Anda di halaman 1dari 21

BAHAN METODOLOGI

Kesehatan keselamatn kerja (K3)


 Sumber bahaya (hazard) adalah sumber, situasi, atau tindakan yang
berpotensi mencederai badan atau mengganggu kesehatan manusia.

 Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1970

Tempat Kerja adalah : tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk
Tempat Kerja adalah suatu ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.

Komunikasi
Pengertian komunikasi :

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti ‘’ sama ‘’


Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama
• Komunikasi adalah
suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
KOMPONEN KOMUNIKASI

• Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan


pesan kepada pihak lain.

• Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh
satu pihak kepada pihak lain.

• Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada


komunikan.

• Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan


dari pihak lain.

• Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas


isi pesan yang disampaikannya

KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi di katakan efektif apabila :


1. Komunikasi dapat dimengerti
2. Merangsang individu untuk melakukan tindakan yang diharapkan oleh
pengirim pesan.
3. Membuat penerima berfikir dengan cara lain.Komunikasi merangsang
kreatifitas penerima.

KAREKTERISTIK KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

1. Memberikan informasi yang praktis

2. Memberikan fakta dan bukan sekedar kesan.

3. Informasi yang disampaikan bersifat jelas

4. Menyatakan tanggung jawab secara jelas

5. Dapat menyakinkan pihak lain


JENIS-JENIS MEDIA KOMUNIKASI

1. Tatap Muka langsung


2. Komunikasi melalui media elektronik
3. Komunikasi tertulis-pribadi
4. Komunikasi tertulis –bukan pribadi

PUBLIC SPEAKING
Tujuan dari public speaking
1. Mendapatkan kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang
disampaikan.
2. Agar audiens yang mendengarkan mau mengikuti apa yang pembicara
katakan dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh pembicara.

MENGENDALIKAN RASA TAKUT BERBICARA DI DEPAN UMUM


1. Tanamkan sugesti bahwa anda bisa melakukannya.
2. Mempersiapkan materi
3. Latihan bicara di depan cermin
4. Anggaplah diri anda lebih tau dari audiens

PEDOMAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK


1. Pastikan anda terlihat oleh semua audiens.
2. Pastikan suara anda terdengar oleh seluruh audiens.
3. Jangan tegang, tebarkan pandangan anda ke seluruh audiens.
4. Lemparkan senyuman.
5. Berbagi identitas.
6. cross-matching harapan
7. Hubungkan materi pembicaraan dengan audiens.
8. Jelaskan pentingnya materi yang anda sampaikan.
9. Gunakan alat bantu yang sesuai.
10. Bangkitkan keingintahuan audiens tantang materi anda.
11. Sesuaikan bahasa yang anda gunakan dengan audiens.
12. Libatkan audiens dalam pembicaraan anda.
13. Simpulkan materi yang anda sampaikan.
14. Menutup pembicaraan

MENYUSUN PROGRAM PELATIHAN

Kepdirjenlattas. 185/LATTAS/XII/2013
Pedoman Penyususnan Program Pelatihan PBK

Nama Pelatihan ditetapkan sesuai dengan acuanyang digunakan dalam


penyusunan program

KODE PROGRAM
X 00 0 0 0 0 0 00 00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Kategori, diisi dengan huruf dari kategori lapangan usaha (KBLI).
2. Golongan Pokok, diisi dengan 2 digit angka sesuai dengan nama
golongan pokok lapangan usaha.
3. Golongan, diisi dengan 1 digit angka sesuai nama golongan
lapangan usaha.
4. Sub golongan, diisi dengan 1 digit angka sesuai dengan nama sub
golongan lapangan usaha.
5. Kelompok, diisi dengan 1 digit angka sesuai dengan nama
kelompok lapangan usaha
6. Sub kelompok, diisi satu angka sesuai dengan nama sub kelompok
lapangan usaha, jika tidak ada subkelompok diisi dengan huruf 0
7. Bagian, diisi satu angka sesuai dengan nama, bagian lapangan
usaha dan/atau negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), jika
tidak ada nama bagian lapangan usaha diisi dengan huruf 0
8. Versi Program Pelatihan, diisi dengan nomor urut versi program
pelatihan menggunakan 2 digit angka, mulai dari 01, 02, 03 dan
seterusnya dalam tahun bersangkutan serta tahun berikutnya
kembali mulai dari 01, 02, 03 dan seterusnya
9. Tahun Pembuatan Standar Pelatihan Berbasis Kompetensi,
diisi dengan tahun kalender menggunakan 2 digit angka, misal tahun
2013, ditulis 13, dan seterusnya.

