Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan,


yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda, sering dihubungkan
dengan abortus, miscarriage, dan early pregnancy loss.1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita
tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada tahun 2013,
dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian. Jumlah ini menurun sebesar
45% bila dibandingkan tahun 1993 di mana Maternal Mortality Rate (MMR) pada tahun
tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian wanita 523.000. Negara berkembang memiliki
jumlah MMR empat belas kali lipat lebih tinggi dibandingkan negara maju.
Berdasarkan survei terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI), AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun 2007
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.2
Abortus didefinisikan sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Batasannya adalah usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa
tindakan disebut abortus spontan. Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan
sebelum 20 minggu dengan disengaja. Abortus terapeutik ialah abortus provokatus yang
dilakukan atas indikasi medik.1
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion),
abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent
abortion), abortus infeksiosus, dan abortus septik.1,3
Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum 20
minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus. Reproduksi manusia
relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan
kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.3,4 Namun angka
kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya

1
lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita
berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4 Delapan puluh
persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Insiden abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan. Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada 2 hal
yang selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikutsertakan abortus dini yang karena itu
tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta
dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus iminens sendiri merupakan salah satu bentuk
klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis
ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun
yang penting diketahui adalah sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.1,2,3
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki komplikasi
yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa
menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami
abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya pada ibu namun juga
pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Sangat penting bagi para pelayan kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang
abortus inkomplit agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

2
BAB II
ILUSTRASI KASUS

2.1 INDENTITASPENDERITA

Nama : Ny. S Nama suami : Tn. A


Umur : 40 tahun Umur : 53 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Supir
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Perum. Alya, Tampan
No. MR : 992644

2.2 ANAMNESA

Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 30 Juli 2018


pukul 13:55 WIB, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan.

2.2.1 Keluhan Utama:


Keluar darah dari kemaluan.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke VK IGD RSUD Arifin Achmad dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan sejak 3 jam SMRS. Sebelumnya pasien merasakan
nyeri perut dan pinggang 6 jam SMRS. Kemudian pasien dibawa ke VK IGD
RSUD Arifin Achmad, saat itu keluar darah yang banyak, berwarna kecoklatan
dan bergumpal, terlihat seperti jaringan. Pasien mengaku pernah datang ke
tukang urut 2 bulan yang lalu sebanyak 1 kali. Saat itu tidak keluhan, keluar
darah dari kemaluan tidak ada, demam selama hamil tidak ada.

Pasien mengaku hamil 4 bulan, HPHT tidak ingat, hanya ingat terakhir
kali haid 4 bulan yang lalu. Pasien tidak merasakan gerakan pada perutnya
beberapa bulan terakhir hingga sekarang. Pasien mengetahui kehamilannya
dari pemeriksaan test pack. Pasien belum pernah memeriksakan kehamilan.

3
Selama hamil pasien tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, asma,
penyakit jantung, demam ataupun perdarahan, keputihan dalam jumlah banyak
tidak ada.

2.2.3 Riwayat Haid:


Menarche usia 13 tahun, teratur setiap bulan, selama 5-6 hari, 2-3 kali
ganti pembalut per hari, nyeri haid (-). Sejak 1 tahun yang lalu setelah KB, haid
hanya sedikit, 2-3 hari setiap siklus.

2.2.4 Riwayat Perkawinan:


Menikah 1 kali, pada tahun 2002 usia 24 tahun.

2.2.5 Riwayat Persalinan


G4P3A0H3
1) Anak pertama lahir tahun 2003, perempuan, lahir secara SC, 3000 gram,
hidup
2) Anak kedua lahir tahun 2006, laki-laki, lahir spontan, 3000 gram, hidup
3) Anak ketiga lahir tahun 2009, laki-laki, lahir spontan, 3000 gram, hidup
4) Hamil saat ini

2.2.6 Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:


2015-2016 : KB jenis suntik.
2017 : KB pil

2.2.7 Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung (-), Asma (-), Alergi (-).

2.2.8 Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat Hipertensi (-) pada ibu, DM (-), Penyakit jantung (-), Asma (-),
Alergi (-)

2.2.9 Riwayat Operasi Sebelumnya:


SC 1 kali, tahun 2003.

