Anda di halaman 1dari 43

BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1. LATAR BELAKANG

Sistem kardiovaskuler terdiri dari : jantung , pembuluh darah (vena dan


arteri ), pembuluh limfe dan darah. Jantung merupakan salah satu organ tubuh
manusia yang sangat penting karena mempunyai fungsi sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia yaitu memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen
dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil
metabolisme.
Sedangkan pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya
kembali ke jantung . Dan darah sebagai medium transportasi dimana darah akan
membawa oksigen dan nutrisi. Sedangkan sistem saluran limfe berhubungan erat
dengan sistem sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan
dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi
dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
Sistem kardiovaskuler sangat memegang peranan penting bagi tubuh manusia,
makadari itu kita perlu mengetahui bagian-bagian serta manfaat dari sistem
kardiovaskuler.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan sistem kardiovaskuler ?
2. Bagaimana mekanisme kerja jantung sebagai pompa ?
3. Apa saja yang termasuk dalam sistem kardiovaskuler ?
4. Mengapa sistem kardiovaskuler sangat penting bagi tubuh kita?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler?

Sistem Kardiovaskuler 1
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui tentang sistem kardiovaskuler
2. Mengetahui mekanisme kerja jantung sebagai pompa
3. Mengetahui organ apa saja yang termasuk dalam sistem kardiovaskuler
4. Mengetahui pentingnya sistem kardiovaskuler bagi tubuh
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler

Sistem Kardiovaskuler 2
BAB II

(PEMBAHASAN)

2.1 ANATOMI SISTEM KARDIOVASKULER

Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah thoraks, dan
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g (10,6 oz),
meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan,
beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah
memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolism. Sebenarnya terdapat
dua pompa jantung, yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Keluaran jantung kanan
didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulmonalis, dan keluaran jantung kiri
seluruhnya didistribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu
menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama.

Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik


dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil
karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik),
kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya.
Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit,
menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran
totalnya sekitar 5 L/menit.

Sistem Kardiovaskuler 3
2.1.1 ANATOMI JANTUNG
Daerah di pertengahan dada di antara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang
terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Perikardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik.
Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam perikardium berisi sejumlah
kecil cairan, yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan selama kontraksi
otot jantung.
Kamar jantung.
Sisi kanan dan kiri jantung, masing – masing tersusun atas dua kamar, atrium
(jamak = atria) dan vebtrikel. Dindinng yang memisahkan kamar kanan dan kiri
disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi
atrium adalah menampung darah yang dating dari vena dan bertindak sebagai
tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian dikosongkan ke ventrikel.
Hubungan keempat kamar jantung dapat dilihat pada gambar 26 - 1.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan
beban kerja yang diperlukan oleh tiap kamar. Dinding atrium lebih tipis daripada
dinding ventrikel karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk
menahan darah dan kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri
mempunyai beban kerja yang lebih berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya
sekitar 2-1/2 lebih tebal dibanding dinidng ventrikel kanan. Ventrikel kiri
menyemburkan darah melawan tekanan rendah pembuluh darah paru.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel
kanan lebih ke anterior (tepat dibawah sternum) dan ventrikel kiri lebih ke posterior.
Ventrikel kiri bertanggung jawab atas terjadinya denyut apeks atau titik pukulan
maksimum (PMI), yang normalnya teraba di garis midklavikularis dinding dada pada
rongga interkostal ke – 5.

Sistem Kardiovaskuler 4
Katup jantung.
Katup jantung memungkinkan darah memungkinkan hanya ke satu arah alam
jantung. Katup, yang tersusun atas bila- bilah jaringan fibrosa, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respons terhadap perubahan tekanan dan aliran
darah. Ada dua jenis katup : atrioventrikularis dan seminularis.
Katup atrioventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel disebut
sebagai katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis, dinamakan demikian karena
tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup mitral atau bikuspidalis (2 kuspis) terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.

Normalnya, ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel akan mendorong


daun – daun atrioventrikularis ke atas ke rongga atrium. Jika terdapat tekanan cukup
kuat untuk mendesak katup, darah akan disemburkan kebelakang dari ventrikel ke
atrium. Otot papilaris dan korda tendinea bertanggung jawab menjaga aliran darah
tetap menuju ke satu arah melalui katup atrioventrikularis. Otot papilaris adalah
bundle otot yang terletak di sisi dinding ventrikel. Korda tendinea adalah pita fibrosa
yang memanjang dari otot papilaris ke tepi bilah katup, berfungsi menarik tepi bebas
katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan korda tendinea
menjadi tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup selama sistolik, mencegah
Sistem Kardiovaskuler 5
aliran balik darah. Otot papilaris dan korda tendinea hanya terdapat pada katup
mitral dan trikuspidalis dan tidak terdapat pada katup seminularis.
Katup seminularis.
Katup seminularis terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang
bersangkutan. Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup
pulmonalis ; katup antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan katup aorta. Katup
seminularis normalnya tersusun atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa
otot papilaris dan kora tendinea. Tidak terdapat katup antara vena – vena besar
dengan atrium.
Arteri koronaria.
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolism tinggi terhadap oksigen dan nuttrisi. Jantung
menggunakan 70 % sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria ;
sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata – rata seperempat
oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya di
ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih banyak
melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang
besar ke bawah (arteri desendens anterior sinistra) dan melintang (arteri
sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri
koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri koronaria diperfusi selama diastolik.
Otot jantung.
Jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot jantung.
Secara mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik (skelet), yang berada dibawah
kontrol kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos
karena sifatnya volunter.
Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi (disebut sinistium) sehingga dapat
berkontraksi dan berelaksasi secara terkoordinasi. Pola urutan kontraksi dan
relaksasi tiap – tiap serabut otot akan memastikan kelakuan ritmik otot jantung
sebagai satu keseluruhan dan memungkinkannya berfungsi sebagai pemompa. Otot
jantung jantung itu sendiri dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium, yang
berhubungan langsung dengan darah dinamakan endokardium, dan lapisan sel di
bagian luar dinamakan epikardium.
Sistem Kardiovaskuler 6
2.1.2 SEL EKSITABEL
a. Pengertian Sel Eksitabel
Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial
aksi. Jaringan eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon
berupa potensial aksi.
b. Struktur dan Komposisi Sel
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel
dengan lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya
hanya dapat dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol,
dan berbagai ion. Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir
seluruh membran sel terdiri atas lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein).
Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan lipid rangkap dua
(lipid bilayer). Lapisan lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid yang
mengandung gugus fosfat dan terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian
ekor (nonpolar tail). Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian
ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air). Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan
sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid,yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein
membentuk dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan
lapisan protein integral atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian
kepala (polar head) lipid rangkap dua bagian luar. Lapisan protein integral
membungkus bagian kepala (polar head) lipid rangkap dua bagian dalam.

