Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen
(H2) yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh
manusia itu sendiri.

Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang


syarat-syarat pengawasan kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Sumber Air di Alam

Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah.

1. Air Laut

2. Air Atmosfir, Air Meteriologik

3. Air Permukaan

Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik
karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan meliputi:

a. Air Sungai

Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini karena
selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-batang

1
kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu dalam
penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna.

b. Air Rawa

Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh adanya
zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam
air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi tersebut, maka
umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2
kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur mangan (Mn) ini akan larut.

c. Air Tanah

Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan, pengertian


air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.

Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam
berat seperti besi dan mangan.

a. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah
akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan.

Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada


muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang
akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal.

b. Air Tanah Dalam

2
Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan
kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer.
Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami
air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air
artesis.

Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini
harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu
kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam
keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar
dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah
dalam ini.

c. Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya
(munculnya ke permukaan tanah) mata air dapat dibedakan atas :

 Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-lereng,
 Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu
dataran.

Air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar di dalam kehidupan setiap


organisme. Dengan mengetahui pengertian air yang sebenarnya, memiliki banyak
manfaat seperti manfaat dalam menentukan air yang baik dan bisa digunakan dalam
kehidupan, terlebih air yang dapat di konsumsi.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik
dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah,
untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini
ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis.
Pengertian Air Bersih:

3
1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
a.PH netral (bukan asam/basa)
b.Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya
Air kotor adalah air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk
untuk kebutuhan minum, masak, mandi, dan energi. Air kotor merupakan air limbah
dari sisa produksi aktifitas manusia. Air dapat dikatakan kotor jika mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
1.Secara fisik: berbau, warnanya keruh, berasa jika diminum.
2.Secara kimia: memiliki kadar pH tinggi, memiliki kandungan mineral yang
tinggi/miskin kandungan mineral.
3.Secara mikrobiologi: terkontaminasi bakteri pantogen.
Septic tank adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari WC
(water closet), konstruksi septictank ada disekat dengan dinding bata dan diatasnya
diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup control dan diberi pipa hawa
T dengan diameter ø1 ½ “, sebagai hubungan agar ada udara / oksigen ke dalam
septictank sehingga bakteri - bakteri menjadi subur. Sebagai pemusnah kotoran -
kotoran atau tinja yang masuk ke dalam bak penampungannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu dioksin?
2. Apa saja karakteristik senyawa dioksin?
3. Darimana dioksin berasal dan apa saja jenisnya di lingkungan?
4. Bagaimana dinamika dioksin di lingkungan?
5. Apa bahaya keracunan dioksin?
6. Bagaimana pencegahan peningkatan dioksin?
7. Apa teknologi yang bisa mengurai dioksin?
8. Bagaimana cara menghindarkan dioksin dalam makanan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dioksin

4
2. Untuk mengetahui karakteristik senyawa dioksin
3. Untuk mengetahui sumber dioksin dan jenis dioksin di lingkungan
4. Untuk mengetahui dinamika dioksin di lingkungan
5. Untuk mengetahui bahaya keracunan dioksin
6. Untuk mengetahui pencegahan peningkatan dioksin
7. Untuk mengetahui terknologi yang bisa mengurai dioksin
8. Untuk mengetahui cara menghindarkan dioksin dari makanan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar dapat memahami pengertian dioksin
2. Agar dapat memahami karakteristik senyawa dioksin
3. Agar dapat memahami sumber dioksin dan jenis dioksin di lingkungan
4. Agar dapat memahami dinamika dioksin di lingkungan
5. Agar dapat memahami bahaya keracunan dioksin
6. Agar dapat memahami pencegahan peningkatan dioksin
7. Agar dapat memahami terknologi yang bisa mengurai dioksin
8. Agar dapat memahami cara menghindarkan dioksin dari makanan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dioksin

Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan
kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma
peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk

(a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD);

(b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan

(c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB).

PCDD dan PCDF bukanlah produk kimia yang dikomersilkan, tetapi produk
sampingan yang secara tidak sengaja terjadi di dalam banyak proses pembakaran
dan beberapa proses industri kimia. PCB dengan sengaja diproduksi secara
komersil dalam jumlah besar sampai produksi tersebut dilarang di Amerika pada
tahun 1977.

