Laporan Zat Organik Kel 2
Laporan Zat Organik Kel 2
I. JUDUL :
PENENTUAN ZAT ORGANIK
II. TANGGAL PERCOBAAN : 27 Oktober 2014
III. SELESAI PERCOBAAN : 27 Oktober 2014
IV. JENIS SAMPEL DAN ASALNYA : Air sumur milik bapak Bambang
yang terletak 8 km dari semburan, Lapindo Desa Ketapang, RT/RW: 14/02,
Sidoarjo, Jawa Timur.
V. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui zat organik
dalam air
VI. TINJAUAN PUSTAKA :
Air merupakan pelarut kuat dan bersifat sangat polar. Oleh karena itu
hampir tak dijumpai air bebas (alamiah) yang murni. Kualitas air minum di
kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata
ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh
pada kualitas air.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya bagi
kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Dalam jaringan tubuh
makhluk hidup, air digunakan sebagai medium untuk berbagai reaksi dan
proses ekskresi, misalnya sebagai penstabil tubuh, pembawa sari-sari makanan
dan sisa-sisa metabolisme. Dalam tubuh terdapat 60-70% air. Bila kandungan
air dalam tubuh berkurang maka tubuh akan lebih mudah terganggu oleh
bakteri atau virus. Air yang dibutuhkan tubuh kurang lebih 2 sampai 2,5 liter
(8-10 gelas) per hari. Oleh karena itu kehilangan air harus diganti setiap hari
agar tubuh tidak kekurangan air (dehidrasi) karena air dalam tubuh akan selalu
dikeluarkan setiap hari melalui air seni, tinja, keringat, dan saluran pernafasan.
Macam-macam air yang sering digunakan sebagai sumber air
minum.antara lain air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah. Air
yang digunakan untuk minum harus bebas dari logam berat, zat organik
maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia. Oleh
Sebab itu, semakin banyak limbah buangan sampah organik rumah tangga dan
limbah beracun dari industri yang meresap kedalam tanah, mengakibatkan
banyaknya zat organik maupun anorganik yang terkandung di dalam air.
1
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
2
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
Pencemaran Air
Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No
23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud
dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu; masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula
dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan.
Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Banyak sumber penyebab pencemaran air salah satunya adalah
pencemar bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan
pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang
digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun
organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organik sintetis
ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah untuk
diminum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal,
gangguan kelahiran, dan beberapa bentuk kanker pada hewan percobaan di
laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada
orang yang mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan
keracunan kronis.
Adannya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusian, hewan atau sumber lain. Zat organik
merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainya. Makin
tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air
tersebut telah tercemar.
Zat Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang
3
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan
organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.
Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi
mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah
terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Zat organik komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak
lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri
dengan menggunakan oksigen terlarut. Limbah organik yang masuk ke
dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi
dan terlarut.
Limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan
diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik (BAR). Makin banyak limbah
organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar
pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi artinya DO
(Dissolve Oxigen/ Oksigen terlarut turun), bahkan jika keperluan oksigen
bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen
terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan
oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak
memerlukan oksigen.
Sedangkan limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob
akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau
fakultatif (BAN). Aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang
anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan
senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti
amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen
fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat berbau busuk
dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S
hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah
beracun dan dapat membahayakan organisme lain.
4
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
Prinsip Percobaan
Reaksi Reduksi-Oksidasi: Zat organik yang terdapat dalam air
dioksidasi oleh KMnO4 yang ditambahkan secara berlebih pada keadaan
asam dan panas, sisa KMnO4 direduksi oleh H2C2O4 berlebih, kelebihan
H2C2O4 dititrasi kembali dengan KMnO4.
5
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
6
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
50 mL aquades
Volum KMnO4
50 mL sampel
Volum KMnO4
7
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
8
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
- V1 : 5,4 mL
- V2 : 5,3 mL
- V3 : 5,4 mL
:2 b. Penentuan Kadar Zat Organik Sebelum: 2KMnO4(aq) + Kadar zat organic rata-
- Sampel : kekuningan
50 mL sampel C2H2O4(aq) + H2SO4(aq) rata dalam sampel adalah
- H2SO4 : tidak
2MnO2(aq) + 2CO2(g) 212,5205 mg/L
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer berwarna
+ 2H2O(l)
+ beberapa tetes KMnO4 sampai timbul
- C2H2O4 : tidak
warna merah jambu Terjadi reaksi redoks
+ 2,5 mL H2SO4 8 N berwarna
+ beberapa butir batu didih - KMnO4 : ungu
Reaksi redoks:
Dipanaskan dalam penangas air sampai
Sesudah:
mendidih 2e- + 4H+ + MnO42-
+ 5 mL KMnO4 dan didihkan lagi selama
- Pengenceran 100
MnO2 +2H2O
10 menit. - Sampel + 3 tetes
C2O42- 2CO2 + 2e-
+ 5 mL asam oksalat dengan segera KMnO4 : pink
Dititrasi kelebihan asam oksalat dengan 4H+ + MnO42- + C2O42-
- + H2SO4 : tidak
KMnO4 sampai warna larutan tepat merah MnO2 + 2CO2+ 2H2O
jambu berwarna
- Dididihkan : tidak
berwarna
Volum KMnO4
- + KMnO4 : pink (++)
9
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
- Dididihkan 10 menit :
pink
- + C2H2O4 : larutan
tidak berwarna
- Dititrasi dengan
KMnO4
- V1 :1 mL
- V2 : 1,1 mL
- V3 : 1,1 mL
10
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
X. PEMBAHASAN :
1. Standarisasi KMnO4 denganA sam Oksalat
Percobaan penentuan zat organiK ini bertujuan untuk mengetahui zat
organik yang dalam sampel yang berasal dari air sumur yang diambil di
daerah porong sidoarjo. Pertama dilakukan standarisasi terlebih dahulu
terhadap larutan KMnO4. Standarisasi KMnO4 menggunakan larutan asam
oksalat, standarisasi ini bertujuan agar dapat menentukan konsentrasi
sebenarnya larutan KMnO4 yang nantinya akan digunakan untuk titrasi
pada sampel untuk mencari angka permanganate pada sampel.
Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 50 mL
aquades kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan 2,5 mL
H2SO4. Penambahan H2SO4 berfungsi sebagai pemberi suasana asam, hal
ini dilakukan karena asam oksalat menjadi standar primer yang baik untuk
permanganate dalam suasana asam sehingga MnO4- dapat dioksidasi
menjadi Mn2+sebagaimana reaksinya adalah :
3H2SO4 + 2KMnO4 → 2MnSO4 + 3H2O + 5 On +K2SO4
Karena reaksi ini berjalan sangat lambat, maka larutan tersebut
dipanaskan sampai 60oC dan ditambah dengan dua butir batu didih untuk
mempercepat proses pemanasan. Tetapi pada suhu yang lebih tinggi,
reaksi mulai melambat, tetapi kecepatannya meningkat saat ion Mn2+
terbentuk dan pemanasan tidak boleh dilakukan lebih dari 60oC karena
H2C2O4 dapat terurai menjadi H2O + CO2 + CO. setelah itu ditambahkan 5
mL asam oksalat dan dititrasi segera dengan larutan KMnO4 sampai ada
perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Warna
merah muda ini merupakan warna dari Mn2+ yang dihasilkan dari reaksi
titrasi tersebut. Pada titrasi tersebut terjadi reaksi redoks, reaksinya adalah
:
5e- + 8 H+ + MnO4- → Mn2+ + 4H2O x2
H2C2O4 → 2CO2 + 2H+ + 2e- x5
16 H+ + 2MnO4- + 5H2C2O4 → 2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2 + 10 H+
6 H+ + 2MnO4- + 5 H2C2O4 → 2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2
11
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
Dalam proses titrasi ini, titran yaitu larutan KMnO4 berlaku sebagai
autoindikator redoks yaitu senyawa yang mengindikatori dirinya sendiri.
Auto Indikator (warna dari pereaksinya sendiri), apabila pereaksinya sudah
mempunyai warna yang kuat, kemudian warna tersebut hilang atau
berubah bila direaksikan dengan zat lain maka pereaksi tersebut dapat
bertindak sebagai indikator. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan
warna yang terang pada titik akhir titrasi.
Percobaan Standarisasi diulangi sampai tiga kali. Dan dari hasil
titrasi, diperoleh volume KMnO4 pada saat terjadi perubahan warna tiga
kali berturut-turut yaitu 5,4 mL; 5,3 mL; dan 5,4 mL. Untuk mengetahui
normalitas KMnO4 yang sebenarnya dilakukan perhitungan dengan
persamaan:
(V.N) oksalat = (V.N) KMnO4
Berdasarkan perhitungan yang ada pada lampiran, diperoleh data
sebagai berikut:
Perc. V N V N
Ke H2C2O4(mL) H2C2O4(mL) KMnO4(mL) KMnO4(N)
1 5,0 0,01 5,4 0,0093
2 5,0 0,01 5,3 0,0094
3 5,0 0,01 5,4 0,0093
Rata-rata 0,00934
12
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
13
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
XI. KESIMPULAN :
Kadar zat organik pada sampel air sumur daerah porong sidoarjo yang
terletak 8 km dari semburan sebesar 212,5205 mg/L. standar kadar zat organik
dibedakan menjadi dua, yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan sebagai
persyaratan kualitas air minum sebesar 10 mg/L yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 pada tanggal 19
April 2010 dan syarat mutu air minum dalam kemasan maksimal sebesar 1
mg/L sesuai SNI 01-3553-2006 sehingga dapat disimpulkan bahwa air sumur
tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
14
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
15
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Perhitungan
a. Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat
Diketahui : N H2C2O4 = 0,01 N
V H2C2O4 = 5,0 mL
V1 KMnO4 = 5,4 mL
V2 KMnO4 = 5,3 mL
V3 KMnO4 = 5,4 mL
Ditanya : N KMnO4 rata-rata?
Penyelesaian :
V1 = 5,4 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N1 KMnO4 x V1 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N1 KMnO4 x 5,4 mL
N1 KMnO4 = 0,0093 N
V2 = 5,3 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N2 KMnO4 x V2 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N2 KMnO4 x 5,3 mL
N2 KMnO4 = 0,0094 N
V3 = 5,4 mL
N H2C2O4 × V H2C2O4= N1 KMnO4 x V1 KMnO4
0,01 N x 5 mL = N1 KMnO4 x 5,4 mL
N1 KMnO4 = 0,0093 N
N KMnO4 rata-rata
N1 + N2 + N3
N KMnO4 rata − rata =
3
0,0093+ 0,0094+ 0,0093
=
3
= 0,00934 N
16
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
17
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
LAMPIRAN FOTO
18
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
19
Laporan Praktikum Kimia Lingkungan
Hasil titrasi
20