UNIVERSITAS JAMBI
2018
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. AH
Umur : 6 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. H
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Nipah Panjang
Dikirim Oleh : Rujukan Puskesmas
MRS : 19 Juli 2018
II. ANAMNESIS
Tanggal : 31 Juli 2018
Diberikan oleh : Ibu pasien (Alloanamnesis)
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : Sesak sejak 8 jam SMRS
2. Keluhan Tambahan : Demam, batuk, BAB cair
sejak 1 hari SMRS dan kejang serta penurunan kesadaran
sebelum masuk RS.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
1 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk berdahak yang
dirasakan terus menerus. Batuk juga disertai demam tinggi yang
muncul secara tiba-tiba namun ibu pasien tidak mengukur suhunya
menggunakan thermometer. Keluhan juga disertai BAB cair sebanyak
6x. BAB lender (-), darah (-), ampas (+). Pasien juga mengalami
muntah sebanyak 4x berisi cairan sebanyak 200cc. Keesokan harinya
pasien berobat ke puskesmas dan diberikan oralit serta tatalaksana
lainnya yang ibunya tidak ketahui. Selang beberapa jam di puskesmas,
pasien tiba-tiba sesak nafas. Pasien sempat dipasangkan oksigen
namun pada saat ingin melakukan pemasangan infus, pembuluh darah
sulit ditemukan. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Raden Mattaher.
Selama perjalanan pasien mengalami kejang sebanyak 1x selama 20
menit. Kejang dialami seluruh tubuh. Setelah kejang pasien
mengalami penuruanan kesadaran. Kejang berhenti sendiri saat pasien
masih di perjalanan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama (-)
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Masa Kehamilan : 41 minggu (aterm)
Partus : SC
Tempat : RS Annisa
Ditolong Oleh : Dokter
Tanggal : 20 Januari 2018
BBL : 2800 gram
PB : Ibu lupa
2. Riwayat Makanan
Asi Eksklusif : (+) sampai usia 2 bulan Ikan
: (-)
Susu Botol/Kaleng : (+) sampai sekarang Telur
: (-)
Bubur Nasi : (-) Tempe
: (-)
Nasi Tim/Lembek : (-) Tahu
: (-)
Nasi Biasa : (-) Sayuran
: (-)
Daging : (-) Buah
: (-)
Kesan
3. Riwayat Imunisasi
BCG : (-) Campak : (-)
Polio : (+) 1x OPV Hepatitis : (-)
DPT : (-)
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
4. Riwayat Keluarga
Perkawinan : 1 kali
Umur :
Pendidikan :
Penyakit yang pernah diderita :
Saudara :
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi Pertama : (-) Duduk :
(-)
Berbalik : (-) Berdiri :
(-)
Tengkurap : (-) Berjalan :
(-)
Merangkak : (-) Berbicara :
(-)
Kesan : (-)
6. Riwayat Perkembangan Mental
Isap Jempol : (-) Ngompol :
(+)
Sering Mimpi : (-) Ketakutan :
(-)
Membangkang : (-)
Aktifitas : Aktif
7. Status Gizi
Usia 1 tahun 10 bulan dengan berat badan 5,5 kg dan panjang badan 52
cm
BB/TB : -3 SD s/d <-2 SD → Kurus
BB/U : -2 SD s/d 2 SD → Gizi baik (normal weight)
PB/U : +1 SD s/d +2 SD → Normal (normal height)
MUKA TELINGA
Roman muka : Dbn Bentuk : Simetris
Bentuk muka : Dbn Kebersihan : Cukup
Sembab : (-) Sekret : minimal
Simetris : (+) Tophi : (-)
Membran tympani : Dbn
Nyeri tekan mastoid : (-)
Nyeri tarik daun telinga : (-)
ALIS
Kerapatan : Dbn
Mudah rontok : (-)
Alopesia : (-)
:
MATA HIDUNG
Sorot mata : Dbn Bentuk
: Dbn
Hipertelorism : (-) Napas cuping hidung
: (+)
Secret : (-) Saddle nose : (-)
Epifora : (-) Gangren
: (-)
Pernanahan : (-) Coryza : (-)
Endopthalmus : (-) Mukosa edema : (-)
Exopthalmus : (-) Epistaksis : (-)
Strabismus : (-) Deviasi septum : (-)
C. ANAMNESA ORGAN
KEPALA MATA
Sakit kepala : (-) Rabun senja : (-)
Rambut rontok : (-) Mata merah : (-)
Lain-lain : (-) Bengkak : (-)
TELINGA HIDUNG
Nyeri : (-) Epistaksis : (-)
Sekret : (-) Kebiruan : (-)
Gangguan pendengaran : (-) Penciuman : dbn
Tinitus : (-)
GIGI-MULUT TENGGOROKAN
Sakit gigi : (-) Sakit menelan : (-)
Sariawan : (-) Suara serak : (-)
Gangguan mengecap : (-)
Gusi berdarah : (-) LEHER
Sakit membuka mulut : (-) Kaku Kuduk : (-)
Rhagaden : (-) Tortikolis : (-)
Lidah kotor : (-) Parotitis : (-)
MULUT
BIBIR
Bentuk : Dbn Labioschiziz : (-)
Warna : Merah muda Bengkak : (-)
Ukuran : Dbn Vesikel : (-)
Bibir kering : (-) Oral trush : (-)
Rhagaden : (-) Trismus : (-)
Sikatriks : (-) Bercak koplik : (-)
Cheitosis : (-) Palatoschizis : (-)
Sianosis : (-)
GIGI LIDAH
Kebersihan : cukup Bentuk : dbn
Karies : (-) Gerakan : dbn
Hutchinson : (-) Tremor : (-)
Gusi : dbn Warna : dbn
Selaput : (-)
Hiperemis : (-)
Atropi papil : (-)
Makroglosia : (-)
FARING-TONSIL Mikroglosia : (-)
Warna : hiperemis (-)
Edema : (-)
Selaput : (-)
Pembesaran tonsil : (-)
Ukuran : T1-T1
Simetris : (+)
LEHER
INSPEKSI` PALPASI
Struma : (-) Kaku kuduk : (-)
Bendungan vena : (-) Pergerakan : dbn
Pulsasi : (-) Struma : (-)
Limphadenopati : (-)
Tortikolis : (-)
Bull neck : (-)
Parotitis : (-)
ABDOMEN
HEPAR
Tinja seperti dempul : (-)
Sakit kuning : (-)
Kencing warna tua : (-)
Kuning di sclera dan kulit : (-)
Perut kembung : (-)
Mual/muntah : (-)
PALPASI PERKUSI
Nyeri tekan : (-) Bunyi ketuk : sonor
Fraktur iga : (-) Nyeri ketuk : (-)
Tumor : (-) Batas paru-hati : dbn
Krepitasi : (-) Peranjakan : (-)
Stem fremitus : ka=ki melemah
AUSKULTASI
Bunyi nafas pokok :Vesikuler
Bunyi nafas tambahan : Rhonki basah halus nyaring(+/+)
THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS PERKUSI
Bentuk : dbn Bunyi ketuk : sonor
Processus spinosus : dbn Nyeri ketuk : (-)
Scapula : dbn Batas paru-hati : (-)
Skoliosis : (-) Peranjakan : (-)
Khiposis : (-)
Lordosis : (-) AUSKULTASI
Gibus : (-) Bunyi nafas
pokok :Vesikuler
Bunyi nafas
tambahan : (-)
PALPASI
Nyeri tekan : (-)
Fraktur iga : (-)
Tumor : (-)
Stemfremitus : ka=ki melemah
JANUNG
INSPEKSI PALPASI
Vousure cardiac : (-) Ictus cordis : dbn
Ictus cordis : tidak tampak Thrill : (-)
Pulsasi jantung : tidak tampak Defek pulmonal : (-)
Aktifitas jantung
kanan : dbn
Aktifitas jantung
kiri : dbn
PERKUSI
Batas kiri : sulit dinilai
Batas kanan : sulit dinilai
Batas atas : sulit dinilai
Batas bawah : sulit dinilai
AUSKULTASI BISING JANTUNG
Bunyi jantung I : reguler Fase bising : (-)
Mitral : (+) Bentuk bising : (-)
Trikuspid : (+) Derajat bising : (-)
Bunyi jantung II : reguler Lokasi/punctum
max : (-)
Pulmonal : (+) Penjalaran bising : (-)
Aorta : (+) Kualitas bising : (-)
Pericardial friction
rub : (-)
ABDOMEN