2.2 Karakteristik Senyawa Dioksin

Senyawa dioksin sendiri adalah senyawa yang tersusun oleh atom karbon,
hydrogen, oksigen dan klor.

Senyawa 2,3,7,8-TCDD murni telah disintesis sejak tahun 1967. Bentuk fisik dari
senyawa murni ini adalah berbentuk serbuk kristal padat (seperti serbuk yang
terdapat pada tablet), tidak larut di dalam air dan sedikit larut pada beberapa pelarut
organic.

2.3 Sumber dan Jenis Dioksin di Lingkungan

Setiap hari manusia menghasilkan sampah. Baik sampah organik maupun


anorganik. Data BPS pada tahun 2000 menunjukkan produksi sampah dari 380 kota
di Indonesia sebesar 80.235,87 ton tiap harinya. Dari sampah yang dihasilkan

6
tersebut 37,6 % atau sekitar 30.168,687 ton ditangani dengan cara dibakar. Data
itu 10 tahun yang lalu… Tentu saja dengan meningkatnya jumlah penduduk,
volume sampah yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat


berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa
kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin. Senyawa ini dapat
terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang rendah. Bahkan pembakaran
dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan
kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.

Apabila proses pembakaran sampah berlangsung sempurna maka tidak akan


menghasilkan dioksin, seperti yang diperlihatkan pada persamaan reaksi

sCO2 + tHCl + xH2O + ySO2 + zN2 ==> CaHbOcNdSeClf + u (O2 + 3,76


N2)

Pada reaksi persamaan reaksi pembakaran diatas memperlihatkan tidak


terbentuk senyawa dioksin apabila reaksi berlangsung secara sempurna (dalam
reaksi yang stabil).

Namun dengan beragamnya komposisi yang terdapat pada sampah, maka ketika
sampah dibakar maka dapat menghasilkan dioksin dan furan. Hal ini terjadi karena
proses pembakaran tidak dapat dapat berlangsung secara stabil. Adapun proses
pembentukan dioksin dan furan dapat ditunjukkan pada persamaan reaksi dibawah
ini.

C + H2 + Cl2 + O2 + N2 ==> CO2 + CO + HCl + N2 + O2 + PCDD + PCDF

Dioksin sebenarnya tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, akan


tetapi juga dapat dihasilkan dari gas emisi kendaraan, kebakaran hutan, asap rokok
atau kegiatan lainnya. Disamping itu proses pada pemutihan bubur kertas juga
dapat menghasilkan dioksin sebagai impurity pada produksi senyawa klorinat
organic. Pada industry bubur kertas dioksin ditemukan pada air limbah (efluen).
Pada proses pemutihan bubur kertas menggunakan bahan pemutih yang
mengandung klorin dimana kemudian senyawa klorin tersebut bereaksi dengan
senyawa organic membentuk dioksin.

7
Beberapa temuan menyampaikan tentang adanya sumber-sumber dioksin
baru, terutama dalam bentuk flame retardants (suatu zat kimia yang dapat menunda
atau mencegah pembakaran, biasanya digunakan untuk memadamkan kebakaran
serta untuk melapisi benda-benda yang cenderung mudah terbakar).

Cina telah banyak melakukan penelitian tentang dioksin dan secara paralel
hampir selama 30 tahun Cina juga membuat brominated flame retardant (BRF).
BRF ditemukan pada produk handphone (papan sirkuit dan casing). Sampai dengan
tahun 2010 permintaan BRF di Cina akan mencapai 200.000 ton dan tahun 2007
Cina juga memproduksi 25.000 ton sumber dioksin decaBDE (20% dari total
dunia). Volume terbesarnya terdapat pada produk elektronik dan telah dilarang di
Eropa dan beberapa negara bagian Amerika Serikat.