4
2.2.10 Riwayat Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai supir.

PRIMARY SURVEY
Airway : Clear
Breathing : 20x/menit
Circulation :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 73x/menit
Disability : GCS 15

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
TB : 155cm
BB : 63 kg
IMT : 26 (obesitas grade I)

Tekanan darah : 120/80 mmHg


Nadi : 73x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu :36,70C

Status generalis
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), retraksi palpebra
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Vesikuler kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status ginekologi
Genitalia : Status ginekologi
Ekstremitas : Akral hangat, CRT > 2 detik, edema(-).

5
Status ginekologi
Mamae : Tidak ada kelainan
Axilla : Tidak ada kelainan
Abdomen :
Inspeksi : Perut cembung, terutama bagian pubis tanda-tanda peradangan (-),
sikatrik (+) bekas SC
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular(-), TFU sejajar
simfisis pubis
Perkusi :-
Auskultasi : Bising usus (+)

Genitalia :
Inspeksi : Vulva/muara uretra tenang, perdarahan aktif(-)
Inspekulo : perdarahan vagina (+), porsio licin, livide, OUE terbuka,
fluor (-) ,fluksus (+), massa(-)
VT : Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin kenyal,
Nyeri goyang porsio (-), cavum douglas menonjol.
RT : Tonus spingter ani baik, ampula recti tidak kolaps,
mukosa rectum licin, tidak teraba massa.

2.4 DIAGNOSIS KERJA

G4P3A0H3 hamil 16 minggu + suspek abortus inkomplit

2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN BILA SUDAH ADA


2.5.1 Darah rutin ( 30 juli 2018 )
HB :13gr/dl
HT :43,1 %
Leukosit :14.730/µL
Trombosit:369.000 /µL

2.5.2. Koagulasi (31 juli2018 )


PT :12,1 sec

INR : 0,87
APTT : 30,5 sec

6
2.6 DIAGNOSIS KERJA :
G4P3A0H3 hamil 16 minggu + suspek abortus inkomplit

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK YANG


DIUSULKAN:
1.USG

2.8. TERAPI
Primary Survey
Simptomatik : IVFD RL 20 tpm/8 jam
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Suportif : Bed rest, Edukasi penyebab dan rencana tindakan

Kausal : Kuretase

2.9. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Radiologi
USG
Massa hiperekoik, bentuk tidak beraturan dalam kavum uteri
Kesan : Tersisa hasil konsepsi dalam kavum uteri

2.10. DIAGNOSA PASTI


P3A1H3 + abortus inkomplit

2.11 RENCANA TINDAKAN


Kuretase

2.12 PROGNOSA
Bonam

7
2.13 LAPORAN OPERASI

TANGGAL DAN WAKTU RUANG KELAS


01 Agustus 2018 Jam 08.40 WIB Camar 3 III
Nama ahli bedah Nama dokter Nama asisten Nama
dr.Ruza P.Rustam, anestesi Rika S perawat
Sp.OG Dr. Dino, SpAn Rini, Sri W
DIAGNOSIS PRA OPERASI: P3A1H3 + abortus inkomplit
DIAGNOSIS PASCA OPERASI: P3A1H3 Post Kuretase cito a/i
abortus inkomplit
JARINGAN YANG DIEKSISI/ INSISI:
DIKIRIM UNTUK PEMERIKSAAN: TIDAK
NAMA JENIS OPERASI: Kuretase cito

TANGGAL JAM OPERASI LAMA ANESTESI


OPERASI 08.40 WIB s/d BERLANGSUNG
01/08/2018 09.15 WIB 35 menit
Laporan Tindakan :

