Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh :

Yenny Mayangsari

G3A017308

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


2018
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah,
2004).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Depkes 2000).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejah teraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan
Wartonah 2000 ).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat

D. Jenis–Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah:
2004, 79).

E. Proses Terjadinya Masalah


Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

F. Pohon masalah
Isolasi sosial

Defisit Perawatan Diri


Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
(Keliat, 2009)

G. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
a. Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bias
melakukan apa-apa,
b. Data obyektif
Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis,
badan bau, kulit kotor.

2. Isolasi Sosial
a. Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
3. Defisit Perawatan Diri
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawat

H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK
I. Intervensi
1. Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat
diri
Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Intervensi
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.
b. TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
2) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-
tanda bersih.
3) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan
diri.
4) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
5) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
6) Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
7) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti:
mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari
(sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika panjang.
c. TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan
bantuan perawat.
Intervensi
1) Motivasi klien untuk mandi.
2) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
3) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
5) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
6) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
d. TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri
secara mandiri.
Intervensi : Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri
secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut,
menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
e. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
mandiri.
Intervensi : Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan
kebersihan diri.
f. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan
kebersihan diri.
Intervensi
1) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya
klien menjaga kebersihan diri.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.
3) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap
dalam menjaga kebersihan diri klien.
5) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
6) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
7) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

2. Diagnosa 2 : Isolasi sosial


Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus :
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.
2) Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
3) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti
pembicaraan klien.
b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang
lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
2) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan dengan orang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan social
Intervensi
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
e. TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan
oranglain

3. Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,


berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan Umum :
Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC

SP DEFISIT PERAWATAN DIRI


SP1 Pasien:
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien
tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
ORIENTASI
“Selamat pagi, kenalkan saya kamaruddin bisa dipanggil kama
, saya mahasiswa universitas muhammadiyah semarang,
”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T?”
“Dari tadi saya lihat Pak/ibu .... menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

KERJA
“Berapa kali bapak ... mandi dalam sehari? Apakah Pak .... sudah mandi hari ini?
Menurut Pak .... apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Pak .... sehingga tidak bisa
merawat diri? Menurut Pak .... apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?,
badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
masalah apa menurut Pak .... yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.

“Apa yang Pak .... lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Pak ....
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali Pak .... cukuran dalam seminggu? Kapan Pak .... cukuran terakhir?
Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x
perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali Pak .... makan sehari?


”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah
makan.”
“Di mana biasanya Pak .... berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya...
kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa
membersihkan pakai air dan sabun”.
“Menurut Pak .... kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan? Benar sekali.. Pak .... perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing Pak ....
melakukannya. Sekarang Pak .... siram seluruh tubuh Pak .... termasuk rambut lalu
ambil shampoo gosokkan pada kepala Pak .... sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol..
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Pak .... mulai dari
depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi
seluruh tubuh Pak .... sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Pak .... bagus
sekali melakukannya. Selanjutnya Pak .... pakai baju dan sisir rambutnya dengan
baik.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan Pak .... setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba Pak ....
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Pak .... lakukan
tadi ?”. ”Bagaimana perasaan Pak .... setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Pak .... ulangi lagi tanda-tanda
bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali Pak .... mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya Pak ...., dan
beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B
( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan Pak .... ( tidak ) tidak melakukani?
Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.
SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak/ibu ....?
“Bagaimana perasaan bpk/ibu hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan?
Sudah ditandai di jadual hariannya?
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di
ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.
KERJA
“Apa yang Pak/ibu .... lakukan setelah selesai mandi ?”apa Pak/ibu .... sudah ganti
baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang
bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah Pak/ibu .... menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!
“Apakah Pak/ibu .... suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali
perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus
!” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak/ibu, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi
ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam
berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien
yang lain.
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan Ibu … hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah
di tandai dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya Ibu … tampak rapi dan cantik. Mari Pak
.... kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir
rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah Ibu … biasa pakai bedak?” coba dibedakin
mukanya Ibu … yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ Ibu … , punya lipstik mari
dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Ibu … belajar berdandan”
“ Ibu … jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan
harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang
makan bersama pasien yang lain”.
SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

ORIENTASI
“Selamat siang Pak ....,”
” Wow...masih rapi dech Pak ....”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di
ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“
KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana Pak ....
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan!
“Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan Pak .... yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-
pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas
yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani
sedang bagi obat, coba... Pak .... minta sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Pak .... setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba Pak .... lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau
jam 10.00 disini saja ya...!”
SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

ORIENTASI
“Selamat pagi Pak .... ? Bagaimana perasaan Pak .... hari ini ?” Baik..! sudah
dijalankan jadual kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya... Pak ..... dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!
KERJA
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya Pak .... berak dan kencing?” “Benar Pak ...., berak atau kencing
yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat
ya.....”
“Sekarang, coba Pak .... jelaskan kepada saya bagaimana cara Pak .... cebok?”
“Sudah bagus ya Pak ...., yang perlu diingat saat Pak .... cebok adalah Tono
membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada
tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Pak ....”. “Setelah Pak .... selesai cebok,
jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram
tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak
tersisa di kakus/ WC. Jika Pak .... membersihkan tinja/air kencing seperti ini, Pak ....
ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air
kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Pak .... perlu merapihkan kembali
pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah
tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah Ibu … berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah
depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Ibu … selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Ibu … membersihkan tinja/air
kencing seperti ini, berarti Ibu … ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabun.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Ibu … setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?”
“Coba Ibu … jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya Ibu … bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana Ibu … bisa
melakukan jadual kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai