Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi


disebut sebagai planet biru, karena air menutupi ¾ permukaan bumi. Tetapi
jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat
musim kemarau disaat air mulai berubah warna atau berbau. Walaupun begitu,
pada saat musim hujan juga tidak jauh berbeda. Pada saat musim hujan, hujan
turun terus – menerus sehingga mengakibatkan banjir dan berdampak pada
sulitnya mendapatkan air bersih. Hal ini dikarenakan air hujan yang
mengakibatkan banjir tersebut menjadi kotor. Ada juga masalah lain, seperti
pembuangan limbah sembarangan tanpa diolah dahulu mengakibatkan air
sumur bahkan air sungai yang kotor tercemar limbah. Ada berbagai macam
cara yang dapat kita lakukan, salah satunya menggunakan bioethanol.
Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya
menggunakan proses fermentasi. Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa
cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas
rendah dan tak menimbulkan polusi udara yang besar bila bocor. Ethanol yang
terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air.
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, sampai
saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat
ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi
sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk
masyarakat.
Di Negara kita ini masalah lainnya yang perlu di pikirkan adalah tentang
samapah. Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh
kehidupan manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah
penduduk, bisa dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang

1
berpenduduk padat. Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk
dan tidak dapat dikelola dengan baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan permasalahannya


adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan terutama yang
bermukim di pinggiran sungai-sungai karena cukup banyak warga yang
membuang limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas maka batasan masalahnya meliputi air bersih dari tempat tinggal.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan air bersih ?
2. Apa tujuan dari air bersih?
3. Bagaimana parameter kualitas dan kuantitas air bersih?

1.5 Tujuan Penulisan

Tujuan dari laporan ini memperoleh data tentang defines air bersih dan
pemaparan mengenai penggunaan air bersih di dalam rumah, mecakup:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan air bersih.
2. Mengetahui parameter kualitas dan kuantitas air bersih.

1.6 Manfaat Penulisan

Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,
baik secara teoritis dan praktis. Manfaat yang diperoleh dalam makalah tentang air
bersih ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan tentang penggunaan air bersih di dalam Rekayasa
Lingkungan.

2
2. Secara praktis, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
mahasiwa yang tengah memperdalam pengetahuan mengenai Rekayasa
Lingkungan.

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci.
Maka makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Bersih


Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi
adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran
sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hiudp yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air
harus terus diperhatukan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air
untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi
mendafatang (Effendi, 2003). Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya
air meliputi permasalahan kuantitas air yang sudah tidakmampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk
keperluan domestic yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan
industry, domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber
daya air, termasuk penurunan kualitas ait. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada
sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlingdungan
sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003). Dengan peradaban serta
semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini dengan sendirinya
menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah
pengotoran atau pencemaran air yang pada hakikatnya dibutuhkan. Padahal
beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air

4
(khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada di
dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Namun
sekarang ini, khusunya di kota yang sudah langka akan sumber air minum
yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Di mana-mana air
sudah tercemar dan ini berarti harus mempergunakan suatu peralatan yang
modern untuk medpaatkan air minum agar terbebas dari berbagai penyakit
(Sutrisno, 2004).

2.2 Tujuan Sarana Air Bersih


Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,
kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan
pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metode tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika, kimia,
mikrobiologi, dan radioaktivitas.

2.3 Sumber Air Bersih


Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih,
disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah:
1. Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya
sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka
beberapa lama.
2. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter.
3. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter.
4. Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu
di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara

5
umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu,
karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar.
5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit
penampung air dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran
sungai maupun tampungan dari air hujan. Sumber-sumber air yang ada
dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum adalah (Budi D.
Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, 1999):
1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau
yang tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah
tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan
air sumur
dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan
mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk,
sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan
curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah
mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang
bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi rendah. Di
lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang
adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung
diminum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam
ini adalah apabila diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air
asin dan air laut yang membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-
daerah sekitar pantai.
Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan kualitasnya
dapat dibedakan atas:
1. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).

6
2. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural
purification).
3. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan
buatan (artificial treatment).