Suatu jenjang berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),


baik program pelatihan kerja berjenjang maupun non jenjang (spesifik dan
unit) yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja, diisi dengan jenjang
kualifikasi I sampai dengan jenjang kualifikasi 9, sesuai klaster yang telah
disepakati oleh stakeholder atau sesuai kebutuhan pasar kerja dan dunia
usaha/industri barang dan jasa.
Jenjang Program Pelatihan

Silabus Pelatihan
Silabus merupakan penjabaran setiap unit kompetensi yang diuraikan
secara rinci, sistematis dan terpadu ke dalam program pelatihan sesuai
dengan persyaratan suatu jabatan/ pekerjaan, yang mengarah kepada
tercapainya tujuan pelatihan dan jenjang pelatihan yang ditetapkan

1.Nomor urut
2.Unit kompetensi
3.Kode unit kompetensi
4.Perkiraan waktu pelatihan pada unit kompetensi
5.Elemen kompetensi
6.Kriteria unjuk kerja
7.Indikator unjuk kerja
8.Materi pelatihan (PKS)
9.Perkiraan waktu pelatihan setiap elemen kompetensi
Contoh Indikator Unjuk Kerja (IUK)
KodeUnit : H.494250.003.01
JudulUnit : MengikutiProsedurK3 di TempatKerja
ElemenKompetensi :Mengikutiprosedurdi
tempatkerjadalamkendaraanmaupundiluarkendaraanuntukmengidentifikasik
anbahayadanpencegahannya
KriteriaUnjukKerja: Prosedur di tempat kerja di dalam kendaraan dan di
luar kendaraan termasukpotensibahayasertapencegahannyadiidentifikasi.
IndikatorUnjukKerja:

Pengetahuan: DapatmenjelaskanProsedur di tempat kerja


Dapatmenjelaskan potensibahayasertapencegahannya
Keterampilan:MampuMengidentifikasiProsedur di tempat kerja di dalam
kendaraan dan di luar kendaraan
termasukpotensibahayasertapencegahannya
SikapKerja:HarusCermat, Tepat, danbenar

1. Menentukan Persyaratan Umum Peserta


Persyaratan Peserta Pelatihan merupakan batasan-batasan tertentu
yang harus dipenuhi oleh calon peserta pelatihan.

Persyaratan tersebut meliputi :

a. Pendidikan
b. Pelatihan
c. Pengalaman kerja
d. Jenis kelamin
e. Umur
f. Kesehatan
g. Persyaratan Khusus (bila diperlukan)
2. Cara Menentukan Persyaratan Kompetensi
Untuk menentikan persyaratan kompetensi kita dapat melakukannya
dengan cara melihat standar kompetensi. Dalam standar kompetensi
baik versi lama maupun versi baru terdapat panduan penilaian yang
didalamnya menjelaskan unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya atau persyaratan kompetensi. dari unit kompetensi yang
harus dikuasai sebelumnya atau persyaratan kompetensi tersebut
kita dapat ambil dan kita masukan kedalam program pelatihan atau
kita masukan kedalam persyaratan peserta.

3. Cara Menentukan Unit-unit Kompetensi


Unit-uni kompetensi dalam program pelatihan didapat dari uraian
jabatan suatu pekerjaan yang didapat dari analisis kebutuhan
pelatihan. Adapun cara menentukannya antara lain:

a. Tentukan uraian jabatan dari suatu pekerjaan


b. Buka standar kompetensi disesuaikan dengan bidang pekerjaan
tersebut.
c. Lihat kesamaan antara satu pekerjaan dengan judul unit
kompetensi.
d. Apabila pekerjaan tersebut lingkupnya kecil dapat juga dilihat
kesamaan dengan elemen kompetensi.
e. Tulis kode dan judul unit yang sesuai dengan pekerjaan tersebut
pada tabel kurikulum.

