Anda di halaman 1dari 29

Tugas Ujian Kasus

*Kepaniteraan Klinik Senior


**Pembimbing/dr. Fadil Rulian, Sp.A

Ensefalitis + Bronkopneumoni Berat

Floera Finalita, George Dyland D.U.W, Yodi Wijaya, Asa Shafira A.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. AH
Umur : 6 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. H
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Nipah Panjang
Dikirim Oleh : Rujukan Puskesmas
MRS : 19 Juli 2018

II. ANAMNESIS
Tanggal : 31 Juli 2018
Diberikan oleh : Ibu pasien (Alloanamnesis)
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : Sesak sejak 8 jam SMRS
2. Keluhan Tambahan : Demam, batuk, BAB cair
sejak 1 hari SMRS dan kejang serta penurunan kesadaran
sebelum masuk RS.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
1 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk berdahak yang
dirasakan terus menerus. Batuk juga disertai demam tinggi yang
muncul secara tiba-tiba namun ibu pasien tidak mengukur suhunya
menggunakan thermometer. Keluhan juga disertai BAB cair sebanyak
6x. BAB lender (-), darah (-), ampas (+). Pasien juga mengalami
muntah sebanyak 4x berisi cairan sebanyak 200cc. Keesokan harinya
pasien berobat ke puskesmas dan diberikan oralit serta tatalaksana
lainnya yang ibunya tidak ketahui. Selang beberapa jam di puskesmas,
pasien tiba-tiba sesak nafas. Pasien sempat dipasangkan oksigen
namun pada saat ingin melakukan pemasangan infus, pembuluh darah
sulit ditemukan. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Raden Mattaher.
Selama perjalanan pasien mengalami kejang sebanyak 1x selama 20
menit. Kejang dialami seluruh tubuh. Setelah kejang pasien
mengalami penuruanan kesadaran. Kejang berhenti sendiri saat pasien
masih di perjalanan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan yang sama (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan yang sama (-)
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Masa Kehamilan : 41 minggu (aterm)
Partus : SC
Tempat : RS Annisa
Ditolong Oleh : Dokter
Tanggal : 20 Januari 2018
BBL : 2800 gram
PB : Ibu lupa
2. Riwayat Makanan
Asi Eksklusif : (+) sampai usia 2 bulan Ikan
: (-)
Susu Botol/Kaleng : (+) sampai sekarang Telur
: (-)
Bubur Nasi : (-) Tempe
: (-)
Nasi Tim/Lembek : (-) Tahu
: (-)
Nasi Biasa : (-) Sayuran
: (-)
Daging : (-) Buah
: (-)
Kesan
3. Riwayat Imunisasi
BCG : (-) Campak : (-)
Polio : (+) 1x OPV Hepatitis : (-)
DPT : (-)
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
4. Riwayat Keluarga
Perkawinan : 1 kali
Umur :
Pendidikan :
Penyakit yang pernah diderita :
Saudara :
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi Pertama : (-) Duduk :
(-)
Berbalik : (-) Berdiri :
(-)
Tengkurap : (-) Berjalan :
(-)
Merangkak : (-) Berbicara :
(-)
Kesan : (-)
6. Riwayat Perkembangan Mental
Isap Jempol : (-) Ngompol :
(+)
Sering Mimpi : (-) Ketakutan :
(-)
Membangkang : (-)
Aktifitas : Aktif
7. Status Gizi
Usia 1 tahun 10 bulan dengan berat badan 5,5 kg dan panjang badan 52
cm
BB/TB : -3 SD s/d <-2 SD → Kurus
BB/U : -2 SD s/d 2 SD → Gizi baik (normal weight)
PB/U : +1 SD s/d +2 SD → Normal (normal height)

8. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Parotitis : (-) Batuk/pilek :
(+)
Pertusis : (-) Muntah berak : (-
)
Difteri : (-) Asma : (-
)
Tetanus : (-) Cacingan : (-
)
Campak : (-) Patah tulang : (-
)
Varicella : (-) Jantung : (-
)
Thypoid : (-) Sendi bengkak : (-
)
Malaria : (-) Kecelakaan : (-
)
DBD : (-) Operasi : (-
)
Demam menahun : (-) Keracunan : (-
)
Radang paru : (-) Sakit kencing : (-
)
TBC : (-) Sakit ginjal : (-
)
Kejang : (+) Otitis media : (-
)
Lumpuh : (-) Perut kembung : (-
)
Alergi : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolen
Posisi : Terlentang
BB : 5,5 kg
PB : 52 cm
Gizi : Gizi
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Dyspneu : (+)
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Suhu : 36,70C
Respirasi : 46x/menit
Tipe pernapasan : Abdominotorakal
Turgor : Baik
Tekanan darah : (-)
Nadi
Frekuensi : 114 Pulsus tardus
: (-)
Isi/Kualitas : Cukup Pulsus celler : (-)
Equalitas : (-) Pulsus magnus : (-)
Regularitas : Regular Pulsus parvus : (-)
Pulsus deficit : (-) Pulsus bigeminus : (-)
Pulsus alternant : (-) Pulsus trigeminus : (-)
Pulsus paradox : (-)
KULIT
Warna : Sawo matang Vesikula : (-)
Hipopigmentasi : (-) Pustula
: (-)
Hiperpigmentasi : (-) Sikatriks
: (-)
Ikterus : (-) Edema
: (-)
Bersisik : (-) Eritema
: (-)
Makula : (-) Hemangioma
: (-)
Papula : (-) Ptechiae
: (-)
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA KONJUNGTIVA
Bentuk : Normocephali Pelebaran vena : (-)
Rambut : Lurus Perdarahan
subkonjungtiva : (-)
Warna : Hitam Infeksi : (-)
Lingkar kepala : 40 cm Bitot spot : (-)
Mudah rontok : (-) Xerosis : (-)
Kehalusan : Halus Ulkus : (-)
Alopesia : (-) Refleks : (-)
Sutura : Dbn
Fontanella mayor : Tidak cekung
Fontanella minor : (-)
Cracked pot sign : (-) SKLERA

Cranio tabes : (-) Ikterus


: (-)

MUKA TELINGA
Roman muka : Dbn Bentuk : Simetris
Bentuk muka : Dbn Kebersihan : Cukup
Sembab : (-) Sekret : minimal
Simetris : (+) Tophi : (-)
Membran tympani : Dbn
Nyeri tekan mastoid : (-)
Nyeri tarik daun telinga : (-)
ALIS
Kerapatan : Dbn
Mudah rontok : (-)
Alopesia : (-)
:
MATA HIDUNG
Sorot mata : Dbn Bentuk
: Dbn
Hipertelorism : (-) Napas cuping hidung
: (+)
Secret : (-) Saddle nose : (-)
Epifora : (-) Gangren
: (-)
Pernanahan : (-) Coryza : (-)
Endopthalmus : (-) Mukosa edema : (-)
Exopthalmus : (-) Epistaksis : (-)
Strabismus : (-) Deviasi septum : (-)

KELOPAK MATA IRIS


Cekung : (-) Bentuk : Bulat
Edema : (-) Warna : Coklat
Ptosis : (-) Isokor : (+)
Lagoftalmus : (-) Refleks cahaya langsung : (+/+)
Kalazion : (-) Refleks cahaya tidak
langsung : (+/+)
Ektropion : (-)
Enteropion : (-)
Haemangioma : (-)
Hordeolum : (-)

C. ANAMNESA ORGAN
KEPALA MATA
Sakit kepala : (-) Rabun senja : (-)
Rambut rontok : (-) Mata merah : (-)
Lain-lain : (-) Bengkak : (-)