2.4 Standar Kualitas Air Baku


Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar
baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Syarat fisik, antara lain:
1. Air harus bersih dan tidak keruh.
2. Tidak berwarna
3. Tidak berasa
4. Tidak berbau
5. Suhu antara 10o-25o C (sejuk)
6. Syarat kimiawi, antara lain:
1. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
2. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
3. Cukup yodium.
4. pH air antara 6,5 – 9,2.
5. Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya
investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta
pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban

7
masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan
kualitas, yaitu:
1. Aman dan higienis.
2. Baik dan layak minum.
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar
masyarakat.
Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan
standar kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam
peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga
kategori (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):
1. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
2. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih
dahulu dimasak.
3. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

2.5 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara
lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi.
Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.
Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan
ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau
pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-

8
jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan
sumber air yang ada.
Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air
bersih atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah
konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan
konsumen.
Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.

2.6 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang
menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Jumlah penduduk
b) Jenis kegiatan
c) Standar konsumsi air untuk individu
d) Jumlah sambungan
e) Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada
kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a) Cakupan pelayanan
b) Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c) Jenis sambungan
d) Tingkat kebutuhan konsumsi air
e) Perbandingan SR/HU
f) Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g) Angka kebocoran
h) Penanggulangan kebakaran

9
i) Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data
proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan
pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang
diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.

2.7 Satuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:
Rumah Tangga
Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai
dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.

Tabel 2.1 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
No Kategori Kota Jumlah Sistem Tingkat
Penduduk Pemakaian Air
1 Kota > 1.000.000 Non 190
Metropolitan Standar
2 Kota Besar 500.000 – Non 170
1.000.000 Standar
3 Kota Sedang 100.000 – Non 150
500.000 Standar
4 Kota Kecil 20.000 – Standar 130
100.000 BNA
5 Kota < 20.000 Standar 100
Kecamatan IKK
6 Kota Pusat < 3.000 Standar 30
Pertumbuhan DPP

Sumber : SK-SNI Air Bersih

10
Tabel 2.2 Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga
No Non Rumah Tangga (fasilitas) Tingkat Pemakaian
Air
1 Sekolah 10 liter/hari
2 Rumah Sakit 200 liter/hari
3 Puskesmas (0,5 – 1)
m3/unit/hari
4 Peribadatan (0,5 – 2)
m3/unit/hari
5 Kantor (1 – 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 – 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 – 150)
m3/unit/hari
9 Pasar (6 – 12) m3/unit/hari
10 Industri (0,5 – 2)
m3/unit/hari
11 Pelabuhan/Terminal (10 – 20)
m3/unit/hari
12 SPBU (5 – 20) m3/unit/hari
13 Pertamanan 25 3/unit/hari

2.8 Perhitungan Air Bersih


Penggunaan air bersih dihitung pertiap anggota keluarga berdasarkan
kebutuhannya masing-masing perhari lalu dikalkulasikan menjadi perminggu
dan perbulan.
Jadi biaya penggunaan air bersih sebesar
Biaya Penggunaan Air Bersih = Pemakaian Air Bersih x Harga Air bersih

11
2.9 Gambaran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Bandung
1. VISI, MISI dan MOTTO PDAM TIRAWENING KOTA BANDUNG
Visi :
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan air minum dan air
limbah yang berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan.
Misi :
1. Memberikan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada seluruh
masyarakat melalui pelayanan air minum dan air limbah yang
berwawasan lingkungan
2. Mewujudkan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada seluruh
masyarakat melalui pelayanan air minum dan air limbah yang
berwawasan lingkungan.
3. Meningkatkan pengolahan kualitas air minum dan air limbah yang sesuai
dengan standar kesehatan dan lingkungan.
4. Mewujudkan penambahan cakupan pelayanan air minum dan air limbah
yang disesuaikan dengan pertambahan pendudukan kota Bandung.
2. MOTTO : “TIRTA DAYA MARTA UTAMA”
Pengertian :
Tirta = Air, Daya = Kekuatan, Tenaga, yang menyebabkan sesuatu bergerak,
Marta = Kehidupan, Utama = Utama, baik

Filosofi:
Tuhan menciptakan air untuk memenuhi kebutuhan semua makhluk hidup.
Air memilikin pernana yang sangat penting karena 60% kandungan di dalam
tubuh mnausia adalah air sehingga air menjadi unsur utama dalam kehidupan
manusia agar dpaat berdaya dan terus berkarya.