4. Langkah-Langkah Mengidentifikasi Elemen Kompetensi


Elemen kompetensi merupakan bagian dari unit kompetensi yang
mengidentifikasikan aktivitas yang harus dikerjakan untuk mencapai
unit kompetensi tersebut. Elemen kompetensi ditulis dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Bentuk kelompok kata (bukan kalimat) yang diawali dengan kata
kerja aktif transitif (berbentuk awalan me dan berobjek).
b. Huruf kapital digunakan pada awal kata kerja.
c. Setiap elemen kompetensi diberi nomor urut.
d. Tidak diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi elemen kompetensi adalah
sebagai berikut:

a. Siapkan standar kompetensi yang akan diidentifikasi.


b. Amati apakah penulisan elemen kompetensi memenuhi ketentuan
yang ditetapkan.
c. Beri tanda apabila ada elemen kompetensi yang belum sesuai
dengan ketentuan diatas.
Dibawah ini contoh penulisan elemen kompetensi yang sesuai
ketentuan

Tabel 7. contoh elemen kompetensi

5. Cara Mengidentifikasi Kriteria Unjuk Kerja


Kriteria unjuk kerja (KUK) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bentuk kalimat yang menggunakan kata kerja pasif transitif


(berbentuk awalan di- dan berobjek).
b. Objek diletakkan di awal kalimat dan keterangan kalimat
ditambahkan untuk menjelaskan aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang terukur.
c. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dan tanda baca titik (.)
pada akhir kalimat.
d. Setiap rumusan KUK diberi nomor urut (dua angka) dan angka
perincian tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
e. Bila terdapat hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut,
hal-hal tersebut dituliskan dengan cetak tebal.
Dibawah ini contoh penulisan kriteria unjuk kerja

Adapun cara menidentifikasi kriteria unjuk kerja adalah sebagai


berikut:

a. Siapkan standar kompetensi yang akan diidentifikasi.


b. Amati apakah elemen kompetensi memenuhi ketentuan penulisan
kriteria unjuk kerja.
c. Beri tanda apabila ada elemen kompetensi yang belum sesuai
dengan ketentuan diatas.
6. Cara Mendeskripsikan Indikator Unjuk Kerja
Indikator Unjuk Kerja (IUK) merupakan indikasi pencapaian kriteria
unjuk kerja yang mengandung aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja. Penulisan IUK menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur dan dapat dibuat materi materi pelatihan maupun
materi penilaiannya. IUK dirumuskan dari setiap KUK dengan
memedomani kata kerja pasifnya dijadikan kata kerja aktif. Rumusan
aspek pengetahuan diawali dengan kata ’dapat’, aspek keterampilan
diawali dengan kata ’mampu’, dan aspek sikap kerja diawali dengan
kata ’harus’.

Adapun cara mendeskripsikan adalah sebagai berikut:

a. Siapkan tabel yang berisi Elemen Kompetensi, Kriteria Unjuk


Kerja dan Indikator Unjuk Kerja.
b. Salin Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja dari standar
Kompetensi yang akan dijabarkan.
c. Tulis kalimat dalam kolom Indikator Unjuk Kerja diawali kata
“dapat” untuk aspek pengetahuan, kata “mampu’ untuk aspek
pengetahuan serta “harus” untuk aspek sikap.
d. Jabarkan KUK tersebut menjadi IUK seperti contoh dibawah ini:
7. Cara Menentukan Pengetahuan
Cara menentukan pengetahuan yang harus disampaikan dalam
pelatihan yaitu dengan menyalin indikator unjuk kerja aspek
pengetahuan dan menempelnya pada kolom pengetahuan, kata
awalan “dapat dan kata kerja” dapat dihapuskan.

8. Cara Menentukan Keterampilan


Cara menentukan keterampilan yang harus diajarkan dalam pelatihan
yaitu dengan menyalin indikator unjuk kerja aspek keterampilan dan
menempelnya pada kolom keterampilan, kata awalan “mampu ”
dapat dihapuskan.