TELINGA HIDUNG
Nyeri : (-) Epistaksis : (-)
Sekret : (-) Kebiruan : (-)
Gangguan pendengaran : (-) Penciuman : dbn
Tinitus : (-)
GIGI-MULUT TENGGOROKAN
Sakit gigi : (-) Sakit menelan : (-)
Sariawan : (-) Suara serak : (-)
Gangguan mengecap : (-)
Gusi berdarah : (-) LEHER
Sakit membuka mulut : (-) Kaku Kuduk : (-)
Rhagaden : (-) Tortikolis : (-)
Lidah kotor : (-) Parotitis : (-)
MULUT
BIBIR
Bentuk : Dbn Labioschiziz : (-)
Warna : Merah muda Bengkak : (-)
Ukuran : Dbn Vesikel : (-)
Bibir kering : (-) Oral trush : (-)
Rhagaden : (-) Trismus : (-)
Sikatriks : (-) Bercak koplik : (-)
Cheitosis : (-) Palatoschizis : (-)
Sianosis : (-)

GIGI LIDAH
Kebersihan : cukup Bentuk : dbn
Karies : (-) Gerakan : dbn
Hutchinson : (-) Tremor : (-)
Gusi : dbn Warna : dbn
Selaput : (-)
Hiperemis : (-)
Atropi papil : (-)
Makroglosia : (-)
FARING-TONSIL Mikroglosia : (-)
Warna : hiperemis (-)
Edema : (-)
Selaput : (-)
Pembesaran tonsil : (-)
Ukuran : T1-T1
Simetris : (+)
LEHER
INSPEKSI` PALPASI
Struma : (-) Kaku kuduk : (-)
Bendungan vena : (-) Pergerakan : dbn
Pulsasi : (-) Struma : (-)
Limphadenopati : (-)
Tortikolis : (-)
Bull neck : (-)
Parotitis : (-)

JANTUNG DAN PARU


Nyeri dada : (-) Keringat malam
hari : (-)
Sifat : (-) Sesak waktu
malam : (-)
Penjalaran : (-) Berdebar : (-)
Sesak nafas : (+) Sakit saat
bernafas : (-)
Batuk-Pilek : (+) Nafas
bunyi/mengi : (-)
Sputum : (-) Sakit kepala
sebelah : (-)
Batuk darah : (-) Dingin ujung jari : (-)
Sembab : (-) Penglihatan
berkurang : (-)
Kebiruan : (-) Bengkak sendi : (-)

ABDOMEN
HEPAR
Tinja seperti dempul : (-)
Sakit kuning : (-)
Kencing warna tua : (-)
Kuning di sclera dan kulit : (-)
Perut kembung : (-)
Mual/muntah : (-)

GINJAL DAN UROGENITAL LAMBUNG DAN USUS


Sakit kuning : (-) Nafsu makan : baik
Warna keruh : (-) Frekuensi/jumlah : 3x/dbn
Frekuensi miksi : normal Perut kembung : (-)
Jumlah : banyak (dbn) Mual/muntah : (-)
Sembab kelopak mata : (-) Muntah darah : (-)
Edema tungkai : (-) Mencret : (-)
Konsistensi : (-)
ENDOKRIN Frekuensi : (-)
Sering minum : (-) Jumlah : (-)
Sering kencing : (-) Tinja berdarah : (-)
Sering makan : (-) Dubur berdarah : (-)
Keringat dingin : (-) Sukar BAB : (-)
Tanda pubertas prekoks : (-) Sakit perut : (-)
Lokasi
: (-)
Sifat
: (-)
THORAX DEPAN DAN PARU
INSPEKSI STATIS INSPEKSI DINAMIS
Bentuk : dbn Gerakan : dbn
Simetris : (+) Bentuk pernapasan
: abdominotorakal
Vousure cardiac : (-) Retraksi : (+)
Clavicula : dbn
Supraklavikula : (-)
Sternum : dbn Interkostal : (-)
Bendungan vena : (-) Subkostal : (+)
Tumor : (-) Epigastrium : (-)
Sela iga : tidak melebar

PALPASI PERKUSI
Nyeri tekan : (-) Bunyi ketuk : sonor
Fraktur iga : (-) Nyeri ketuk : (-)
Tumor : (-) Batas paru-hati : dbn
Krepitasi : (-) Peranjakan : (-)
Stem fremitus : ka=ki melemah

AUSKULTASI
Bunyi nafas pokok :Vesikuler
Bunyi nafas tambahan : Rhonki basah halus nyaring(+/+)

THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS PERKUSI
Bentuk : dbn Bunyi ketuk : sonor
Processus spinosus : dbn Nyeri ketuk : (-)
Scapula : dbn Batas paru-hati : (-)
Skoliosis : (-) Peranjakan : (-)
Khiposis : (-)
Lordosis : (-) AUSKULTASI
Gibus : (-) Bunyi nafas
pokok :Vesikuler
Bunyi nafas
tambahan : (-)
PALPASI
Nyeri tekan : (-)
Fraktur iga : (-)
Tumor : (-)
Stemfremitus : ka=ki melemah

JANUNG
INSPEKSI PALPASI
Vousure cardiac : (-) Ictus cordis : dbn
Ictus cordis : tidak tampak Thrill : (-)
Pulsasi jantung : tidak tampak Defek pulmonal : (-)
Aktifitas jantung
kanan : dbn
Aktifitas jantung
kiri : dbn
PERKUSI
Batas kiri : sulit dinilai
Batas kanan : sulit dinilai
Batas atas : sulit dinilai
Batas bawah : sulit dinilai
AUSKULTASI BISING JANTUNG
Bunyi jantung I : reguler Fase bising : (-)
Mitral : (+) Bentuk bising : (-)
Trikuspid : (+) Derajat bising : (-)
Bunyi jantung II : reguler Lokasi/punctum
max : (-)
Pulmonal : (+) Penjalaran bising : (-)
Aorta : (+) Kualitas bising : (-)
Pericardial friction
rub : (-)

ABDOMEN
INSPEKSI PERKUSI
Bentuk : datar, supel Bunyi ketuk : timpani
Umbilikus : dbn Nyeri ketuk : (-)
Ptechie : (-) Meteorismus : (-)
Spider nevi : (-)
Bendungan vena : (-) AUSKULTASI
Gambaran usus : (-) Bising usus : (+)
Gambaran persistaltik usus : (-) Ascites : (-)
Turgor : < 2 detik
PALPASI
Nyeri tekan : (-)
Nyeri lepas : (-)
Defens muskular : (-)
LIEN HEPAR
Pembesaran : (-) Pembesaran : (-)
Konsistensi : (-) Konsistensi : lunak
Permukaan : dbn Permukaan : rata
Nyeri tekan : (-) Tepi : tumpul
Nyeri tekan : (-)
GINJAL LIPAT PAHA DAN
GENITAL
Pembesaran : (-) Kulit : dbn
Permukaan : dbn Kelenjar getah
bening : (-)
Nyeri tekan : (-) Edema : (-)
Sikatriks : (-)
Desensus
testikulorum : (-)
Genitalia : dbn
Anus : (+)
SYARAF DAN OTOT EXTREMITAS
SUPERIOR
Hilang rasa : (-) INSPEKSI
Kesemutan : (-) Bentuk : dbn
Otot lemas : (-) Deformitas : (-)
Otot pegal : (-) Edema : (-)
Lumpuh : (-) Trofi : (-)
Badan kaku : (-) Pergerakan : (-)
Tidak sadar : (-) Tremor : (-)
Mulut mencucu : (-) Chorea : (-)
Trismus : (-) Lain-lain : (-)
Kejang : (+)
Lama : <5 menit EXTREMITAS
INFERIOR
Interval : (-) INSPEKSI
Frekuensi : 1 kali Bentuk : dbn
Jenis kejang : kejang seluruh tubuh Deformitas : (-)
Post iktal : sadar Edema : (-)
Panas : (+) Trofi : (-)
Riwayat kejang keluarga : (+) Pergerakan : baik
Kejang pertama usia : 1 tahun 6 bulan Tremor : (-)
Riwayat trauma kepala : (-) Chorea : (-)
Lain-lain : (-)

ALAT KELAMIN
Hernia : (-)
Bengkak : (-)

