Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

I. JUDUL :
PENENTUAN ZAT ORGANIK
II. TANGGAL PERCOBAAN : 27 Oktober 2014
III. SELESAI PERCOBAAN : 27 Oktober 2014
IV. JENIS SAMPEL DAN ASALNYA : Air sumur milik bapak Bambang
yang terletak 8 km dari semburan, Lapindo Desa Ketapang, RT/RW: 14/02,
Sidoarjo, Jawa Timur.
V. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui zat organik
dalam air
VI. TINJAUAN PUSTAKA :
Air merupakan pelarut kuat dan bersifat sangat polar. Oleh karena itu
hampir tak dijumpai air bebas (alamiah) yang murni. Kualitas air minum di
kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata
ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh
pada kualitas air.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya bagi
kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Dalam jaringan tubuh
makhluk hidup, air digunakan sebagai medium untuk berbagai reaksi dan
proses ekskresi, misalnya sebagai penstabil tubuh, pembawa sari-sari makanan
dan sisa-sisa metabolisme. Dalam tubuh terdapat 60-70% air. Bila kandungan
air dalam tubuh berkurang maka tubuh akan lebih mudah terganggu oleh
bakteri atau virus. Air yang dibutuhkan tubuh kurang lebih 2 sampai 2,5 liter
(8-10 gelas) per hari. Oleh karena itu kehilangan air harus diganti setiap hari
agar tubuh tidak kekurangan air (dehidrasi) karena air dalam tubuh akan selalu
dikeluarkan setiap hari melalui air seni, tinja, keringat, dan saluran pernafasan.
Macam-macam air yang sering digunakan sebagai sumber air
minum.antara lain air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah. Air
yang digunakan untuk minum harus bebas dari logam berat, zat organik
maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia. Oleh
Sebab itu, semakin banyak limbah buangan sampah organik rumah tangga dan
limbah beracun dari industri yang meresap kedalam tanah, mengakibatkan
banyaknya zat organik maupun anorganik yang terkandung di dalam air.

1
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Syarat kadar kualitas air yang baik


Secara fisik kualitas air yang baik adalah bening, tidak keruh, tidak
berbau, berasa tawar dan tidak berwarna, serta suhu air hendaknya di bawah
suhu udara. Secara kimiawi kualitas air yang baik meliputi pH yang bersifat
normal/netral, bahan kimia yang tidak melebihi ambang batas ketetapan serta
tingkat kesadahan yang rendah, kekurangan atau kelebihan suatu zat kimia
dalm air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Pencemaran air
akan menimbulkan terganggunya/ hilangnya persyaratan kualitas air tersebut
baik secara fisik, kimia maupun biologi.

Kadar yang tidak boleh


Syarat fisik Kadar yang disyaratkan
dilampaui
Keasaman 7,0 – 8,5 Di bawah 6,5 dan di atas 9,5
Bahan-bahan padat Tidak melebihi 50 mg/L Tidak melebihi 1500 mg/L
Warna Tidak melebihi 6 satuan Tidak melebihi 50 satuan
Rasa Tidak mengganggu -
Bau Tidak mengganggu -

Komposisi Ideal Bahan Kimia Dalam Air:

Kadar yang dibenarkan


Jenis Bahan
(mg/liter)
Flour (F) 1-1,5
Clor (Cl) 250
Arsen (As) 0,05
Ph 6,5 – 9,0
CO2 0
Besi (Fe) 0,3
Tembaga (Cu) 1
Zat organik 10

2
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Pencemaran Air
Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No
23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud
dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu; masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula
dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan.
Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Banyak sumber penyebab pencemaran air salah satunya adalah
pencemar bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan
pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang
digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun
organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organik sintetis
ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah untuk
diminum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal,
gangguan kelahiran, dan beberapa bentuk kanker pada hewan percobaan di
laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada
orang yang mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan
keracunan kronis.
Adannya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusian, hewan atau sumber lain. Zat organik
merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainya. Makin
tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air
tersebut telah tercemar.

Zat Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang

3
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan
organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.
Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi
mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah
terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Zat organik komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak
lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri
dengan menggunakan oksigen terlarut. Limbah organik yang masuk ke
dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi
dan terlarut.
Limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan
diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik (BAR). Makin banyak limbah
organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar
pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi artinya DO
(Dissolve Oxigen/ Oksigen terlarut turun), bahkan jika keperluan oksigen
bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen
terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan
oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak
memerlukan oksigen.
Sedangkan limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob
akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau
fakultatif (BAN). Aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang
anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan
senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti
amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen
fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat berbau busuk
dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S
hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah
beracun dan dapat membahayakan organisme lain.