Sumber lainnya adalah senyawa PFOS (perfluorooctane sulfonate) dan


PFOA (perfluorooctanoate) yang dalam produk anti lengket, tahan air dan noda,
seperti pada produk alat rumah tangga (non stick cookware, serta produk harian
seperti pakaian, karpet, kertas, pelapis tekstil, dan kemasan makanan atau plastik).
PFOS dan PFOA cukup tinggi ditemukan dalam darah para pekerja di Cina.

PBDEs menunjukkan kemampuan bioakumulasi (sel mempunyai


kemampuan untuk mengakumulasi nutrien dan mineral esensial, sel juga dapat
mangabsorpsi dan menyimpan senyawa toksik). Konsentrasi PBDEs tersimpan
dalam darah dan jaringan tubuh, serta menempatkan anak-anak terkena resiko
paling tinggi untuk terkontaminasi zat berbahaya ini. Hal ini disebabkan karena zat
kimia flame retardant biasa digunakan dalam produk keseharian seperti mainan dan
perabot (furniture), plastik komputer dan penahan tekstil terbakar.

Bahan dasar PVC (seperti TBC) adalah penyebab terjadinya gangguan


kesehatan seperti pneumoconiosis (radang paru-paru) dan dalam proses produksi
atau limbah buang PVC dapat menyebabkan juga gangguan hormon (pengurangan
jumlah sperma), meningkatkan resiko kanker payudara, serta menurunkan kapasitas
sistem kekebalan tubuh.

Chlorinated paraffin (SCPP) juga diproduksi di Cina lebih dari 600.000 ton
dan mengantarkan Cina untuk “menyesuaikan diri secara urgensi” apabila SCCP

8
terdaftar di Konvensi Stockhlom. Sebuah konsekuensi serius karena penggunaan
POPs yang secara kontinyu atau terus menerus akan mengancam masyarakat dan
kehidupan sekelilingnya.

Flame retardant baru ditemukan seperti dechlorane plus, DBHPBT, dan


TBC. Dechlorane plus digunakan sebagai pengganti Mirex (terdaftar dalam
Konvensi Stockhlom). Produksinya sebanyak ribuan ton dijual dan terdapat di
dalam berbagai jenis produk komersial, seperti kawat kabel listrik, bahan atap, dan
bahan lainnya yang telah ada lebih dari 40 tahun. Di Cina, bioakumulasi dechlorane
plus terjadi dalam rantai makanan di dekat lokasi daur ulang limbah elektronik,
sedangkan di Korea dilaporkan adanya kandungan dechlorane plus pada ikan.
DBHPBT terdapat dalam plastik, lilin, cat, lem, penyegel, dan lain-lain. Di Jepang
digunakan untuk bahan plastik bangunan dan bagian mobil. Sifat DBHPBT
meskipun tidak benar-benar beracun di Jepang sudah dianggap sebagai POPs.

TBB dan TBPH adalah pengganti untuk pentaBDE yang baru-baru ini
terdaftar di Konvensi Stockholm. Sumber-sumber flame retardant ini ditemukan di
air laut timur Hong Kong dan konsentrasinya semakin meningkat di setiap tahunnya
sejak 2004. POPs lain yang juga muncul adalah HBCD yaitu zat yang ‘dicalonkan’
pada Konvensi Stockholm. Zat ini ditemukan di beberapa wilayah di negara-negara
Asia Tenggara, Jepang, Ceko, Swedia, dan Cina. HBCD ditemukan di lokasi daur
ulang limbah elektronik, debu rumah, mamalia laut, limbah lumpur dan sedimen
sungai, elang, kulit pohon, dan ikan. Studi-studi biomonitoring manusia
menemukan HBCD pada ASI (air susu ibu) di India dan Cina. TBBPA, Tris fostat,
dan PFC (perfluorokarbon, termasuk PFOS) adalah zat temuan lainnya yang hadir
terutama di ASI, dan produk lain seperti susu kemasan, sayuran, dalam
organisme/makhluk hidup (moluska, lumba-lumba, capung) dan lokasi-lokasi
seperti tambak udang, sedimen, limbah pabrik pengolahan, sungai, dan bendungan
air.