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS PEMERIKSAAN


NEUROLOGIS
Tanda perangsang selaput otak Tanda perangsang selaput
otak
Kaku kuduk : (-) Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-) Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-) Brudzinsky II : (-)
Kernig : (-) Kernig : (-)
Tonus : eutoni Tonus: eutoni
Kekuatan : 5/5 Kekuatan : 5/5
Refleks fisiologis Refleks fisiologis
Refleks tendon biseps : (+) Refleks tendon biseps : (+)
Refleks tendon triseps : (+) Refleks tendon triseps : (+)
Patella : (+) Patella : (+)
Achilles : (+) Achilles : (+)
Refleks patologis : (-) Refleks patologis : (-)
Babinsky : (-) Babinsky : (-)
Oppenheim : (-) Oppenheim : (-)

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


1. Darah rutin 19 Juli 2018
WBC : 26,09 x 109 /L (nilai normal 4-10)
RBC : 4,14 x 1012 /L (nilai normal 3,5-5,5)
HGB : 9,8 g/dL (nilai normal 11-16)
HCT : 28,4 % (nilai normal 35-50)
PLT : 211 x 109 /L (nilai normal 100-300)
Darah rutin 31 Juli 2018
WBC : 14,39 x 109 /L (nilai normal 4-10)
RBC : 5,83 x 1012 /L (nilai normal 3,5-5,5)
HGB : 14,4 g/dL (nilai normal 11-16)
HCT : 44,4 % (nilai normal 35-50)
PLT : 301 x 109 /L (nilai normal 100-300)

3. Pemeriksaan elektrolit 31 Juli 2018:


Natrium : 135,48 mmol/L (nilai normal 135-148)
Kalium : 4,42 mmol/L (nilai normal 3,5-5,3)
Chlorida : 106,71 mmol/L (nilai normal 98-110)
Calcium : 1,37 mmol/L (nilai normal 1,19-1,23)

2. Pemeriksaan Kimia Darah 31 Juli 2018:


Albumin: 3,6 g/dl (3,5-5,0)
SGOT: 120 U/L
SGPT: 360 U/L
4. Pemeriksaan Kultur Mikrobiologi 27 Juli 2018:
Selected Organisme: Stapylococcus hominis ssp hominis; Gram (+) Coccus
Antimikroba yang sensitif: Gentamicin, Quinupristin/Dalfopristin, Linezolid,
Vancomycin, Tigecycline, Nitrofurantion

Selected Organisme: Pseudomonas aeruginosa; Gram (-) Coccus


Antimikroba yang sensitif: Piperacillin/Tazobactam, Ceftazidine,
Cefoperazone/Sulbactam, Doripenem, Imipenem

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI
2. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
VI. DIAGNOSA KERJA
Ensefalitis + Bronkopneumonia Berat + Liver Involvement + Hernia
Umbilikalis
VII. TERAPI
 Medikamentosa
O2 Nasal Canul 2l/menit
IVFD D5-¼ NS 550cc/ari
Nebulisasi dengan salbutamol 1cc + NaCl 0,9% 3cc
Adrenalin 0,5cc + Nacl 0,9% 3,5cc
Kortikosteroid 1cc + Nacl ),9% 3cc
Inj. Vancomycin 3 x 40 mg
PO : Fenobarbital 2x20 mg
Fenitoin 2x 20 mg
Urdafalk 2x 50 mg
Vectrin 3 x 1mg
 Non Medikamentosa
- Edukasi tentang penyakit pada orang tua pasien
- Pemberian
- Fisioterapi

VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS

Pada kasus ini dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 5 bulan datang ke
RSUD Raden Mattaher dengan keluhan utama sesak nafas sejak ±8 hari yang lalu
sebelum masuk RS. 1 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk berdahak yang
dirasakan terus menerus. Batuk juga disertai demam tinggi yang muncul secara tiba-
tiba namun ibu pasien tidak mengukur suhunya menggunakan thermometer. Keluhan
juga disertai BAB cair sebanyak 6x. BAB lender (-), darah (-), ampas (+). Pasien juga
mengalami muntah sebanyak 4x berisi cairan sebanyak 200cc. Keesokan harinya
pasien berobat ke puskesmas dan diberikan oralit serta tatalaksana lainnya yang
ibunya tidak ketahui. Selang beberapa jam di puskesmas, pasien tiba-tiba sesak nafas.
Pasien sempat dipasangkan oksigen namun pada saat ingin melakukan pemasangan
infus, pembuluh darah sulit ditemukan. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Raden
Mattaher. Selama perjalanan pasien mengalami kejang sebanyak 1x selama 20 menit.
Kejang dialami seluruh tubuh. Setelah kejang pasien mengalami penuruanan
kesadaran. Kejang berhenti sendiri saat pasien masih di perjalanan.

