Anda di halaman 1dari 5

c.

Fungsi ketenagaan
1. Sistem perhitungan tenaga
Menurut SK Menkes RI No 262 Tahun 1979, metode perhitungan
dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini sering
digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini
adalah hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak
bisa mengetahui produktivitas perawat dirumah sakit dan kapan tenaga
perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini
bisa digunakan jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan
tenaga terbatas, sedangkan jenis, type, dan volume pelayanan kesehatan
relatif stabil.
Pada saat pengkajian hari Selasa, 2 November 2016 diruang Ruby
RS Ansari Saleh Banjarmasin di dapatkan jumlah pasien 20 orang. Di
ruang Ruby memiliki 2 tim kerja yang terdiri masing-masing 9 orang
perawat. 1 tim kerja memiliki masing-masing 10 pasien. Berikut
perbandingannya :
TT : Tenaga Medis = 20 : 7
TT : Tenaga Keperawatan = 20 : 19
TT : Non Medis = 20 : 2
Penjelasan :
Dari 30 tempat tidur diruang Ruby terdapat 20 tempat tidur yang
terisi (20 orang pasien) yang ditangani oleh 7 dokter yang terdiri dari
dokter spesialis saraf, THT, mata dan penyakit dalam. Untuk
keperawatan yang dibagi dengan 2 tim kerja masing-masing merawat
10 orang pasien dalam 1 tim (9 orang perawat). Sedangkan untuk tim
non medis ada 2 orang yaitu 1 administrasi dan 1 cleaning servis.

2. Orientasi perawat baru


Tata cara mempersiapkan perawat baru yang berhubungan dengan
lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi organisasi tata
laksana, kebijakan, petugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang
bagi pegawai baru. Dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mendapatkan informasi dan pandangan mengenai visi, misi, tujuan
organisasi dirumah sakit
b. Memahami jenis-jenis pelayanan yang ada dan unit-unit dalam
organisasi rumah sakit
c. Mengetahui lingkungan rumah sakit untuk memudahkan adaptasi
sebelum memulai pekerjaan dalam waktu yang singkat.
d. Memahami pentingnya menjalin hubungan profesional antara
perawat dan tim kesehatan lainnya.
e. Meningklatkan kemampuan kinerja klinis perawat dalam
memberikan asuhan atau pelayanan prima
Kebijakannya sebelum bertugas dirumah sakit, perawat baru perlu
menjalani orientasi selama 6 minggu sebagai persiapan melaksanakan
tugas.
Dirumah sakit Ansari Saleh khususnya diruang Ruby setiap perawat
baru diorientasi selama kurang lebih 3 bulan. Selama 3 bulan itu, 2
minggu roling /ruangan yang ada di RS Ansari Saleh Banjarmasin.
Selama diorentasi diruangan ada lembar penilaian khususnya yang
menyangkut etik dan skill. Hasil dari nilai tersebut dijadikan acuan
dasar kridensial dan penempatan tiap ruangan.
3. Pengaturan jadwal dinas
Menurut Gilles (1982) kebutuhan tenaga perawat dirumuskan
perhitungan sebagai berikut

TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun


Jumlah jam kerja perawat/thn x jam kerja perawat/hari

Atau :
Tenaga perawat
Keterangan : (TP) = A x B x 365

A: Jam efektif/24 jam →


(365 – C)perawatan
waktu yang dibutuhkan klien
x jam kerja/hari

B: Sensus harian (jumlah pasien) → BOR x jumlah tempat tidur


C: Jumlah hari libur
365: Jumlah hari kerja selama 1 tahun
Di ruang RubyRS Ansari Saleh pengaturan jadwal dinas
diperhitungkan berdasarkan beban kerja antara shif pagi, siang, malam
berbeda. Penjadwalan lebih banyak pada pagi hari karena tindakan dan
pelayanan ruangan lebih banyak pada shif dinas pagi hari.
4. Jenjang karier perawat (kredensial)
Jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja
dan profesionalisme perawat sesuai bidang pekerjaannya melalui
peningkatan kompetensi. Perawat profesional yang saat ini diakui di
Indonesia dimulaui dari lulusan D-3 Keperawatan dan akan terus
meningkat. Sehingga pada tahun 2010 diharapkan yang dikategorikan
sebagai perawat profesional adalah lulusan S-1 keperawatan dan
jenjang lebih tinggi.
Dasar pemikiran penyusunan jenjang karir profesi keperawatan RS
beranjak dari kepentingan profesi untuk bertanggung jawab dan
bertanggung gugat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada tiap
jenjang karir, perawat mempunyai kompetensi tertentu dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Jenjang karir diperlukan untuk terwujudnya asuhan keperawatan
yang bemutu mengingat perawat mempunyai tenaga terbanyak dan
terlama mendampingi pasien. Dengan dijaminnya kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki, maka akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan
rumah sakit. Dengan ditetapkannya kompetensi perawat pada tiap
jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen, seleksi, orientasi,
pembinaan dan pengembangan SDM keperawatan.
Di RS Ansari Saleh sudah dilakukan kredensial bagi seluruh
perawatnya dimana hasil dari kredensial ini akan menentukan tingkat
kewenangan klinis bagi asuhan keperawatan. Kredensial itu dilakukan
per 3 tahun sekali dan rata-rata perawat diruang Ruby mempunyai
kewenangan klinis adalah perawat klinis 3 orang.

Tabel berdasarkan jenjang karier di ruang Ruby RS Ansari Saleh


No Jenis Tenaga Jumlah %
1 Perawat Klinis I 7 orang 37,0
2 Perawat Klinis II 9 orang 47,0
3 Perawat Klinis III 3 orang 16,0

5. Beban Kerja Perawat


Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-
masing pekerjaandalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi
beban kerja fisik maupun mental.Akibat beban kerja yang terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapatmengakibatkan seorang
perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.Beban
kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana
53,2%waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan
kesehatan langsung dansisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan
penunjang.Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisa beban
kerjanya dapatdilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang
dijalankan berdasarkan fungsiutamanya, begitupun tugas tambahan
yang dikerjakan, jumlah pasien yang harusdirawat, kapasitas kerjanya
sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerjayang digunakan
untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja
yangberlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat
membantu perawatmenyelesaikan kerjanya dengan baik (Gaffar,
1999).Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
perawat dapatmenganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat
negatif dari banyaknya tugastambahan perawat diantaranya timbulnya
emosi perawat yang tidak sesuai denganyang diharapkan dan
berdampak buruk bagi produktifitas perawat. Menurut hasilsurvey dari
PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat
propinsidi Indoonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak
bisa beristirahatkarena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu,
gaji rendah tanpa insentifmemadai. Namun, perawat di rumah sakit
swasta dengan gaji lebih baik ternyatamengalami stress kerja lebih
besar dibandingn perawat di rumah sakit pemerintahyang
berpenghasilan rendah. Sementara hasil penelitian yang dilakukan
InternationalCouncil of Nurses (ICN) menunjukkan, peningkatan beban
kerja perawat dari empatpasien jadi enam orang telah mengakibatkan
14% peningkatkan kematian pasien yangdirawat dalam 30 hari pertama
sejak dirawat di rumah sakit. Ini menunjukkan adanyahubungan antara
jumlah kematian dengan jumlah perawat per pasien dalam
sehari.Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik,
mental danpanggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja
berdasarkan kriteria-kriteria fisikmanusia. Aspek mental merupakan
perhitungan beban kerja denganmempertimbangkan aspek mental
(psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktulebih
mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja. Aspek
mentalatau psikologis lebih menekankan pada hubungan
interpersonal antara perawatdengan kepala ruang, perawat dengan
perawat lainnya dan hubungan perawat denganpasien, yang dapat
mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawatsebagai
alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan
terhadappasien (Suryanto, 2008).
Pada tanggal 1 november 2016
Menurut DepKes tingkat ketergantungan berdasarkan jenis kasus. Jam
perawatan yang diperlukan / ruangan / hari :
Pasien perawatan minimal = 5 x 2jam = 10 jam
Pasien perawatan parsial = 13x 4 jam = 52 jam
Pasien perawatan total = 4x 6 jam = 24 jam
Jam kerja efektif setiap perawatan : 7 jam/hari

Rumus : Jumlah Perawatan Efektif = 86 = 12,2~12orang


Jam Kerja Efektif/Shift 7

Diruang ruby beban kerja perawat masih tinggi yaitu 7 perawat dengan
jumlah pasien 22 orang yang seharusnya beban kerja perawat dalam
satu shift 12 orang perawat.
Pada tanggal 2 november 2016
Menurut DepKes tingkat ketergantungan berdasarkan jenis kasus. Jam
perawatan yang diperlukan / ruangan / hari :
Pasien perawatan minimal = 5 x 2jam = 10 jam
Pasien perawatan parsial = 12x 4 jam = 48 jam
Pasien perawatan total = 3x 6 jam = 18 jam
Jam kerja efektif setiap perawatan : 7 jam/hari

Rumus : Jumlah Perawatan Efektif = 76 = 10,8 ~11orang


Jam Kerja Efektif/Shift 7

Diruang ruby beban kerja perawat masih tinggi yaitu 7 perawat dengan
jumlah pasien 20 orang yang seharusnya beban kerja perawat dalam
satu shift 11 orang perawat.

Anda mungkin juga menyukai