1. Pasien pada posisi litotomi dalam anastesi TIVA


2. Asepsis dan antiseptik pada daerah vulva, vagina dan sekitarnya
3. Dipastikan kandung kemih kosong
4. Dipasang spekulum sims bawah dan atas, portio di identifikasi, kemudian
dipasang tenakulum diarah jam 11 , speculum sims atas dilepaskan
5. Dilakukan sondase, uterus antefleksi dengan kedalaman 12 cm
6. Dilakukan pengambilan jaringan dengan abortus tang, didapatkan jaringan
± 20 gr
7. Dengan kuret tajam dilakukan pengerokan secara sistematis didapatkan
jaringan ± 5 cc dan stolcell ± 5 cc hingga didapatkan tanda bersih gritty
sensation (+), pink foamy (+), kontraksi (+), berbusa dan dipastikan tidak
ada darah keluar dari OUE
8. Tenakulum dilepaskan, evaluasi tidak ada perdarahan bekas jepitan
tenakulum, spekulum sims bawah dilepaskan
9. Kontraksi baik
10. Alat dan kassa lengkap, perdarahan selama tindakan ±100 cc
8
11. Tindakan selesai

INSTRUKSI PERAWATAN PASCA OPERASI


1. Awasi hemodinamik agar tetap stabil
- Observasi KU, TTV, akut abdomen
- IVFD RL 30 tpm
2. Cegah infeksi
- Cefixime tab 200 mg 2x1
3. Nyeri
- Ketorolac 3 x 1 amp iv
4. Kontraksi uterus
- Metil ergometrin 3x1
5. Mobilisasi bertahap
6. Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
7. Hygiene vulva dan perineum

9
2.13 STATUS FOLLOW UP

Hari/
S O A P
Tanggal
Kamis Nyeri perut KU: Tampak P3A1H3 Post
Cefixime tab 200
bawah (+), sakit sedang, Kuretase cito
02/08/2018 mg 2x1
perdarahan
TD: 130/70 a/i abortus Ketorolac 3 x 1
dari kemaluan
(-), demam (-) mmHg, N: inkomplit, amp iv
84 x/menit, POD-1 Metil ergometrin
RR: 20 3x1

x/menit, T: -Mobilisasi aktif


36,7o C, -Diet tinggi
VAS: 1-2 karbohidrat
tinggi protein
Status
generalis: -Hygiene vulva
dan perineum
Konjungtiva
anemis (-/-), -Pasien boleh
nyeri tekan pulang
pada daerah
pubis (+)

Status
ginekologi:

I : V/U tenang,
perdarahan (-),
discharge (-)

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.5

3.2 Epidemiologi abortus

Diperkirakan 4,2 juta abortus terjadi setiap tahunnya di Asia Tenggara,


dengan perincian 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, kemudian antara 750.000
sampai 1,5 juta kejadian di Indonesia, 155.000 sampai 750.000 di Filipina, dan
300.000 sampai 900.000 di Thailand. Kemudian berdasarkan data survey yang
dilakukan di RSUD Jend. Ahmad Yani diketahui bahwa pada tahun 2013 angka
kejadian abortus mencapai 69 kasus dari 416 ibu hamil, tahun 2014 terdapat 137
kasus dari 601 ibu hamil dan tahun 2015 tercatat sebanyak 155 dari 518 ibu
hamil.6

3.3 Klasifikasi abortus

Berdasarkan cara terjadinya, abortus dapat dibagi menjadi 2 golongan


yaitu:

1. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah.
Secara klinis abortus spontan dapat dibagi atas:5,7
a. Abortus iminens
Abortus iminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi
dimana kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Abortus iminens juga merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan

11
pervaginam berupa bercak, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik didalam uterus.
b. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana
kehamilan tidak mungkin dipertahankan lagi, ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri sudah terbuka serta ketuban yang
teraba akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kovum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
c. Abortus komplit
Abortus komplit adalah abortus yang dari klinisnya terjadi pengeluaran
seluruh hasil konsepsi, baik berupa fetus, jaringan, ataupun plasenta
dari kavum uteri sehingga ketika pasien datang ke dokter sudah dalam
keadaan kavum uteri yang kosong.
d. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah abortus dimana terjadi pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis, sementara
masih ada yang tertinggal berupa desidu atau plasenta. Batasan abortus
ini masih pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e. Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang terjadi didahului dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan selama beberapa minggu
sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akan tetapi hasil
konsepsi seluruhnya baik itu fetus maupun plasenta masih tertahan
didalam kavum uteri.
f. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan dimana wanita tersebut telah
mengalami abortus tiga kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus
habitualis pada umunya tidak sulit unutk menjadi hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-
turut.

12
g. Abortus infeksiosius dan abortus septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi
pada alat genital dan apabila infeksi ini menyebar kedalam sirkulasi
dan kavum peritoneum maka akan menimbulkan abortus septik dan
peritonitis.

Gambar 1. Abortus iminens, abortus insipiens, dan missed abortion


2. Abortus provokatus (induced abortion)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan tindakan medis). Abortus ini dikatakan medisinalis
apabila berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal tida tenaga kesehatan yaitu
dokter spesalis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis penyakit
dalam dan dokter spesialis jiwa.
b. Abortus kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

13
3.4 Etiologi abortus
Umumnya kejadian abortus tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Ada
dua faktor yang menyebabkan abortus yaitu:5,8
1. Faktor janin
a. Perkembangan zigot abnormal
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah
kelainan perkembangan zigot, janin bentuk awal atau kadang-kadang
plasenta.
b. Abortus aneuploidi
Sebagian besar kejadian abortus disebabkan oleh kelainan sitogenik.
Kelainan sitogenik pada embrio ini biasanya berupa aneuplidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis misalnya nondisfunction meiosis.
Kelainan kromosom lebih banyak ditemukan pada abortus yang terjadi
pada trimester awal kehamilan. Kelainan kromosom yang paling sering
ditemukan adalah trisomi autosom, diikuti dengan monosomi X,
triploidi dan tetraploidi.
c. Abortus euploidi
Abortus euploidi terjadi pada usia kehamilan sekitar 13 minggu.
Kejadian abortus ini didapatkan meningkat setelah usia ibu 35 tahun
berhubungan dengan kelainan genetik.
2. Faktor ibu
a. Infeksi
Infeksi sering dikaitkan dengan persalinan preterm. Hal ini
dikarenakan adanya sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi
persalinan.
b. Kelainan endokrin
Ada beberapa kelainan endokrin yang memungkinkan menyebabkan
terjadinya abortus yaitu:
- Penyakit tiriod
Penyakit grave merupakan penyakit autoimun dimana tubuh
menghasilkan antibodi merangsang kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiriod dalam jumlah besar. Antibodi tersebut dapat

14
melewati plasenta sehingga dapat meningkatkan aktifitas tiroid
pada janin, akibatnya denyut jantung janin meningkat dan
meyebabkan pertumbuhannya terhambat.
- Diabetes melitus
Abortus spontan dan malformasi kongenital dapat meningkat pada
diabetes melitus tipe 1. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metaboik pada trimester pertama.
- Defisiensi progesteron
Progesteron memiliki peranan penting dalam memperngaruhi
reseptivitis endometrium terhadap implantasi embrio. Adanya fase
luteal dimana progesteron akan disekresikan oleh korpus luteum
memiliki peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu. Hal ini
dikarenakan trofoblas harus menghasilkan cukup steroid unutk
menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum seblum usia 7
minggu akna meningkatkan abortus.
c. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
- Tembakau
Merokok dinyatakan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
abortus euploidi. Risiko terjadinya abortus pada ibu hamil yang
mengkonsumsi rokok lebih tinggi.
- Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
- Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari 4 cangkir per hari dapat
meningkatkan risiko abortus.
d. Faktor imunologis
e. Faktor anatomik.
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetri
seperti abortus berulang, prematuritas dan malpresentasi janin.
f. Serviks inkompeten

15
3.5 Patofisiologi abortus
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kehamilan janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel
peradangan akut dan akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Hasil konsepsi
terlepas seluruhnya atau sebagian yang akan diinterpretasikan sebagai benda asing
di dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus mulai dan segera
setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar dari rongga rahim.
Pengeluaran hasil konsepsis didasarkan 4 cara:5
a. Keluarnya kantongkorion pada kehamilan yang sangat dini meninggalkan
sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan koroin
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin keluar tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

3.6 Gambaran klinis abortus


Keluhan utama yang sering muncul adalah perdarahan pervaginam untuk
semua jenis abortus. Sementara sifat perdarahan, kondisi serviks, bagaimana hasil
konsepsisnya dan gejala lainnya yang muncul berbeda tiap jenis abortus.5
a. Abortus imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan. Terjadi perdarahan pervaginam
berupa bercak (spottting). Perdarahan ini pada umumnya sedikit tapi dapat
berlangsung berminggu-minggu dan berulang serta diikuti dengan nyeri
perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Ostium
uteri masih tertutup dengan besar uterus yang masih sesuai dengan usia
kehamilan, uterus teraba lunak dan tes kehamilan urin masih positif serta
hasil konsepsi yang masih utuh di dalam kavum uteri.

