Disusun oleh:
Imperatif Kategoris
Imperatif kategoris merupakan perintah yang bukan bersifat permintaan atau komando,
tetapi bersifat keharusan, tetapi juga bukan merupakan paksaan melainkan keharusan yang
bersifat mutlak, tanpa syarat tanpa kekecualian. Sebagai suatu hal yang umum atau tanpa
kekecualian, perintah itu tidak mengandung hal-hal subjektif karena dia hanya menyediakan
sebuah prinsip umum dan kriteria dari semua perintah moral dan kewajiban-kewajiban
(Anggraini, 2012: 131). Bentuk yang paling sederhana dari imperatif kategoris adalah perintah
untuk “Bertindak secara moral” itulah perintah atau kewajiban mutlak satu-satunya.
Utilitarisme
Utilisme atau dalam bahasa Inggrisnya utilitarianism yang dijabarkan dalam bahasa Latin
“utilis” yang artinya bermanfaat. Suatu perbuatan dikatakan baik, jika membawa manfat,
dikatakan buruk jika menimbulkan mudarat. Paham ini mengatakan bahwa orang baik ialah
orang yang membawa manfaat, dan yang dimaksud ialah agar setiap orang menjadikan dirinya
membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Sesuatu yang dianggap bermanfaat adalah sesuatu
yang memberikan kebaikan kepada kita atau yang membuat kita bahagia, sedangkan keburukan
ialah sesuatu yang menyengsarakan kita. Hedonisme dengan Utilisme mempunyai perbedaan,
walaupun keduanya dikategorikan dapat menciptkan kebahagiaan, yaitu hedonisme biasanya
memperhatikan kenikmatan yang ditimbulkan oleh perbuatan bagi yang melakukan perbuatan
sedangkan utilisme memperhatikan manfaat yang diberikan kepada sesama manusia.
Hedonisme
Veil of Ignorance
Tabir ketidaktahuan merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk membantu
seseorang dalam menentukan apakah sesuatu tindakan maupun lembaga tertentu sesuai dengan
moral (Rawl, 1971). Disebut sebagai konsepsi “keadilan sebagai kejujuran”, tujuannya dalam
merancang posisi aslinya adalah untuk menggambarkan situasi kesepakatan yang adil di antara
semua pihak dalam kontrak sosial hipotetis. Dengan menggunakan konsep ini, seseorang dipaksa
untuk mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan, maupun hal lainnya dari
perspektif orang yang berbeda. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mempertimbangkan
moralitas sebenarnya yang diwujudkan melalui tindakan.
Golden Rule
Selain itu, dalam pembahasan mengenai hukum alam, Hobbes juga menunjukkan bahwa konsep
golden rule merupakan cerminan hukum alam (law of nature). Jika seseorang menginginkan agar
orang lain berbuat seperti yang dikehendaki, maka ia harus berbuat seperti apa yang dikehendaki
terhadap orang lain tersebut. Sebaliknya, apapun yang tidak dikehendaki terjadi, maka jangan
lakukan hal tersebut kepada orang lain. Dalam konsep golden rule manusia diharapkan dapat
menghargai seseorang dan memandang bahwa manusia memiliki hak yang sama secara alamiah.
Sehingga seseorang tidak akan melanggar hak dan menghargai orang lain karena memiliki
kedudukan yang setara.
Golden Means
Dalam etika media massa harus bisa membedakan proses komunikasi dalam kerangka
tindakan manusia. Dapat membedakan mana tindakan yang baik mana tindakan buruk
merupakan permasalahan utama dalam etika. Etika mengarahkan kita menuju kebijaksanaan
melalui aturan-aturan yang ada. Prinsip-prinsip etis yang dibentuk dapat diperlihatkan
menggunakan nilai tengah Aristoteles. Menurut Straubhaar, Robert &Lucinda (2009) dalam Nilai
Berita dan Etika media Dalam Tayangan liputan Penyeranagan teroris di Temanggung oleh
Sofiati Aminuddin nilai tengah atau golden mean memiliki makna bahwa tindakan etis yang
baik adalah tindakan diantara dua nilai ekstrim yang berlawanan. Terdiri dari prinsip imperatif
kategori Immanuel Kant yang menyatakan kita harus bertindak berdasarkan prinsip unuversal,
prinsip situasional merupakan prinsip bahwa tindakan manusia selalu bersikap kontekstual dan
relatif didasarkan pada situasi tertentu. Prinsip ainnya adalah prisip pragmatis yang menyatakan
bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang bisa dilakkukan atau diaplikasikan.
Potter Box
Potter Box adalah proses untuk melakukan tindakan etik/etis yang dibuat oleh professor
Ralph Potter. Potter Box memiliki empat tahap yang membantu menjelaskan masalah etik yang
sedang dihadapi. ( Straubhar dkk, 476) Potter membuat empat tahap ini dalam bentuk kotak. Jay
Black dan Chris Roberts (2011) dalam bukunya yang berjudul Doing Ethics in Media: Theories
and Practical Applications menjelaskan Potter Box mendukung pendekatan yang rasional dan
sistematis yang mengarahkan seseorang untuk:
1. Menjelaskan suatu situasi secara objektif dan detail. Pengumpulan fakta dan
penjelasan mengenai suatu situasi diharapkan membuat seseorang semakin objektif
dalam melihat masalah.
2. Mengidentifikasi nilai yang sesuai dengan keadaan tersebut. seseorang akan
membandingkan dan mepertentangkan nilai yang berbeda dan nantinya akan
mempengaruhi keputusan.
3. Menerapkan filosofi dalam mengambil keputusan yang adil. Maksud dari tahap ini
adalah kita mempertimbangkan beberapa prinsip etika seperti Golden Mean,
Categorial Imperative, dan Golden Rules. Dengan berpegang pada salah satu prinsip
tersebut, seseorang akan lebih mudah untuk menentukan sikap
4. Memilih kepada siapa akhirnya keputusan itu ditujukan. Dalam setiap pengambilan
keputusan akan membawa konsekuensi mana yang diuntungkan dan mana yang
dirugikan
Anggraini, S. 2012. Disertasi. Imperatif Kategoris Kehendak Baik dan Kehendak Bebas dalam
Persepsi Etis tentang Aborsi. Jawa Tengah: Universitas Kristen Satya Wacana.
Sofiati Aminuddin, Evie (2011) Nilai Berita Dan Etika Media Dalam Tayangan Liputan
Penyerangan Teroris di Temanggung. Masters thesis, Master Program in Communication
Science.
Black, Jay & Chris Robert. 2011. Doing Ethics in Media: Theories and Practical Applications.
New York: Routledge
Straubhaar, Joseph, Robert La Rose & Ucinda Davenport. 2010. Media Now, 2010 Update:
Understanding Media, Culture, and Technology. Boston: Wadsworth
Magnis-Suseno, Franz. 1997. Pustaka Filsafat 13 TOKOH ETIKA, Sejak Zaman Yunani Sampai
Abad ke-19. Yogyakarta: Kanisius
Tolulope, Rojaiye. Ethics: Perspective Of Aristotle, Immanuel Kant And Jo Stuart Mill.
(PAU/SMC/MSCPT5/130037)
Utama, T. (2012). Iklan Anak-anak Dan Etika Media Pada Tayangan Iklan Produk Makanan Dan
Minuman Di Televisi. Acta diurnA│ Vol, 8(2).
Swain, Kristen Alley. 1994.Beyond The Potter Box: A Decision Model Based On Moral
Development Theory. University of Mississippi