4
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Penetapan Zat Organik dalam Air


Zat organik dalam air ditetapkan sebagai angka permanganat,
melalui metode permanganometri. Angka permanganat didefinisikan
sebagai mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna
seluruh zat organik dalam 1 L air. Gangguan dalam proses analisis bisa
diakibatkan oleh tingginya ion klorida, ion klorida dapat ikut teroksidasi
saat pengoksidasian zat organik.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas
reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan
senyawa permanganat. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat
yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH
larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan
reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-
macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis
kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut
direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh
disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-.
Mn2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat
dilihat dengan mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada
titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah
muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4- dapat
digunakan untuk menetukan kadar besi.

Prinsip Percobaan
Reaksi Reduksi-Oksidasi: Zat organik yang terdapat dalam air
dioksidasi oleh KMnO4 yang ditambahkan secara berlebih pada keadaan
asam dan panas, sisa KMnO4 direduksi oleh H2C2O4 berlebih, kelebihan
H2C2O4 dititrasi kembali dengan KMnO4.

Reaksi Yang Terjadi


Oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam:

5
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

2 KMnO4 + 3 H2SO4  2 MnSO4 + K2SO4 + 3 H2O + 5 On


Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa :
2 KMnO4 + H2O  2 MnO4 + 2 KOH + 3On
Bila ada zat organik yang dapat dioksidasi (misalnya oksalat) maka sampel
reaksinya adalah H2C2O4 + On  2 CO2 + H2O

VII. ALAT DAN BAHAN :


No. Alat Bahan
1 Buret 50 mL Larutan KMnO4 0,01 N
2 Pipet gondok 10 mL
3 Gelas ukur 10 mL Larutan H2C2O4 0,01 M
4 Labu erlenmeyer 25 mL
5 Gelas Kimia 25 mL, gelas kimia 1000 Air sumur Lapindo
mL
6 Pipet Tetes
7 Statif dan klem
8 Pembakar spiritus H2SO4 8 N
9 Kaki tiga dan kasa

6
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

VIII. CARA KERJA :


a. Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat

50 mL aquades

 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


 + 2,5 mL H2SO4 8 N
 + beberapa butir batu didih
 Dipanaskan sampai suhu 60°C
 + 5 mL asam oksalat
 Dititrasi dengan KMnO4 sampai tepat
warna merah jambu
 Direplikasi sebanyak tiga kali

Volum KMnO4

b. Penentuan Kadar Zat Organik

50 mL sampel

 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


 + beberapa tetes KMnO4 sampai timbul
warna merah jambu
 + 2,5 mL H2SO4 8 N
 + beberapa butir batu didih
 Dipanaskan dalam penangas air sampai
mendidih
 + 5 mL KMnO4 dan didihkan lagi
selama 10 menit.
 + 5 mL asam oksalat dengan segera
 Dititrasi kelebihan asam oksalat dengan
KMnO4 sampai warna larutan tepat
merah jambu

Volum KMnO4

7
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

IX. HASIL PENGAMATAN :


No Prosedur Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1 a. Standarisasi KMnO4 dengan Sebelum: 2KMnO4(aq) + Konsentrasi KMnO4 rata-
Asam Oksalat
- Aquades : tidak C2H2O4(aq) + H2SO4(aq) rata adalah 0,00934 N
50 mL berwarna  2MnO2(aq) + 2CO2(g)
aquades - H2SO4 : tidak + 2H2O(l)
 Dimasukkan ke dalam
berwarna Terjadi reaksi redoks
erlenmeyer
- C2H2O4 : tidak
 + 2,5 mL H2SO4 8 N
berwarna Reaksi redoks:
 + beberapa butir batu didih
- KMnO4 : ungu 2e- + 4H+ + MnO42- 
 Dipanaskan sampai suhu 60°C
Sesudah : MnO2 +2H2O
 + 5 mL asam oksalat - Aquades + H2SO4: C2O42- 2CO2 + 2e-
 Dititrasi dengan KMnO4 tidak berwarna + 4H+ + MnO42- + C2O42-
sampai tepat warna merah - Setelah dipanaskan +  MnO2 + 2CO2+ 2H2O
jambu asam oksalat : tidak
 Direplikasi sebanyak tiga kali
Volum berwarna
KMnO4 - Setelah dititrasi
dengan KMnO4 :
merah jambu

