Anda di halaman 1dari 16

Laporan Kasus

HIDROPS FETALIS

Oleh :
Jimmy E. H. P. Koan
9601061

Pembimbing :
Dr. Najoan Nan Warouw, SpOG (K)

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2004

0
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dari bagian Obstetri Ginekologi dengan judul : “Hidrops

fetalis” telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada

tanggal .........................................

Pembimbing,

Dr. Najoan Nan Warouw, SpOG (K)

1
PENDAHULUAN

Hidrops fetalis atau eritoblastosis fetalis didefinisikan sebagai adanya


akumulasi cairan ekstraseluler dalam jaringan dan rongga-rongga serosa,
yang dapat disebabkan oleh proses imun dan non imun. 1,2,3 Setiap orang
yang mengalami kekurangan antigen sel darah merah secara spesifik
mempunyai potensi untuk menghasilkan antibodi kalau terpapar terhadap
antigen tersebut. Antibodi yang dihasilkan terbukti berbahaya terhadap
manusia dalam kasus transfusi darah atau terhadap janin pada ibu yang
mengandung.1,4
Insidens terjadinya imunisasi rhesus kira-kira 1-2% dari seluruh
kehamilan. Di Asia lebih sering disebabkan karena inkompibilitas golongan
darah dari pada inkompibilitas rhesus. Insidens untuk hidrops fetalis non imun
mencapai 1 dalam 1500 sampai 3500 kelahiran hidup. 5,6,7
Etiologi dari Hidrops fetalis non imun antara lain dikarenakan 1:
1. anemia hemolitik
2. kelainan jantung
3. abnormalitas kromosom
4. infeksi virus
5. infeksi bakteri
6. kelainan vaskuler
7. trauma vaskuler
8. malformasi limpa
9. massa yang berada di rongga dada
10. keadaan tulang
11. penyakit genetik metabolik
12. hipomobilitas janin
13. kelainan pada susunan saraf pusat.

2
Hidrop fetalis imun dapat disebabkan oleh karena 1 :
1. faktor sistim rhesus
2. faktor sistim ABO
3. faktor golongan darah lain
Diagnosis hidrops fetalis dibuat berdasarkan anamnesa adanya
riwayat bayi kuning atau bayi lahir mati, ibu mempunyai Rh negatif dan
ayahnya Rh positif, coombs tidak langsung (+) dengan titer yang tinggi dan
amniosintesis, kordosintesis, pemeriksaan USG serta analisa DNA janin. 1,3,6
Penanganan yang dilakukan tergantung dari diagnosis, tuanya
kehamilan dan beratnya perdarahan janin/neonatus sekarang. 1,4

LAPORAN KASUS
3
Identitas :
Nama : Ny. Yuke Lombongbitung
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMEA
Alamat : Watutumou
Agama : Kristen Protestan
Tempat/Tgl lahir: Sanger / 24 Juli 1971
Bangsa : Indonesia

Anamnesis Utama
Keluhan Utama : Dirujuk oleh biang kampung (tanpa surat penghantar).
Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 08.00 (17 Oktober
2004). Pelepasan lendir campur darah (+). Pelepasan air (+) jam 20.00 (17
Oktober 2004).
Penderita sudah dipimpin mengejan oleh biang kampung sejak jam 17.00 (19
Oktober 2004), karena bayi belum lahir lalu dirujuk ke RSU Prof. R. D.
Kandou.
Pergerakan janin (-) sejak 3 hari yang lalu.
RPD : Penyakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis, tekanan darah
tinggi disangkal penderita
Riwayat kembar (-)
BAB/BAK biasa
Keputihan (-)
Demam (-)

4
Anamnesis Kebidanan
A. Riwayat kehamilan sekarang
Muntah (-), bengkak (-), pusing (-), sakit kepala (-), pandangan kabur (-),
kencing terlalu sering (-), defekasi tak teratur (-), perdarahan (-)
Penderita tidak merokok dan tidak minum alkohol
B. Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN 6x di Posyandu Watutumou