INSPEKSI PERKUSI
Bentuk : datar, supel Bunyi ketuk : timpani
Umbilikus : dbn Nyeri ketuk : (-)
Ptechie : (-) Meteorismus : (-)
Spider nevi : (-)
Bendungan vena : (-) AUSKULTASI
Gambaran usus : (-) Bising usus : (+)
Gambaran persistaltik usus : (-) Ascites : (-)
Turgor : < 2 detik
PALPASI
Nyeri tekan : (-)
Nyeri lepas : (-)
Defens muskular : (-)
LIEN HEPAR
Pembesaran : (-) Pembesaran : (-)
Konsistensi : (-) Konsistensi : lunak
Permukaan : dbn Permukaan : rata
Nyeri tekan : (-) Tepi : tumpul
Nyeri tekan : (-)
GINJAL LIPAT PAHA DAN
GENITAL
Pembesaran : (-) Kulit : dbn
Permukaan : dbn Kelenjar getah
bening : (-)
Nyeri tekan : (-) Edema : (-)
Sikatriks : (-)
Desensus
testikulorum : (-)
Genitalia : dbn
Anus : (+)
SYARAF DAN OTOT EXTREMITAS
SUPERIOR
Hilang rasa : (-) INSPEKSI
Kesemutan : (-) Bentuk : dbn
Otot lemas : (-) Deformitas : (-)
Otot pegal : (-) Edema : (-)
Lumpuh : (-) Trofi : (-)
Badan kaku : (-) Pergerakan : (-)
Tidak sadar : (-) Tremor : (-)
Mulut mencucu : (-) Chorea : (-)
Trismus : (-) Lain-lain : (-)
Kejang : (+)
Lama : <5 menit EXTREMITAS
INFERIOR
Interval : (-) INSPEKSI
Frekuensi : 1 kali Bentuk : dbn
Jenis kejang : kejang seluruh tubuh Deformitas : (-)
Post iktal : sadar Edema : (-)
Panas : (+) Trofi : (-)
Riwayat kejang keluarga : (+) Pergerakan : baik
Kejang pertama usia : 1 tahun 6 bulan Tremor : (-)
Riwayat trauma kepala : (-) Chorea : (-)
Lain-lain : (-)
ALAT KELAMIN
Hernia : (-)
Bengkak : (-)
V. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI
2. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
VI. DIAGNOSA KERJA
Ensefalitis + Bronkopneumonia Berat + Liver Involvement + Hernia
Umbilikalis
VII. TERAPI
Medikamentosa
O2 Nasal Canul 2l/menit
IVFD D5-¼ NS 550cc/ari
Nebulisasi dengan salbutamol 1cc + NaCl 0,9% 3cc
Adrenalin 0,5cc + Nacl 0,9% 3,5cc
Kortikosteroid 1cc + Nacl ),9% 3cc
Inj. Vancomycin 3 x 40 mg
PO : Fenobarbital 2x20 mg
Fenitoin 2x 20 mg
Urdafalk 2x 50 mg
Vectrin 3 x 1mg
Non Medikamentosa
- Edukasi tentang penyakit pada orang tua pasien
- Pemberian
- Fisioterapi
VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Pada kasus ini dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 5 bulan datang ke
RSUD Raden Mattaher dengan keluhan utama sesak nafas sejak ±8 hari yang lalu
sebelum masuk RS. 1 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk berdahak yang
dirasakan terus menerus. Batuk juga disertai demam tinggi yang muncul secara tiba-
tiba namun ibu pasien tidak mengukur suhunya menggunakan thermometer. Keluhan
juga disertai BAB cair sebanyak 6x. BAB lender (-), darah (-), ampas (+). Pasien juga
mengalami muntah sebanyak 4x berisi cairan sebanyak 200cc. Keesokan harinya
pasien berobat ke puskesmas dan diberikan oralit serta tatalaksana lainnya yang
ibunya tidak ketahui. Selang beberapa jam di puskesmas, pasien tiba-tiba sesak nafas.
Pasien sempat dipasangkan oksigen namun pada saat ingin melakukan pemasangan
infus, pembuluh darah sulit ditemukan. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Raden
Mattaher. Selama perjalanan pasien mengalami kejang sebanyak 1x selama 20 menit.