9. Cara Menentukan Sikap Kerja


Cara menentukan sikap kerja yang harus ditanamkan dalam
pelatihan yaitu dengan memilih kata operasional sikap dan
menuliskannya pada kolom sikap.
10. Cara Menentukan Jangka Waktu Pelatihan
Pada dasarnya pelatihan berbasis kompetensi tidak dibatasi waktu,
karena lebih berorientasi pada capaian kompetensi. Namun, pada
proses penyelenggaraan pelatihan terstruktur dibutuhkan rentang
waktu untuk pencapaian kompetensi oleh sekolompok orang dalam
proses pembelajaran. Ukuran waktu ditentukan dalam jam latihan @
45 menit setiap 1 (satu) jam pelatihan. Jumlah jam tersebut sangat
terkait dengan variasi yang ditetapkan pada tujuan pelatihan atau
uraian silabus pada setiap mata latihan (unit kompetensi).

Perkiraan waktu pelatihan ditentukan oleh :

a. Kompleksitas pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai.


b. Kedalaman pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai
c. Latar belakang pengetahuan dan keterampilan yang
dipersyaratkan, yaitu Unit prasyarat yang dipersyaratkan dalam
unit kompetensi
d. Pengetahuan yang disampaikan merupakan teori pengantar
praktik (must know). Alokasi jam untuk pengetahuan dan praktik
dibuat secara proporsional. Waktu praktik setidak-tidaknya
memenuhi kebutuhan aplikasi (mencoba), praktik masih dengan
bimbingan dan praktik mandiri.
e. Perkiraan waktu pelatihan merupakan akumulasi jam pelatihan
yang tercantum dalam silabus untuk satu Unit Kompetensi (UK)
yang dihitung dari setiap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dalam satu
Elemen Kopetensi (EK).
Selain menggunakan cara diatas, menentukan perkiraan waktu
pelatihan dapat dilihat dari sisi peserta pelatihan. Misalnya apabila
peserta pelatihan adalah lulusan SMK yang sesuai dengan bidang
keahlian yang akan dipelajari, maka waktu pelatihan akan menjadi
lebih singkat, begitu pula sebaliknya, atau dengan melakukan tes
awal untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan maupun
keterampilan awal yang sudah dimiliki calon peserta pelatihan
tersebut. Disamping itu memperkirakan waktu pelatihan juga dapat
menggunakan pengalaman kita sebelumnya dalam menyampaikan
materi pelatihan yang sama.

11. Cara Menentukan Sarana Fasilitas Pelatihan


Sarana pelatihan adalah segala fasilitas bisa berupa peralatan, bahan
dan perabot yang langsung dipergunakan dalam proses pelatihan.
Untuk itu sarana pelatihan perlu dipersiapkan sebelum proses
pelatihan berlangsung.

Cara menentukan sarana fasilitas pelatihan dapat dilihat dari Standar


Kompetensi Kerja (SKKNI/SKK Khusus/SKK Perusahaan)

a. Dapatkan standar kompetensi kerja terkait dengan unit


kompetensi yang akan dipelajari;
b. Temukan unit kompetensi yang akan dipelajari;
c. Temukan dalam unit kompetensi tersebut judul ”Batasan
Variabel” bagian ”Perlengkapan yang dibutuhkan” maka akan
diperoleh perlengkapan apa saja yang diperlukan untuk
mempelajari unit kompetensi tersebut; Berdasarkan kegiatan ini
maka akan dapat ditetapkan alat apa saja yang dibutuhkan.
d. Membuat daftar peralatan yang diperoleh dari mengidentifikasi
standar kompetensi kerja dengan memasukannya kedalam tabel
perlatan dan bahan.
Contoh batasan variabel unit kompetensi

BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel :
Unit ini berisikan pengetahuan, sikap kerja serta keterampilan menerapkan
dasar-dasar pengelasan pelat dan/ atau pipa baja karbon posisi di bawah
tangan (flat) dan mendatar (horizontal) dengan proses las busur manual
2.4 Bahan las (consummable material)
2.5 Alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja las
2.6 Alat-alat bantu pengelasan.
2.7 Alat-alat pengujian hasil las

12. Cara Menentukan Bahan Pelatihan


Bahan pelatihan yang akan digunakan hendaknya dibuat selengkap
dan sedetail mungkin, hal ini untuk menghindari adanya kekurangan
bahan latihan yang mengakibatkan tidak tercapainya kompetensi
yang diharapkan.