Sistem Kardiovaskuler 7
c. Komposisi Elektrolit Intrasel dan Ekstrasel
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting
bagi tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut
berbeda. Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan
klorida adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam
keseimbangan asam-basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah
unsur pembentuk molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan
dalam pembentukan tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-
basa dan cairan. Selain itu masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting,
misalnya kalsium dan magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan
gigi, proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium
berperan dalam aktivitas enzim, pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf.
Kekurangan elektrolit akan menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh
sebab itu kebutuhan elektrolit harus selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan
yang seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur
masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and
electrolite gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan
elektrolit (water and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang
air besar, dan secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat.
Masukan dan keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan
volume CES maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk
mengurangi atau meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur
rasa haus dan eksresi air melalui ginjal.

d. Transportasi Elektrolit Melalui Membran Sel


Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi
oleh membrane. Membrane yang membatasi organel mempunyai struktur molekul
yang sama dengan membrane plasma yang terdiri atas molekul-molekul lemak dan
protein.

Sistem Kardiovaskuler 8
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam
sel dan cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga
hanya dapat diamati dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S.
singer dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membrane sel yang
dikenal dengan teori membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membrane
sel tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar dan masing-
masing tersisip atau tenggelam di antara lapisan ganda fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama
merupakan fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer
fosfolipid disebut protein instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak air.
Karena susunan membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat
semipermeable. Membrane sel tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung
dengan permukaan luar membrane amat berlainan dari protein yang ekstrinsik yang
bergabung dengan membrane dalam. Membran sel berfungsi mengatur gerakan
materi atau transportasi dari atau keluar sel.
e. Potensial Membrane
P o t e n s i a l m e m b r a n adalah tegangan melintasi suatu membran sel
yang berkisar darisekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan
bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya).Semua
sel memiliki tegangan melintasi membran plasmanya, di mana tegangan ialah
energi potensial listrik-pemisahan muatanyang berlawanan.Sitoplasma sel
bermuatan negatif dibandingkan dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh
distribusia n i o n dank a t i o n pada sisi membran yang berlawanan yang
tidak sama.Potensial membran bertindak sepertib a t e r a i, suatu sumber
energi yang mempengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang
melintasi membran.Karena di dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di
luarnya, potensial membran ni mendukung transpor pasif kation ke dalam sel
dan anion ke luar sel.Dengan demikian, dua gaya menggerakkand i f u s i ion
melintasi suatu membran: gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya
listrik (pengaruh potensial membran pada pergerakan ion).Kombinasi kedua
gaya yang bekerja pada satu ion ini disebutg r a d i e n
elektrokimiawi.Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi potensial
Sistem Kardiovaskuler 9
membran dan sel itu sendiri, sebagai conthnya,d e p o l a r i s a s i dari
membran plasma diduga memicu apoptosis (kematian sel yang terprogram).
f. Potensial Aksi Tentang Sel, Jaringan, Organ, dan Sistem Organ
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi.
Bila sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai
dan dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat
menuju ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami
perubahan dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan
sel seperti ini disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu
titik di permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran. Bila
seluruh permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel
disebut dalam keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan
repolarisasi. Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di
sisi dalam menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu
titik dan merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel
sudah bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat
atau keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali
ke polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial
membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi
positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari
suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini
akan diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang
semula dalam keadaan istirahat.

Sistem Kardiovaskuler 10
2.1.3 PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah terdiri atas arteri dan vena. Arteri berhubungan langsung
dengan vena pada bagian kapiler dan venula yang dihubungkan oleh bagian
endotheliumnya. Arteri dan vena terletak bersebelahan. Dinding arteri lebih tebal dari
pada dinding vena. Dinding arteri dan vena mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan
bagian dalam yang terdiri dari endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot
polos dengan serat elastis dan lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat
ditambah dengan serat elastis. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler.
Pembuluh kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu
lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal.Perbedaan struktur masing-
masing pembuluh darah berhubungan dengan perbedaan fungsional masing-masing
pembuluh darah tersebut.
Pembuluh darah terbagi menjadi :
a) Pembuluh darah arteri
1) Tempat mengalir darah yang dipompa dari bilik
2) Merupakan pembuluh yang liat dan elastis
3) Tekanan pembuluh lebih kuat dari pada pembuluh balik
4) Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar
jantung
5) Terdiri atas :
5.1 Aorta yaitu pembuluh dari bilik kiri menuju ke seluruh tubuh
5.2 Arteriol yaitu percabangan arteri
5.3 Kapiler :
a. Diameter lebih kecil dibandingkan arteri dan vena
b. Dindingnya terdiri atas sebuah lapisan tunggal endothelium dan sebuah
membran basal
6) Dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu :
6.1 Lapisan bagian dalam yang terdiri atas Endothelium
6.2 Lapisan tengah terdiri atas otot polos dengan Serat elastis
6.3 Lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat Serat elastic

Sistem Kardiovaskuler 11
b) Pembuluh Balik (Vena)
1) Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah di kenali
2) Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastis.
3) Tekanan pembuluh lebih lemah di bandingkan pembuluh nadi
4) Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula semi lunaris)
dan menjaga agar darah tak berbalik arah.
5) Terdiri dari :
5.1. Vena cava superior yang bertugas membawa darah dari bagian atas
tubuh menuju serambi kanan jantung.
5.2. Vena cava inferior yang bertugas membawa darah dari bagian bawah
tubuh ke serambi kanan jantung.
5.3. Vena cava pulmonalis yang bertugas membawa darah dari paru-paru
ke serambi kiri jantung.
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah
yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir
melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah
ganda yang terdiri dari :
1. Peredaran darah panjang/besar/sistemik
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik
(ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar
dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida
dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.
2. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru
dan kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis, di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar
dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi
kiri jantung melalui vena pulmonalis.
Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas penampang
pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan
pembuluh darah.

Sistem Kardiovaskuler 12
Pada kapiler terdapat spingter prakapiler mengatur aliran darah ke kapiler :
a. Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang bercabang dari
pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.
b. Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan aliran darah
yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.
Pada vena bila otot berkontraksi maka vena akan terperas dan kelepak yang
terdapat pada jaringan akan bertindak sebagai katup satu arah yang menjaga agar
darah mengalir hanya menuju ke jantung.
2.1.4. PEMBULUH LIMFE
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah. Darah
meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan
yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes
dalam ruang-ruang jaringan.
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian
antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf
perifer, endomisium otot, dan tulang.

