Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS

DI PUSKESMAS KOTA MALANG

WERRU ANDI SUPRIANU


175070209111011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018
I.Latar belakang

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis, kuman yang paling sering menyerang organ

paru dengan sumber penularan adalah pasien denga BTA positif yang ditularkan

melalui udara. Setiap detik ada satu orang memiliki potensi menularkan ke 10–15

orang pertahunnya dan sekitar seperempat dari populasi dunia memiliki TB laten

yang berarti telah terinfeksi tetapi tidak atau belum sakit. TB merupakan salah

satu dari 10 penyebab kematian terbanyak didunia dan merupakan pembunuh

utama orang HIV Postitif Setiap tahun tercatat 1-2 juta jumlah penduduk dunia

meninggal akibat TB dan lebih dari 95% kematian TB terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah ( Kemenkes RI, 2014 )

WHO mencatat jumlah kasus TB dunia pada tahun 2016 sebanyak 10.4

juta atau ada sekitar 140.000 per 100.000 populasi dunia sebagian besar insiden

terjadi di wilayah Asia Tenggara (45%), wilayah Afrika (25%), Pasifik barat (17%),

Mediterania timur (7%) serta eropa dan Amerika dengan persentase masing

sebesar 3% dan 1.7 juta diantaranya meninggal dunia. WHO membagi negara

dengan beban tinggi TB salah satunya Indonesia yang sekarang menduduki

peringkat kedua didunia dengan negara kasus TB terbanyak pada tahun 2016

diperkirakan ada 1.020.000 orang yang menderita tb atau sekitar 391 per

100.000 jumlah populasi penduduk Indonesia. Jumlah penderita TB laki laki lebih

banyak dibandingkan perempuan yaitu 698.000 sedangkan penderita wanita

sebanyak 323.000. selama menjalani pengobatan TB diperkirakan sekitar

110.000 penderita yang meninggal ( Tuberculosis Global Health Report 2016 ).

Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian tetap tinggi untuk penyakit yang

sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan, tetapi fakta menunjukkan


keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka insidensi secara global

berhasil dihentikan dan telah menunjukkan tren penurunan kasus serta

penurunan angka kematian 45% dibanding tahun 1990 ( Kemenkes RI, 2014 )

Capaian indikator program dalam penemuan penderita, provinsi Jawa

Timur pada tahun 2015 menempati urutan kedua dalam jumlah penemuan kasus

TB BTA+ kasus baru sebanyak 23.183 penderita dengan CDR 56% namun

masih dibawah target CDR yang ditetapkan sebesar 70%. Pada tahun 2016

jumlah kasus TB yang diobati sebanyak 47.478 kasus dari perkiraan 123.414

jiwa dengan CDR 39% yang telah mencapai target nasional sebesar 38%.

(Dinkes Provinsi jawa Timur 2016)

Pada tahun 2016 Jumlah kasus baru TB paru di kota Malang mencapai

573 kasus namun yang mendapatkan pengobatan hanya 494 orang. Jumlah

penderita yang sembuh 331 orang (67%), pengobatan lengkap 73 orang (14,6%)

dan angka keberhasilan pengobatan 81.7% masih dibawah dari standar nasional

yaitu 85% Selama menjalani pengobatan ada 12 penderita yang meninggal

artinya ada sekitar 18 % penderita yang dinyatakan drop out dan gagal dalam

menjalani pengobatan (Dinkes Kota Malang 2016)

WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed

Treatment Short-course) sebagai strategi dalam pengendalian tuberculosis sejak

tahun 1990-an dan strategi ini merupakan salah satu intervensi kesehatan yang

secara ekonomis sangat efektif (cost effective). Fokus utama DOTS adalah

penemuan dan penyembuhan pasien TB. Strategi ini akan memutuskan rantai

penularan TB sehingga akan menurunkan insiden TB di masyarakat.

Meskipun telah diketahui pengobatan TB dan telah banyak

menyembuhkan di seluruh dunia, penanggulangan dan pemberantasannya


sampai saat ini belum memuaskan dapat dilihat dengan angka dropout yang

masih tinggi, pengobatan tidak teratur dan resistensi terhadap obat yang

sekarang masih menjadi tantangan terhadap pengendalian TB. Sebagian besar

penderita TB bosan mengkonsumsi obat karena dibutuhkan waktu yang lama

untuk mengobatinya bahkan ada yang berhenti berobat sebelum waktunya.