Adapun cara menentukan bahan latihan antara lain:

a. Amati aspek keterampilan yang ada dalam tabel silabus.


b. Tentukan nama bahan yang dibutuhkan dari setiap aspek
keterampilan.
c. Tentukan dimensi atau spesifikasi bahan yang akan digunakan.
d. Perkirakan berapa kali instruktur akan mendemonstrasikann
keterampilan yang dibutuhkan.
e. Perkirakan berapa kali peserta akan melakukan praktik secara
mandiri untuk mencapai satu unit kompetensi.
f. Perkirakan berapa kali peserta pelatihan akan melakukan sesi
praktek untuk dilakukan penilaian.
g. Perkirakan berapa banyak setiap peserta akan menghabiskan
bahan dalam setiap sesi praktik.
h. Jumlahkan poin d sampai f dan kalikan dengan poin g.
i. Masukan hasil perkiraan bahan tersebut kedalam tabel peralatan
dan bahan yang akan digunakan.
Tabel 10. peralatan dan bahan yang digunakan

1. Nama pelatihan :
2. Kode program pelatihan :
No Unit Kode unit Daftar Daftar Keterangan
kompetensi peralatan bahan
1. Mengelas JIP.SM02.010.01  Modul  Elektroda
pelat posisi  WPS E 7016/
mendatar/  Petunjuk LB52U
horizontal Operasio  Elektroda
dengan nal Mesin E 6013
proses las  Mesin las  Batu
busur kapasitas gerinda
manual 300A tipis 4”
 Mesin  Batu
gerinda gerinda
tangan tebal 4”
 Tang  Pelat
penjepit baja 300
 Ragum X 125 X
 Kikir 10 mm
 Welding  Gas
Gauge oksigen
 Gas LPG
 APD/PPE
Las

13. Cara Menentukan Kualifikasi Instruktur


Instruktur/tenaga pelatih merupakan personil yang sangat penting
pada proses pelaksanaan pelatihan, karena keberhasilan suatu
program pelatihan salah satunya adalah ditentukan kompetensi
instruktur dalam memfasilitasi dan membimbing peserta pelatihan
dalam mencapai kompetensinya. Dengan demikian, perlunya
persyaratan bagi instruktur pada setiap pelaksanaan program
pelatihan yang harus dipenuhi.

Persyaratan tersebut meliputi :

a. Pendidikan Formal
b. Kompetensi Metodologi Pelatihan dibuktikan dengan minimal
Sertifikat Pelatihan Metodologi Pelatihan yang diterbitkan oleh
instansi berwenang.
c. Kompetensi Teknis yang dimiliki sesuai dengan program pelatihan
dibuktikan dengan minimal Sertifikat Pelatihan atau Sertifikat
Kompetensi teknis yang relevan sesuai unit kompetensi yang akan
dilatihkan dan diterbitkan oleh instansi berwenang.
d. Pengalaman kerja (jika diperlukan)
e. Kesehatan (pada hal tertentu)
f. Persyaratan Khusus (bila diperlukan)
14. Komponen-Komponen Program Pelatihan yang Harus divalidasi
Dalam penyusunan program pelatihan harus mengikuti aturan-aturan
penyusunan program pelatihan yang dituangkan dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Kep. 185/Lattas/XII/2013 Tentang Pedoman Penyusunan
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Adapun komponen-komponen yang ada dalam program pelatihan


yang harus divalidasi antara lain:

g. Jenis huruf yang dipakai serta ukuran-ukuranya


h. Ukuran kertas yang digunakan
i. Page set up
j. Cover Program Pelatihan
Cover Program Pelatihan terdiri dari :
1) Logo pemilik program pelatihan
2) Tulisan ” PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI”
3) Nama Pelatihan
4) Kode Program Pelatihan
5) Gambar identitas program pelatihan disesuaikan dengan
program
6) yang disusun.
7) Nama dan alamat pemilik program pelatihan
8) Tahun penerbitan
k. Kata Pengantar
l. Nama Pelatihan
m. Penulisan Kode Program Pelatihan
n. Jenjang Program Pelatihan
o. Tujuan Pelatihan
p. Unit Kompetensi yang Ditempuh
q. Perkiraan Waktu Pelatihan
r. Persyaratan Peserta Pelatihan
s. Persyaratan Instruktur
t. Kurikulum Pelatihan
u. Silabus
v. Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT)
w. Daftar Peralatan dan Bahan Pelatihan
15. Cara Menentukan Metode Validasi
Pengesahan atau validasi program pelatihan berbasis kompetensi
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Verifikasi
Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa program Pelatihan
Berbasis Kompetensi yang disusun telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.