8
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

- V1 : 5,4 mL
- V2 : 5,3 mL
- V3 : 5,4 mL
:2 b. Penentuan Kadar Zat Organik Sebelum: 2KMnO4(aq) + Kadar zat organic rata-
- Sampel : kekuningan
50 mL sampel C2H2O4(aq) + H2SO4(aq) rata dalam sampel adalah
- H2SO4 : tidak
 2MnO2(aq) + 2CO2(g) 212,5205 mg/L
 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer berwarna
+ 2H2O(l)
 + beberapa tetes KMnO4 sampai timbul
- C2H2O4 : tidak
warna merah jambu Terjadi reaksi redoks
 + 2,5 mL H2SO4 8 N berwarna
 + beberapa butir batu didih - KMnO4 : ungu
Reaksi redoks:
 Dipanaskan dalam penangas air sampai
Sesudah:
mendidih 2e- + 4H+ + MnO42- 
 + 5 mL KMnO4 dan didihkan lagi selama
- Pengenceran 100
MnO2 +2H2O
10 menit. - Sampel + 3 tetes
C2O42- 2CO2 + 2e-
 + 5 mL asam oksalat dengan segera KMnO4 : pink
 Dititrasi kelebihan asam oksalat dengan 4H+ + MnO42- + C2O42-
- + H2SO4 : tidak
KMnO4 sampai warna larutan tepat merah  MnO2 + 2CO2+ 2H2O
jambu berwarna
- Dididihkan : tidak
berwarna
Volum KMnO4
- + KMnO4 : pink (++)

9
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

- Dididihkan 10 menit :
pink
- + C2H2O4 : larutan
tidak berwarna
- Dititrasi dengan
KMnO4
- V1 :1 mL
- V2 : 1,1 mL
- V3 : 1,1 mL

10
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

X. PEMBAHASAN :
1. Standarisasi KMnO4 denganA sam Oksalat
Percobaan penentuan zat organiK ini bertujuan untuk mengetahui zat
organik yang dalam sampel yang berasal dari air sumur yang diambil di
daerah porong sidoarjo. Pertama dilakukan standarisasi terlebih dahulu
terhadap larutan KMnO4. Standarisasi KMnO4 menggunakan larutan asam
oksalat, standarisasi ini bertujuan agar dapat menentukan konsentrasi
sebenarnya larutan KMnO4 yang nantinya akan digunakan untuk titrasi
pada sampel untuk mencari angka permanganate pada sampel.
Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 50 mL
aquades kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan 2,5 mL
H2SO4. Penambahan H2SO4 berfungsi sebagai pemberi suasana asam, hal
ini dilakukan karena asam oksalat menjadi standar primer yang baik untuk
permanganate dalam suasana asam sehingga MnO4- dapat dioksidasi
menjadi Mn2+sebagaimana reaksinya adalah :
3H2SO4 + 2KMnO4 → 2MnSO4 + 3H2O + 5 On +K2SO4
Karena reaksi ini berjalan sangat lambat, maka larutan tersebut
dipanaskan sampai 60oC dan ditambah dengan dua butir batu didih untuk
mempercepat proses pemanasan. Tetapi pada suhu yang lebih tinggi,
reaksi mulai melambat, tetapi kecepatannya meningkat saat ion Mn2+
terbentuk dan pemanasan tidak boleh dilakukan lebih dari 60oC karena
H2C2O4 dapat terurai menjadi H2O + CO2 + CO. setelah itu ditambahkan 5
mL asam oksalat dan dititrasi segera dengan larutan KMnO4 sampai ada
perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Warna
merah muda ini merupakan warna dari Mn2+ yang dihasilkan dari reaksi
titrasi tersebut. Pada titrasi tersebut terjadi reaksi redoks, reaksinya adalah
:
5e- + 8 H+ + MnO4- → Mn2+ + 4H2O x2
H2C2O4 → 2CO2 + 2H+ + 2e- x5
16 H+ + 2MnO4- + 5H2C2O4 → 2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2 + 10 H+
6 H+ + 2MnO4- + 5 H2C2O4 → 2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2