Masyarakat penting mengetahui informasi beragam polutan beracun dan


mampu mengambil sikap atau tindakan dalam menangani permasalahan limbah,
seperti misalnya tidak membakar sampah atau berhati-hati memilih barang plastik.
Konsep zero waste dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) adalah pendekatan

9
untuk menerapkan pengelolaan limbah yang lebih bijak. Tentunya diperlukan
komitmen bersama untuk penanganan sampah atau limbah di lingkungan kita.

2.4 Dinamika Dioksin di Lingkungan

Dioksin bersifat ada terus menerus (persistent) dan terakumulasi secara


biologi (bioaccumulated), dan tersebar didalam lingkungan dalam konsentrasi yang
rendah. Tingkat konsentrasinya rendah, sampai parts per trillion (satu per 10
pangkat 12), terakumulasi sepanjang kehidupan dan ada terus bertahun tahun,
walaupun tidak ada penambahan lagi kedalam lingkungan. Hal ini bisa
meningkatkan risiko terkena kanker dan efek lainnya terhadap binatang dan
manusia.

Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan
masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah
jika dioksin diterima tetap, walaupun dalam satuan takaran kecil, dan selanjutnya
mengendap dalam tubuh manusia. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai
pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi
sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan
demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar oleh anak yang sangat peka
terhadap pencemaran udara.

Dioksin dalam jumlah kecil juga terdapat dalam asap rokok. Belum banyak
pula yang menyadari bahwa insinerator atau pembakaran sampah di rumah-rumah
sakit merupakan penghasil dioksin yang sangat berbahaya. Dioksin mempunyai
struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik, yaitu tidak mudah larut
dalam air tetapi mudah larut di dalam lemak. Karena kestabilan strukturnya ini,
maka dioksin sangat berbahaya, sebab tidak mudah rusak atau terurai. Dioksin
dapat berada di dalam tanah dan terakumulasi sampai 10-12 tahun. Dioksin bersifat
mudah larut dalam lemak sehingga dapat terakumulasi dalam pangan yang relatif
tinggi kadar lemaknya.

10
2.5 Bahaya Keracunan Dioksin

Beberapa dekade terakhir telah banyak dilakukan kajian dan riset tentang
bahaya dioksin bagi mahluk hidup khususnya manusia. Adapun kasus-kasus yang
terjadi sepanjang sejarah menyangkut efek bahaya dari senyawa dioksin misalnya:

· Kasus dari Monsanto plant di Nitro, West Virginia, tahun 1949. Akibat kecelakaan
di pabrik herbisida 2,4,5-T itu, 250 pekerja terkena penyakit chloracne, penyakit
kulit berupa gatal-gatal memerah. Baru tahun 1955, Karl Schultz (seorang dokter
Jerman) mensinyalemen bahwa chloracne adalah akibat racun dioksin.

· Kasus meledaknya pabrik kimia Hoffman-LaRoche di Seveso, Italia, tahun 1976.


Akibatnya, sejumlah besar TCDD terlepas sampai ke atmosfer. Di daerah sekitar
pabrik, hewan-hewan mati, terjadi destruksi vegetasi, penduduk mengalami
keracunan akut, kasus-kasus chloracne, abortus, dan kelainan kongenital. Bahkan
penelitian yang dilakukan Bertozzi dkk. pada tahun 1993 menemukan adanya
peningkatan kasus kanker.

· Penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang Vietnam (1960 – 1970)


ternyata juga menyemburkan dioksin. Agent Orange digunakan untuk merontokkan
dedaunan agar hutan-hutan Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi
tentara Vietkong. Tahun 1983, kantor veteran Chicago mencatat ada 17 ribu lebih
veteran yang mengklaim ganti rugi akibat dioksin sewaktu bertugas di Vietnam.

· Terbakarnya kabel PVC di Beverly Hills Supper Club bahkan merenggut nyawa
161 orang. Kebakaran tahun 1977 itu menimbulkan asap putih. Menurut salah
seorang pekerja di situ, asap pedas yang mengandung gas hidrogen klorida (HCl)
itu bisa bereaksi dengan pewarna kuku. Bahkan hasil reaksi tersebut dapat
memakan kuku. Ketika terhirup dan masuk ke dalam paru-paru bersama udara yang
mengandung air, HCl akan berubah menjadi asam klorida yang korosif. Akibatnya,
yang selamat pun mengalami luka parah pada saluran pernapasannya.