16
b. Abortus insipiens
Perdarahn yang muncul banyak, kadang bisa terjadi gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat. Perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia kehamilan sehingga ibu
bisa jatuh dalam keadaan syok dan menyebabkan kematian pada ibu.
Sudah terjadi pendataran dan pembukaaan servik sehingga dapat teraba
selaput ketuban akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran dan hasil pemeriksaan tes kehamilan masih
didapatkan positif.
c. Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsis telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, perdarahan yang ada akan berkurang dengan besarnya uterus
yang semakin mendekati ukuran normal.
d. Abortus inkomplit
Perdarahan biasanya masih terjadi dengan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Jaringan
telah sebagian terekspulsi, akan tetapi sebagian atau seluruh plsaenta
masih tertahan didalam uterus. perdarahn ini bisa diikuti dengan nyeri atau
nyeri sudah terhenti ketika terjadi perdarahan. Gejala lain yan didapati
antara lain, amenore, sakit perut, dan mule-mules. Pada saat dilakukan
pemeriksaan vagina, ditemukan bahwa kanalis servikalis masih terbuka,
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Peeriksaaan USG hanya dilakukan bila kita ragu.
e. Missed abortion
Biasanya tidak merasakan apapun. Keluhan yang muncul adalah
kehamilan tidak berkembang sesuai usia kehamilan.

3.7 Diganosis
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis lengkap dan
pemeriksana fisik secara umum (termasuk panggul) pada setiap pasien untuk
menentukan kemungkinan diperlukannya pemeriksaan laboratorium tertentu atau

17
pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi.
Secara klasik gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus (dengan atau tanpa
kontraksi suprapubik) dan perdarahan pervaginam pada kehamilan dengan janin
yang belum viabel.9
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji
kepekaan mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada
infeksi) dan pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus penentuan kadar
progesteron berguna untuk mendeteksi kegeglan korpus luteum. Jika terdapat
perdarahan, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan sailang
serta panel koagulasi.9

3.8 Penatalaksanaan abortus


Pengelola pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum
dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
tindak kuretasi. Apabila terjadi perdarahannya yang hebat, maka dilakukan
tindakan untuk mengatasi gangguan hemodinamiknya terlebih dahulu. Pada
perdarahan yang banyak, perhatikan juga apakah masih ada jaringan didalam
kavum uteri.5
Sisa jaringan yang tertinggal pada abortus inkomplit maka dianjurkan
segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsis secara manual agar jaringan
yang mengganjal terjadi kontrakasi uterus segera dilkeluarkan. Kontrkasi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahn bisa berhenti. Pengeluaran hasil konsepsis
ini dapat dengan tindakan evakuasi pembukaan (dilatasi) serviks dan kuretase
ataupun dengan aspirasi vakum manual dilakukan berdasarkan usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin. Tindakan kuretase harus
dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
Pasca tindakan perlu diberikan ureteronika parenteral ataupun per oral dan
antibiotik.5

18
3.8 Komplikasi abortus5
- Perdarahan
- Perforasi uterus secara tidak sengaja ini dapat terjadi sewaktu sondase
uterus, dilatasi dan kuretase.
- Infeksi dan tetanus
- Gagal ginjal akut
- Syok

3.9 Prognosis abortus


Angka kesembuhan setelah tiga kali abortus adalah sekitar 70-85% tanpa
memperhatikan terapi yang diberikan.10

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari uraian kasus diatas didapatkan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah anamnesis yang dilakukan sudah lengkap ?