3. MAKSUD DAN TUJUAN PDAM KOTA BANDUNG


Sesuai Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2009 PDAM
Tirtawening Kota Bandung didirikan dengan maksud dan tujuan :

12
1. Menyelenggarakan usaha pengelolaan air minum dan air limbah bagi
kepentingan umum dalam jumlah dan muru yang memadai serta usaha
lainnya di bidang air minum dan air limbah.
2. Memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintahan
Daerah di bidang air minum dan air limbah dalam ragka menunjang
pembangunan dengan menetapkan prinsip perusahaan.

4. TUGAS DAN FUNGSI PDAM


Tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung
sesuai Peraturan Walikota Bandung Nomor 236 Tahun 2009 adalah bergerak
di bidang pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana air limbah di
daerah, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, kesehatan dan pelayanan umum.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, PDAM


menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan dan strategi usah pengelolaan air minum dan sarana
air limbah ;
2. Melaksanakan pelayanan umum/jasa kepada masyarakat konsumen dalam
penyediaan air minum dan sarana air limbah ;
3. Perencanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan sarana dan
prasarana air minum dan air limbah ;
4. Pengelolaan keuangan Perusahaan Daerah untuk membiayai
kelangusngan hidup Perusahaan Daerah dan Pembangunan Daerah ;
5. Pengelolaan pegawai PDAM ;
6. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatana dan usaha PDAM
kepada Walikota melalu Badan Pengawas.

13
2.10 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung

14
DIVISI AIR MINUM

DIVISI AIR LIMBAH

15
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Kegiatan


Lokasi air bersih yang diamati bertempat di Kebon kalapa rt.02 rw.06 desa
sukamenak kec. Margahayu kab. Bandung.

Gambar 1. Lokasi Kegiatan

3.2 Metode Kegiatan


Dalam analisis ini saya menggunakan Pendekatan Kuantitatif dengan
metode deskriptif ialah suatu metode penelitian yang digunakan dalam
Penelitian deskriptif untuk menggambarkan fenomena yanga ada. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang memberi uraian mengenai gejala social
yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variable bedasarkan
indicator yang diteliti tanpa membuat hubungan dan perbandingan dengan
sejumlah variable yang lain.

3.3 Data yang Diambil


Data yang diambil dalam analisis saptic tank ini adalah debit
pemakaian air/orang/hari yang berlokasi di Kebon kalapa rt.02 rw.06 desa
sukamenak kec. Margahayu kab. Bandung.

3.4 Teknik Analisis Data


1. Memeriksa kelengkapan data

16
Tahap ini dilakukan segera setelah data terkumpul. Peneliti bisa membuat
ceklist untuk memastikan apakah semua data sudah terkumpul
2. Memeriksa kualitas data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati atau membaca berulang-ulang
apakah jawaban dari informan sesuai dengan yang diharapkan oleh
peneliti.
3. Menentukan kualitas pengukuran
Tahap ini umumnya dilakukan pada riset kuantitatif. Bagaimana variabel
diukur harus diuraikan secara jelas
4. Melakukan analisis
Setelah data terklasifikasi dengan jelas, dapat dilakukan analisis data.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Tabel 1. Penggunaan Air Bersih Ayah


KEBUTUHAN/HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU TOTAL PER-MINGGU TOTAL PER-BULAN
MANDI 90 90 90 90 90 135 135 720 2880
WUDHU 25 25 25 25 25 40 40 205 820
WC 30 30 30 30 30 50 50 250 1000
TOTAL PER-HARI 145 145 145 145 145 180 180 1175 4700

Keterangan : Satuan dalam liter (l)