· Kasus di Time Beach, Missouri, pada tahun 1971 bisa menjadi gambaran. Sebuah
perusahaan herbisida sembarangan saja membuang sampah industri ke tempat
pembuangan oli bekas. Lalu oli bekas tersebut terpakai untuk menyemprot lapangan
pacuan kuda, jalanan, serta tempat-tempat berdebu. Selain gangguan berupa

11
chloracne dan radang kandung kemih yang akut, penyemprotan itu juga
menimbulkan kematian dan penyakit pada ternak. Daerah tersebut kemudian dibeli
oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan biaya yang dikeluarkan untuk
membersihkan dioksin mencapai AS $ 100 juta.

2.6 Pencegahan Peningkatan Dioksin

Untuk dapat menahan laju pertumbuhan senyawa dioksin di udara,


khususnya dari pembakaran sampah di perkotaan, maka perlu dilakukan
pengendalian sampah secara terpadu.

1. Pertama harus memberikan kesadaran pada masyarakat untuk dapat


memisahkan sampah-sampah organic yang mudah terdegradasi oleh
mikroorganisme dengan sampah yang susah terdegradasi seperti plastic. Sampah-
sampah plastic yang susah terdegradasi harus dikumpulkan dan jangan dibakar
begitu saja karena berpotensi untuk menghasilkan dioksin.

2. Pemerintah daerah, dimana daerahnya memproduksi sampah dalam jumlah


yang sangat besar maka harus menyediakan incinerator yang mampu melakukan
pembakaran sampah berkisar antara 800 – 1100 0C, sebab dengan incinerator yang
mampu membakar sampah hingga temperature 10000C tidak akan menghasilkan
dioksin. Terjadinya dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan
dengan penguraian suhu tinggi dioksin atau prehormon melalui pembakaran
sempurna yang stabil. Untuk itu, penting untuk mempertahankan suhu tinggi gas
pembakaran dalam tungku pembakaran, menjaga waktu keberadaan yang cukup
bagi gas pembakaran, serta pengadukan campuran antara gas yang belum terbakar
dan udara dalam gas pembakaran.

3. Pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab


munculnya dioksin, pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas
pembakaran akan efektif.

4. Terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap debu yang


banyak mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan
panas. Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi

12
reduksi khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan
hidrogen, dengan terus memanaskan debu terbang pada suhu diatas 8000C dioksin
dalam debu dari jumlah totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang
dapat menguraikan dioksin dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan
peleburan.

2.7 Teknologi Baru Mengurai Dioksin

1. Menggunakan Titanium dan Ultraviolet

Kini, sebuah teknologi baru telah dikembangkan untuk memecahkan dioksin yang
menyusahkan ini, yakni dengan memaparinya dengan cahaya dan mengubahnya
menjadi sesuatu yang tidak berbahaya.

Alat yang baru dikembangkan ini adalah sebuah alat untuk menghilangkan dioksin
yang menggunakan suatu zat yang disebut Titanium dioksida. Titanium Oksida
adalah senyawa yang banyak digunakan dalam pembuatan cat. Jika dikenai pada
cahaya, terutama sinar ultra violet, maka senyawa tersebut akan bereaksi dengan
oksigen di udara, dan dapat memecahkan materi-materi organik. Peralatan baru
tersebut memanfaatkan sifat Titanium Oksida ini. Alat ini dipasang pada pipa gas
buangan fasilitas pembakar sampah atau incinerator. Bila sampah dibakar, maka
dioksin di dalam gas yang melalui pipa itu akan diurai menjadi karbon dioksida dan
air, dengan mengenai Titanium Oksida dalam alat itu dengan sinar ultra violet.

Dengan menggunakan silika gel (bahan penyerap kelembaban), para


ilmuwan telah berhasil menggunakan Titanium dioksida untuk mengurai dioksin.
Silika gel tersbut yang berdiameter 3 mm dan permukaannya dilapisi oleh Titanium
Oksida —digunakan pada alat tersebut. Permukaan silika gel ini memiliki banyak
lubang, sehingga memperbesar luas permukaannya, dan itu akan menarik dioksin
terus menerus dengan daya serap yang besar.