Selain karena waktu yang lama, terkadang beberapa pasien mengalami efek

samping yang tidak menyenangkan akibat pengobatan dan adapula yang

berhenti mengkonsumsi karena merasa sudah sembuh.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Republik Indonesia, salah satu faktor rendahnya angka kesembuhan

adalah ketidakpatuhan pengobatan penderita TB. Berbagai faktor yang

menyebabkan ketidakpatuhan pengobatan TB, faktor manusia (Penderita

maupun Pengawas Menelan Obat ) sebagai penyebab utama. Yang dimaksud

dengan faktor manusia adalah bagaimana perilaku individu tersebut, karakteristik

individu, pengetahuan dan penilaian terhadap sikap pelayanan kesehatan (

Tirtana, 2011 )

Ketidakpatuhan pengobatan dinegara maju mencapai 30 – 50 % dan

diperkirakan ketidakpatuhan pengobatan dinegara berkembang lebih tinggi. Studi

menemukan bahwa 40% tidak mematuhi pengobatan mereka dikarenakan

kompleksitas pengobatan ditambah lagi dengan gaya hidup. Ada beberapa hal

yang berpotensi mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan antara lain: biaya

pengobatan, efek samping penyakit, karakteristik demografi dan perilaku,

kesadaran mengenai obat dan penyakit serta pengetahuan ( Chung et all, 2015 )

sedangkan menurut Budiman Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan minum obat yaitu umur, pendidikan, penghasilan, tingkat


pengetahuan, sikap, peran pengawas obat, dukungan keluarga, dukungan sosial

dan dukungan petugas.

Kepatuhan minum obat adalah istilah yang sering digunakan untuk

menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar berdasarkan

instruksi oleh petugas kesehatan profesional. Untuk mencapai kesembuhan yang

optimal diperlukan kepatuhan menjalani rangkaian pengobatan meskipun

membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 6-8 bulan dan minum obat sesuai

anjuran dari petugas kesehatan. Ketidakpatuhan penderita dalam mengkonsumi

OAT akan memperpanjang lama pengobatan, kegagalan pengobatan, resistensi

terhadap OAT yang dikenal dengan istilah TB MDR (Multidrug Resistance) yang

mana pengobatannya lebih rumit dan lebih lama. Sekitar 75% pasien TB adalah

kelompok usia produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang

pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya hingga sampai 3

sampai 4 bulan. Hal ini akan berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan

rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB maka akan

kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Dengan demikian TB merupakan

ancaman terhadap cita cita pembangunan kesejahteraan rakyat secara

menyeluruh

II. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah ada

hubungan antara karakteristik penderita tuberkulosis dengan Kepatuhan Minum

Obat Anti Tuberkulosis


III. Ruang Lingkup Penelitian

Pengobatan TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap

lanjutan. Tahap intensif pada dua bulan pertama pengobatan dan tahap lanjutan

4 bulan berikutnya. Ruang lingkup penelitian ini apakah selama pengobatan TB,

pasien memetuhi pengobatannya sesuai anjuran dokter pada seluruh pasien

yang sedang menjalani pengobatan TB di wilayah puskesmas kota malang.

IV. Metode Penelitian

a. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analitik korelational yang artinya survey atau penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini dalah cross-

sectioanal dimana melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan ( sekali waktu ) antara variabel independen dan variabel

dependen. Dan dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif.

b. Teknik Pengambilan Sample / Sampling

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan total

samplingyaitu pengambilan sampel secara keseluruhan sesuai variabel

yang ditetapkan. Mekanisme penelitian ini yaitu dengan membagikan

kuesioner kepada responden.

c. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas ( independen variable ) dalam penelitian ini

karakteristik penderita TB
2. Variabel terikat ( dependen variable ) dalam penelitian ini adalah :

Kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis

d. Bahan dan Alat / instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pasien

dalam meminum OAT. Untuk variabel kepatuhan digunakan kuesioner Morisky

Medication Adherence scale ( MMAS-8 ). MMAS-8 adalah alat penilaian dari

WHO yang sudah divalidasi dan sering digunakan untuk menilai kepatuhan

pengobatan pasien dengan penyakit kronik yang terdiri dari 8 pertanyaan yang

sudah dialihbahasakan kedalam bahasa indonesia. Penentuan jawaban

kuesioner menggunakan skala Gutman dimana jawaban responden hanya

terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak.

V. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu puskesmas kota Malang, yang

memiliki kasus drop out tertinggi atau yang tidak patuh dalam memnjalani

pengobatannya.

VI. Hasil Yang Diharapkan Dari Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan Karakteristik penderita Tuberkulosis dengan kepatuhan minum obat

TB, sehingga dari penelitian ini masyarakat khususnya pasien yang menjalani

pengobatan TB patuh dalam pengobatannya sesuai anjuran dokter. Dari hasil

penelitian juga diharapkan sebagai bahan masukan untuk puskesmas dan Dinas

Kesehatan Kota Malang sehingga kedepannya kepatuhan pasien dalam minum

obat TB meningkat dan angka drop out menurun.

Anda mungkin juga menyukai