Oleh:
Muhammad Khairul Febriyanto
Muhammad Dahlan
Sarmuji
JURUSAN MANAGEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
A. Pengertian Masyarakat Madani
1
Mawardi, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Madani, (Jurnal Pengembangan Masyarakat
Islam, Volume 4, (Juni, 2008) Hal. 18.
berbeda latar belakang, akan melahirkan suatu pemikiran baru dalam memajukan
kota Madinah.
Kita akan menjumpai banyak peran yang sifatnya saling bertolakan dalam
masyarakat. Semua dari itu sudah jelas di kupas dalam Al quran, bahwa sanya Allah
telah menciptakan manusia dengan dua jenis yang berbeda, bernegara, bersuku-
suku, dan semua dari tiu bukanlah untuk menciptakan suatu ketimpangan sosial,
tapi untuk menciptakan persatuan dan kesataun. Lepas dari itu, dalam konsep
plurasisme, bukanlah perbedaan itu untuk suatu perpecahan, melainkan perbedaan
itu adalah suatu kesatuan untuk melahirkan kekuatan baru.
Dari penjabaran di atas tentu kita akan sampai pada karekteristik dalam
msyarakat madani. Karakter-karekter ini lahir karena adanya subtansial yang di
haturkan oleh masyarakat yang ada di dalamnya, serta merupakan prasyarat yang
tidak bisa dipisahkan dalam menciptakan masyarakat madani. Baik karena ada
dengan sendirinya, ataupun dengan perumusan-perumusan tertentu. Dalam
makalahnya Rudini Mulya, ia mengemukakan;
2
Budhy Munawar-Rachman, Islam Pluralis wacana kesetaraan kaum beriman ,(Jakarta:
Paramadina, 2004), Hal. xi.
Disini kita melihat agama dan tradisi bersatu. Agama saling berdampingan
dalam kehidupan manusia. Garis yang melintang di tengah merupkan
keterlibatan manusia di dalamnya. Andaikan seorang pemeluk agama dapat
menerima kehadiran agama lain di sampingnya, maka kerukunan dan sifat
kekeluargaan akan tercitpa. Hal ini bisa di lihat dari tujuh garis yang
mengarah ke atas dan terpusat pada satu titik, yaitu Tuhan. Pada titik itulah
tumpu manusia di tujukan, terlepas pemeluk agama yang benar di hadapan
Tuhannya, yang pasti semua manusia akan kembali pada Tuhan. Namun
secara ultim, para pemeluk ketika berada dan hidup di dunia ini saling
bersanding dan lebih mementingkan persatuan dan menghargai setiap
perbedaan terutama sikap toleransi.
3. Dan tegaknya prinisp demokrasi, lebih mengutamakan kesamaan hak dan
kewajiban dalam dan perlakuan yang sama terhadap warga negara.3
Memberikan penghargaan kepada atom-atom yang otonom dan punya
posisi yang setara. Formula yang di gunakan adalah one man one Vote.
Tukang becak misalnya, memiliki posisi dan hak yang sama dengan mentri.
Selain dari karakteristik yang penulis jumpai diatas, penulis juga mengutip
karakteristik masyarakat madani menurut Arendt dan Habermas, untuk
menambahkan pemahaman kita, antara lain:
3
Mulya, Masyarakat Madani, Pendidikan Kewarganegaraan, (Ciri Unversitas Unversitas Mercu
Buana- Jakarta), Hal 4.
1. Free Public Sphare, adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
mengemukan pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam
posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan
praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Sebagai sebuah
prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat
madani dalam sebuah tatanan masyarakat, free publik sphere menjadi salah
satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya
ruang publik yang bebas dalam tatanan masyarakat madani, akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam
menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh
penguasa yang tiranik dan otoriter.
2. Keadilan Sosial, dimaksudkan adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.4 Salah satu yang termaktub dalam
UUD 1945 adalah pendidikan, “Ikut serta dalam mencedaskan kehidupan
bangsa, kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.” Namun, seringkali
terjadi ketimpangan. Setiap daerah dalam suatu negara mempunyai peranan
dalam meningkatkan perekonomian, pendidikan dan kesejahteraan,
kesehatan, Dsb. Tentu kita sadar antara kualitas pendidikan di kota dan di
desa berbeda, dilihat dari sarana. Pebagian BLT (Bantuan Langsung Tunai)
warga desa yang rumahnya jauh di pelosok kampung tidak terberi, baik
karena kemalasan pemerintah atau karena mereka tidak terdaptar sebagai
warga negara. Padahal berpuluh-puluh keturunan mereka telah menduduki
daerah itu yang statusnya dalam negara Indonesia. Maka disinilah keadilan
sosial harus di tegakan, supaya setiap dari warga negara mendapatkan hak
mereka.