Kejang dialami seluruh tubuh. Setelah kejang pasien mengalami penuruanan
kesadaran. Kejang berhenti sendiri saat pasien masih di perjalanan.
Secara teori, ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit lain dengan karakteristik klinis demam
tinggi , nyeri kepala, dan penurunan kesadaran.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh pasien sempat panas tinggi
namun belum diukur menggunakan thermometer. Pasien juga mengalami penurunan
kesadaran yaitu menjadi somnolen dan GCS 12. Hal ini sesuai dengan teori
ensefalitis berupa:
1. Anamnesis (gejala dapat ringan sampai berat, tergantung jenis virus dan
jaringan otak yang terkena.)
a. Panas mendadak tinggi
b. Sakit kepala
c. Nausea dan Munta
d. Kesadaran cepat menurun
e. Kejang umum/fokal/twitching
f. Afasia, hemiparese
Ada riwayat penyakit primer dapat membantu diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
a. Demam tinggi
b. GCS menurun
c. Ruam kulit pada ensefalitis karena enterovirus, varisela zoster
d. Defisit neurologis: paresis, paralisis, afasia, ataxia, paralisis syaraf
otak
3. Kriteria Diagnosis
Adanya trias demam tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang, tanpa adanya
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya retraksi (+), perkusi sonor, vokal
fremitus kedua lapangan paru melemah, rhonkhi basah halus nyaring (+/+), namun
tidak didapatkan sianosis. Hal ini sesuai dengan teori bronkhopneumonia berupa:
4. Manifestasi nonspesifik
g. Demam
h. Sakit kepala
i. Irritable
j. Gelisah
k. Malaise
l. Anoreksia
m. Keluhan gastrointestinal
5. Gejala pada saluran pernafasan bagian bawah
e. Sesak nafas
f. Batuk
g. Takipnue
h. Pernafasan cuping hidung
i. Air hunger
j. Sianosis
k. Merintih
6. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai
a. Retraksi
b. Perkusi redup
c. Fremitus melemah
d. Suara pernafasan melemah
e. Ronkhi basah
Dari hasil pemeriksaan penunjang pada kasus ini, didapatkan:
Secara teori, hal ini sesuai karena gambaran darah menunjukkan jumlah sel
meningkat (leukositosis) pada pneumonia bakteri memcapai 15.000 - 40.000/mm3.
Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED dan pemeriksaan fase akut lain tidak
dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak direkomendasikan sebagai
pemeriksaan rutin. Namun, masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang
mungkin dapat dilakukan untuk membantu menunjang penegakkan diagnosis, seperti
pemeriksaan radiologis, pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorokan,
sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura
atau aspirasi paru dan pemeriksaan uji tuberkulin dipertimbangkan pada anak dengan
riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.
Bakteri ini merupakan satu dari dua bakteri Staphylococcus yang sensitif
terhadap desferrioxamin, selain S. epidermis. Tidak seperti S. epidermis, S. hominis
memproduksi asam dari trehalose, sehingga dapat dilakukan tes untuk
mengidentifikasi kedua spesies. Banyak bakteri koagulasi negatif staphylococcus
pada kulit manusia. Diantara spesies tersebut, S. epidermis dan S. hominis merupakan
yang paling banyak. S. epidermis lebih banyak terdapat pada bagian atas tubuh,
sementara S. hominis berkolonisasi di daerah yang mempunyai glandula apokrin,
seperti aksila dan regio pubis. Dalam studi kasus, S. hominis memiliki total 22% dari
spesies stafilokokus yang diambil dari individu, nomor dua setelah S. epidermis pada
46%. S. hominis, seperti staphylococcus lain di kulit manusia, dapat memproduksi
asam aerob dari glukosa, fruktosa, sukrosa, trehalose, dan glycerol. Beberapa rantai
jug adapat memproduksi galaktosa, laktosa, melezitose, dll.S. hominis dapat
menyebabkan infeksi pada individu dengan imun sistem yang secara abnormal lemah
BB = 5,5 kg
Kebutuhan cairan untuk bayi dengan BB 0-10 kg = 100cc / kgbb / hari = 100 cc x
11 kg = 550 cc /24 jam