Dioksin yang diserap ke dalam silika gel tersebut kemudian diurai oleh
Titanium Oksida yang dikenai pada sinar ultra violet. Hal yang menguntungkan,
silika gel tembus pandang sehingga cahaya dapat menembusnya dan menyebabkan

13
reaksi kimia di seluruh tempat. Oleh karena itu, hal ini dapat memecahkan dioksin
dengan keandalan tinggi lebih dari 99 persen.

Peralatan yang baru dikembangkan ini sangat mudah untuk dipasangkan


pada fasilitas pembakar sampah/incinerator yang sudah ada. Dan juga teknologi
baru ini ramah lingkungan. Di masa lalu, cara menguraikan dioksin adalah dengan
membakarnya pada suhu yang sangat tinggi — sekitar 1000 derajat celcius –,
namun dengan teknologi baru ini tidak diperlukan lagi energi sebanyak itu.

Alat ini hanya perlu memaparkan Titanium dioksida pada sinar ultra violet, jadi
biaya operasinya hampir dapat dikatakan sangat rendah.

2. Mengurai Dioksin dengan Enzim

Baru-baru ini, Prof. K. Inoue dkk dari Kyoto University Jepang mengumumkan
sebuah cara baru menguraikan dioksin, yakni dengan menggunakan enzim hasil
penemuannya. Enzim buatan ini diperoleh dengan cara mengubah struktur gen pada
enzim pengurai obat yang dimiliki oleh semua binatang mamalia.

Pada dasarnya binatang mamalia memiliki sekumpulan enzim yang disebut


cytocrom P-450, yang bekerja menguraikan zat kimia di dalam tubuh sehingga
menjadi tidak beracun. Kumpulan enzim ini dapat juga menguraikan jenis dioksin
yang tingkat toksisitasnya rendah, namun tidak sanggup menguraikan jenis dioksin
dengan tingkat toksisitas sangat tinggi seperti 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin
(TCDD). Prof. Inoue dkk membuat enzim buatan pengurai dioksin jenis ini dengan
cara mengambil satu jenis enzim dalam cytocrom P450 dari tikus. Dengan metoda
transgenik, gen dalam enzim ini diubah agar bisa membentuk molekul enzim
dimana bagian yang berfungsi mengikat zat kimia yang ingin diurai menjadi lebih
panjang, kemudian gen ini ditransfer ke ragi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
enzim buatan ini dapat menguraikan 1 molekul 2,3,7,8-TCDD perjam, yang berarti
kecepatan mengurainya 10~100 kali lebih tinggi dari enzim yang ada pada tubuh
manusia.

Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, menurut Prof. Inoue, jika ini
berhasil akan dapat diaplikasikan secara luas di berbagai bidang seperti
menguraikan dioksin dalam bahan makanan, tanah dan lain sebagainya.

14
Perlu diketahui, lebih dari 90% dioksin yang masuk kedalam tubuh kita adalah
melalui makanan, baru sisanya melalui pernafasan. Berarti, enzim temuan ini bisa
jadi alat canggih untuk menanganani dioksin yang sudah menjadi momok seluruh
dunia.

2.8 Cara Menghindarkan Dioksin dalam Makanan

Gaya hidup yang salah, yang pada dasarnya merupakan pergeseran budaya ini
justru belakangan ini membentuk suatu budaya baru bagi masyarakat kita. Lihat
saja bagaimana anak-anak kita menyukai makanan yang berasal dari luar (dari
Amerika atau Eropa), padahal bisa jadi di negera asalnya sudah menjadi "Junk
Food" (makanan sampah).

Dioksin bukan zat yang mudah terurai di alam. Sebagai akibatnya, dioksin
terdapat di tanah, air, dan permukaan tumbuhan. Dari sini kemudian dioksin
memasuki rantai makanan dan mencemari ikan, daging, dan produk-produk
hewani. Bahkan lebih dari 90% paparan dioksin yang dialami manusia bersumber
dari makanan yang berasal dari hewan.