11
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Dalam proses titrasi ini, titran yaitu larutan KMnO4 berlaku sebagai
autoindikator redoks yaitu senyawa yang mengindikatori dirinya sendiri.
Auto Indikator (warna dari pereaksinya sendiri), apabila pereaksinya sudah
mempunyai warna yang kuat, kemudian warna tersebut hilang atau
berubah bila direaksikan dengan zat lain maka pereaksi tersebut dapat
bertindak sebagai indikator. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan
warna yang terang pada titik akhir titrasi.
Percobaan Standarisasi diulangi sampai tiga kali. Dan dari hasil
titrasi, diperoleh volume KMnO4 pada saat terjadi perubahan warna tiga
kali berturut-turut yaitu 5,4 mL; 5,3 mL; dan 5,4 mL. Untuk mengetahui
normalitas KMnO4 yang sebenarnya dilakukan perhitungan dengan
persamaan:
(V.N) oksalat = (V.N) KMnO4
Berdasarkan perhitungan yang ada pada lampiran, diperoleh data
sebagai berikut:
Perc. V N V N
Ke H2C2O4(mL) H2C2O4(mL) KMnO4(mL) KMnO4(N)
1 5,0 0,01 5,4 0,0093
2 5,0 0,01 5,3 0,0094
3 5,0 0,01 5,4 0,0093
Rata-rata 0,00934

Dari data tersebut didapatkan normalitas sesungguhnya untuk


larutan KMnO4 rata-rata menurut perhitungan sebesar 0,00934 N.
Normalitas inilah yang selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan
untuk menentukan angka permanganate pada sampel.

2. Penentuan Zat Organik


Sampel yang digunakan dalam penentuan zat organic ini berasal
dari air sumur yang berada di daerah porong sidoarjo. Sampel yang
digunakan mempunyai karakteristik berwarna kekuningan dan agak keruh.

12
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Langkah yang dilakukan dalam penentuan zat organik diawali dengan


memasukkan 50 mL sampel yang telah disediakan kedalam Erlenmeyer
250 mL kemudian ditambahkan larutan KMnO4 0,01 N sebanyak 10 tetes
namun warna yang ditimbulkan bukan merah muda melainkan warna
kuning oleh karena itu sampel perlu dilakukan pengenceran 100 kali.
Langkah yang dilakukan dalam pengenceran sampel yaitu 1 mL sampel
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas. Setelah itu dikocok sampai menjadi homogen.
Setelah diencerkan, sampel diambil 50 mL dan dimasukkan ke
dalam erlenmayer 250 mL kemudian ditambahkan tiga tetes larutan
KMnO4 0,01 N sehingga timbul warna merah muda. Kemudian
ditambahkan 2,5 mL H2SO4 8 N. Penambahan H2SO4 ini dilakukan karena
asam oksalat menjadi standar primer yang baik untuk permanganate dalam
suasana asam sehingga MnO4- dapat dioksidasi menjadi Mn2+ selain itu
juga untuk memberi suasana asam pada larutan. Penambahan H2SO4 ini
mengakibatkan larutan yang sebelumnya berwarna merah muda (-)
menjadi jernih tak berwarna. Reaksi yang terjadi adalah :
2KMnO4 + 3H2SO4  2MnSO4 + K2SO4 + 3H2O + 5O2
Setelah itu, pada campuran dimasukkan beberapa butir batu didih
lalu dipanaskan di atas penangas air sampai mendidih. Penambahan batu
didih bertujuan agar campuran cepat mendidih. Setelah mendidih,
ditambahkan 5 mL larutan KMnO4 0,01 N dan dididihkan lagi dengan
hati-hati selama 10 menit setelah itu ditambahkan segera 5 mL asam
oksalat 0,01 N dan dititrasi dengan larutan standar KMnO4 sampai timbul
warna merah muda. Reaksi yang terjadi antara KMnO4 dengan H2C2O4 :
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e ↔ Mn2+ + H2O
Oksidasi : H2C2O4 ↔ 2H+ + 2CO2 + 2e
2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 ↔ 2 Mn2+ + 8H2O + 10CO2
2KMnO4 + 3H2SO4 2MnSO4 + K2SO4 + 3H2O + 5O2
Setelah didapatkan volume titrasi dari larutan KMnO4 0,01 N
kemudian dihitung kadar zat organik. Kadar zat organik dinyatakan dalam
angka permanganat yang dihitung dengan menggunakan persamaan:

13
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

𝑚𝑔 𝐾𝑀𝑛𝑂4 [(10 + 𝑎)𝑏 − (10 𝑥 𝑐) 𝑥 31,6 𝑥 1000


=
𝐿 𝑑
dengan: a = mL KMnO4 untuk titrasi
b = normalitas KMnO4
c = normalitas H2C2O4
d = mL sampel yang digunakan.
Percobaan diulangi sampai tiga kali sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
Perc. Ke a b c d Angka permanganat

1 1 0,00934 0,01 50 173,168 mg/L


2 1,1 0,00934 0,01 50 232,1968 mg/L
3 1,1 0,00934 0,01 50 232,1968 mg/L
Rata-rata 212,5205 mg/L

Dari perhitungan tersebut diketahui kadar rata-rata zat organik


dalam sampel ( mg KMnO4 / L) menurut perhitungan sebesar 212,5205
mg/L.