b. Validasi Materi Program Pelatihan Berbasis Kompetensi


Validasi dilakukan melalui konsultasi dengan pemangku
kepentingan lainnya untuk mengetahui pencapaian atau
kesesuaian pelatihan dengan standar kompetensi (unit
kompetensi) untuk perbaikan/penyempurnaan.

16. Cara Memfinalisasi Program


Program pelatihan yang sudah diverivikasi dan divalidasi hendaknya
segera difinalisasi yaitu dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan
sesuai masukan yang ada, baik dari segi format yang dipakai maupun
isi dari program tersebut meliputi keseuaian kebutuhan dengan
standar yang dipakai termasuk penjabaran-penjabaran dari setiap
unit kompetensi yang dituangkan dalam silabus.
MENGELOLA BAHAN PELATIHAN
1. Bahan pelatihan diverifikasi sesuai spesifikasi yang dibutuhkan
Bahan pelatihan yang telah disiapkan oleh panitia pengadaan agar tidak menimbulkan
masalah dan dapat dimanfaatkan dengan baik maka perlu diverifikasi agar spesifikasi
yang dibutuhkan tersedia.
a. Memverifikasi Bahan Pelatihan
Memverifikasi bahan pelatihan adalah pencatatan dan pengecekan semua bahan
latihan sesuai dengan jenis, spesifikasi dan jumlah yang telah ditetapkan.

Hal yang tercakup dalam laporan verifikasi bahan latihan meliputi :

1) Nama Bahan, nama yang digunakan harus sesuai dengan terminology


dalam bahasa Indonesia dan bilamana perlu dilengkapi dengan nama
dalambahasa inggeris
2) Merk/tipe/ukuran, seperti yang tercantumdalam Spesifikasi
3) Jenis Bahan, bahan yang habis dipakai (consumable materials) dan bahan
yang tidak habis dipakai (non consumable materials)
4) Jumlah, banyaknya bahan setiap jenis
5) Penggunaan, kapan harus ada, bagaimana penyimpanan dan
pendistribusian pemakaiannya.

b. Bahan pelatihan teori dan praktik disiapkan sesuai kebutuhan


Penyiapan bahan pelatihan dimulai dari pencatatan bahan latihan sejak bahan
keluar dari gudang sampai dengan selesai digunakan oleh peserta pelatihan.
Penyiapan bahan pelatihan yang baik akan membantu petugas dalam
pertanggung jawaban. Pergantian petugas akan mempermudah menyerahkan
tugas dan pertanggungjawaban kepada petugas lain. Keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh antara lain :

 Bilamana ada bahan latihan yang hampir habis akan segera diketahui.
 Dengan pencatatan yang baik diketahui pula kapan dibutuhkan suatu bahan,
berapa banyak dan sebagainya. Dengan cara seperti ini dapat membuat
perencanaan latihan yang lebih efektif.
Pedoman menyiapkan bahan pelatihan adalah :

1) Memeriksa kembali apakah bahan yang diterima di bengkel/workshop sesuai


dengan daftar yang ada.
2) Menyimpan bahan ditempat yang baik dan aman, jangan dicampur aduk
sehingga menyulitkan dalam penggunaannya.
3) Mengatur penggunaan/pendistribusian bahan untuk praktik sesuai dengan
kurikulum, silabus (buku kerja) dan isi pelajaran. Hindari kemungkinan
terjadinya pemborosan bahan latihan.
4) Lakukan pencatatan setiap pemakaian bahan, ikutkan peserta pelatihan
menandatangani catatan pemakaian bahan.

Periksa macam dan jumlah bahan


(lihat daftar)

Simpan bahan di tempat yang baik,


aman, teratur dan dikelompokkan

Bahan Pelatihan

Atur penggunaan bahan sesuai buku


kerja dan isi pelajaran. Hindari
pemborosan

Catat semua pemakaian dan simpan


hasil latihan.

Anda mungkin juga menyukai