Sebagaimana dimaklumi bahwa racun melalui makanan akan jauh lebih


berbahaya dibandingkan dengan cara lain. Hal ini dapat dipahami, karena dengan
melalui makanan maka makanan akan langsung masuk ke jaringan organ tubuh,
dan dapat langsung dirasakan akibatnya. Begitupun dengan bahaya dioksin yang
terdapat dalam makanan, akan langsung memasuki jaringan organ tubuh manusia
jika makanan yang mengandung dioksin tersebut dimakan.

Kadar bahaya dioksin yang terdapat dalam makanan/minuman kini banyak


diketahui oleh berbagai kalangan, akan tetapi ada tidaknya dioksin dalam makanan
sukar untuk di deteksi. Pada makanan tersebut tidak tercium bau yang
mencurigakan, tidak pula terjadi perubahan warna pada makanan tersebut. Bahkan
alat untuk menguji makanan yang berbahaya inipun konon belum dimiliki
Indonesia, bahkan di Asia Tengara.

Menyikapi kondisi seperti ini, maka sangat mendesak adanya jaringan


informasi yang memadai yang dapat langsung memberi sinyal bahaya suatu produk

15
yang telah tercemar. Karena bisa jadi suatu pencemaran terjadi di negara tertentu
(seperti kasus Belgia), sementara yang menjadi korban adalah masyarakat di negara
lain. Selanjutnya perlu ada jaringan keamanan suatu produk yang sifatnya
internasional secara adil. Karena kita tentu tidak menghendaki negara-negara dunia
ketiga yang menjadi korban, karena hanya menjadi buangan produk dari negara-
negara maju, walaupun dengan berbagai alasan atau mungkin juga jaminan.

Bukti negara-negara ketiga menjadi korban karena melakukan impor dari


negara lain, dapat dilihat bagaimana tatkala Ditjen POM mengumumkan 24 jenis
produk yang tercemar/atau paling tidak perlu pengamanan untuk selanjutnya.
Seperti yang dilakukan tanggal 18 Juni 1999, di berbagai media masa seperti berikut
ini :

Dari daftar tersebut di atas, kita patut curiga karena bisa jadi susu, keju, es cream
dan sejenisnya yang biasa kita makan sehari-hari sudah tercemar racun yang
membahayakan itu. Apalagi dengan gaya hidup sebagian dari anngota masyarakat
kita khususnya anak-anak dan remaja yang sangat menyukai makanan tersebut.

Selain makanan seperti daftar di atas, diam-diam banyak bahan makanan


yang potensial bersifat karsinogenik yang selama ini kita konsumsi, sifat tersebut
ada yang memang alami (naturally occuring), dan ada pula yang muncul dalam
proses pengolahan, pengasapan, pemanggangan, atau pengasinan. Bahkan bisa jadi
memasak dengan cara menggoreng dengan menggunakan minyak yang berulang-
ulang, menurut para ahli gizi, potensial untuk memicu tumbuhnya kanker.

Kondisi seperti ini menuntut kepada kita untuk bersikap ekstra hati-hati
dalam mengkonsumsi makanan, dan yang lebih baik tentunya kita kembali kepada
makanan-makanan yang sifatnya alami, yakni makanan yang kita olah dan produk
sendiri baik itu tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, makanan pokok, maupun daging dan
ikan.

Dioksin adalah senyawa yang tergolong karsionogenik. Dampak keracunan


dioksin untuk jangka panjang adalah kanker dan aterosklerosis sehingga menaikkan
angka kematian sampai 46 % pada beberapa kasus. Karena sumber dioksin bisa dari

16
berbagai materi yang ada di sekitar kita, maka dioksin menjadi ancaman serius bagi
kesehatan manusia, karena pengaruh negatifnya sudah dapat dicapai hanya pada
dosis yang sangat rendah yaitu beberapa part per trillum dalam lemak tubuh kita.
Dioksin merupakan senyawa yang mampu mengacaukan sistem hormon, yaitu
dengan cara bergabung dengan kaseptor hormon, sehingga mengubah fungsi dan
mekanisme genetis dari sel, dan mengakibatkan pengaruh yang sangat luas, yaitu
kanker, menurunkan daya tahan tubuh, mengacaukan sistem saraf, keguguran
kandungan, dan dapat mengakibatkan cacat kelahiran (birth deformity). Dioksin
secara langsung mampu menurunkan sel B dan secara tidak langsung menurunkan
jumlah sel T yang berperan dalam sistem imun. Karena mampu mengubah fungsi
genetika sel, jadi dapat menyebabkan timbulnya penyakit genetis dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan anak.

