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai