Anda di halaman 1dari 56

BUKU AJAR

SISTEM TENAGA
LISTRIK

Oleh:
Slamet Suripto

Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik
BAB I
SISTEM TENAGA LISTRIK

A. Skema Sistem Tenaga Listrik


Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen berupa pembangkitan, transmisi, distribusi dan
beban yang saling berhubungan dan berkerja sama untuk melayani
kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan sesuai kebutuhan. Secara
garis besar Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dengan
skema di bawah ini.

B. Fungsi Komponen Sistem Tenaga Listrik


Fungsi masing-masing komponen secara garis besar adalah
sebagai berikut:
1. Pembangkitan merupakan komponen yang berfungsi
membangkitkan tenaga listrik, yaitu mengubah energi yang
berasal dari sumber energi lain misalnya: air, batu bara, panas
bumi, minyak bumi dll. menjadi energi listrik.
2. Transmisi merupakan komponen yang berfungsi menyalurkan
daya atau energi dari pusat pembangkitan ke pusat beban.
3. Distribusi merupakan komponen yang berfungsi
mendistribusikan energi listrik ke lokasi konsumen energi
listrik.
4. Beban adalah peralatan listrik di lokasi konsumen yang
memanfaatkan energi listrik dari sistem tersebut.

C. Level Tegangan pada sistem tenaga listrik


Pada suatu sistem tenaga listrik, tegangan yang
digunakan pada masing-masing komponen dapat berbedabeda
sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata lain, setiap
komponen pada sistem tenaga listrik mempunyai level
tegangan yang berbeda-beda.

Pada sistem pembangkitan, level tegangan disesuaikan


dengan spesifikasi generator pembangkit yang digunakan, biasanya
berkisar antara 11 s/d 24 kV. Untuk pembangkit yang berkapasitas
lebih besar biasanya menggunakan level tegangan yang lebih
tinggi. Hal ini dilakukan agar arus yang mengalir tidak terlalu
besar. Karena untuk kapasitas daya tertentu, besar arus yang
mengalir berbanding terbalik dengan tegangannya. Level tegangan
pada pembangkit biasanya tidak tinggi, karena semakin tinggi level
tegangan generator, jumlah lilitan generator harus lebih banyak
lagi. Dengan lilitan yang lebih banyak mengakibatkan generator
menjadi lebih besar dan lebih berat sehingga dinilai tidak efisien.
Pada sistem saluran transmisi biasanya digunakan level
tegangan yang lebih tinggi. Hal ini karena fungsi pokok saluran
transmisi adalah menyalurkan daya, sehingga yang dipentingkan
adalah sistem mampu menyalurkan daya dengan efisiensi yang
tinggi atau rugi-rugi daya dan turun tegangannya kecil. Upaya yang
dilakukan adalah mempertinggi level tegangan agar arus yang
mengalir pada jaringan transmisi lebih kecil.Level tegangan saluran
transmisi lebih tinggi dari tegangan yang dihasilkan generator
pembangkit. Tegangan saluran transmisi umumnya berkisar antara
70 s/d 500 kV.Untuk menaikkan tegangan dari level pembangkit ke
level tegangan saluran transmisi diperlukan transformator penaik
tegangan.
Pada jaringan distribusi biasanya menggunakan tegangan
yang lebih rendah dari tegangan saluran transmisi. Hal ini karena
daya yang didistribusikan oleh masing-masing jaringan distribusi
biasanya relatif kecil dibanding dengan daya yang disalurkan
saluran transmisi, dan juga menyesuaikan dengan tegangan
pelanggan atau pengguna energi listrik. Level tegangan jaringan
distribusi yang sering digunakan ada dua macam, yaitu 20 kV untuk
jaringan tegangan menengah (JTM) dan 220 V untuk jaringan
tegangan rendah (JTR). Dengan demikian diperlukan gardu induk
yang berisi trafo penurun tegangan untuk menurunkan tegangan
dari saluran transmisi ke tegangan distribusi 20 kV. Diperlukan
juga trafo distribusi untuk menurunkan tegangan dari 20 kV ke
220V sesuaitegangan pelanggan.
Level tegangan beban pelanggan menyesuaikan dengan jenis
bebannya, misalnya beban industri yang biasanya memerlukan
daya yang relatif besar biasanya menggunakan tegangan menengah
20 kV, sedang beban rumah tangga dengan daya yang relatif kecil,
biasanya menggunakan tegangan rendah 220 V.

C. Sistem Interkoneksi

Sistem Tenaga Listrik yang diuraikan di atas adalah gambaran


secara sederhana, yaitu satu sistem pembangkitan yang melayani
satu sistem beban. Sistem yang demikian disebut sistem tunggal.
Namun dalam prakteknya kadang suatu sistem tenaga listrik terdiri
dari beberapa sistem pembangkit untuk melayani beberapa macam
beban yang ada pada lokasi yang berlainan. Untuk memperoleh
kualitas pelayanan yang lebih baik, maka seluruh sistem haruslah
saling berhubungan atau interkoneksi sehingga dapat dikendalikan
dari satu tempat. Demikian pula kebutuhan daya dapat dilayani dari
pembangkit mana saja sekalipun lokasinya jauh dari pusat beban.
Untuk mendapatkan sistem yang demikian setiap
pembangkit dan pusat beban harus saling berhubungan. Sistem
yang demikian disebut sebagai sistem interkoneksi. Dengan sistem
ini di harapkan kualitas pelayanan dapat menjadi lebih baik.
Dengan sistem interkoneksi, sistem tenaga listrik menjadi lebih
komplek, sehingga biaya pembangunan dan opersionalnya menjadi
lebih besar dan pengelolaannya menjadi lebih rumit. Dengan
demikian sistem interkoneksi hanya digunakan pada sistem tenaga
listrik dengan daya besar dan memerlukan standar kualitas
pelayanan yang tinggi.
BAB II
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

A. Pengertian dan macam-macamnya.


Pembangkit Tenaga Listrik merupakan bagian dari sistem
tenaga listrik yang berfungsi membangkitkan energi listrik dengan
mengubah sumber energi lain menjadi energi listrik. Sumber energi
tersbut dapat berupa energi air, bahan bakar minyak, batu bara,
angin, surya dan lain-lain. Masingmasing pembangkit mempunyai
sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
penggunaannya disesuaikan dengan kepentingannya. Pembangkit
Tenaga Listrik biasanya digolongkan menurut prinsip kerja dan
sumber energi yang digunakan.
Pembangkit Non Termis
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit Termis
4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
6. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
7. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
8. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
B. Komponen pokok pembangkit tenaga listrik

Suatu unit pembangkit paling biasanya terdiri dari tiga


komponen, yaitu:
1. Penggerak mula berfungsi menghasilkan energi gerak berupa
putaran poros yang selanjutnya digunakan untuk memutar
generator.
2. Generator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi
energi listrik yang siap dikirimkan ke pusat beban.
3. Gardu induk berfungsi untuk mengatur pengiriman energi dan
juga untuk menyesuaikan level tegangan agar sesuai dengan
level tegangan pengiriman.

C. Pertimbangan Pembangunan Sistem Pembangkit


Untuk membangun suatu sistem pembangkit agar diperoleh
suatu sistem pembangkit yang dapat bekerja secara optimal sesuai
dengan kebutuhan, perlu dipertimbangkan banyak hal, di
antaranya:
1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (amdal). Di sini
dianalisa dan diperhitungkan mengenai berbagai dampak yang
mungkin akan timbul pada saat pembangunannya dan pada saat
pembangkit tenaga listrik tersebut dioperasikan.
2. Memperhitungkan dan memprediksikan tersedianya sumber
daya penggerak (air, panas bumi dan bahan bakar), sehingga
benar-benar feasible untuk penggunaan dalam jangka waktu
yang lama dan bisa mendukung kontinyuitas operasional
pembangkit tersebut.
3. Tersedianya lahan beserta prasarana dan sarananya, baik untuk
pembangkit tenaga listrik itu sendiri maupun untuk
penyalurannya, karena hal ini merupakan satu kesatuan untuk
melayani beban.
4. Pertimbangan dari segi pemakaian pembangkit tenaga listrik
tersebut, apakah untuk melayani dan menanggung beban
puncak, beban yang besar, beban yang kecil atau sedang, beban
yang bersifat fluktuatif atau hanya untuk stand by saja.
5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan
memakan waktu sesingkat mungkin. Selain itu juga harus
dipertimbangkan dari segi operasionalnya tidak boleh terlalu
mahal.
6. Pertimbangan dari segi kemudahan dalam pengoperasian,
keandalan yang tinggi, mudah dalam pemeliharaan dan umur
operasional (life time) pembangkit tenaga listrik tersebut harus
panjang.
7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban,
karena hal ini akan berkaitan dengan kemungkinan perluasan
pembangkit dan penambahan beban terpasang pada pembangkit.
8. Berbagai pertimbangan sosial, teknis dan lain sebagainya yang
mungkin akan menghambat dalam pelaksanaan pembanguna
serta pada pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi.
Dari berbagai pertimbangan tersebut, ada satu hal yang
dijadikan pedoman dan filosofi dalam membangun pembangkit
tenaga listrik yaitu pembangunan paling murah dan investasi paling
sedikit (least cost generation and least invesment).
D. Prinsip kerja dan watak Macam-macam Pembangkit 1.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sesuai dengan
namanya menggunakan tenaga air sebegai sumber energi untuk
memutar turbin. Selanjutnya putaran turbin digunakan untuk
memutar generator. Energi berasal dari air yang berada pada
ketinggian tertentu yang dialirkan melalui sudu-sudu turbin. Dilihat
dari posisi poros turbinnya, ada dua jenis PLTA yaitu PLTA
dengan poros turbin horisontal dan PLTA dengan poros turbin
vertikal. Masing-masing disesuaikan dengan keadaan dan lokasi air
yang digunakan. Kemudian dari lokasi turbin airnya, ada dua
macam juga yaitu PLTA dengan memanfaatkan energi ketinggian
air yang ditampung di waduk, kemudian di tempat yang relatif
rendah dibangun turbin air. Bila ketinggian air tidak mencukupi,
maka turbin dibangun di daerah yang agak jauh dari lokasi waduk
pada daerah aliran sungai tersebut yang mempunyai lokasi yang
lebih rendah.

Prinsip kerja PLTA secara garis besar dapat dilihat pada uraian
berikut:
1. Air sungai yang mengalir ditampung di waduk sehingga
mempunyai ketingian tertentu. Di dekat waduk pada daerah
yang lebih rendah dipasang turbin air.
2. Dari waduk air di alirkan ke turbin melalui pipa pesat. Aliran
air diatur sesuai dengan kebutuhan turbin.
3. Air yang mengalir dengan tekanan tinggi digunakan untuk
memutar turbin air.
4. Selanjutnya air yang keluar turbin dialitkan kembali ke sungai
untuk keperluan pengairan atau untuk keperluan lain.
Pada pipa pesat diperlukan pendatar air yang berfungsi
mengendalikan tekanan pada pipa pesat ketika terjadi kerusakan
pada turbin yang mengakibatkan aliran air terhambat.
Dibandingkan dengan pembangkit jenis lain PLTA
mempunyai keuntungan biaya operasionalnya relatif murah, akan
tetapi pembangunannya sangat tergantung dari ketersediaan
sumber air yang cukup banyak dan kontinyu. Di samping itu
pembangunannya memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan
lahan yang luas.
Watak PLTA
 Biaya Operasi relatif ringan
 Tergantung adanya sumber air
 Biaya Pembangunan besar
 Pembangunannya butuh waktu lama Letaknya jauh dari
Perkotaan
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Prinsip kerja PLTU pada prinsipnya adalah sebagai berikut:


1. Air dipanaskan dalam ketel uap (boiler) hingga menjadi uap
yang bersuhu tinggi dan mempunyai tekanan yang cukup tinggi.
2. Uap tersebut kemudian dialirkan ke turbin uap untuk memutar
turbin.
3. Uap yang keluar dari turbin yang tekanannya sudah relatif
rendah di alirkan ke dalam pendingin (kondensator) agar
mengembun kembali lagi menjadi air.
4. Air yang dihasilkan dikembalikan lagi ke boiler untuk diuapkan
kembali.
Demikian seterusnya, sehingga siklus akan berlangsung selama
pemanasan masih dilakukan. Pemanasan air pada boiler dapat
dilakukan dengan membakar bahan bakar seperti bahan bakar
minyak, batu bara atau bahan bakar lainnya. Sedangkan
pendinginan atau pemgembunan biasanya menggunakan air laut
yang disirkulasikan ke ruang pengembunan.
Lokasi pembangunan PLTU dapat lebih fleksibel didekatkan
dengan pusat beban, asalkan masih di lokasi pantai untuk
memudahkan sirkulasi air laut untuk proses pengembunan uap.
Pembangkit jenis ini tidak memerlukan lahan seluas PLTA. Watak
PLTU
 Biaya Operasi relatif tinggi, sesuai bahan bakarnya
 Biaya Investasi lebih murah dibanding PLTA
 Pembangunan bisa lebih cepat
 Letaknya dapat didekatkan dengan pusat beban
 Sebaiknya dibangun di pantai

4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Pada PLTG energi yang digunakan untuk memutar turbin berasal


dari hasil pembakaran campuran udara tekanan tinggi dengan
bahan bakar. Proses secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Udara segar dikompresi kemudian dimasukkan pada ruang
bakar. Pembakaran dilakukan dengan menambahkan bahan
bakar ke dalam udara yang bertekanan tinggi di dalam ruang
bakar.
2. Gas hasil pembakarannya dialirkan ke turbin gas untuk memutar
turbin.
3. Gas panas yang keluar dari turbin bisa langsung dibuang atau
dapat juga di manfaatkan untuk memanaskan boiler pada PLTU.
Sistem pembangkit yang demikian sering disebut PLTGU.
PLTG mempunyai keuntungan waktu startnya
singkat, yaitu segera dapat digunakan setelah dioperasikan akan
tetapi biaya operasional relatif tinggi. Watak ini cocok untuk
melayani beban puncak, yaitu beban yang naik cukup tinggi, akan
tetapi pada jangka waktu yang pendek.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Prinsip kerja PLTN mirip dengan PLTU hanya saja energi yang
digunakan untuk memanaskan air dalam boiler menggunakan hasil
reaksi nuklir, yang berupa hasil ledakan dari bahan baku reaktor
nuklir, salah satunya yaitu unsur uranium. Pada PLTN diperlukan
perlindungan yang sangat baik pada reaktor nuklirnya, karena sisa
hasil reaksi ini mengandung unsur radioaktif yang sangat
membahayakan manusia atau lingkungan. Biaya operasional PLTN
dinilai relatif murah, akan tetapi biaya pembangunannya relatif
mahal, lebih banya dibangun dengan kapasitas besar.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Pada PLTP prinsip kerjanya hampir sama dengan PLTU,


hanya saja uap panas bertekanan tinggi yang digunakan untuk
memutar turbin berasal dari dalam permukaan bumi. Di beberapa
tempat pada lapisan bumi terdapat kantong air yang berasal dari
tampungan air hujan. Kantong air semacam itu ada yang terletak di
dekat magma, sehingga sebagian airnya terpanaskan dan berubah
menjadi uap. Dengan menggunakan pipa yang dimasukkan ke
kantong uap tersebut, uap dialirkan kedalam turbin uap untuk
memutar turbin. Uap yang keluar dari turbin selanjutnya
diembunkan dan dikembalikan ke kantong air dalam tanah tersebut,
sehingga terjadi siklus yang dapat dimanfaatkan secara terus
menerus untuk membangkitkan tenaga listrik.

6. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)


Berbeda dengan jenis pembangkit yang dibahas sebelumnya, pada
PLTD energi mekanik yang digunakan untuk memutar generator
bukan berasal dari turbin, akan tetapi berasal dari mesin diesel.
Dengan demikian prinsip kerja PLTD nampak lebih sederhana,
akan tetapi karena efisiensinya yang relatif kecil, maka PLTD
hanya digunakan untuk pembangkit dengan kapasitas daya yang
relatif kecil.
Watak PLTD
 Biaya Operasi sangat tinggi (menggunakan BBM)
 Biaya pembangunan relatif ringan
 Pembangunannya cepat
 Letaknya dapat didekatkan pusat beban
 Biasanya untuk daya relatif kecil
 Untuk melayani beban puncak atau terpencil Segera
bisa digunakan setelah start
7. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Prinsip kerja dari PLTS adalah memanfaatkan energi panas


matahari untuk memanaskan sel surya. Sel surya pada prinsipnya
tersusun dari dua buah bahan bila terkena panas matahari potensial
listrik kedua bahan itu berbeda. Beda potensial antara dua bahan
tersebut relatif rendah, sehingga untuk mendapatkan potensial yang
lebih tinggi, maka sel-sel tersebut dipasang seri, sedangkan untuk
mendapatkan daya listrik yang lebih besar, sel-sel tersebut di
pasang paralel. Dalam prakteknya sel surya terdiri dari banyak sel
yang dirangkai secara seri dan paralel untuk mendapatkan daya
yang cukup besar dan tegangan yang lebih tinggi.
Energi yang dihasilkan oleh Sel surya hanya
berlangsung ketika ada sinar matahari yaitu pada siang hari saja.
Agar energi listrik dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu, energi
listrik yang dihasilkan perlu disimpan dulu pada beterai. Baterai
ini kemudian dipakai sebagai sumber energi listrik yang
dihubungkan dengan beban.
8. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)

Pada pembangkit listrik tenaga angin sesuai namanya, energi yang


digunakan untuk memutar generator berasal dari energi angin.
Angin yang mempunyai kecepatan cukup tinggi digunakan untuk
memutar genrator. Jenis pembangkit ini tentunya lebih cocok pada
daerah-daerah yang kecepatan anginnya tinggi biasanya berada di
daerah pantai.
Seperti halnya PLTS, pada PLT Angin juga diperlukan
adanya alat penyimpan energi, karena keadaan angin sewaktu-
waktu dapat berubah, sehingga penggunaan energi dapat diatur
sesuai kebutuhan.
E. Generator Pembangkit
Generator merupakan komponen yang sangat
menentukan watak suatu sistem pembangkit selain PLT Surya.
Untuk pembangkit yang berkapasitas besar biasanya digunakan
generator AC sinkron 3 fase. Generator jenis ini mempunyai
keuntungan pengaturan tegangan dan frekuensinya
lebih sederhana.
Macam-macam Generator
Generator DC
 Generator DC shunt
 Generator DC seri
 Generator DC kompon Generator AC
 Generator AC sinkron dan asinkron
 Generator AC satu fasa dan tiga fasa
1. Prinsip kerja generator Proses terjadunya arus induksi
Prinsip kerja generator adalah timbulnya arus induksi
elekromagnetik yang timbul akibat adanya gerakan konduktor
dalam medan magnet. Secara sederhana, induksi elektromagnetik
dapat dijelaskan dengan bantuan gambar di atas sebagai berikut:
1. Bila dua buah kutub magnet utara dan selatan diletakkan
berdekatan, maka pada ruang antara kedua kutub tersebut akan
muncul garis gaya magnet yang arahnya dari kutub utara ke
kutub selatan.
2. Bila sebuah konduktor digerakkan arah tegak lurus dengan arah
medan magnet dalam ruang antara kedua kutub tersebut, maka
konduktor akan memotong garis-garis gaya magnet yang
mengakibatkan tegangan induksi antara kedua ujung konduktor
tersebut.
3. Kemudian bila kedua ujung konduktor dihubungkan secara
tertutup dengan penghantar, maka pada konduktor akan
mengalir arus yang arahnya seperti digambarkan pada gambar
di atas.
Hubungan arah garis gaya magnet, arah gerakan dan arah arus
induksi dapat digambarkan dengan kaidah tangan kanan seperti
gambar di atas.

Prinsip kerja generator AC

Pada generator AC, secara prinsip seperti yang tampak pada


gambar di atas bagian kiri, konduktor yang digerakkan pada medan
magnet dibentuk sebuah lilitan. Kemudian melalui slip ring, kedua
ujung konduktor dihubungkan ke beban. Bila konduktor tersebut
digerakkan atau diputar, maka pada konduktor akan timbul
tegangan induksi. Karena konduktor merupakan rangkaian tertutup
dengan beban, selanjutnya akan mengalir arus induksi ke beban.
Sedangkan arah arus akan bergantian, yaitu bila suatu sisi
konduktor berada di atas mengalir arus ke kiri, maka ketika sisi
tersebut berada di bawah arus yang mengalir menjadi sebaliknya,
yaitu ke kanan. Demikian seterusnya, sehingga ketika lilitan itu
diputar kontinyu, maka arah arus akan selalu bergantian setiap
putarannya, dan tegangannya juga demikian, seperti terlihat pada
gambar sebelah kanan.
Generator sinkron dalam praktek

Dalam prakteknya, karena kapasitas generator di sistem


pembangkit relatif besar, yang tentunya arus yang mengalirpun
besar, maka konduktor yang mengalirkan arus induksi bukan
berada pada bagian yang berputar (rotor), akan tetapi berada pada
bagian yang diam (stator). Juga magnet yang digunakan bukan lagi
magnet permanen seperti pada generator kecil seperti dinamo
sepeda misalnya, tetapi menggunakan magnet permanen, yaitu
berupa kumparan yang didalamnya ada inti besi kemudian di aliri
arus listrik searah. Dengan demikian kekuatan medan magnetnya
dapat diatur.
Bila kumparan statornya hanya terdiri satu pasang kumparan
dengan dua terminal yang diletakkan berhadapan, maka generator
tersebut hanya akan menghasilkan tegangan bolak-balik satu fasaa
yaitu satu gelombang saja yang berbentuk sinusoidal. Akan tetapi,
bila kumparan statornya terdiri dari tiga pasang yang masing-
masing dipasang dengan jarak 120 derajat, kemudian salah satu
ujung dari masingmasing kumparan digabung, maka ujung lain
masing-masing kumparan akan menghasilkan tegangan bolak-
balik yang masing-masing berselisih 120 derajat. Dengan kata lain
menghasilkan tegangan bolak-balik tiga fasa.
Pada dasarnya genarator sinkron mempunyai dua watak
yang sangat diperlukan dalam pengoperasiannya, yaitu watak
tegangan output dan watak frekuensinya.
Tegangan ouput generator sebanding dengan putaran
generator dan jumlah fluk medan listrik yang dihasilkan kumparan
rotornya.
Tegangan yang timbul pada kedua terminal stator, E = C n ф
dengan n : putaran rotor (rpm) ф : fluks
yang dihasilkan kumparan rotor C : konstantan
mesin (sesuai spesifikasi) Sedang frekuensi tegangan ouput
generator putaran dan jumlah pasangan kutub magnet rotornya.
Frekuensi tegangan ouput, f = (n x p)/120 dengan n :
putaran rotor (rpm)
p : jumlah pasangan kutub kumparan rotor
Pengaturan tegangan ouput dilakukan dengan mengatur
besarnya fluks yang dihasilkan oleh kumparan rotor, yaitu dengan
mengatur arus yang masuk ke kumprana tersebut. Pengaturan arus
dilakukan dengan cara merubah resistor variabel yang dipasang
pada rangkaian kumparan rotor tersebut. Bila pengaturan arus ke
kumparan rotor tidak lagi dapat dilakukan, pengaturan tegangan
masih dapat dilakukan dengan mengatur putaran rotor. Oleh karena
perubahan putaran akan mengakibatkan perubahan frekuensi
gelombang outputnya, maka perubahan putaran dan perubahan arus
yang mesuk ke kumparan rotor perlu harus diselaraskan agar
diperoleh tegangan dan frekuensi output yang nilainya masih
memenuhi batas toleransi.

SOAL LATIHAN
1. Jelaskan dengan skema atau gambar dan pejelasan
singkat prinsip kerja PLTU
2. PLTU biasanya dibangun di daerah pantai, mengapa
demikian?
3. Hal apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan
pembangunan Pusat pembangkit listrik, berilah contoh
pembangkit listrik tenaga air.
4. Sebutkan perbedaan pokok antara PLTD dengan PLTU yang
keduanya menggunakan BBM.
5. Jelaskan secara singkat prinsip kerja generator pembangkit
listrik.

BAB III SALURAN TRANSMISI

A. Pengertian dan macamnya.


 Pengertian:
bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa sejumlah konduktor
yang dipasang membentang sepanjang jarak antara pusat
pembangkit sampai pusat beban.
 Fungsi:
untuk mengirimkan energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat
beban.

Macam-macam Saluran Transmisi:


• Saluran udara: Kawat atau kondutor telanjang (tanpa
isolasi) yang digantung dengan ketinggian tertentu pada
tower dengan menggunakan isolator.
• Saluran bawah tanah: kabel atau konduktor berisolasi
yang ditanam dalam tanah dengan kedalaman tertentu.
• Saluran bawah laut: kabel atau konduktor berisolasi yang
diletakkan di dasar laut
Saluran transmisi biasanya digunakan untuk mengirimkan
daya listrik untuk jarak yang relatif jauh. Dari ketiga jenis saluran
transmisi, paling banyak digunakan adalah saluran udara, karena
lebih ekonomis. Biaya pembangunan saluran udara relatif lebih
ringan dibandingkan dengan jenis yang lain, karena menggunakan
penghantar yang telanjang atau tidak berisolasi, sedang jenis yang
lain harus menggunakan penghantar berisolasi. Penghantar
merupakan komponen pokok dari saluran transmisi, sehingga biaya
pembangunannya sangat dipengaruhi oleh jenis penghantar yang
digunakan. Saluran bawah tanah dan saluran bawah laut hanya
digunakan jika saluran udara tidak lagi bisa digunakan, misalnya
untuk menyalurkan daya antar pulau.
Pada saluran bawah tanah dan saluran bawah laut, kekuatan
fisik maupun elektris isolasi penghantar merupakan hal yang sangat
penting, karena bila terjadi kerusakan atau kebocoran akan sangat
membahayakan lingkungan di sekitranya. Sedamgkan pada saluran
udara, yang penting adalah memenuhi batas ketinggian saluran
minimum, sehingga induksi elektromagnetik dan pengaruh medan
mabgnet yang ditimbulkan tidak membahayakan penghuni atau
tanaman yang ada di bawah saluran tersebut.

Macam-macam tegangan saluran transmisi


Saluran Transmisi AC:
• lebih mudah ketika menaikkan dan menurunkan tegangan,
cukup dengan transformator.
• ada efek induktansi dan kapasitansi saluran
 Saluran Transmisi DC:
• tidak ada efek induktansi dan kapasitansi saluran
• perlu peralatan tambahan ketika menaikkan dan
menurunkan tegangan
Dari pertimbangan ekonomis, saluran transmisi tegangan
bolak-balik atau AC menjadi pilihan utama, karena pada sistem
tenaga listrik AC level tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan
dengan lebih mudah, yaitu cukup menggunakan trafo. Hal ini tidak
mudah dilakukan pada sistem listrik arus searah atau DC. Pada
sistem DC, untuk menaikkan atau menurunkan tegangan, tegangan
DC harus terlebih dahulu diubah menjadi AC, barulah dimasukkan
ke trafo, kemudian keluarannya dikembalikan lagi ke DC.
Sebagai contoh pada gardu pembangkit, setelah trafo penaik
tegangan, diperlukan penyearah sebelum dimasukkan ke saluran
transmisi. Setelah sampai di Gardu induk, diperlukan inverter untuk
mengubah menjadi AC, baru kemudian dimasukkan ke trafo
penurun tegangan. Hal ini mengakibatkan saluran transmisi DC
memerlukan biaya pembangunan yang relatif tinggi dibanding
saluran transmisi AC.
Level tegangan saluran transmisi:
 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berkisar antara
70 s/d 150 kV
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di atas
150 kV s/d 750 kV Saluran Udara Tegangan Ultra
Tinggi (SUTUT) di atas 750 kV
Saluran transmisi berfungsi untuk mengirimkan energi
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban. Pemilihan jenis
saluran transmisi sangat ditentukan oleh jumlah energi yang akan
disalurkan dan jarak atau panjang saluran transmisinya.
Pada saluran transmisi, untuk menyalurkan energi dengan jumlah
tertentu atau daya tertentu, semakin tinggi level tegangan yang
digunakan, maka arus yang mengalir akan semakin kecil, begitu
pula sebaliknya, sesuai dengan rumus:
P=VxI
dimana P : daya yang dikirimkan
V : tegangan saluran
I : Arus yang mengalir pada saluran
Dengan menaikkan level tegangan, maka arus yang
mengalir pada saluran menjadi lebih kecil. Selanjutnya drop
tegangan pada saluran transmisi menjadi semakin kecil, sesuai
rumus :
V=IxZ
dimana Z adalah impedansi saluran kawat penghantar.
Demikian juga dengan semakin kecil arus yang mengalir
pada saluran, diharapkan rugi-rugi daya pada saluran semakin
kecil, sesuai rumus:
P = I2 x R
dimana R adalah resistansi saluran.
Semakin tinggi level tegangan saluran transmisi tentunya
biaya pembangunannya lebih mahal, karena harus menggunakan
tower yang lebih tinggi dan kekuatan isolasinya juga lebih besar.
Demikian uga peralatan-peralatan yang harus digunakan pada
gardu induknya.
Dengan pertimbangan di atas, saluran transmisi dengan
level tegangan yang lebih tinggi lebih layak digunakan untuk
menyalurkan daya yang relatif lebih besar dan jarak yang relatif
jauh, sehingga kenaikan biaya pembangunan bisa terimbangi
dengan berkurangnya turun tegangan dan rugirugi daya yang terjadi
pada saluran.
B. Peralatan pokok saluran transmisi
Peralatan pokok saluran transmisi adalah:
Konduktor: kawat aluminium berlilit dg inti baja yang
berfungsi sebagai media aliran arus
Kawat pentanahan: kawat baja yang berfungsi untuk
melindungi saluran fase dari gangguan petir
dan mengalirkan arus gangguan ke tanah.
Tower dan pondasi: berupa tiang konstruksi baja sebagai
penyangga konduktor
Isolator: bahan penggantung konduktor sekaligus
mengisolasi tegangan konduktor dengan
tower
Sesuai dengan fungsinya, yaitu menyalurkan daya atau
mengalirkan arus listrik, maka komponen utama saluran transmisi
adalah kawat konduktor, sedang peralatan lainnya sebagai
penunjang. Untuk saluran udara, karena saluran transmisi berada di
tempat terbuka, maka perlu dilindungi dari akibat gangguan petir.
Untuk itu di atas kawat konduktor utama dipasang kawat konduktor
yang dihubungkan dengan tanah atau bumi yang sering disebut
kawat pentanahan
(ground wire).
Bila ada petir, diharapkan lebih dahulu mengenai kawat
pentanahan, selanjutnya tegangan lebih yang terjadi dapat
dinetralisir karena langsung berhubungan dengan tanah. Dengan
demikian kawat kondutor utama dapan aman dari gangguan
tegangan lebih yang dapat menggangu sistem atau merusak
peralatan isolasinya.
Ketinggian tower perlu diperhatikan agar medan
elektromagnetik yang timbul di sekitar saluran transmisi tidak
membahayakan lingkungan. Kekuatan tower dan pondasi yang
cukup diperlukan agar saluran transmisi aman terhadap gangguan
angin kencang atau hujan lebat. Isolator sangan diperlukan agar
masing-masing kawat penghantar tidan saing berhubungan baik
antar kawat fasa atau antara kawat fasa dengan kawat pentanahan.
Saluran trasmisi yang paling banyak digunakan adalah
jenias saluran terutama untuk jarak jauh. Keuntungan:
- biaya pembangunan lebih murah - pemeliharaan saluran lebih
mudah Kelemahan:
- peka terhadap gangguan cuaca buruk
(angin kencang, hujan dan petir)
- terkesan kurang rapi
Biaya pembangunan saluran udara dinilai lebih murah,
karena menggunakan kawat penghantar tekanjang tanpa isolasi.
Harga kawat telanjang jelas lebih murah dibandingkan dengan
kawat berisolasi, lebih-lebih untuk tegangan tinggi. Bila terjadi
kerusakan pada saluran udara, misalnya ada bahan isolasi yang
patah atau kawat penghantar yang putus, mak penggantian dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Pada saluran bawah tanah untuk
mendeteksi lokasi kerusakan kadang cukup rumit karena
penghantar tidak nampa. Demikian pula bila harus melakukan
penggantian.
Saluran udara tergolong rentan terhadap gangguan cuaca,
baik hujan deras, angin kencang maupun petir karena berada di
tempat terbuka. Sehingga perlu diberi pengaman yang cukup
terhadap ketiga macam gangguan tersebut. Adanya tower dan
konduktor yang membentang seringga menggangu pemandangan,
apalagi bila melewati daerah perkotaan atau daerah padat hunian.

C. Sifat-sifat Penghantar Saluran Transmisi


Umumnya pada saluran udara digunakan jenis penghantar:
 Kawat aluminium telanjang (bare, tanpa isolasi)
 Berlilit (stranded) dengan penguat baja
 Kawat tunggal atau berkas
Salah satu hal menjadi pertimbangan penggunaan bahan
aluminium sebagai penghantar pada saluran transmisi adalah
harganya lebih murah, tahan terhadap korosi dan relatif ringan.
Untuk dimensi yang sama, nilai resistansi kawat aluminium lebih
besar daripada tembaga, sehingga kawat tembaga banyak
digunakan pad penghantar-penghantar yang sangat memerlukan
resistansi rendah, misalnya kabel penghubung dalam rangkaian
elektronika, kabel telepon dan lain-lain. Dengan nilai resistansi
kawat yang lebih tinggi berakibat rugi-rugi dayanya menjadi lebih
besar. Hanya saja untuk saluran transmisi saluran udara,
penggunaan penghantar aluminium masih lebih menguntungkan
dalam perhitungan biaya rugi-rugi daya dan biaya
pembangunannya dibanding dengan penghantar tembaga. Kawat
tunggal pada tiap fasa :
 pemasangannya lebih sederhana
 nilai induktansinya lebih besar Kawat berkas
 pemasangannya lebih rumit karena perlu ada perentang
(spacer)
 efek induktansinya relatif lebih kecil
Kawat pejal dapat lebih murah karena untuk semua ukuran
kawat hanya terdiri dari sebuah kawat saja, sehingga
pembuatannya lebih sederhana. Untuk kawat yang
berdiameter besar, kawat jenis ini bersifat kaku, tidak mudah
untuk dibengkokkan, sehingga menjadi kurang fleksibel yang
berakibat penanganannya lebih sulit.
Untuk mendapatkan kawat yang lebih fleksibel dibuatlah
kawat berlilit atau stranded, yaitu untuk diameter tertentu, kawat
disusun dari beberapa kawat yang mempunyai diameter yang lebih
kecil dililit menjadi satu memanjang. Untuk menambah kuat
tariknya, dilakukan dengan memasang sebuah kawat baja
memanjang di bagian tengahnya. Dengan demikian didapatkan
kawat penghantar yang fleksibel dan punya kuat tarik yang lebih
tinggi. Penghantar jenis ini dinilai masih lebih menguntungkan
daripada kawat pejal.
Untuk saluran transmisi daya kecil atau relatif tidak panjang
biasanya cukup menggunakan kawat tunggal pada tiap fasanya,
karena lebih sederhana dan tentunya biayanya menjadi lebih
murah. Pada saluran transmisi semacam ini efek induktansi relatif
kecil, sehingga tidak banyak berpengaruh.
Sedangkan untuk saluran transmisi yang berkapasitas besar
dan relatif panjang efek induktansi cukup besar, sehingga perlu
diupayakan agar nilai induktansi dan kapasitansi menjadi lebih
kecil, dengan menggunakan kawat berkas pada tiap fasanya. Pada
kawat berkas, untuk setiap fasanya memerlukan beberapa
penghantar, biasanya dua atau empat yang dipasang berjajar
dengan jaraktertentu dan diberi pemisah (spacer) pada setiap jarak
tertentu. Dengan demikian masing-masing penghantar tidak saling
bersentuhan.
Pemasangan kawat berkas lebih rumit dibanding dengan
kawat tunggal, akan tetapi hal ini dilakukan karena disamping
untuk mengurangi efek induktansi juga dapat mengurangi efek
korona, yaitu gejala kerusakan lapisan dielektrik di sekitar
penghantar akibat adanya medan magnet. Efek ini akan lebih besar
jika keadaan udara di sekitar saluran lembab akibat hujan deras.

D. Isolator

Bahan:
Isolator saluran transmisi umumnya dibuat dari bahan
porselin yang mempunyai kekuatan isolasi yang tinggi dan
mempunyai kekuatan mekanis cukup tinggi.
Fungsi:
 mengisolasi antara tegangan kawat penghantar dengan tower
penopang.
 menggantungkan kawat penghantar pada tower penopang.
Isolator gantung untuk saluran kadang berbentuk batang
memanjang, atau kadang terdiri dari beberapa isolator pendek yang
berbentuk seperti mangkok terbalik yang dirangkai memanjang.
Jenis yang kedua lebih fleksibel, panjang rangkaiannya disesuaikan
dengan kekuatan isolasi yang diinginkan.
Watak isolator saluran transmisi:
• Nilai kapasitansi: karena terdiri dari badan porselin yang
diapit dua elektrode
• Tegangan lompatan api: tegangan minimal yang
menyebabkan lompatan bunga api antara kedua elektrode
di bagian luar isolator (bila isolator basah/ kotor)
• Tegangan tembus:
batas minimal tegangan yang menyebabkan arus bocor
tertentu yang menembus bahan isolator (menunjukkan
kekuatan dielektriknya)
Nilai kapasitansi isolator dipengaruhi oleh panjang
isolatornya, semakin panjang isoaltor semakin kecil nilai
kapasitansinya dan sebaliknya.
Tegangan lompatan api suatu isolator bisa menurun bila
isolator terkena kotoran misalnya debu atau sejenisnya, sehingga
perlu dilakukan pembersihan isolator secara rutin, untuk menjaga
agar isolator tetap aman dari lompatan api antar kedua ujungnya.
Tegangan tembus biasanya dipengaruhi oleh kualitas bahan
isolator dan juga umur pemakaiannya. Semakin lama pemakaian,
kualitas bahan isolator akan menurun sehingga dapat menurunkan
nilai tegangan tembusnya.

E. Watak Saluran Transmisi


Tegangan pada ujung penerimaan selalu lebih rendah dari
tegangan pada ujung pengiriman, karena adanya turun tegangan
pada saluran.

Vs - Vr
Jatuh tegangan relatif = X 100 %
Vr
dimana Vs tegangan pada ujung pengiriman
dan Vr tegangan pada ujung penerimaan
Nilai jatuh tegangan relatif ini dibatasi 5 - 15 %
Nilai turun tegangan pada saluran transmisi dipengaruhi
oleh besarnya impedansi saluran (Z) dan arus yang mengalir pada
saluran (I) sesuai dengan rumus: V = I x Z. Semakin besar daya
yang disalurkan berarti semakin besar arus yang mengalir, maka
semakin besar pula nilai turun tegangannya. Impedansi saluran
dipengaruhi resistansi penghantar (R), induktansi (L) dan
kapasitansi (C) saluran, yaitu:

Z = R2 (XC XL)2

E. Efisiensi Saluran Transmisi

Daya yang diterima beban setelah melewati saluran


transmisi selalu lebih kecil dibanding daya yang dikirim, karena
ada daya yang hilang pada saluran.
Pr
Daya guna (efisiensi) = X 100 %
Ps
Pr
Atau = X 100 %
Pr + Ph
Dimana Ps : daya yang dikirim sumber
Pr : daya yang diterima beban
Ph : daya yang hilang pada saluran
Jumlah daya yang hilang (Ph) pada saluran terutama
dipengaruhi oleh besarnya arus yang mengalir (I) pada saluran dan
besarnya resistansi saluran (R), yaitu : Ph = I2 x R.
Efisiensi pada saluran transmisi nilainya selalu lebih kecil dari 100
% yang berarti daya yang dikirmkan tidak seluruhnya bisa diterima
oleh beban karena pasti ada daya yang hilang pada saluran.

SOAL LATIHAN
1. Pada sistem interkoneksi jaringan.listrik di jawa, sebagian
besar menggunakan saluran transmisi tegangan ektra tinggi
(SUTET), mengapa demikian.
2. Sedangan pada jaringan antar kota cukup menggunakan
tegangan tinggi 150 kV, apa pertimbangan teknisnya.
3. Saluran transmisi kebanyakan menggunakan tegangan bolak-
balik. Keuntungan apa saja yang didapatkan dibanding bila
menggunakan tegangan searah.
4. Berikan penjelasan tentang dua watak salurann transmisi yang
sangat perlu dipertimbangkan dalam pengoperasinnya.
5. Langkah apa yang dilakukan untuk mengurangi drop tegangan
yang terjadi pada saluran transmisi.
6. Pada musim hujan malam hari kadang kita lihat saluran
transmisi menyala, jelaskan proses terjadinya gejala ini dan apa
akibatnya bila terlalu sering terjadi.
7. Ketinggian kawat penghantar saluran transmisi tidak boleh
kurang dari standar yang telah ditentukan, megapa demikian?

BAB IV
GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR

A. Pengertian dan klasifikasi Gardu Induk

Gardu induk merupakan bagian dari sistem tenaga listrik


yang berupa sejumlah peralatan pemutus/penghubung aliran arus
dan trafo penaik/penurun tegangan yang dipasang di antara dua
komponen sistem tenaga listrik lainnya. Gardu induk berfungsi
untuk memutus/menghubungkan aliran arus listrik dan
menyesuaikan level tegangan sistem-sistem yang dihubungkan.
Secara garis besar gardu induk pada sistem tenaga listrik
dapat dibedakan berdasar penggunaannya, yaitu gardu induk
pembangkit dan gardu induk distribusi.
1. Gardu induk tegangan ekstra tinggi yaitu gardu induk yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan saluran transmisi dari
tegangan extra tinggi ke tegangan tinggi.
2. Gardu induk tegangan tinggi yaitu gardu induk yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi dari tegangan
tinggi pada saluran transmisi ke tegangan tegangan menengah
untuk jaringan distribusi.
Klasifikasi Gardu Induk berdasar letak peralatannya:
 Gardu Induk pasangan luar:
lebih murah, lahan luas, di luar kota
 Gardu Induk pasangan dalam:
lebih mahal, aman dari gangguan cuaca
 Gardu Induk setengan pasangan luar:
dengan pertimbangan di antara 2 di atas
 Gardu Induk pasangan bawah tanah:
lebih mahal, di perkotaan, kap kecil
 Gardu Induk mobile: praktis
untuk kepentingan khusus
Gardu Induk jenis pasang luar adalah Gardu Induk yang
terdiri dari peralatan tinggi pasang luar, misalnya Transformator,
peralatan penghubung (switch gear) yang mempunyai peralatan
control pasang dalam seperti meja penghubung (switch board).
Pada umumnya, gardu induk untuk transmisi yang
mempunyai kondensator pasangan dalam dan sisi tersier trafo
utama dan trafo pasangan dalam disebut juga sebagai pasangan
luar. Jenis gardu ini memerlukan tanah yang luas akan tetapi biaya
konstruksinya murah dan pendinginnya mudah Oleh karena itu
biasanya gardu induk jenis ini dipasang dipinggiran kota.

Gardu Induk jenis pasang dalam adalah semua


komponen yang berada pada gardu induk terpasang didalam,
meskipun ada beberapa sejumlah kecil peralatan terpasang diluar.
Gardu induk ini dipakai dipusat kota,dimana harga suatu
lokasi sangat tidak relevan (mahal) dan biasa digunakan untuk
menghindari kebakaran dan gangguan suara
Gardu Induk jenis pasang setengah
pasang luar adalah gardu induk yang sebagian dari peralatan
tegaangan tingginya terpasang didalam gedung. Gardu ini juga
dapat dikatakan sebagai jenis setengah pasang dalam.
Biasanya jenis gardu ini bermacam-macam bentuknya
dengan berbagai pertimbangan yang sangat ekonomis serta
pencegahan kontaminasi garam.
Gardu Induk jenis pasang bawah tanah dimana hampir
semua peralatan terpasang dalam bangunan bawah tanah. Biasanya
alat pendinginnya terletak diatas tanah terletak dipusat kota seperti
di jalan-jalan kota yang ramai dimana kebanyakan gardu induk ini
dibangun dibawah jalan raya
Gardu induk jenis mobil yaitu dimana gardu jenis ini
dilengkapi dengan peralatan diatas kereta hela (trailer). Gardu ini
biasa digunakan jika ada gangguan disuatu gardu lain maka
digunakan gardu jenis ini guna pencegahan beban lebih berkala dan
juga biasa digunakan pada pemakaian sementara dilokasi
pembangunan tenaga listrik. Maka dapat dikatakan bahwa gardu ini
tidak dijadikan sebagai gardu utama melainkan sebagai gardu induk
cadangan (sebagai penghubung yang dapat berpindah-pindah) Jenis
Gardu Induk Berdasarkan Isolasi Busbar:
1. Gardu Induk Konvensional adalah Gardu Induk
yang peralatan instalasinya berisolasikan udara bebas karena
sebagian besar peralatannya terpasang di luar gedung (switch
yard) dan sebagian kecil di dalam gedung (HV cell, dll) dan
memerlukan areal tanah yang relatif luas
2. Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear)
adalah suatu gardu induk yang semua peralatan switchgearnya
berisolasikan gas SF-6, karena sebagian besar peralatannya
terpasang di dalam gedung dan dikemas dalam tabung.
Peralatan utama Gardu Induk:
 Transformator utama:
untuk menaikkan/menurunkan tegangan
 Peralatan penghunbung:
pemutus arus dan pemisah
 Panel hubung dan trafo pengukuran:
trafo arus dan trafo tegangan
 Peralatan perlindungan:
arester dan pentanahan
 Bangunan Sipil:
tower, ruang kontrol dan ruang staf
Peralatan penghubung dan pemutus tenaga atau Circuit
Breaker (PMT/CB) digunakan untuk memutus rangkaian baik
dalam keadaan normal maupun gangguan. Kapasitas peralatan
penghubung dan pemutus tenaga harus mempu beroperasi pada saat
terjadi gangguan, baik gangguan aruslebih, tegangan lebih maupun
hubung singkat. Untuk menghindari panas berlebihan yang timbul
akibat loncatan bunga api yang berasal dari arus pemutusan atau
ketika penutupan, diperlukan pendingin, ada yang menggunakan
minyak, semburan gas atau yang lainnya.
Saklar Pemisah atau Disconnecting Switch (PMS/DS) yang
dipasang seri dengan pemutus tenaga digunakan untuk
memisahkan rangkaian gardu induk dari sistem saluran transmisi
maupun sistem distribusi. Perbedaannya dengan pemutus tenaga
adalah kontak pemisah berada di tempat terbuka sehingga nampak
jelas posisi kontaknya terputus atau terhubung, sedang pemutus
tenaga biasanya berada pada tabung tertutup. Dari kemampuan
memutus arus, pemisah hanya dioperasikan bila pemutus tenaga
pada posisi terbuka sehingga diharapkan tidak terjadi loncatan
bunga api ketika terjadi pemutusan atau penutupan, sebagaimana
yang terjadi pada penutus tenaga.