Secara teori, ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit lain dengan karakteristik klinis demam
tinggi , nyeri kepala, dan penurunan kesadaran.

Pada anamnesis didapatkan demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba.


Pasien muntah sebanyak 4x berisi cairan. Pasien juga sempat kejang yang diikuti
dengan penurunan kesadaran.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh pasien sempat panas tinggi
namun belum diukur menggunakan thermometer. Pasien juga mengalami penurunan
kesadaran yaitu menjadi somnolen dan GCS 12. Hal ini sesuai dengan teori
ensefalitis berupa:
1. Anamnesis (gejala dapat ringan sampai berat, tergantung jenis virus dan
jaringan otak yang terkena.)
a. Panas mendadak tinggi
b. Sakit kepala
c. Nausea dan Munta
d. Kesadaran cepat menurun
e. Kejang umum/fokal/twitching
f. Afasia, hemiparese
Ada riwayat penyakit primer dapat membantu diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
a. Demam tinggi
b. GCS menurun
c. Ruam kulit pada ensefalitis karena enterovirus, varisela zoster
d. Defisit neurologis: paresis, paralisis, afasia, ataxia, paralisis syaraf
otak
3. Kriteria Diagnosis
Adanya trias demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang, tanpa adanya
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

Secara teori juga, bronkopneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian


bawah yang mengenai parenkhim paru yang biasanya dimulai di bronkiolus
terminalis yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak
konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit
yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing.
Dari anamnesis, kemungkinan faktor risiko pasien ini karena keadaan cuaca
yang buruk dan faktor nutrisi ataupun imunitas pasien yang kurang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya retraksi (+), perkusi sonor, vokal
fremitus kedua lapangan paru melemah, rhonkhi basah halus nyaring (+/+), namun
tidak didapatkan sianosis. Hal ini sesuai dengan teori bronkhopneumonia berupa:

4. Manifestasi nonspesifik
g. Demam
h. Sakit kepala
i. Irritable
j. Gelisah
k. Malaise
l. Anoreksia
m. Keluhan gastrointestinal
5. Gejala pada saluran pernafasan bagian bawah
e. Sesak nafas
f. Batuk
g. Takipnue
h. Pernafasan cuping hidung
i. Air hunger
j. Sianosis
k. Merintih
6. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai
a. Retraksi
b. Perkusi redup
c. Fremitus melemah
d. Suara pernafasan melemah
e. Ronkhi basah
Dari hasil pemeriksaan penunjang pada kasus ini, didapatkan:

WBC : 26,09 x 109 /L (nilai normal 4-10)


RBC : 4,14 x 1012 /L (nilai normal 3,5-5,5)
HGB : 9,8 g/dL (nilai normal 11-16)
HCT : 28,4 % (nilai normal 35-50)
PLT : 211 x 109 /L (nilai normal 100-300)

Secara teori, hal ini sesuai karena gambaran darah menunjukkan jumlah sel
meningkat (leukositosis) pada pneumonia bakteri memcapai 15.000 - 40.000/mm3.
Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED dan pemeriksaan fase akut lain tidak
dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak direkomendasikan sebagai
pemeriksaan rutin. Namun, masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang
mungkin dapat dilakukan untuk membantu menunjang penegakkan diagnosis, seperti
pemeriksaan radiologis, pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorokan,
sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura
atau aspirasi paru dan pemeriksaan uji tuberkulin dipertimbangkan pada anak dengan
riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