Sistem Kardiovaskuler 13
Susunan
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu
sangat besar di dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe
dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa
saluran limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup.
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan, ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
Pembuluh limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus
kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan

Sistem Kardiovaskuler 14
berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai
dalam vili usus kecil.
Kelenjar limfe atau limfonodi
Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-
tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher,

axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran
cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar
terdiri dari jaringan fibrous, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Di sebelah luar,
jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrous. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan
otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk sekat-
sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel
darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda
kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya
campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang mengeluarkannya melalui
hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.
Saluran limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang
saluran kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna
khili di depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan

Sistem Kardiovaskuler 15
thorax menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan
vena-vena besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-
vena itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan
limfe dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan,
dan menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang
tampak pada pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah
jari tangan atau jari kaki terkena infeksi.

2.2. FISIOLOGI
2.2.1. HEMODINAMIKA JANTUNG
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan yang bertanggung
jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot
ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama
periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan
menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluaran dari ventrikel kiri terhenti.
Darah yang telah memasuki aorta akan menaikan tekanan dalam pembuluh darah
tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara
progresif ke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan
karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan tekanan
juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru dan
kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara
bermakna lebih rendah dari tekanan sirkulasi sistemik karena tahanan aliran di
pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
Siklus jantung.
Perhatikan perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama
siklus jantung, simulai dengan diastolik saat ventrikel berelaksasi . selama diastolik,
katup atrioventrikularis terbuka, dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium
Sistem Kardiovaskuler 16
dan kemudian ke ventrikel. Mendekati akhir periode diastolik tersebut, otot atrium
akan berkontraksi sebagai respon terhadap sinyal yang ditimbulkan oleh nodus SA.
Kontraksi kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium dan mendorong sejumlah
darah ke ventrikel. Darah yang masuk tadi akan meningkatkan volume ventrikel
sebanyak 15% sampai 25%. Pada titik ini, ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi
(sistolik) sebagai respons terhadap propagasi impuls listrik yang dimulai di nodus SA
beberapa milidetik sebelumnya.
Selam sistolik, tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat,
mendorong katup AV untuk menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisisan
ventrikel dari atrium, dan darah yang disemburkan dari ventrikel tidak dapat mengalir
balik ke atrium. Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan
mendorong katup pulmonalis dan aorta terbuka, dan darah kemudian disemburkan
ke arteri pulmonalis dan ke aorta. Keluarnya darah mula – mula cepat, dan
kemudian, ketika tekanan masing – masing ventrikel dan arteri yang bersangkutan
mendekati keseimbangan, aliran darah secara bertahap melambat.
Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam
kamar menurun dengan cepat. Penurunan tekanan ini cenderung mengakibatkan
darah mengalir balik dari arteri ke ventrikel, yang mendorong katup semiluner untuk
menutup. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastic
sampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai terisi,
dan urutan kejadian terulang kembali.
Penting diingat bahwa kejadian mekanis yang berhubungan dengan pengisian
dan penyemburan oleh jantung sangat berhubungan erat dengan kejadian listrik
yang mengakibatkan kontraksi dan relaksasi jantung.

Sistem Kardiovaskuler 17
2.2.2. ELEKTROFISIOLOGI JANTUNG

Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium,
kalium, dan kalsium) bergerak menembus membrane sel. Perbedaan muatan listrik
yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi
jantung.
Potensial aksi. Panah di bawah diagram menunjukkan perkiraan waktu dan
arah gerakan masing – masing ion yang mempengaruhi potensial membran. Fase
gerakan Ca++ keluar dari sel tidak jelas tergambarkan namun diperkirakan terjadi
selama fase 4.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi,
artinya terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membrane yang
bermuatan negatif dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula
saat dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran
sel berubah dan ion bergerak melintasinya (lihat gambar 26-4). Dengan bergeraknya
ion ke dalam sel, maka bagian dalam sel akan manjadi positif. Kontraksi otot terjadi
setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika
sel – sel tetangganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi
akibat stimulasi listrik eksternal). Depolarisasi sebuah sel sistem hantaran khusus

Sistem Kardiovaskuler 18
yang memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.
Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi lebih negatif), dan
sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah infulks natrium cepat kedalam sel selama depolarisasi, permeabilitas
membrane sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan
kalsium ke dalam sel. Infulks kalsium, yang terjadi selam fase plateau repolarisasi,
jauh lebih lambat disbanding natrium dan berlangsung lebih lama. Interaksi antara
perubahan voltase membran dan kontraksi otot dinamakan kopling elektromekanikal.
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai periode
refraktori yang panjang, pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal
tersebut melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani), yang dapat
mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting, karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.

2.2.3. MEKANISME JANTUNG SEBAGAI POMPA


Sistem sirkulasi memiliki 3 komponen:
1. Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap
darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh
2. Pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan
darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke
jantung
3. Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan
membawa oksigen dan nutrisi
Darah berjalan melalui sistim sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lengkung
vaskuler (pembuluh darah) yang terpisah. Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup
pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik
terdiri atas pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan sistim
organ.
Sistem Kardiovaskuler 19
Walaupun secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri
jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh
kanan dan kiri serta memiliki empat ruang, bilik bagian atas dan bawah di kedua
belahannya. Bilik bagian atas disebut dengan atrium yang menerima darah yang
kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik bawah, yaitu ventrikel yang
berfungsi memompa darah dari jantung.
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut dengan
vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan menuju ke
jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum atau
sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua
sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung janan menerima
dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri
memompa darah beroksigen tinggi. Perjalanan Darah dalam Sistim Sirkulasi
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik
(dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai
vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah
diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen
tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang
memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan
jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah
akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke
dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus
sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2
ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri
adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan
tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak,
dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-
masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir
dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan
Sistem Kardiovaskuler 20
menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan
akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan
ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2
berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus
menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume
darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan
memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke
jaringan oleh sisi kiri jantung.
Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,
sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi
yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah
dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia
memompa volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi.
Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan
sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke
atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan
darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga mereke
membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan. Gradien
tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien tekanan ke
arah belakang mendorong katup menutup.
Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara atrim dan
ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid karena
memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan katup
bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup ini
mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian ventrikel
(ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun secara alami
mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika pengosongan ventrikel
atau ventrikel sedang memompa.

Sistem Kardiovaskuler 21
Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis terletak
pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya disebut
dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing
mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap kali
tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis
selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini akan tertutup
apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan
arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik dari arteri ke ventrikel.
Proses Mekanis Siklus Jantung.
Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung
dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas periode sistol
(kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium
dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat
penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan
relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung.
Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial
aksi yang menyebar melalui membran-membran sel otot. Jantung berkontraksi atau
berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini
disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang dicetuskannya
sendiri guna berkontraksi atau memompa dan berelaksasi.
Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di
jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++.
Gangguan terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam tubuh dapat mengganggu
mekanisme aliran listrik jantung.
Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung menyebar ke jaringan di sekitar
jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil aktivitas listrik ini
mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi menggunakan alat khusus.
Rekaman aliran listrik jantung disebut dengan elektrokardiogram atau EKG. EKG
adalah rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran
listrik jantung yang mencapai permukaan tubuh. Jadi EKG bukanlah rekaman
langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.