4
Mawardi, Loc. Cit. 21
C. Pilar Penegak Masyarakat Madani
Layaknya sebuah bangunan yang berdiri tegap, tak mungkin berdiri tegap tanpa
ada kontruksi-kontruksi yang membangunnnya, tak mungkin jika tanpa pilar yang
menyanggah kokohnya. Dan dengan konstruk serta pilar itulah, terbenam kokohnya
suatu bangunan dengan nuansa sejuta sketsa. Maka, perlulah kita mengetahuai, apa
dan siapa saja yang menjadi pilar dalam penegakan, atau pembentukan masyarakat
madani. Hingga, mungkin saja kita menjadi bagian yang harus ikut andil di dalam
hal ini, baik atas nama individual atau dari institusi sebagai sosial kontrol.
Mengkritisi setiap kebijakan yang di haturkan oleh pemerintah yang deskriminatif,
serta ikut serta mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan memperjuangkan
setiap dari aspirasi masyarakat.
Ada beberapa hal yang sangat penting, yang harus kita ketahui tentang pilar
penegak masyarakat madani, diantaranya;
5
M. Nur Afriyadi, Masyarakat Madani,”http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/06/masyarakat-
madani-6/, 3 (June 2011)
masyarakat madani Indonesia, karena Indonesia sendiri telah memenuhi apa yang
di butuhkan untuk di sebut sebagai masyarakat madani.
b). Aspek sosial budaya yaitu adanya budaya masyarakat yang terdidik dan mandiri.
c). Aspek struktur yaitu perbaiakan dan penguatan pada basis sistem kenegaraan.6
Tingkat Metodelogis
Tingkat Ilmiah
6
Habibi, masyarakat madani Indonesia, (Februaru 2009),
http://jendelahabibi.blogspot.com/2009/02/masyarakat-madani-indonesia.html
Struktur Teknik - Negara Societal, Ekonomi Etis, Masyarakat
Moral
Jelasnya, dari perincian di atas, subtansi dari setiap usaha yang di lakukan untuk
menciptakan masyarakat madani harus di pilah-pilah. Mengapa tidak, setiap dari
bagian tentu mempunyai konsep dan fungsional yang berbeda. Untuk memahami
itu semua kita perlu mengkaji historis, geografis, budaya, sosial di Indonesia
sendiri.
Dalam tingkat normatif, struktur sosial mengkaji sistem nilai, berinjak pada
tingkat metogelogis, struktur budaya mengarah pada konsptualisasi sedangkan pada
tingkat ilmiah, lebih mengacu pada teori sosial. Dengan pengkaijian seperti ini,
hasil dari analisis untuk membangun masyarakat madani akan lebih fungsional,
karena menggunakan rumus yang jelas.
Mengenai masyarakat socetal, tentunya kita bertajug pada asas demokrasi; dari
rakyati, oleh rakyat dan untuk rakyat. Walau pada kenyataannya sebagian dari
7
Darwin, Etika Dalam Ekonomi, (Selasa, 1 Maret 2011),
http://editfhotokeren.blogspot.com/2011/03/etika-dalam-ekonomi.html
pengaplikasiannya masih terkontaminasi dengan dunia hitam. Meski dunia hitam
mengaburkan pandangan, selalu ada ruang putih yang menjadi penengah dan
penerang, ialah mahasiswa. Mahasiswa yang berperan dalam kampus memunyai
tiga peran; moral force, moral agent, juga moral agent. Mahasiswa lahir untuk:
Mahasiswa Indonesia dalam beberapa hal yang dipaparkan di atas telah teruji
dalam sejarah. Seperti menumbangkan rezim orde lama pada 1968, hingga
menentang dominasi modal asing dalam peristiwa Malari 1974, dan pada tahun
1997 melengserkan Presiden Suharto yang cenderung otoriter. 8
Kemajemukan adalah sebuah ragam dengan bandrol harga yang tak ternilai
jika keragamannya dapat diikat menjadi satu kesatuan. Dan Indonesia telah
8
Muhadjir Effendy, Masyarakat Equilibirium, (Jogjakarta: BINTANG BUDAYA, 2002), Hal. 188,
195, 197)
mempunyai semua itu, terlepas kadang- kadang ada pemberontak memaparkan
persepsi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Menurut penulis, itu suatu
niscaya yang tak akan pernah hilang. Karena, pada dasarnya manusia terus belajar
dan menciptakan perubahan. Baik ke arah perbaikan atau menuju pada jurang ke
hancuran.
E. Penutup
Penulis teringat tulisan Geger Riyanto yang berjudul, “Raden Saleh Bukan
Modernis?,” Modernitas diandaikan pembebasan, pelepasan, atau pemurnian. Hal
ini menegaskan perkataan seorang penyair Charless Baudelaire, yang di sebut-sebut
sebagai nabi modernis, modernitas adalah sisi yang berpindah-pindah, senantiasa
bergerak, dan tak terduga.10
9
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Perss), Hal. 352-353.
10
Geger Riyanto, Raden Saleh Bukan Modernitas, Jawa Pos, 25 November, 2012, Hal 10.
DAFTAR PUSTAKA