Tabel 2. Penggunaan Air Bersih Ibu
KEBUTUHAN/HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU TOTAL PER-MINGGU TOTAL PER-BULAN
MANDI 90 90 90 90 90 135 135 720 2880
WUDHU 20 20 20 20 20 40 40 180 720
WC 30 30 30 30 30 50 50 250 1000
MASAK 8 8 8 8 8 10 10 60 240
MENCUCI 30 30 30 30 30 70 70 290 1160
MENGEPEL 35 35 35 35 35 40 40 600 2400
TOTAL PER-HARI 213 213 213 213 213 345 345 1150 4600

Keterangan : Satuan dalam liter (l)


Tabel 3. Penggunaan Air Bersih penulis
KEBUTUHAN/HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU TOTAL PER-MINGGU TOTAL PER-BULAN
MANDI 95 95 95 95 95 135 135 745 2980
WUDHU 20 20 20 20 20 40 40 180 720
WC 30 30 30 30 30 50 50 250 1000
TOTAL PER-HARI 145 145 145 145 145 225 225 1175 4700

Keterangan : Satuan dalam liter (l)


Jadi total pemakaian air bersih 1 bulan adalah 4700 + 4600 + 4700 = 14000 liter
atau 14 m3 .

4.2 Pembahasan
Diketahui jumlah biaya tagihan total air di rumah penulis pada bulan ini
adalah sebesar Rp. 21.000. Biaya penggunaan air bersih dapat dihitung dengan
cara pemakaian air bersih selama sebulan dikalikan dengan harga air bersih
persatuannya.
Diketahui pemakaian air bersih keluarga penulis sebesar 14 m3 dan harga air
bersih di PDAM adalah sebesar Rp. 1500 per-m3

18
Jadi biaya penggunaan air bersih sebesar
Biaya Penggunaan Air Bersih = Pemakaian Air Bersih x Harga Air bersih
Biaya Penggunaan Air Bersih = 14 x 1500
Biaya Penggunaan Air Bersih = Rp. 21.000
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui biaya penggunaan air
bersihnya sebesar Rp. 21.000.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan sarana air bersih dan sanitasi yang berkesinambungan
dibutuhkan pengelola sarana yang mampu mengelola, mengoperasikan dan
memelihara sarana tersebut dengan baik. Pengelola tersebut berasal dari
masyarakat itu sendiri.
Pada proses penyediaan air bersih di Indonesia sudah memiliki aturan
yang berlaku tetapi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik ketika
dilapangan ,karena banyak factor yang dapat mempengaruhinya,baik dari
segi SDM nya,kesadaran pelaksana,situasi,dan sumber dana yang ada

5.2 Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan,
diperlukan sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan
melaksanakan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari Puskesmas sesuai dengan
wilayah kerja masing-masing. Menilik pada masih kurang memuaskannya
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Kelurahan Sukawarna mengenai
sarana air bersih yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan, kepemilikan dan
pemanfaatan sarana air bersih, dan penyakit-penyakit yang dapat ditularkan
melalui air, maka penulis menyarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai
hal-hal tersebut diatas secara berkesinambungan hingga mencakup seluruh
wilayah kerja Puskesmas Sukawarna.Penyuluhan dapat dilakukan setiap 6
bulan sekali,dengan metode penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan
gambar dan dilakukan pada sore hari 58 Diharapkan dengan penyuluhan dapat
dicapai peningkatan pengetahuan masyarakat, yang selanjutnya dapat
meningkatkan pula sikap dan perilakumasyarakat sehingga lebih sesuai
dengan prinsip-prinsip hidup sehat, demi mencapai tingkat kesehatan
masyarakat yang lebih baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

PDAM TIRTAWENING KOTA BANDUNG. 18 APRIL 2016. “Struktur


Organisasi”
http://www.pambdg.co.id/new2/index.php?option=com_content&view=article&id
=81&Itemid=64
Romiya, Putri. 07 Oktober 2016. “Sarana Air Bersih”
http://kumpulanmakalahfkm.blogspot.co.id/2016/10/makalah-sarana-air-
bersih.html

21

Anda mungkin juga menyukai