Sistem Kardiovaskuler 22
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai
proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan
denyut jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta kerusakan otot
jantung. Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu aktivitas mekanis
sehingga kelainan pola listrik biasanya akan disertai dengan kelainan mekanis atau
otot jantung sendiri.
2.2.4 SISTEM KONDUKSI
Annulus Fibrosus diantara atrium dan ventrikel memisahkan ruangan – ruangan
ini secara anatomis maupun elektris. untuk memastikan rangsangan ritmik dan
sincron, serta kontraksi otot jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam
miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat- sifat sebagai berikut:
1. otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan
2. ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur
3. konduktivitas : kemampuan mengantarkan impuls
4. daya rangsang : kemampuan berespon terhadap stimulasi
Jantung memiliki sifat –sifat ini sehingga mampu menghasilkan impuls secara
spontan dan ritmis yang disalurkan melalui sistem konduksi untuk merangsang
miokardium dan menstimulasi kontraksi otot.
Impuls jantung biasanya berasal dari nodus sionatrialis (SA). nodus SA ini
disebut sebagai “pemacu alami” jantung. nodus SA terletak didinding posterior
atrium kanan dekat muara vena kava superior. impuls jantung kemudian menyebar
dari nodus SA menuju jalur konduksi khusus atrium dank e otot atrium. impuls listrik
kemudian mencapai nodus atrioventrikularis (AV), yang terletak disebalah kanan
interatrial dalam atrium kanan dekat muara sinus koronaria. Nodus AV merupakan
jalur normal transmisi impuls antara atrium dan ventrikel. pehantaran impuls terjadi
relatif lambat melewati nodus AV karena tipisnya serat didaerah ini dan konsentrasi
taut selisih yang rendah. taut selisih merupakan mekanisme komunikasi antar sel
yang mempermudah konduksi impuls. Nodus AV mempunyai 2 fungsi penting yaitu
mengoptimalkan waktu pengisian ventrikel dan pembatasan jumlah impuls yang
dapat dihantarkan ke ventrikel.

Sistem Kardiovaskuler 23
Berkas His menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang
memisahkan atrium dari ventrikel .berkas His berjalan kebawah disisi kanan septum
interventrikularis dan kemudian bercabang menjadi bagian anterior dan bagian
posterior yang lebih tebal. berkas serabut kanan dan kiri kemudian menjadi serabut
Purkinje.
Hantaran impuls melalui serabut Purkinje berjalan cepat sekali. Penyebaran
hantaran melalui serabut Purkinje dimulai dari permukaan endokardium jantung
sebelum berjalan ke sepertiga jalur menuju miokardium. pada miokardium ini,
impuls dihantarkan ke serabut otot ventrikel. Impuls kemudian berlanjut menyebar
dengan cepat ke epikardium. Struktur ini menyebabkan aktifasi segera dan
kontraksi ventrikel yang terjadi hampir bersamaan.
Dengan demikian, urutan normal rangsangan melalui sistem konduksi adalah
nodus SA , jalur-jalur atrium, nodus AV, berkas His, cabang-cabang berkas, dan
serabut Purkinje.

2.2.5. Sirkulasi Sistemik


Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima :
a. Arteri
Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian
otot polos. Jaringan arteria ini terisi sekitar 15% dari volume total darah. Karena itu
sistem arteria dianggap sebagai sirkuit yang rendah volumenya tetapi tinggi
tekanannya. Karena sifat dan tekanan ini maka cabang-cabang arteri disebut sirkuit
resistensi.
b. Arteriola
Dinding arteriola terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis yang sangat
peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jaringan
kapiler. Arteriola menjadi tempat resistensi utama aliran darah dari seluruh
percabangan arteria. Akibatnya tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan
aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran tenang, sehingga memudahkan
pertukaran nutrient pada tingkat kapiler. Pada persambungan antara arteriola dan
kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada di bawah pengaturan fisiologis yang
cukup rumit.
Sistem Kardiovaskuler 24
c. Kapiler
Dinding pembuluh kapiler sangat tipis, terdiri dari satu lapis sel endotel. Melalui
membran yang tipis dan semipermeabel inilah nutrisi dan metabolit berdifusi dari
daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah.

d. Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relative
lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfingter
postkapiler.
e. Vena
Vena adalah saluran yang berdinding relative tipis dan berfungsi menyalurkan darah
dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan. Pembuluh vena
dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan relatif rendah.
Karena sifat aliran vena yang bertekanan rendah-bervolume tinggi, maka sistem
vena disebut sistem kapasitas.. kira-kira 65% dari volume darah terdapat dalam
sistem vena.
2.2.6. TEKANAN DARAH DAN SISTEM REGULASI
a. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. tekanan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri,
dan volume, laju serta kekentalan (viskositas darah). Tekanan darah terjadi akibat
fenomenal siklis. tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. tekanan diastolic adalah tekanan terendah, yang terjadi saat
jantung beristirahat. tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 sampai 140/90. rata- rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
b. Sistem Regulasi
System regulasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sitem
endokrin/hormon, dan indra. Sistem saraf bekerja cepat dalam menganggapi
perubahan, sedangkan sistem hormon bekerja lambat dalam. Indra adalah reseptor
rangsang dari luar.

Sistem Kardiovaskuler 25
Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf (neuron). Sel saraf terdiri dari badan sel,
inti sel, akson, dendrit, selubung myelin, sel Schwann, dan nodus ranvier. Sel saraf
yang berfungsi menerima rangsang (reseptor) disebut saraf sensori. Sel saraf yang
membawa rangsang dari otak menuju ke efektor disebut saraf motori. Sedangkan sel
saraf yang menghubungkan neuron sensori dan neuron motori disebut neuron
intermediat.
Penghantaran impuls pada sel saraf dapat terjadi melalui dua cara, yaitu
melalui perubahan muatan listrik pada sel saraf dan melalui sinapsis gerakan ada
manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak biasa dan gerak refleks. Pada
gerak biasa, rangsang melalui jalur neuron sensori-interneuron-otak-neuron motori-
efektor.sedangkan gerak refleks tidak melalui otak tetapi melalui sumsum tulang
belakang.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak terbagi menjadi otak
besar (serebru), otak kecil (serebelum), jembatan varol, dan medulla oblongata
(sumsum lanjutan). Setiap bagian otak memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
mengatur kerja tubuh. Otak besar berfungsi sebagai pusat kesadaran, kecerdasan,
ingatan, kenisfan, dan interpretasi kesan. Otak kecil sebagai pusat keseimbangan
dan koordinasi motor/gerakan. Medulla oblongata berfungsi untuk mengatur denyut
jantung, tekanan darah, gerakan pernafasan, sekresi ludah, menelan, gerak
peristaltik, batuk, dan bersin.
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang berasak dari saraf-saraf yang
keluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem
saraf simpatetik dan parasimpatetik. Kerja kedua sistem saraf ini selalu berlawanan
antagonis).
Sistem endokrin (hormon) pada manusia terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin,
yang terdiri dari kelenjar hipofisis, pineal, hipotalamus, tiroid, paratiroid, timus,
adrenal, pancreas, dan kelamin (testis dan ovarium).
Alat indra pada manusia ada lima macam, yaitu indra penglihat (mata),
pencium (hidung), pendengar (telinga), pengecap (lidah), peraba dan perasa (kulit).