B. Transformator
Sesuai dengan fungsi transformator atau trafo untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan, maka trafo pada sistem
tenaga listrik dipasang di antara dua sistem yang mempunyai level
tegangan yang berbeda. Sebagai contoh pada kedua ujung saluran
transmisi. Pada ujung pengiriman atau sisi pembangkit dipasang
trafo penaik tegangan, sedang pada sisi penerima dipasang trafo
penurun tegangan. Dengan melalui trafo diharapkan besaran yang
berubah adalah tegangan dan arus, tetapi daya relatif tetap seperti
terlihat pada skema di bawah ini.
1. Prinsip kerja trafo

Seperti tampak pada gambar di atas, pada prinsipnya trafo tersusun


dari dua buah lilitan yang dipasang pada sebuah inti besi. Salah satu
kumparan, biasanya digambarkan di sebelah kiri, dihubungkan
dengan tegangan masukan kemudian disebut lilitan primer atau
lilitan pada sisi sumber. Sedang lilitan yang lain yang disebelah
kanan yang dihubungkan dengan beban disebut lilitan sekunder
yaitu pada sisi beban.
Prinsip kerja trafo memanfaatkan
gejalan elektromagnetik dan induksi elektromagnetik, dan dapat
diceritakan sebagai berikut:
1. Bila kumparan primer diberi tegangan bolak-balik, maka pada
kumparan tersebut akan timbul medan magnet yang berubah-
ubah. Kekuatan medan magnet yang timbul ini dipengaruhi
oleh arus yang mengalir pada kumparan itu.
2. Flux magnet yang terjadi akan mengalir melalui inti besi
sampai ke kumparan sekunder.
3. Selanjutnya pada kumparan sekunder konduktor akan terkena
medan magnet yang berubah-ubah yang berasal dari kumparan
primer yang mengakibatkan terjadi tegangan induksi antara
kedua ujung kumparan sekunder.
4. Bila kumpuaran sekunder dirangkai dengan beban maka pada
rangkaian sekunder akan mengalir arus dan tentu juga ada
tegangan sekunder.
Perbandingan tegangan pada rangkaian primer dengan
tegangan pada rangkaian sekunder sesuai
dengan perbandingan jumlah lilitannya masing.

2. Watak trafo daya pada sistem tenaga listrik

Watak yang penting dalam trafo daya adalah regulasi dan


efisiensi. Regulasi tegangan berkaitan dengan perbandingan antara
drop tegangan trafo (selisih antara tegangan ouput pada saat tanpa
beban dengan tegangan output ketika trafo dibebani penuh)
terhadap tegangan output pada saat trafo berbeban penuh. Turun
tegangan pada trafo terjadi karena adanya impedansi trafo yang
merupakan gabungan antara resistansi kawat tembaga kumparan
dan reaktansi lilitan baik primer maupun sekunder.
Efisiensi trafo merupakan perbandingan antara daya output
trafo dengan daya inputnya pada saat trafo berbeban penuh.
Efisiensi trafo selalu lebih kecil dari 100 % karena pada trafo terjadi
rugi-rugi daya. Rugi-rugi trafo terdiri dari rugi-rugi inti besi dan
rugi-rugi tembaga. Besarnya rugi-rugi inti besi dipengaruhi oleh
tingi rendahnya tegangan trafo sehingga dalam operasinya nilai
rugi-rugi intinya relatif tetap. Sedangkan rugi-rugi tembaga
dipengaruhi oleh arus yang megalir pada trafo, sehingga makin
besar beban trafo, maka nilai rugi-rugi tembaganya semakin besar.

SOAL LATIHAN
1. Gardu induk merupakan komponen pokok dalam suatu sistem
tenaga listrik. Jelaskan pengertian dan fungsinya.
2. Sebutkan perbedaan yang penting antara gardu induk di unit
pembangkit dengan gardu induk di ujung penerima saluran
transmisi.
3. Untuk memilih tipe gardu induk untuk suatu daerah, faktor apa
saja yang perlu dipertimbangkan.
4. Jelaskan prinsip keja trafo daya, lalu bandingkan dengan
prinsip kerja generator pembangkit.
5. Kadang kita jumpai trafo distribusi tiba-tiba berhenti
beroperasi atau bahkan ada yang terbakar, sebutkan halhal
yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut.
6. Pada gardu induk maupun trafo daya biasanya dipasang
arester. Jelaskan fungsinya.
BAB V JARINGAN DISTRIBUSI

A. Pengertian dan macamnya

Jaringan distribusi dalam operasinya tidak bisa dipisahkan


dengan gardu induk distribusi. Gardu induk distribusi ada yang
berada di ujung saluran transmisi, yang berfungsi mengatur
distribusi daya yang diterima dari saluran transmisi sekaligus
menurunkan tegangan dari level saluran transmisi ke level jaringan
distribusi. Gardu induk juga ada yang berada di antara jaringan
distribusi yang berfungsi untuk membagi aliran daya dan
menurunkan tegangan distribusi ke tegangan rendah.
Jaringan distribusi tegangan menengah biasanya
mengunakan jaringan 3 fase 4 kawat dengan tegangan antara fasa
dengan tanah (netral) 20 kV. Jaringan distribusi merupakan
penghubung antar gardu induk tegangan menengah atau yang
menghubungkan gardu induk tegangan menengah dengan trafo
distribusi tegangan rendah.
Jaringan tegangan rendah ada yang menggunakan jaringan
3 fase 4 kawat untuk beban-beban yang relatif besar. Untuk beban
yang relatif kecil termasuk beban rumah tangga lebih banyak
menggunakan satu fase 2 kawat dengan tegangan 220 volt dari fasa
ke netral. Dalam prakteknya, tarfo tegangan yang digunakan
mempunyai tiga terminal output, yaitu satu netral yang juga
dihubungkan ke tanah dan dua terminal fasa yang memupnyai
tegangan sama 220 volt.
Bila jaringan tegangan rendah dan jaringan tegangan
menengah menggunakan tiang yang sama maka kawat penghantar
yang digunakan cukup satu saja, sebagai kawat netral kedua sistem
tersebut.

Untuk pelanggan yang menggunakan cukup besar,


misalnya industri, rumah sakit atau kampus biasanya berlangganan
dengan tegangan menengah 20 kV. Untuk kepentingan
menurunkan tegangan dan pendistribusiannya pihak pelanggan
mengelola gardu induk sendiri.
Pelanggan beban yang relatif kecil yang menggunakan
tegangan rendah dilayani dengan jaringan transmisi tegangan
rendah yang menghubungkan pelanggan dengan
trafo distribusi tegangan rendah.
Jaringan distribusi umumnya menggunakan saluran udara
dengan kawat telanjang yang dipasang pada tiang dengan isolator,
karena dari sisi biaya pembangunannya lebih murah dan
perawatannya lebih sederhana. Hanya saja jenis jaringan ini dapat
mengganggu pemandangan, karena banyak bentangan kawat yang
melintas di sepanjang jaringan. Kelemahan yang kain dari sistem
ini adalah kurang aman terhadap gangguan cuaca dan dan teganggu
oleh pepohonan yang tumbuh di sekitar jaringan.
Berbeda dengan jaringan bawah tanah, yang mempunyai
kelebihan tidak mengganggu pemandangan dan lebih aman
terhadap gangguan cuaca. Hanya saja bila terjadi kerusakan,
penanganannya lebih rumit. Jaringan bawah tanah harus
menggunakan penghantar berisolasi, sehingga biaya
pembangunannya lebih mahal. Jaringan bawah tanah biasanya
digunakan pada daerah yang menuntut estetika yang tinggi dan
jarak yang relatif pendek.
Pada jaringan distribusi sistem radial, suatu gardu induk
digunakan untuk melayani beban gardu induk yang lain yang
kapasitasnya lebih kecil. Sedangkan masing-masing dari gardu
induk tersebut tidak saling berhubungan. Kemudian masing-
masing gardu induk melayani beberapa beban. Pada sistem ini
biaya pembangunannya juga relatif murah dan pengelolaannya
lebih sederhana, karena aliran dayanya hanya satu arah dan jumlah
jaringannya relatif sedikit. Kelemahan sistem ini adalah apabila
terjadi gangguan pada suatu gardu induk atau jaringan yang
mengakibatkan kerusakan, maka semua beban yang melalui
jaringan atau gardu induk tersebut akan terputus.
Kelemahan yang ada pada sistem di atas diselesaikan
dengan menggunakan sistem ring atau loop, yaitu diuapayakan ada
interkoneksi antar gardu induk yang ada melalui jaringan distribusi.
Bila terjadi gangguan pada salah satu gardu induk, beban dapat
dilayani oleh gardu induk yang lain. melalui jaringan distribusi
yang berbeda. Demikian pula jika gangguan terjadi pada suatu
saluran distribusi. Pengelolaan sistem ini tentunya lebih rumit dan
biaya pembangunannya lebih mahal, tetapi tingkat pelayanan
tenaga listrik ke pelanggan mejadi lebih baik.
B. Trafo Distribusi

Trafo distribusi merupakan bagian penting dari jaringan


distribusi, yaitu untuk menyesuaikan level tegangan agar sesuai
dengan keperluan pelanggan. Trafo distribusi biasanya
menggunakan pendingin minyak. Kumparan trafo dimasukkan
dalam tabung yang berisi minyak pendingin.
Dalam pemakaiannya perlu dipasang perlatan pengaman
agar trafo tidak mudah rusak akibat gangguan yang terjadi pada
jaringan, baik itu hubung singkat, arus beban lebih maupun
gangguan petir. Untuk melindungi dari gangguan petir digunakan
arester, yang satu ujungnya dihubungkan dengan kawat tegangan
menengah dan ujung lainnya dihubungkan ke tanah. Prinsip
kerjanya, pada saat normal arester bekerja sebagai isolator.
Kemudian pada saat terjadi teganga lebih akibat petir, maka arester
berubah watak menjadi konduktor yang baik, sehingga tegangan
lebih yang terjadi dapat dinetralkan ke tanah. Setelah tegangan
lebih petir hilang, maka arester kembali normal sebagai isolator.
Untuk melindungi dari arus lebih digunakan sekring lebur,
yang akan memutus rangkaian bila terjadi arus lebih, baik akibat
beban yanag berlebih ataupun terjadi hubung singkat pada jaringan
tegangan rendahnya.

Pemilihan kapasitas trafo disesuaikan dengan jumlah beban


yang dilayani, baik itu beban pada saat trafo dipasang maupun
perkiraan pertambahan beban di lokasi tersebut. Demikian pula
sistem jaringan tegangan rendahnya menggunakan satu fasa atau
tiga fasa. Trafo yang berkapasitaslatif kecil biasanya realatif ringan
sehingga cukup dipasang pada satu tiang yang digunakan untuk
menyangga kawat penghantar jaringan distribusi. Sedang untuk
trafo yang berkapasitas besar tidak lagi dipasang pada tiang
jaringan distribusi, tetapi dipasang dalam bangunan.
SOAL LATIHAN
1. Jaringan distribusi terbagi menjadi jaringan tegangan
menengah dan tegangan rendah. Dengan pertimbangan apa
jaringan menengah digunakan, dan apa keuntungan yang
diharapkan.
2. Jaringan distribusi tegangan menengah jarang digunakan untuk
jaringan antar gardu induk. Jelaskan mengapa demikian.
3. Gambarkan secara sederhana jaringan distribusi sistim ring,
kemudian jelaskan kelebihan dan kekurangannya dibanding
dengan sistim radial.
4. Gambarkan secara sederhana suatu tiang jaringan distribusi
yang menopang jaringan distribusi tegangan menengah dan
tegangan rendah sekaligus, dan berika penjelasan secukupnya.
5. Pada tiang jaringan distribusi tegangan rendah biasanya terdiri
dari tiga kawat penghantar, sedang pada jaringan yang masuk
ke pelanggan rumah tinggal hanya dua bua kawat, jalaskan
mengapa demikian.
6. Pada trafo distribusi biasanya dipasang arester dan sekring.
Jelaskan prinsip kerja dan fungsi masing-masing peralatan
tersebut..

BAB V KEANDALAN SISTEM TENAGA


LISTRIK
Keandalan dan upaya meningkatkan kendalan sistem tenaga
listrik

Keandalan sistem tenaga listrik berkaitan dengan kualitas


pelayanan tenaga listrik ke beban. Bagi pelanggan atau pengguna
tenaga listik, kualitas pelayanan ditunjukkan kenyamanan bagi
pengguna dan juga keamanan terhadap peralatan yang digunakan.
Hal-hal yang langsung berhubungan dengan keandalan
sustu sistem tenaga listrik adalah tegangan, frekuensi, kontunuitas
pelayanan dan aman bagi peralatan dan orang yang menggunakan.
Perubahan tegangan pada sistem tenaga listrik
biasanya terjadi akibat perubahan beban. Pada saat beban
bertambah, turun tegangan yang terjadi pada saluran maupun trafo
distribusi bertambah yang berakibat tegangan sistem menurun.
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan memindahkan tap atau
terminal trafo didtribusi ke tegangan yang lebih tinggi. Untuk
sistem yang lebih besar, dilakukan dengan menaikkan tegangan
keluaran generator. Kenaikan tegangan yang terlalu besar dapat
menegakibatkan kerusakan peralatan listrik yang digunakan
karena peralatan tidak bekerja sesuai sepesifikasinya. Sedang bila
tegangan sistem terlalu rendah, maka peralatan tidak dapat bekerja
secara maksimal. Dengan demikian perubahan tegangan perlu
dijaga agar tidak melebihi batas toleransi yang diijinkan.
Perubahan frekuensi dapat terjadi bila putaran generator
berubah, sebagai akibat dari perubahan beban. Perubahan frekuensi
dapat berakibat pada perubahan putaran motor beban, yang
tentunya tidak diinginkan oleh pihak pengguna. Seperti halnya
perubahan tegangan, frekuensi sistem juga perlu diupayakan agar
perubahannya tidak melebihi batas toleransi.
Unsur keandalan yang lain adalah kontinyuitas pelanyanan.
Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem yang dapat melayani
tenaga listrik secara terus menerus tanpa henti. Bila pelayanan
sering terhenti baik akibat dari gangguan arus beban lebih, maupun
gangguan alam atau cuaca, maka dapat merugikan konsumen
pengguna, terutama bagi beban-beban yang membutuhkan
kontinyuitas pelayanan yang tinggi. Untuk mengupayakan hal ini
diperlukan peralatan pengaman yang baik dan bisa bekerja secara
otomatis mengamankan gangguan yang terjadi atau meminimalisir
akibat yang terjadi. Dengan demikian bila terjadi suatu gangguan
pada jaringan tertentu atau lokasi tertentu, diupayakan seminimal
mungkin bagian sistem yang terganggu atau mungkin terputus.
Hal lebih penting diperhatikan dalam sistem tenaga listrik
adalah faktor keamanan, baik keamanan bagi perlatan yang
digunakan maupun keamanan bagi orang yang memanfaatkan
energi dari sistem tersebut. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
hanya menggunakan perlatanperalatan listrik yang memenuhi
strandar di seluruh sistem mulai dari pembangkitan, penyaluran,
distribusi sampai ke pengguna. Dengan demikian kerusakan
peralatan yang diakibatkan tegangan atau arus lebih dapat
dikurangi. Dan yang lebih penting korban manusia akibat
kecelakaan yang berkaitan dengan sistem tenaga listrik dapat
ditekan seminimal mungkin.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan keandalan sustu sistem tenaga
listrik, dan apa tujuan peningkatan keandalan sistem tersebut.
2. Ada beberapa unsur keandalan sistem tenaga listrik. Sebutkan
dampak yang timbul jika unsur-unsur tersebut tidak
diperhatikan diperhatikan.
3. Pada sistem tenaga listrik tunggal, misalnya PLTD, bila beban
listrik pelanggan bertambah akan berakibat tegangan yang
sampai ke pelanggan menjadi lebih rendah. Jelakan langkah
pengaturan yang perlu dilakukan agar tegangan yang sampai ke
pelanggan dapat kembali normal, dan juga sebaliknya bila beban
pelanggan berkurang.
4. Pada sistem tenaga listrik perlu ada standar pengamanan dan
perindungan. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengamanan dan perindungan tersebut.

Catatan:

Anda mungkin juga menyukai