Dari mikrobiologi didapatkan hasil pathogen yang terdapat pada sputum


adalah bakteri Pseudomas aeruginos. Spesies Pseudomonas aeruginosa sendiri
bersifat invasif dan toksigenik yang meliputi 3 tahap yaitu (1) perlekatan bakteri dan
kolonisasi, (2) infeksi lokal, serta (3) penyebaran darah dan penyakit sistemik.
Pertama, Blue pigment dan pyocyanin yang terdapat pada Pseudomonas dapat
merusak fungsi normal hidung silia, mengganggu epitel pernapasan, dan memicu
respon proinflamasi dari fagosit. Setelah melekat pada saluran pernafasan bakteri
akan melakukan kolonisasi. Kolonisasi bakteri dapat menyebabkan infeksi lokal pada
saluran pernafasan. Setelah menyebabkan infeksi lokal, Pseudomonas juga dapat
menyebabkan infeksi pada SSP karena penyebarannya dapat dilakukan secara
hematogen. Bakteri akan berkembang pesat dalam aliran darah (bakteriemia) dan
menetap pada aliran darah (septikemia) mengikuti sirkulasi darah seluruh tubuh.
Bakteriemia/septikemia dapat masuk ke otak secara langsung melalui arteri serebral
sehingga dapat menyebabkan gejala ensefalitis.

Pada pemeriksaan mikrobiologi juga didapatkan infeksi pathogen


Stapylococcus hominis ssp hominis; Gram (+) Coccus yang sensitive terhadap
antimikroba: Gentamicin, Quinupristin/Dalfopristin, Linezolid, Vancomycin,
Tigecycline, Nitrofurantion
Pada teori disebutkan Staphylococcus hominis merupakan bagian dari bakteri
genus staphylococcus baktergi gram positif dengan bentuk sel lonjong dalam kluster.
Biasanya bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan terletak pada kulit manusia
dan hewan, dan dikenal sebagai bakteri yang bertanggung jawab untuk mensekresi
komposisi thioalkohol pada tubuh yang berkontribusi dalam bau badan. Koloni dari
S. homini berbentuk kecil, 1-2mm dengan diameter setelah inkubasi 24 jam dalam
suhu 35o, memiliki warna putih atau putih keruh kecoklatan. Biasanya bakteri ini
resisten terhadap novobiocin, dan dapat membingungkan untuk resisten spesies lain
(cth : S. saprophyticus)

Bakteri ini merupakan satu dari dua bakteri Staphylococcus yang sensitif
terhadap desferrioxamin, selain S. epidermis. Tidak seperti S. epidermis, S. hominis
memproduksi asam dari trehalose, sehingga dapat dilakukan tes untuk
mengidentifikasi kedua spesies. Banyak bakteri koagulasi negatif staphylococcus
pada kulit manusia. Diantara spesies tersebut, S. epidermis dan S. hominis merupakan
yang paling banyak. S. epidermis lebih banyak terdapat pada bagian atas tubuh,
sementara S. hominis berkolonisasi di daerah yang mempunyai glandula apokrin,
seperti aksila dan regio pubis. Dalam studi kasus, S. hominis memiliki total 22% dari
spesies stafilokokus yang diambil dari individu, nomor dua setelah S. epidermis pada
46%. S. hominis, seperti staphylococcus lain di kulit manusia, dapat memproduksi
asam aerob dari glukosa, fruktosa, sukrosa, trehalose, dan glycerol. Beberapa rantai
jug adapat memproduksi galaktosa, laktosa, melezitose, dll.S. hominis dapat
menyebabkan infeksi pada individu dengan imun sistem yang secara abnormal lemah

S. hominis terbagi atas S. hominis subsp hominis dan S. hominis


novobiosepticus, yang dimana (SHN) di isolasi pada tahun 1989 dan 1996. Yang
dimana keduanya resisten terhadap methicillin dan gentamisin, beberapa rantai lain
juga resisten terhadap eritromicin, clindamicin, ciprofloxacin. SHN dinilai memiliki
dinding sel yang lebih tebal sehingga beberapa kasus ditemukan resisten terhadap
vancomycin. Namun, sala satu penelitian tentang sensitifitas antibiotic terhadap
Staphylococcus hominis di Saudi Arabia menyebutkan bawa vancomycin, merupakan
salah satu antibiotic yang sensitive pada semua pasien yang terinfeksi pathogen
tersebut disamping cotrimaxazole dan amikacin