Sistem Kardiovaskuler 26
Reseptor pada mata disebut sel konus (kerucut) dan sel basilus (batang).
Reseptor pada rongga hidung adalah sel-sel olfaktori. Reseptor pada teminga adalah
organ korti. Reseptor pada lidah adalah tunas-tunas pengecap. Reseptor pada kulit
adalah korpuskula pacini, ujung saraf ruffini, ujung saraf Krause, dan korpuskula
meissner.

2.3. BIOFISIKA
2.3.1. ELEKTROKARDIOGRAM
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman
listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui
elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Prinsip utama belajar
EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi jantung, dan persyarafan jantung sehingga
pada saat belajar EKG sudah dapat membayangkan keadaan jantung.
EKG Normal
Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang
mewakilkan satu denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung). Lihat gambar satu
gelombang EKG:

Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar), interval
dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi
tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS
interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.

Sistem Kardiovaskuler 27
Penjelasan gambar :
 Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium
jantung (dextra & sinistra)
 Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik)
pada ventrikel jantung (dextra & sinistra)
 Sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel jantung.

Mungkin terlihat mudah belajar EKG dengan satu gelombang, coba lihat
gambar di bawah:

I, II, aVR dan lain-lain disebut dengan sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung
hanya dapat direkam dari luar jantung (yaitu tubuh), yang tidak mungkin langsung di
tempelkandi jantung. Maka dari itu perlu lokasi-lokasi tertentu untuk penyadapan
tersebut.Pada prinsipnya ada 3 jenis sadapan yaitu Prekordial (dada), Bipolar (Kaki
dan Tangan 2 elektroda) dan Unipolar (Kaki dan Tangan 3 elektroda).
Sandapan (lokasi penempatan) EKG:
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-
tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena
penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda:
Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
a. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara
langsung di dada.
 Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
 Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
 Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.

Sistem Kardiovaskuler 28
 Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun
detak apeks berpindah).
 Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris
anterior.
 Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxillaris.

b. Sandapan Bipolar,
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka
romawi I, II dan III
 Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA)
yang bermuatan negatif (-) tangan kiri bermuatan positi(+).
 Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-)
dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
 Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri
(LA yang bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
c. Sandapan Unipolar
 Sandapan Unipolar Ekstremitas
aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang
bermuatan (+), dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.
aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang
bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.
aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan
(+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.
2.3.2 KONDUKSI JANTUNG
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
1. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.

Sistem Kardiovaskuler 29
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur
jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran
untuk merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan
impuls di mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan
kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100
denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada
bagian bawah septum interatrial terdapat nodus atrioventrikuler (AV). Jaringan ini
bekerja untuk menghantarkan,memperlambat,potensial aksi atrial sebelum ia
mengirimnya ke ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang
berbeda. Nodus AV memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua
potensial aksi telah di keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi
sekaligus,ke jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua
sel ventrikel. Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium
secara penuh mengejeksi kelebihan darahnya ke dalam ventrikel,sebagai persiapan
untuk sistole ventrikel.
Dari nodus AV ,impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke
cabang berkas kanan dan kiri,dan kemudian melalui satu dari beberapa serat
purkinye ke jaringan miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi
jaringan penghantar 3-7 kali lebih cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka
berkas, cabang dan serabut purkinye dapat mendekati kontraksi simultan dari semua
bagian ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa
maksimal.
2.3.3Viskositas Pembuluh Darah Jantung
Pembuluh Arteri, Vena, dan Sistem Kapiler
1. Pembuluh darah arteri atau nadi.
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung
yang berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri
dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh
tubuh. Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh
Sistem Kardiovaskuler 30
pulmonalis yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari
setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
2. Pembuluh darah vena atau balik
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi
jantung yang bersifat tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah
pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh. Pembuluh vena kava
pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian bawah tubuh.
3. Pembuluh darah kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari
pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit
di mana setiap mili meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000
kapiler darah.
2.4. BIOKIMIA
2.4.1. STRUKTUR DAN FUNGSI ENZIM
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari
hanya 62 asam amino pada monomer4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil
katalis RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk
sebagai RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya (struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya,
prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang
sangat sulit. Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali
melalui enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga berperan dalam menghasilkan
pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP untuk menghasilkan kontraksi
otot.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya
sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung
terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan
mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif.
Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk
katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering
kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Sistem Kardiovaskuler 31
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino
yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-
sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul
bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami
denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan
ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat
bersifat reversibel maupun ireversibel.
a. Kespesifikan
Enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang ia kataliskan maupun
terhadap substrat yang terlibat dalam reaksi. Bentuk, muatan dan katakteristik
hidrofilik/hidrofobik enzim dan substrat bertanggung jawab terhadap kespesifikan ini.
Enzim juga dapat menunjukkan tingkat stereospesifisitas, regioselektivitas, dan
kemoselektivitas yang sangat tinggi.
Beberapa enzim yang menunjukkan akurasi dan kespesifikan tertinggi terlibat
dalam pengkopian dan pengekspresiangenom. Enzim-enzim ini memiliki mekanisme
"sistem pengecekan ulang". Enzim seperti DNA polimerase mengatalisasi reaksi
pada langkah pertama dan mengecek apakah produk reaksinya benar pada langkah
kedua. Proses dwi-langkah ini menurunkan laju kesalahan dengan 1 kesalahan
untuk setiap 100 juta reaksi pada polimerase mamalia. Mekanisme yang sama juga
dapat ditemukan pada RNA polimerase, aminoasil tRNA sintetase dan ribosom.
Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder dikatakan sebagai
"tidak pilih-pilih", yakni bahwa ia dapat bekerja pada berbagai jenis substrat yang
berbeda-beda. Diajukan bahwa kespesifikan substrat yang sangat luas ini sangat
penting terhadap evolusi lintasan biosintetik yang baru.
b. Model “ lock & key ”