Riwayat Haid :
Menarche : 18 tahun, siklus teratur, lamanya 7 hari
HPHT tanggal 14 Januari 2004
Taksiran partus tanggal 21 Oktober 2004

Riwayat Keluarga :
Penderita kawin 1 kali, sudah 12 tahun

Riwayat Kehamilan :
Kehamilan sebelumnya :
1. Tahun 1994 lahir bayi ♀, spontan letak belakang kepala, berat lahir
2900 gr, panjang lahir 47 cm, hidup.
2. Tahun 1997 lahir bayi ♂, spontan letak belakang kepala, berat 3000 gr,
panjang lahir 50 cm, hidup
Riwayat abortus sebelumnya : (-)
Riwayat KB :
Menggunakan KB Implant, berhenti 2 tahun lalu hamil.
Rencana KB berikut : suntik

Pemeriksaan Fisik
STATUS PRAESENS :
KU : cukup Kesadaran : Compos Mentis
5
TD : 120/80 mmHg N : 96 x/m R : 24 x/m SB : 37,4 oC
TB : 148 cm BB : 51 kg
Gizi : cukup
Kulit : turgor normal
Kepala : simetris
Mata : konjungtiva anemis -/- sclera ikterus -/-
Hidung : sekret (-)
Mulut/gigi geligi : caries (+)
Telinga : sekret (-)
Tenggorokan : T1/T1, hiperemis (-)
Dada : Jantung : S1/S2 normal, bising (-)
Dada : Paru : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Perut : Hati : sde
Perut : Limpa: sde
Alat Kelamin : tak
Anggota gerak : Oedema -/- Varices -/- Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

STATUS OBSTETRIK :
Tinggi fundus uteri : 38 cm
Letak janin : letak kepala U puki
BJA : (-)
His : (+) 3’-4’ / 45”-50”
TBBA : 4100 gram
Inspeksi : Vulva edema (-)
Pemeriksaan Dalam : Effescement 90%, pembukaan 5-6 cm, ketuban
(-) sisa meconeum, pp kep HII-III UUK kiri,
caput (+), portio oedem (+)

6
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11,4 gr%
Leukosit : 15.700/mm3
Trombosit : 336.000/mm3

Diagnosa sementara : G3P2A0, 33 tahun, hamil 39-40 minggu, inpartu


kala I Janin IUFD + makrosomia.

Sikap
- Observasi T, N, R, His, BJA
- Rencana partus pervaginam

Resume Masuk :
Seorang perempuan, G3P2A0, 33 tahun, MRS tanggal 19 Oktober 2004
jam 21.00 dirujuk oleh biang kampung (tanpa surat pengantar), nyeri
perut dirasakan teratur sejak 17 Oktober 2004 jam 08.00. Tanda inpartu
(+), pelepasan air (+) sejak 17 Oktober 2004 jam 20.00, sudah dipimpin
sejak tanggal 19 Oktober 2004 jam 17.00 oleh biang kampung.
Pergerakan janin (-) saat MRS. Riwayat nyeri BAK (+). PAN 6 kali (4 kali
di Posyandu Watutumou, 2 kali di PKM Kolongan), HPHT 14 Januari
2004, taksiran partus 21 Oktober 2004.
St. presens : T 120/80 mm Hg N 96x/m R 24x/m SB 37,4oC
St. obstetri : Tinggi fundus uteri : 38 cm
Letak janin : letak kepala U puki
BJA : (-)
His : (+) 3’-4’ / 45”-50”
TBBA : 4100 gram
Pemeriksaan Dalam : Portio edema (+), effescement 90%, pembukaan
5-6 cm, ketuban (-), sisa meconeum pp kep H II-III
UUK kiri melintang

