Abortus Inkomplit
Abortus Inkomplit
PENDAHULUAN
1
lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita
berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4 Delapan puluh
persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Insiden abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan. Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada 2 hal
yang selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikutsertakan abortus dini yang karena itu
tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta
dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus iminens sendiri merupakan salah satu bentuk
klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis
ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun
yang penting diketahui adalah sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.1,2,3
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki komplikasi
yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa
menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami
abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya pada ibu namun juga
pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Sangat penting bagi para pelayan kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang
abortus inkomplit agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 INDENTITASPENDERITA
2.2 ANAMNESA
Pasien mengaku hamil 4 bulan, HPHT tidak ingat, hanya ingat terakhir
kali haid 4 bulan yang lalu. Pasien tidak merasakan gerakan pada perutnya
beberapa bulan terakhir hingga sekarang. Pasien mengetahui kehamilannya
dari pemeriksaan test pack. Pasien belum pernah memeriksakan kehamilan.
3
Selama hamil pasien tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, asma,
penyakit jantung, demam ataupun perdarahan, keputihan dalam jumlah banyak
tidak ada.
4
2.2.10 Riwayat Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai supir.
PRIMARY SURVEY
Airway : Clear
Breathing : 20x/menit
Circulation :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 73x/menit
Disability : GCS 15
Status generalis
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), retraksi palpebra
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Vesikuler kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status ginekologi
Genitalia : Status ginekologi
Ekstremitas : Akral hangat, CRT > 2 detik, edema(-).
5
Status ginekologi
Mamae : Tidak ada kelainan
Axilla : Tidak ada kelainan
Abdomen :
Inspeksi : Perut cembung, terutama bagian pubis tanda-tanda peradangan (-),
sikatrik (+) bekas SC
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular(-), TFU sejajar
simfisis pubis
Perkusi :-
Auskultasi : Bising usus (+)
Genitalia :
Inspeksi : Vulva/muara uretra tenang, perdarahan aktif(-)
Inspekulo : perdarahan vagina (+), porsio licin, livide, OUE terbuka,
fluor (-) ,fluksus (+), massa(-)
VT : Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin kenyal,
Nyeri goyang porsio (-), cavum douglas menonjol.
RT : Tonus spingter ani baik, ampula recti tidak kolaps,
mukosa rectum licin, tidak teraba massa.
INR : 0,87
APTT : 30,5 sec
6
2.6 DIAGNOSIS KERJA :
G4P3A0H3 hamil 16 minggu + suspek abortus inkomplit
2.8. TERAPI
Primary Survey
Simptomatik : IVFD RL 20 tpm/8 jam
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Suportif : Bed rest, Edukasi penyebab dan rencana tindakan
Kausal : Kuretase
2.12 PROGNOSA
Bonam
7
2.13 LAPORAN OPERASI
9
2.13 STATUS FOLLOW UP
Hari/
S O A P
Tanggal
Kamis Nyeri perut KU: Tampak P3A1H3 Post
Cefixime tab 200
bawah (+), sakit sedang, Kuretase cito
02/08/2018 mg 2x1
perdarahan
TD: 130/70 a/i abortus Ketorolac 3 x 1
dari kemaluan
(-), demam (-) mmHg, N: inkomplit, amp iv
84 x/menit, POD-1 Metil ergometrin
RR: 20 3x1
Status
ginekologi:
I : V/U tenang,
perdarahan (-),
discharge (-)
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah.
Secara klinis abortus spontan dapat dibagi atas:5,7
a. Abortus iminens
Abortus iminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi
dimana kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Abortus iminens juga merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan
11
pervaginam berupa bercak, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik didalam uterus.
b. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana
kehamilan tidak mungkin dipertahankan lagi, ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri sudah terbuka serta ketuban yang
teraba akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kovum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
c. Abortus komplit
Abortus komplit adalah abortus yang dari klinisnya terjadi pengeluaran
seluruh hasil konsepsi, baik berupa fetus, jaringan, ataupun plasenta
dari kavum uteri sehingga ketika pasien datang ke dokter sudah dalam
keadaan kavum uteri yang kosong.
d. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah abortus dimana terjadi pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis, sementara
masih ada yang tertinggal berupa desidu atau plasenta. Batasan abortus
ini masih pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e. Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang terjadi didahului dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan selama beberapa minggu
sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akan tetapi hasil
konsepsi seluruhnya baik itu fetus maupun plasenta masih tertahan
didalam kavum uteri.
f. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan dimana wanita tersebut telah
mengalami abortus tiga kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus
habitualis pada umunya tidak sulit unutk menjadi hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-
turut.
12
g. Abortus infeksiosius dan abortus septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi
pada alat genital dan apabila infeksi ini menyebar kedalam sirkulasi
dan kavum peritoneum maka akan menimbulkan abortus septik dan
peritonitis.
13
3.4 Etiologi abortus
Umumnya kejadian abortus tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Ada
dua faktor yang menyebabkan abortus yaitu:5,8
1. Faktor janin
a. Perkembangan zigot abnormal
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah
kelainan perkembangan zigot, janin bentuk awal atau kadang-kadang
plasenta.
b. Abortus aneuploidi
Sebagian besar kejadian abortus disebabkan oleh kelainan sitogenik.
Kelainan sitogenik pada embrio ini biasanya berupa aneuplidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis misalnya nondisfunction meiosis.
Kelainan kromosom lebih banyak ditemukan pada abortus yang terjadi
pada trimester awal kehamilan. Kelainan kromosom yang paling sering
ditemukan adalah trisomi autosom, diikuti dengan monosomi X,
triploidi dan tetraploidi.
c. Abortus euploidi
Abortus euploidi terjadi pada usia kehamilan sekitar 13 minggu.