Sistem Kardiovaskuler 32
Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa
hal ini dikarenakan baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang saling
memenuhi. Hal ini sering dirujuk sebagai model "Kunci dan Gembok". Manakala
model ini menjelaskan kespesifikan enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi
keadaan transisi yang dicapai oleh enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan
model ketepatan induksilah yang sekarang paling banyak diterima.
2.4.2. APOPTOSIS, INJURY SEL DAN ADAPTASI SEL
a. Apoptosis sel
Molekul yang juga berfungsi untuk apoptosis adalah p53. Apoptosis: kematian
sel yang terprogram. Komponen yang normal pada perkembangan. Setiap hari
dalam tubuh kita terjadi apoptosis. Sel ada yang berproliferasi (lahir) dan ada yang
mati. Untuk terjadi apoptosis ada berbagai macam stimulus. Stimulusnya sangat
regulated fashion (sangat terkontrol, bukan sesuatu yang asal lalu mati). Apoptosis
dibedakan dengan necrosis karena necrosis menginduksi inflamasi yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Proses dimana sel memegang
peranan dalam kematiannya sendiri.
Langkah apotosis:
(A) merusak kromatin pada nucleus; (B) sel melanjutkan menyusut; (C)
mengepak dirinya sendiri untuk dimakan makrofag; (D) terjadi apoptotic body,
hancuran sel di dalam bukan dilepas (pada recrosis organelanya pecah dan keluar
sehingga oleh dikenali oleh antibody).Central pada apoptosis: caspase yang beperan
sebagai protein eksekutor, yang memutuskan sel untuk apoptosis. Caspase
mengandung Cysteine Aspartate Specific ProteASEs. Caspase ini merupakan
procaspase (blum aktif). Agar berfungsi maka caspase harus mengami aktivasi
dengan pemotongan sisi karboksil dan pemotongan sisi terminal amino (jumlah
amino) sehingga sisinya menempel sedemikian rupa sehingga menjadi active
caspase. Ada stimulus tertentu yang merubah procaspase menjadi caspase. 1
molekul caspase dapat mengaktifkan molekul caspase yang lainnya (snowball
effect). Hasil caspase-nya berbeda-beda yang memiliki fungsi masing-masing. Ada
pembentukan vesikel, degradasi DNA. 0 belum mengalami apoptosis (DNA intake),
mulai jam ke 3 mulai terlihat leader (DNA dipotong) dengan urutan tertentu sehingga
punya pola tertentu (cirri-ciri sel yang mengalami apoptosis, sedangkan kalau
Sistem Kardiovaskuler 33
necrosis DNA-nya remuk. Mekanisme induksi bisa karena radiasi, cell stress, infeksi
virus, death receptors, grandzymes (sel mengeluarkan granzymes yang akan
menginduksi apoptosis pada mekanisme imun). Apoptosis induksi dibagi 2, intrinsic
dan ekstrinsik. Intrinsik: contohnya cellular stress (radiasi, infeksi virus, growth factor,
stress oksidasi) intinya sinyal apoptosisnya melalui pintu mitokondria yang
melibatkan protein bcl-2 dan bugs (p53), walaupun dari luar tetapi hancurnya di
mitokondria. Mitochondrial pathway apoptosis: Intinya: pelepasan sitokrom c.
Karena begitu sitokrom c keluar maka akan diikat oleh Apaf-1 (apoptosis activating
factor), dia akan diikat dan membentuk CARD domain dan membentuk
apoptoseome. Apoptosome akan mengaktivasi caspase 9 (caspase awal yang
diaktifkan oleh release sitokrom c), sehingga caspase 9 akan mengaktivasi caspase
selanjutnya (3,6,7) untuk selanjutnya caspase tersebut akan mengaktifkan system
yang lain. Protein yang berperan dalam apoptosis yaitu BH1, BH2, BH3, BH4, artinya
satu gen yang terdiri dari beberapa lobus. Bila yang dinyalakan BH1, BH2, BH3, BH4
maka akan menjadi Bcl2/Bcl-XL yang merupakan anti-apoptosis. Kalau yang
dinyalakan BH1, BH2, BH3 (atau hanya BH3) maka akan menjadi pro-apoptosis.
Pro-survival (Bcl-2, Bcl-XL, Bcl-w, Mcl-1, A1) dikepung oleh pro-apoptosis
(molekul yang menginduksi apoptosis: Bim, Puma, pro-apoptosis yang disbanding
oleh gen yang samatBid, Bad, Noxa, Bax) tapi terjadi alternatif slpicing sehingga
gen yang sama tetapi splicing berbeda bisa menjadi protein yang berbeda. Sehingga
gen yang sama tetapi karena splicing yang berbeda bisa menjadi pro/anti-apoptosis.
Pada kondisi sel yang normal, cytochrome c hanya ada pada mitochondria
(dalam sel) karena dijaga oleh cl2 protein supaya permeabilitas mitokondria selalu
terjaga. Sebenarnya antara yang pro dan anti apoptosis selalu bersaing. Sehingga
kalau banyak yang anti-apoptosis maka membrane mitokondria akan tetap intake
dan sitokrom c tidak keluar. Tetapi kalau produksi bax berlimpah, maka akan
mengganggu permeabilitas dan sitokrom c keluar, sehingga mulai apoptosis.
Anti apoptotic menghambat supaya BH123 tidak bergabung menjadi satu
supaya sitokrom c tidak keluar. Selanjutnya karena adanya apoptotic stimulus
sehingga BH123 mengumpul jadi satu akan memberikan jalan ke sitokrom c untuk
menginduksi terjadinya apoptosis. Tetapi ada juga ada apoptosis stimulus yang
meng-inaktivasi Bcl2 sehingga BH123 tetap menjadi satu dan sitokrom c terlepas.
Sistem Kardiovaskuler 34
Mitokondria juga melepaskan protein anti-IAP (untuk memblok caspase). IAP akan
menempel pada caspase dan memblok caspase. Tetapi pada saat BH123 terlepas,
anti IAP juga terlepas sehingga memblok supaya IAP tidak menghambat caspase.
Cara penghambatan apoptosis melalui extraselular:Cara A: meningkatkan jumlah
protein Bcl2, bila Bcl2 semakin banyak maka dia akan bersifat anti apoptosis
sehingga apoptosisnya terblok. Cara B: meng-inaktifasi BH3 (pro-apoptosis)
sehingga apoptosis tidak terjadi. Cara C: meng-inaktifasi anti-IAPs sehingga
apoptosis tetap bisa diblok. Extrinsic signal biasanya melalui death receptor atau
melalui enzyme granzyme. Fas ligand/FasL (CD95) merupakan death receptor,
terdapat di permukaan dan kalau berpasangan akan memicu terjadinya apoptosis
tetapi bedanya tidak lewat mitokondria.
Death receptor pathway
FADD akan jadi satu dengan yang akan mengaktifasi caspase 8 yang akan
mengaktifasi caspase 3, 6, 7 sebagai caspase eksekusioner. Beda intrinsic dan
ekstrinsik: intrinsic melalui mitokondria (sitokrom c yg mengaktifkan caspase), yang
ekstrinsik karena adanya FADD/death domain yang bersatu membentuk kinase
tertentu sehingga akan mengaktifkan caspase 8,9,10 dimana caspase 8,9,10 akan
mengaktifkan eksekusioner caspase.
Granzyme biasanya terjadi di sel T. sel T sitotoksik biasanya akan
menghasilkan granzyme untuk membunuh sel yang terinfeksi oleh gran. Apotosis
normal terjadi selama pertumbuhan/perkembangan normal, biasanya terjadi juga
terjadi resposilble untuk setting dari pembentukan jaringan/organ juga untuk regulasi
limfosit untuk pembentukan sel T, dari bone marrow sel T pindah ke tymus dan
hanya 10% yang berfungsi sebagai sel, yang 90% tidak lulus/tidak berfungsi
sehingga dibuang (drop out). Sel yang tidak berfungsi dan drop out akan dibunuh
atau pada proses perkembangan pada pembentukan ekor pada katak yang dibuang
atau pada manusia sehingga memiliki bentuk jari 5 karena adanya proses apoptosis.
Selain itu juga terjadi pada sel darah merah kita, dimana setiap 120 hari sel akan
mati.