7
Diagnosa kerja : G3P2A0, 33 tahun, hamil 39-40 minggu, inpartu kala I
janin IUFD + Makrosomia.
Sikap :
- Observasi T, N, R, His, BJA
- Rencana partus pervaginam
20/10/04
Jam 09.00-14.30 : His 3’-4’ / 45”-50” BJA (-)
Jam 14.30-15.30 : His 2’-3’ / 45”-50” BJA (-)
Jam 15.30-16.30 : His 3’-4’ / 45”-50” BJA (-)
Jam 16.30-17.00 : His 4’-5’ / 40”-45” BJA (-)
Jam 17.00 : Kesadaran : Compos Mentis
T : 120/80 mmHg N: 96x/mnt R : 24x/mnt
His : 4’-5’ / 40”-45” BJA (-)
PD : Effescement 90%, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-) sisa
kemerahan, presenting part kepala HII-III ubun-ubun
kecil kiri melintang.
Dx : G3P2A0, 33 tahun, hamil 39-40 minggu, inpartu kala I,
janin IUFD, inersia uteri + Makrosomia.
Sikap : Oksitosin drips
Jam 17.15 : Oksitosin drips dimulai, 5 IU Oksitosin dalam D5% 500 cc
mulai 8 gtt/mnt.
Jam 22.45 : Botol I habis
PD : pembukaan lengkap, ketuban (-) sisa kemerahan,
presenting part kepala HIII +, ubun-ubun kiri di depan.
Dx : Inpartu kala II + IUFD + makrosomia
Sx : - Rencana embriotomi
- Lapor konsulen

8
Laporan Persalinan
- Dibuat lubang pada ubun-ubun besar dengan skapel, perforator
siebold dimasukkan secara horizontal dengan bagian belakang
menghadap ke atas dan dalam keadaan tetap tertutup dibawah
lindungan tangan kiri untuk melindungi kandung kemih dan ureter.
- Setelah ujung perforator masuk ke dalam tengkorak janin, lubang
perforasi diperlebar dengan cara membuka dan menutup ujung
perforator dalam arah tegak lurus hingga perforator berbentuk irisan
silang, jaringan otak dikeluarkan.
- Dilakukan ekstraksi kepala dengan kranioklas Braun. Tangan kiri
dimasukkan dalam jalan lahir, sendok jantan dimasukkan ke dalam
lubang perforasi sejauh mungkin. Bagian melengkung diarahkan ke
muka janin, sendok betina dimasukkan ke dalam jalan lahir hingga
kranioklas betina terletak di muka janin. Kedua sendok kranioklas
ditutup, dilakukan pemeriksaan dalam apakah ada bagian jalan lahir
yang terjepit. Kemudian dilakukan ekstraksi dengan menarik
pemegang kranioklas, diikuti gerakan putaran paksi dalam, jaringan
otak keluar. Saat sub oksiput di bawah simfisis, dilakukan ekstraksi
kepala, lahir berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, muka dan dagu.
Kunci kranioklas dilepas.
- Dilakukan traksi ringan ke perineum untuk melahirkan bahu depan,
traksi terasa berat dan diputuskan untuk melakukan kleidotomi, lahir
berturut-turut badan, bokong dan kaki.
- Jam 00.15 lahir bayi ♂ dengan embriotomi, Berat badan lahir 4100 gr,
Panjang badan lahir 50 cm,
- Dilakukan pengosongan kandung kemih.
- Tali pusat diklem dengan 2 cunam kocher dan digunting di antaranya.
- Dilakukan pelepasan plasenta dengan pegangan tali pusat terkendali.
- Jam 00.30 lahir plasenta kesan lengkap dengan selaputnya Berat
plasenta lahir 850 gr.
9
- Pada janin ditemukan adanya ascites ringan dan udem anasarka
- Keadaan 2 jam post partum :
T : 110/70mmHg N : 88x/mnt R : 24x/mnt Sb : 36,6 oC
Pendarahan Kala I : 100 cc
Pendarahan Kala II : 300 cc
Total : 400 cc