2. Faktor resiko apa saja yang dimiliki oleh pasien?
3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
4. Apakah tatalaksana pasien ini sudah tepat ?

4.1 Anamnesis yang dilakukan sedikit kurang mendalam

Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan keluar darah dan
nyeri perut. Pada abortus penting untuk ditanyakan intesitas nyeri perut. Pada
abortus insipiens dan inkomplit nyeri perut yang dirasakan sedang sampai dengan
hebat. Pada anamnesis pasien ini tidak ditanyakan bagaimana intesitas nyeri perut
yang dirasakan, dan juga pada kondisi pasien sekarang penting untuk ditanyakan
kembali berapa volume darah yang keluar guna tatalaksana selanjutnya.11

4.2 Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat


Penegakkan diagnosa pada pasien berdasarkan anmnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh
keluar darah dari kemaluan disertai gumpalan berupa jaringan yang menyerupai
janin, disertai dengan nyeri perut. Pasien mengaku sudah tidak haid sejak 4 bulan,
jika dihitung berdasarkan HPHT, usia kehamilan pasien saat ini kurang dari 20
minggu. Pasien juga pernah keguguran sebelumya, Dari pemeriksaan fisik umum
keadaan pasien dalam keadaan baik, dari pemeriksaan khusus ginekologi saat
inspekulo tampak OUE terbuka. Telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
USG didapatkan adanya massa hiperekoik, bentuk tidak beraturan dalam kavum
uteri dengan kesan tersisa hasil konsepsi dalam kavum uteri.

20
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang diagnosis pada
pasien ini adalah abortus spontan yang mengarah ke abortus insipiens atau abortus
inkomplit.5 Pada kasus ini masih terdapat sisa konsepsi maka abortus inkomplit
adalah diagnosa kerja yang tepat.

4.3 Tatalaksana pasien kurang tepat

Tatalaksana pasien post operasi terdiri atas farmakologi dan non


farmakologi.tatalaksana farmakologi pada pasien diberikan analgetik, antibiotik,
pencegahan anemia dan uterotonika. Pemberian obat tersebut pada pasien cukup
baik. Terapi non farmakologi pada pasien tidak dilakukan pemasangan
kontrasepsi, secara ideal seharusnya post kuretase pasien dilakukan pemasangan
kontrasepsi dan mengingat usia ibu saat ini merupakan usia resiko tinggi untuk
hamil lagi maka pemasangan IUD atau tubektomy diperlukan.11

21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Diagnosis pada pasien sudah tepat.
2. Tatalaksana pada pasien kurang lengkap.

5.2 Saran
Adapun saran dalam penulisan laporan kasus ini ditunjukkan pada :
1. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan ginekologi yang lengkap baru dilakukan
pemeriksaan penunjang.
2. Setiap pasien dengan resiko tinggi diharapkan mendapatkan konseling tentang
keluarga berencana.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya


Kehamilan. Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor.
Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 -312.
2. Pedoman Diagnosis –Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien,
Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003
3. Cunningham FG, dkk. Kehamilan pada Manusia. Dalam Hartanto
Huriawati, editor. Obstetric Williams volume satu. Edisi ke-21.
Jakarta: ECG. 2006.Hal 2-33
4. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of
Spontaneus Abortion. American Family Physician. October 01
2005;72;1.
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014
6. Wulandari W, Abdullah AZ. Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan di
RSIA Pertiwi Makasar Tahun 2011. Jurnal MKMI. 2012; No.4 Vol 8
7. Ross MH, Paulina W. Histology: A Text and Atlas with Corelated Cell
and Molecular Biology. 5th ed. USA; Lippincot Williams and Wilkins:
2006
8. Sastrawinata S, Martaardisoebrata D, Wirakusuma FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Handini S, Sari LA, Editor.
Jakarta: EGC;2005.
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid II. Edisi 3. Jakarta. EGC; 2011
10. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, et al. Obstetri williams: panduan
ringkas edisi 21. Yudha EK, Subekti NB, Translator. Jakarta: EGC; 2009.
11. Moegni EM, Ocviyanti D, dkk. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan: Pedoman bagi tenaga kesehatan. Ed 3.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013:84-91.

23

Anda mungkin juga menyukai