Sistem Kardiovaskuler 35
2.4.2. ADAPTASI SEL
a. Adaptasi Seluler
Adaptasi seluler merupakan kemampuan mengatur dirinya dengan cara
merubah struktur dan fungsinya sebagai respons terhadap berbagai kondisi fisiologis
maupun patologis.
Terdapat lima tipe adaptasi (atrofi, hipertrofi, hyperplasia, metaplasia dan dysplasia)
seluler yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya
ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa disebut atrofi
numerik) sel parenkim dalam organ tubuh (Syhrin, 2008).
Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi
tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui
terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih spesifik. Secara umum,
terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis.
Atrofi fisiologis merupakan atrofi yang bersifat normal atau alami. Beberapa
organ tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan atau pertumbuhan, dan jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut
tidak menghilang ketika sudah mencapai usia tertentu, malah akan dianggap sebagai
patologik. Contoh dari atrofi fisiologis ini yaitu proses penuaan (aging process)
dimana glandula mammae mengecil setelah laktasi, penurunan fungsi/produktivitas
ovarium dan uterus, kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang menipis dan ringan
akaibat resorpsi. Penyebab proses atrofi ini bervariasi, diantaranya yaitu
berkurangnya/hilangnya stimulus endokrin, involusi akibat menghilangnya rangsan-
rangsang tumbuh (growth stimuli), berkurangnya rangsangan saraf, berkurangnya
perbekalan darah, dan akibat sklerosis arteri. Penyebab-penyebab tersebut terjadi
karena peoses normal penuaan. Berbeda dengan atrofi fisiologis, atrofi patologis
merupakan atrofi yang terjadi di luar proses normal/alami.
Secara umum, atrofi patologis dan fisiologis terbagi menjadi lima jenis, yaitu
atrofi senilis, atrofi local, atrofi inaktivas, atrofi desakan, dan atrofi endokrin.