XI. KESIMPULAN :
Kadar zat organik pada sampel air sumur daerah porong sidoarjo yang
terletak 8 km dari semburan sebesar 212,5205 mg/L. standar kadar zat organik
dibedakan menjadi dua, yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan sebagai
persyaratan kualitas air minum sebesar 10 mg/L yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 pada tanggal 19
April 2010 dan syarat mutu air minum dalam kemasan maksimal sebesar 1
mg/L sesuai SNI 01-3553-2006 sehingga dapat disimpulkan bahwa air sumur
tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

14
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

XII. DAFTAR PUSTAKA :


Amaria.dkk. 2012. Penentuan Kadar Kimia Lingkungan. Surabaya: UNESA
Press
Anonim. 2013. Penetapan Kadar Zat Organik Bilangan Permanganat.
(online), Website :
http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/17062042-penetapan-
kadar-zat-organik-bilangan-permanganat. (diakses tanggal 28
Oktober 2014)
Diandar. 2014. Titrasi permanganometri. (online),
http://aiiudiandar.blogspot.com/2014/01/titrasi-permanganometri-
penentuan-kadar_8884.html. (diakses tanggal 28 Oktober 2014)
Day, R.A. 2002. Analisis kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga
Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri .
SNI 06-6989.22-2004

15
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Perhitungan
a. Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat
Diketahui : N H2C2O4 = 0,01 N
V H2C2O4 = 5,0 mL
V1 KMnO4 = 5,4 mL
V2 KMnO4 = 5,3 mL
V3 KMnO4 = 5,4 mL
Ditanya : N KMnO4 rata-rata?
Penyelesaian :
 V1 = 5,4 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N1 KMnO4 x V1 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N1 KMnO4 x 5,4 mL
N1 KMnO4 = 0,0093 N
 V2 = 5,3 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N2 KMnO4 x V2 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N2 KMnO4 x 5,3 mL
N2 KMnO4 = 0,0094 N
 V3 = 5,4 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N1 KMnO4 x V1 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N1 KMnO4 x 5,4 mL
N1 KMnO4 = 0,0093 N

N KMnO4 rata-rata

N1 + N2 + N3
N KMnO4 rata − rata =
3
0,0093+ 0,0094+ 0,0093
=
3
= 0,00934 N

16
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

b. Penentuan Kadar Zat Organik dalam Air


Diketahui : V KMnO4 titrasi I = 1 mL
V KMnO4 titrasi II = 1,1 mL
V KMnO4 titrasi III =1,1 mL
N KMnO4 = 0,0934 N
N H2C2O4 = 0,01 N
V sampel = 50 mL
Ditanya : Kadar zat organik dalam sampel?
Penyelesaian :
 Untuk V KMnO4 titrasi I:
mgKMnO4 [(10 + a )b − (10 × c)] × 31,6 × 1000
= x 100
L d
[(10+1)0,00934-(10×0,01)]×31,6×1000
= x 100
50
= 173, 168 mg/L
 Untuk V KMnO4 titrasi II :
[(10 + a )b − (10 × c)] × 31,6 × 1000
mgKMnO4 /L =
d
[(10 + 1,1)0,00934 − (10 × 0,01)] × 31,6 × 1000
= x 100
50
= 232,1968 mg/L
 Untuk V KMnO4 titrasi III :
[(10 + a )b − (10 × c)] × 31,6 × 1000
mgKMnO4 /L =
d
[(10 + 1,1)0,00815 − (10 × 0,01)] × 31,6 × 1000
= x 100
50
= 232,1968 mg/L
 Kadar zat organik dalam sampelrata-rata :
173,168 + 232,1968 + 232,1968
mgKMnO4 /L =
3
= 212,5205 mg/L

17
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

LAMPIRAN FOTO

Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat

50 ml aquades yang dimasukkan ke Dimasukkan batu didih dan dipanaskan


dalam Erlenmeyer + H2SO4 pada suhu 600C

Prosess titrasi dengan KMnO4 sanpai Hasil Titrasi


warna merah jambu

18
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Penentuan Kadar Zat Organik

Ditambah 3 tetes KMnO4 dan


Pengenceran 100
2,5 mL H2SO4

Dididihkan menjadi tidak Larutan ditambah KMnO4


berwarna menjadi pink

19
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Setelah dididihkan ditambah asam oksalat


Dididihkan 10 menit
menjadi tidak berwarna

Proses titrasi dengan KMnO4

Hasil titrasi

20

Anda mungkin juga menyukai