Umumnya dioksin dihasilkan dari pembakaran sampah, hasil samping


produk pestisida, pembakaran dari proses produksi baja atau proses kimia suatu
produk yang menggunakan chlor sebagai pemutih seperti kertas, plastik, bahan T-
shirt dan sebagainya.Dioksin dikenal sebagai senyawa hidrofobik (tidak akur
dengan air).

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dioxin adalah senyawa yang tergolong karsionogenik. Dampak keracunan


dioxin untuk jangka panjang adalah kanker dan aterosklerosis sehingga menaikkan
angka kematian sampai 46 % pada beberapa kasus. Karenasumber dioxin bisa dari
berbagai materi yang ada di sekitar kita, maka dioxin menjadi ancaman serius
bagikesehatan manusia, karena pengaruh negatifnya sudah dapat dicapai hanya
pada dosis yang sangat rendahyaitu beberapa part per trillum dalam lemak tubuh
kita.

Dioksin merupakan senyawa yang mampu mengacaukan sistem hormon,


yaitu dengan cara bergabung dengankaseptor hormon, sehingga mengubah fungsi
dan mekanisme genetis dari sel, dan mengakibatkan pengaruhyang sangat luas,
yaitu kanker, menurunkan daya tahan tubuh, mengacaukan sistem saraf,
kegugurankandungan, dan dapat mengakibatkan cacat kelahiran (birth deformity).

Dioksin secara langsung mampu menurunkan sel B dan secara tidak


langsung menurunkan jumlah sel T yangberperan dalam sistem imun. Karena
mampu mengubah fungsi genetika sel, jadi dapat menyebabkantimbulnya penyakit
genetis dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.Di Mana Saja Ada
Dioksin?Dioksin sangat jarang terdapat dalam alam, sebagian besar dioksin
bersumber dari manusia. Sejarah mengapadioksin mulai terakumulasi ke dalam
lingkungan hidup yaitu ketika founder perusahaan Dow Chemical(Midland,
Michigan) menemukan suatu cara membelah molekul garam dapur (NACl)
sehingga pecah menjadiatom-atom natrium dan atom klorin.Dengan demikian, hal
itu menjadi tonggak sejarah pertama kali manusia mampu menghasilkan jumlah
klorinbebas secara besar-besaran. Disebut klorin bebas karena tidak melekat pada
senyawa atau atom lain. Pada awalnya, mereka kebingungan mau diapakan klorin
bebas tersebut, yang merupakan limbah yang tidak tahukegunaannya dan bersifat
berbahaya.

18
3.2 Saran

Sebaiknya pembakaran limbah yang dapat mencemari lingkungan dan


menghasilkan dioksin segera dihentikan karena akan sangat berdampak buruk bagi
kesehatan. Dan juga pemerintah segera mencari cara agar bisa menangani masalah
limbah dengan cara penanganan yang tepat dan juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Khoeru Annisa. “Apa itu Dioksin?”. 14 Februari 2013.

http://cheminiezt.blogspot.co.id/2013/02/apa-itu-dioksin_6881.html

Scribdianv. “Apa itu Dioksin?”. 11 Maret 2013.

https://www.scribd.com/doc/129686146/Apa-Itu-Dioksin

Gusti Ngurah Bagus Wira Gunawan.“Dioxin – Dampak Negatifnya dan Cara

Menghindarinya”. 16 Desember 2009.

http://bemfkunud.com/2010/02/28/dioxin-dampak-negatifnya-dan-cara-
menghindarinya/

20

Anda mungkin juga menyukai