Follow Up
Tanggal 21 Oktober 2004
KU : cukup Keluhan : (-), Kesadaran : Cm
Status presens : T : 120/70 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m Sb: 36 oC
Konj. Anemis +/+
Status nifas : TFU : 3 jari bawah pusat
Lochia : rubra, vulva : oedem (-)
Perineum terawat baik
BAB (-), BAK terpasang kateter (diuresis 600 cc)
Diagnosa : P3A0, 33 tahun, post partum hari I lahir bayi laki-laki, embriotomi,
BBL 4100 gram, PBL 50 cm, + hidrops fetalis.
Sikap : - Ceftriaxone inj 2x1 gram
- Metronidazole inj 2x0,5 gram
- Prenamia 2x1 tab
- Rawat perineum
- Periksa Hb

Tanggal 22 Oktober 2004


KU : cukup Keluhan : (-), Kesadaran : Cm
Status presens : T : 130/70 mmHg, N : 84 x/m, R : 24 x/m Sb: 38,4 oC
Konj. Anemis +/+
Status nifas : TFU : 2 jari bawah pusat
Lochia : rubra, vulva : oedem (-)
10
Perineum terawat baik
BAB (-), BAK terpasang kateter (diuresis 600 cc)
Hb : 10,4 gr/dL
Diagnosa : P3A0, 33 tahun, post partum hari II lahir bayi laki-laki,
embriotomi, BBL 4100 gram, PBL 50 cm, hidrops fetalis
Sikap : - Ceftriaxone inj 2x1 gram
- Metronidazole inj 2x0,5 gram
- Prenamia 2x1 tab
- Chloramex inj 2x0,5gram
- Paracetamol kalau panas
- Infus RL : DS = 1 : 1
- Rawat perineum

Tanggal 23-25 Oktober 2004


KU : cukup Keluhan : (-), Kesadaran : Cm
Status presens : dbn
Status nifas : TFU : 1 jari bawah pusat
Lochia : sanguilenta, vulva : oedem (-)
Perineum terawat baik
BAB (+), BAK terpasang kateter (diuresis 400 cc)
Diagnosa : P3A0, 33 tahun, post partum hari V lahir bayi laki-laki,
embriotomi, BBL 4100 gram, PBL 50 cm, hidrops fetalis.
Sikap : - Ceftriaxone 3x500 gram
- Metronidazole 3x500 gram
- Prenamia 1x1 tab
- Chloramex 3x500 gram
- Lynoral 3x1 tab
- Aff kateter
- Boleh pulang

11
DISKUSI

Permasalahan yang akan didiskusikan pada kasus ini :


1. Tidak terdiagnosisnya hidrops fetalis secara dini.
2. Penanganan yang dilakukan pada kasus ini.
3. Prognosis dari kasus ini.

1. Mengapa pada kasus ini hidrops fetalis tidak terdiagnosa secara dini?
Hidrops fetalis dapat didiagnosis pada saat kehamilan dan lebih jelas
lagi dilihat melalui gambaran klinis dan pemeriksaan darah pada bayi saat
post partum.
Pada kasus ini diagnosis hidrops fetalis dibuat setelah melahirkan dengan
gambaran klinis yang ditemukan pada anak berupa :
- edema anasarka
- ascites
- plasenta besar
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan sampel darah bayi juga tidak
adanya hasil pemeriksaan golongan darah dan rhesus pada ibu sehingga
penyebab terjadinya hidrop fetalis pada kasus ini sukar diprediksi.
Sebenarnya diagnosis hidrops fetalis dapat ditegakkan pada saat ante
partum jika pada pasien dengan diagnosis makrosomia dilakukan
pemeriksaan USG maka dapat ditemukan satu atau lebih gambaran hidrops
fetalis berupa :
- ascites
- hepatosplenomegali
- efusi pleura
- efusi perikardium
- edema kulit
- anomali jantung
- multiple malformasi
12
Hanya saja pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan USG masa ante
natal sehingga hidrops fetalis tidak terdiagnosis pada masa kehamilan.

2. Bagaimana seharusnya penanganan hidrops fetalis pada kasus ini?


Seharusnya penanganan yang dilakukan tergantung pada penyebab
dari hidrops fetalis, misalnya :
- Transfusi janin uterin bila didapatkan janin anemia
- Thoracosentesis intra uterin bila janin hidrothoraks
- Pemberian digoksin bila ditemukan aritmia jantung pada janin
- Transfusi tukar
Namun pada kasus ini diagnosis hidrops fetalis ditegakkan setelah kelahiran
bayi karena terjadi keterlambatan diagnosa, dan tidak semua penanganan
tersebut dapat dilakukan disemua sentra, maka penanganan di atas yang
ditujukan untuk menyelamatkan bayi tidak dapat dilakukan.
Hal yang bisa dilakukan pada kasus ini adalah menyelamatkan nyawa ibu
karena bayi dengan hidrops fetalis tidak bisa dilahirkan secara biasa.

3. Bagaimana prognosis pada kasus ini?


Prognosis janin dengan hidrop fetalis adalah buruk. Prognosis ini
tergantung dari penyebab terjadinya hidrop fetalis dan kelainan anatomi yang
ditemukan pada bayi. Pada kasus ini penyebab dari hidrops fetalis tidak
diketahui secara dini karena tidak diperiksanya darah bayi dan ibu, dan tidak
dilakukan anamnesa yang mengarah pada hidrops fetalis secara mendetail.
Pada saat antenatal ibu melakukan 6 kali pemeriksaan kehamilan tapi
semuanya hanya dilakukan di posyandu yang tidak memiliki fasilitas
pemeriksaan USG. Hal ini menyebabkan prognosis yang buruk pada bayi
sehingga bayi pada kasus ini tidak dapat tertolong.
Untuk kehamilan selanjutnya, ibu ini diharapkan untuk dapat
melakukan pemeriksaan antenatal yang lengkap terutama pemeriksaan
darah (rhesus) ibu dan bapak untuk mengetahui apa ada perbedaan rhesus
13
dan melakukan pemeriksaan USG agar dapat dilakukan antisipasi yang lebih
awal jika ditemukan adanya kelainan hidrops fetalis. Demikain juga saat
melahirkan, ibu dianjurkan untuk melahirkan di sentra-sentra yang
menyediakan fasilitas operasi untuk mengantisipasi terjadinya persalinan
dengan resiko tinggi.

Kesimpulan dan Saran


1. Harus dilakukan pemeriksaan USG pada ibu yang dicurigai
makrosomia untuk dapat mendiagnosis dini kelainan hidrops fetalis.
2. Dilakukan pemeriksaan rhesus dan penyaringan antibodi pada
kunjungan prenatal pertama.
3. Transfusi intra uterin dapat menghasilkan kurang lebih 80% luaran
yang lebih baik.
4. Pada persalinan berikutnya penderita disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan rutin dan melahirkan dirumah sakit dengan
fasilitas operasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham FG et al. Disease of Injuries of The Fetus and The New


Born 21thed. New York Mc Graw Hill. 2001. 981-95
2. http://www.emedicine.com/PED/hydrops fetalis. access at 02/11/04
10.00 pm
3. Arias F. Erytroblastosis Fetalis In Fractical Guide to High Risk
Pregnancy and Delivery 3th. Mosby Yearbook. Philadelpia, 1997. 114-
29
4. Khalil T, Thereoux N. Rhesus Isoimumnization In : Neville F, Hacker, G
Moore. Essential of Obstetric and Gynecology 3th. W. B. Saunders
Company, 1998 :345-5
5. Andres S, Arias F. Fetal Dismorphology In Fractical Guide To High Risk
Pregnancy and Delivery 3th. Mosby Yearbook. Philadelpia, 1997. 323-
50
6. Prawiro S (edt). Penyakit Darah Dalam Ilmu Kebidanan edisi 4.
Yayasan Bina Pustaka, 1993: 433-4
7. Inkompatibilitas Rhesus dan Imunoglobulin Anti D. In: Sue J, Murph F,
Farmakologi Kebidanan. Hartono A (terjemahan). Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta, 2004: 227-40

15

Anda mungkin juga menyukai