Kejadian abortus ini didapatkan meningkat setelah usia ibu 35 tahun
berhubungan dengan kelainan genetik.
2. Faktor ibu
a. Infeksi
Infeksi sering dikaitkan dengan persalinan preterm. Hal ini
dikarenakan adanya sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi
persalinan.
b. Kelainan endokrin
Ada beberapa kelainan endokrin yang memungkinkan menyebabkan
terjadinya abortus yaitu:
- Penyakit tiriod
Penyakit grave merupakan penyakit autoimun dimana tubuh
menghasilkan antibodi merangsang kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiriod dalam jumlah besar. Antibodi tersebut dapat
14
melewati plasenta sehingga dapat meningkatkan aktifitas tiroid
pada janin, akibatnya denyut jantung janin meningkat dan
meyebabkan pertumbuhannya terhambat.
- Diabetes melitus
Abortus spontan dan malformasi kongenital dapat meningkat pada
diabetes melitus tipe 1. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metaboik pada trimester pertama.
- Defisiensi progesteron
Progesteron memiliki peranan penting dalam memperngaruhi
reseptivitis endometrium terhadap implantasi embrio. Adanya fase
luteal dimana progesteron akan disekresikan oleh korpus luteum
memiliki peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu. Hal ini
dikarenakan trofoblas harus menghasilkan cukup steroid unutk
menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum seblum usia 7
minggu akna meningkatkan abortus.
c. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
- Tembakau
Merokok dinyatakan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
abortus euploidi. Risiko terjadinya abortus pada ibu hamil yang
mengkonsumsi rokok lebih tinggi.
- Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
- Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari 4 cangkir per hari dapat
meningkatkan risiko abortus.
d. Faktor imunologis
e. Faktor anatomik.
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetri
seperti abortus berulang, prematuritas dan malpresentasi janin.
f. Serviks inkompeten
15
3.5 Patofisiologi abortus
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kehamilan janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel
peradangan akut dan akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Hasil konsepsi
terlepas seluruhnya atau sebagian yang akan diinterpretasikan sebagai benda asing
di dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus mulai dan segera
setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar dari rongga rahim.
Pengeluaran hasil konsepsis didasarkan 4 cara:5
a. Keluarnya kantongkorion pada kehamilan yang sangat dini meninggalkan
sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan koroin
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin keluar tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
16
b. Abortus insipiens
Perdarahn yang muncul banyak, kadang bisa terjadi gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat. Perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia kehamilan sehingga ibu
bisa jatuh dalam keadaan syok dan menyebabkan kematian pada ibu.
Sudah terjadi pendataran dan pembukaaan servik sehingga dapat teraba
selaput ketuban akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran dan hasil pemeriksaan tes kehamilan masih
didapatkan positif.
c. Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsis telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, perdarahan yang ada akan berkurang dengan besarnya uterus
yang semakin mendekati ukuran normal.
d. Abortus inkomplit
Perdarahan biasanya masih terjadi dengan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Jaringan
telah sebagian terekspulsi, akan tetapi sebagian atau seluruh plsaenta
masih tertahan didalam uterus. perdarahn ini bisa diikuti dengan nyeri atau
nyeri sudah terhenti ketika terjadi perdarahan. Gejala lain yan didapati
antara lain, amenore, sakit perut, dan mule-mules. Pada saat dilakukan
pemeriksaan vagina, ditemukan bahwa kanalis servikalis masih terbuka,
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Peeriksaaan USG hanya dilakukan bila kita ragu.
e. Missed abortion
Biasanya tidak merasakan apapun. Keluhan yang muncul adalah
kehamilan tidak berkembang sesuai usia kehamilan.
3.7 Diganosis
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis lengkap dan
pemeriksana fisik secara umum (termasuk panggul) pada setiap pasien untuk
menentukan kemungkinan diperlukannya pemeriksaan laboratorium tertentu atau
17
pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi.
Secara klasik gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus (dengan atau tanpa
kontraksi suprapubik) dan perdarahan pervaginam pada kehamilan dengan janin
yang belum viabel.9
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji
kepekaan mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada
infeksi) dan pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus penentuan kadar
progesteron berguna untuk mendeteksi kegeglan korpus luteum. Jika terdapat
perdarahan, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan sailang
serta panel koagulasi.9
18
3.8 Komplikasi abortus5
- Perdarahan
- Perforasi uterus secara tidak sengaja ini dapat terjadi sewaktu sondase
uterus, dilatasi dan kuretase.
- Infeksi dan tetanus
- Gagal ginjal akut
- Syok
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan keluar darah dan
nyeri perut. Pada abortus penting untuk ditanyakan intesitas nyeri perut. Pada
abortus insipiens dan inkomplit nyeri perut yang dirasakan sedang sampai dengan
hebat. Pada anamnesis pasien ini tidak ditanyakan bagaimana intesitas nyeri perut
yang dirasakan, dan juga pada kondisi pasien sekarang penting untuk ditanyakan
kembali berapa volume darah yang keluar guna tatalaksana selanjutnya.11
20
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang diagnosis pada
pasien ini adalah abortus spontan yang mengarah ke abortus insipiens atau abortus
inkomplit.5 Pada kasus ini masih terdapat sisa konsepsi maka abortus inkomplit
adalah diagnosa kerja yang tepat.
21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Diagnosis pada pasien sudah tepat.
2. Tatalaksana pada pasien kurang lengkap.
5.2 Saran
Adapun saran dalam penulisan laporan kasus ini ditunjukkan pada :
1. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan ginekologi yang lengkap baru dilakukan
pemeriksaan penunjang.
2. Setiap pasien dengan resiko tinggi diharapkan mendapatkan konseling tentang
keluarga berencana.
22
DAFTAR PUSTAKA
23