Pada tahun 2002-2003, 32 pasien isolasi ditemukan 21 diantaranya merupakan


SHN. 18 dari 21 pasien merupakan neonatus. 13 kasus dikonfirmasi sepsis karena
infeksi SHN. Kasus ini merupakan kasus utama yang dilaporkan bahwa SHN
menyebabkan bakterimia pada pasien rawat. Pasien infeksi SHN memiliki
morbiditas tinggi namun mortilitas rendah. Banyak contoh dokumentasi dari infeksi
SHN tidak dilaporkan kaena Koagulasi-Negatif Infeksi Staphylococcal tidak
diidentifikasi hingga ke level spesies. Epidemiologi molekuk berhasil
mengidentifikasi 13 pasien pada kasus sepsis ini memiliki clone SHN yang sama.
Investigasi formal atas pertukaran dari mikroorganisme dan transmisi disebutkan
karena kontak dari pekerja kesehatan dan pasien. Sebagai tambahan, staphylococcus
yang diisolasi dari nasofaring dan tangan pekerja kesehatan secara genetik mirip
dengan kolonisasi yang menyebabkan sepsis pada neonatus. Hal ini merujuk bahwa
pekerja medis bertindak sebagai transmisi nosokomia dari Koagulasi-Negatif Infeksi
Staphylococcal.
Hubungan antara Stapylococcus hominis ssp hominis dengan kejang belum
diketaui secara rinci, namun beberapa teori menyebutkan bahwa penyebaran infeksi
patogen tersebut dapat melalui hematogen.

Untuk tatalaksana pada pasien ini diberikan:

IVFD D5-¼ NS 550cc/hari


O2 Nasal Canul 2l/menit
Nebulisasi dengan salbutamol 1cc + NaCl 0,9% 3cc
Adrenalin 0,5cc + Nacl 0,9% 3,5cc
Kortikosteroid 1cc + Nacl 0,9% 3cc
Inj. Vancomycin 3 x 40 mg
PO : Fenobarbital 2x20 mg
Fenitoin 2x 20 mg
Urdafalk 2x 50 mg
Vectrin 3 x 1mg
Secara teori, terapi pada bronkopneumonia yang pertama adalah kausatif.
Dengan pemberian oksigenasi sesuai dengan kondisi pasien, pada pasien ini diberikan
O2 nasal kanul 2L/menit. Kemudian diberikan cairan, pada kasus ini IVFD D5 1/4
NS 550 cc/24 jam. Secara teori diberikan cairan intravena. Namun dengan
perhitungan tetesan infus per hari nya adalah:

BB = 5,5 kg

Kebutuhan cairan untuk bayi dengan BB 0-10 kg = 100cc / kgbb / hari = 100 cc x
11 kg = 550 cc /24 jam

Kemudian, diberikan antibiotik berupa vancomycin 3x40 mg dikarena dari


asil pemeriksaan kultur mikrobiologi, vancomycin termasuk salah satu antibiotic
yang sensitive terhadap pathogen Staphylococcus hominis dan Pseudomonas
aeruginosa sebagai bakteri penyebab penyakit pada pasien.
Pada kasus bronkopneumoni terdapat tanda bronkospasme dan inflamasi pada
saluran nafas. Pemberian nebulisasi salbutamol sebagai bronkodilator. Untuk tujuan
dari penanganan inflamasi, diberikan nebulisasi menggunakan kortikosteroid.
Nebulisasi merukapan terapi suportif dalam penanganan bronkopneumonia. Terapi
suportif lain yang diberikan yaitu vectrin yang bertujuan sebagai mukolitik.

Pemberian Urdafalk diberikan dikarena pada hasil pemeriksaan kimia darahh


di dapatkan peningkatan dari nilai SGOT dan SGPT.

Feitoin dan Fenobarbital diberikan sebagai terapi antikonvulsan rumatan untuk


mencegah kejang berulang.

Anda mungkin juga menyukai