Anda di halaman 1dari 3

PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS

SAAT TERJADI PERILAKU KEKERASAN

1. Tim Krisis Periaku Kekerasan


Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dai ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua) orang. Ketua tim adalah
perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penaggung jawab “shif”, perawat
primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting dilakukan sebelum melakukan
tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yang telah
terlebih menangani krisis.
Aktivitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart &
Laraia,1998):
 Tunjuk ketua tim krisis.
 Susun anggota tim krisis.
 Beritahu petugas keamanan jika perlu.
 Pindahkan klien lain dari area penanganan.
 Ambil alat pengikat ( jika pengekangan akan dilakukan).
 Uraikan rencana penanganan pada tim.
 Tunjuk anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien.
 Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif.
 Ikat klien dengan petunjuk ketua tim.
 Berikan obat sesuai program terapi tim.
 Pertahanan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien.
 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim.
 Jelaskan kejadian pada klien dan staf lain jika diperlukan.
 Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap.

2. Pembatasan gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa
digunakan di rumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakkannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan pembatasan interaksi dengan orang lain dan
memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart & Laraia 1998).

Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut :


 Tunjuk ketua tim khusus.
 Jelaskan tujuan, prosedur dan lm tindakan pada klien dan staf lain.
 Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
 Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol prilakunya.
 Bantu klien menggunakan metode kontrol diri yang diperlukan.
 Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri
dan kebersihan kamar.
 Lakukan supervisi secara periodik untuk memantau dan memberikan tindakan
keperawatan yang diperlukan.
 Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap.
 Dokumentasikan alasan pemilihan gerak, tindakan yang dilakukan, respons
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.

3. Pengekangan / pengikatan fisik


Pengekangan dilakukan jika perilaku klien berbahaya melukai diri sendiri atau
orang lain (Rawlins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat.
Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien
(Stuart & Laraia, 1998). Tindaklan pengekangan masih umum dilakukan perawat
disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury, 1999).

Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan ( Stuart & Laraia, 1998) :


 Beri suasana menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri
klien berkurang karena pengekangan.
 Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
 Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
 Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman .
 Jelaskan perilaku yang mengindikasikan penglepasan pada klien dan staf.
 Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis
ikatan tidak terjangkau klien.
 Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.
 Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
 Perawatan pada daerah pengikatan :
 Pantau kondisi kulit yang diikat ; warna, temperatur, sensasi.
 Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2
(dua) jam.
 Lakukan perubahan posisi tidur.
 Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
 Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
 Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
 Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu-
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula.
 Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respons klien.

Anda mungkin juga menyukai