Sistem Kardiovaskuler 36
1. Atrofi senilis
Atrofi senilis terjadi pada semua alat tubuh secara umum, karena atrofi senilis
termasuk dalam atofi umum (general atrophy). Atropi senilis tidak sepenuhnya
merupakan atropi patologis karena proses aging pun masuk ke dalam kelompok
atrofi senilis padahal proses aging merupakan atropi fisiologis. Contoh atropi senilis
yang merupakan proses patologik yaitu starvation (kelaparan). Starvation atrophy
terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan/nutrisi untuk waktu yang lama. Atropi ini
dapat terjadi pada orang yang sengaja berpuasa dalam jangka waktu yang lama
(tanpa berbuka puasa), orang yang memang tidak mendapat makanan sama sekali
(karena terdampar di laut atau di padang pasir). Orang yang menderita gangguan
pada saluran pencernaan misalnya karena penyempitan (striktura) esophagus. Pada
penderita stiktura esophagus tersebut mungkin mendapatkan suplai makanan yang
cukup, namun makanan tersebut tidak dapat mencapai lambung dan usus karena
makanan akan di semprotkan keluar kembali. Karena itu, makanan tidak akan
sampai ke jaringan-jaringan tubuh sehingga terjadilah emasiasi, inanisi, dan badan
menjadi kurus kering.
2. Atrofi Lokal
Atrofi local dapat terjadi akibat keadaan-keadaan tertentu.
3. Atropi inaktivitas
Terjadi akibat inaktivitas organ tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas otot-
otot mengakibatkan otot-otot tersebut mengecil. Atropi otot yang paling nyata yaitu
bila terjadi kelumpuhan otot akibat hilangnya persarafan seperti yang terjadi pada
poliomyelitis.
trofi inaktivitas disebut juga sebagi atrofi neurotrofik karena disebabkan oleh
hilangnya impuls trofik. Tulang-tulang pada orang yang karena suatu keadaan
terpaksa harus berbaring lama mengalami atrofi inaktivitas. Akibatnya, tulang-tulang
menjadi berlubang-lubang karena kehilangan kalsiumnya sehingga tidak dapat
menunjang tubuh dengan baik. Sel-sel kelenjar akan rusak apabila saluran keluarnya
tersumbat untuk waktu yang lama. Ini misalnya terjadi pada pankreas. Jika terjadi
sumbatan (occlusion) pada saluran keluar pancreas, sel-sel asinus pancreas
(eksokrin) menjadi atrofik. Namun, pulau-pulau Langerhans (endokrin) yang
membentuk hormon dan disalurkan ke dalam darah tidak mengalami atrofi.
Sistem Kardiovaskuler 37
4. Atrofi desakan
Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus-menerus atau desakan dalam
waktu yang lama dan yang mengenai suatu alat tubuh atau jaringan. Atrofi desakan
fisiologik terjadi pada gusi akibat desakan gigi yang mau tumbuh dan dan yang
mengenai gigi (pada nak-anak). Atroi desakan patologik misalnya terjadi pada
sternum akibat aneurisma aorta. Pelebaran aorta di daerah substernal biasanya
terjadi akibat sifilis. Karena desakan yang tinggi dan terus menerus mengakibatkan
sternum menipis.
Atrofi desakan ini pun dapat terjadi pada ginjal. Parenkim ginjal dapat menipis akibat
desakan terus-menerus. Ginjal seluruhnya berubah menjadi kantung berisi air, yang
biasanya terjadi akibat obstruksi ureter, yang biasanya disebabkan oleh batu. Atrofi
dapat terjadi pada suatu alat tubuh kerena menerima desakan suatu tumor
didekatnya yang makin lama makin membesar.
5. Atrofi endokrin
Terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya bergantung pada rangsangan hoemon
tertentu. Atrofi akan terjadi jika suplai hormon yang dibutuhkan oleh suatu organ
tertentu berkurang atau terhenti sama sekali. Hal ini misalnya dapat terjadi pada
penyakit Simmonds. Pada penyakit ini, hipofisis tidak aktif sehingga mrngakibatkan
atrofi pada kelenjar gondok, adrenal, dan ovarium.
Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal-hal/kondisi berikut.
1. Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang
2. Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
3. Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
4. Kekurangan nutrisi
5. Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan mengakibatkan
pengecilan organ tersebut).
Mekanisme atropi secara singkat adalah sebagai berikut.
Secara umum, seluruh perubahan dasar seluler (dalam hal ini merupakan
perubahan ke arah atropi) memiliki proses yang sama, yaitu menunjukkan proses
kemunduran ukuran sel menjadi lebih kecil. Namun, sel tersebut masih
memungkinkan untuk tetap bertahan hidup. Walupun sel yang atropi mengalami
kemunduran fungsi, sel tersebut tidak mati.
Sistem Kardiovaskuler 38
Atropi menunjukkan pengurangan komponen-komponen stutural sel. Sel yang
mengalami atropi hanya memiliki mitokondria dengan jumlah yang sedikit, begitu
pula dengan komponen yang lain seperti miofilamen dan reticulum endoplasma.
Akan tetapi ada peningkatan jumlah vakuola autofagi yang dapat memakan/merusak
sel itu sendiri.
Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh
karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru (Saleh, 1973). Sama halnya
dengan atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan
patologis. Contoh yang sering kita temukan pada kasus hyperplasia fisiologis yaitu
bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa pubertas. Sedangkan
hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks uterus yang dapat
mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada serviks tersebut mengalami
penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini diakibatkan oleh sekresi hormonal
yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan yang besar.
Hipertrofi
Hipertrofi merupakan suatu keadaan bertambahnya isi/volume suatu jaringan
atau alat tubuh. Bertambah besarnya alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing
sel yang membentuk alat tubuh tersebut membesar dan bukan oleh kerena
bertamabahnya jumlah unsure atau sel baru. Hipertrofi dapat terjadi pada semua
jaringan atau alat tubuh tempat sel-selnya tidak dapat memperbanyak diri. Hipertrofi
misalnya terjadi pada otot-otot polos. Sel-sel otot tidak dapat membentuk sel-sel
baru. Suatu pengecualian adalah uterus gravidus. Hipertrofi otot terjadi karena
sitoplasmanya bertambah.
Selain pada otot, hipertrofi dapat terjadi pula pada jantung, ginjal, kelenjar
endokrin (tiroid dan hipofisis), dan otot polos pada alat-alat dalam yang
berlumen/berongga seperti usus, ereter, dsb. Hipertrifi yang jelas dapat kita lihat
pada otot-otot rangka, seperti otot tungkai pengemudi becak, otot bisep tukang
pandai besi, atau pembesaran hampir semua bagian otot pada binaragawan.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa jantung pun akan mengalami hipertrofi.
Hipertrofi yang sering kita temukan yaitu pembesaran ventrikel kiri karena bekerja
terus-menerus memompa dan melawan tahanan yang lebih besar agar darah dapat
Sistem Kardiovaskuler 39
dipompa keseluruh tubuh pada stenosis aorta. Begitupun dengan ginjal. Ginjal dapat
menjadi hipertrofik jika ginjal lainnya sejak semula tetap kecil karena aplasi* atau
hipoplasi*, dan pembesarannya disebut hipertrofi kompensatorik. Kata
kompensatorik sebenarnya kurang tepat, karena walaupun jumlah nefron tidak
bertambah namun ada pertambahan epitel tubulus dan kapiler glomerulus. Sehingga
sebenarnya pembesaran ginjal ini disebabkan oleh hipertrofi dan hiperplasi
Metaplasia dan Displasia
Metaplasia merupakan perubahan suatu jenis jaringan dewasa (yang telah
berdiferensiasi) menjadi jaringan lain yang juga dewasa. Perubahan ini bisa terjadi
pada jaringan epithelial atau mesenchymal
Displasia merupakan metaplasia yang parah pada sel dewasa. Hal ini tampak dalam
bentuk, besar, dan orientasinya
b. Jejas Sel
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel.
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
2. Kekurangan nutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun)
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori
utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
1. Jejas Reversibel ( Degenerasi sel: mola hidatidosa)
Contoh umum yang sering terjadi pada kategori ini yaitu degenerasi hidropik.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya peningkatan
kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air pada
mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali
gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya
generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh
osmotic.
Sistem Kardiovaskuler 40
2. Jejas Irreversible
Terdapat dua jenis jejas irreversible (kematian sel) yaitu apotosis dan
nekrosis. Apoptosis merupakan pengendalian terhadap eliminasi-aliminasi sel yang
mati. sedangkan nekrosis merupakan kematian sel/jaringan pada tubuh yang hidup
di luar dari kendali. Sel yang mati pada nekrosis akan membesar dan kemudian
hancur dan lisis pada suatu daerah yang merupakan respon terhadap inflamasi
(Lumongga, 2008). Jadi perbedaanya terletak pada terkendali atau tidaknya
kematian sel tersebut.
2.4.3. NEKROSIS SEL
Nekrosis merupakan proses kematian sel. Nekrosis melibatkan sekelompok
sel, mengalami kehilangan integritas membrane, sel yang mengalami nekrosis akan
terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Nekrosis juga dapat terjadi
kebocoran lisosom. Sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan
terrjadi agregasi. Pada nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata disekitar sel
– sel yang mengalami nekrosis dan sel yang mengalami nekrosis akan di makan oleh
makrofag. Nekrosis terjadi Karena trauma nonfisisologi pada nekrosis enzim – enzim
yang terlibat dalam proses apoptosis mengalami perubahan atau inaktivasi. Nekrosis
tidak dapat di amati. Nekrosis tidak disertai proses sitensis makro molekul baru, pada
nekrosis frakmentasi terjadi secara random sehingga pada agarose setelah
electrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas sepanjang alurnya. ( DNA smear ).

Sistem Kardiovaskuler 41
BAB III

(PENUTUP)

3.1. KESIMPULAN
Sistem kardiovaskuler memiliki beberapa komponen penting yaitu:
1. Jantung
Jantung merupakan salah satu organ tubuh manusia yang mempunyai
fungsi sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia yaitu memompa
darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut
karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Jantung terletak di dalam
rongga mediastinum dari rongga dada diantara kedua paru.
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan , yaitu : lapisan luar ( epikardium),
lapisan tengah (miokardium), lapisan dalam (endokardium).
2. Pembuluh darah
Berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke
semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
3. Pembuluh Limfe
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
4. Darah
Berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa
oksigen dan nutrisi.

Sistem Kardiovaskuler 42
DAFTAR PUSTAKA

Burnner & Suddarth. 2001. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Vol 2 edisi
8. Jakarta : EGC
Goodman & Gilman. 2007. Dasar farmakologi terapi. Vol 1 edisi 10. Jakarta:
EGC
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi
revisi. Jakarta : EGC
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi umum dan sistemik. Vol 2 edisi 2. Jakarta :
EGC

Sistem Kardiovaskuler 43

Anda mungkin juga menyukai