Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN UKM

KESEHATAN IBU DAN ANAK

ANEMIA PADA IBU HAMIL

OLEH :
dr. Daniel Satyo Nurcahyo

PENDAMPING
dr. Suharja

PUSKESMAS MULYOHARJO
KABUPATEN PEMALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Daniel Satyo Nurcahyo


Judul Laporan UKM : Anemia Pada Ibu Hamil

Pemalang, Agustus 2018


Mengetahui

Peserta Pendamping

dr. Daniel Satyo Nurcahyo dr. Suharja


I. LATAR BELAKANG
Puskesmas Mulyoharjo selaku salah satu penyedia layanan kesehatan selalu
mengupayakan upaya kesehatan perorangan di samping melaksanakan juga upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan perorangan yang dilakukan oleh Puskesmas
Mulyoharjo diwujudkan dengan wujud Poli Umum yang dilaksanakan setiap hari
kerja selama jam pelayanan.
Di antara sekian banyak diagnosis yang ditangani di Poli Umum, dispepsia
merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka kejadian yang sangat tinggi dan
bisa menyerang dari segala umur mulai dari anak-anak hingga lansia. Dispepsia
adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa,
regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Berdasarkan pendapat para ahli
bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami dispepsia.

II. PERMASALAHAN
Di Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik
umum adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia.
Pasien yang datang berobat ke praktik gastroenterologist terdapat sebesar
60% dengan keluhan dispepsia sehingga penyakit ini memerlukan perhatian yang
lebih dari penyedia layanan kesehatan.

III. PERENCANAAN INTERVENSI


Pemberian edukasi personal atau individu mengenai penyakit dispepsia dan
bagaimana cara pencegahan dan penanganannya.

IV. PELAKSANAAN INTERVENSI


Edukasi yang diberikan antara lain;
Definisi
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala/ keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut terasa penuh/ begah.
Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu
pasien pun keluhan dapat berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun
kualitasnya. Terdapat berbagai definisi tentang dyspepsia. Salah satunya yang dapat
dipakai adalah dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper abdomen.
Definisi ini berdasarkan kriteria Roma II tahun 1999-2000. Jadi dispepsia bukanlah
suatu penyakit tetapi merupakan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.
Etiologi
 Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster/ duodenum,
gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori.
 Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis
antibiotik, digitalis, teofilin, dan sebagainya.
 Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier: hepatitis, pankreatitis, kolesistitis
kronik.
 Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
 Bersifat fungsional: yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti
adanya kelainan/ gangguan organik/ struktural biokimia. Tipe ini dikenal sebagai
dipepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
Manifestasi Klinik
Sindroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan
atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada
mungkin dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan
bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Diagnosis
Dispepsia melalui simptom-simptomnya sahaja tidak dapat membedakan antara
dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Diagnosis dispepsia fungsional adalah
diagnosis yang telah ditetapkan, dimana pertama sekali penyebab kelainan organik
atau struktural harus disingkirkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan yang pertama
dan banyak membantu adalah pemeriksaan endoskopi. Oleh karena dengan
pemeriksaan ini dapat terlihat kelainan di oesophagus, lambung dan duodenum.
Diikuti dengan USG (Ultrasonography) dapat mengungkapkan kelainan pada saluran
bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat memberikan perubahan
anatomis. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah akan dapat mengungkapkan
penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit tyroid dan gangguan saluran bilier. Pada
karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor.
Kriteria Diagnostik Dispepsia Fungsional berdasarkan Kriteria Rome III, harus
termasuk:
a. berasa terganggu setelah makan
b. cepat kenyang
c. nyeri epigastrik
d. panas/ rasa terbakar di epigastrik
DAN
Terbukti tidak ada penyakit struktural termasuk endoskopi proksimal yang dapat
menjelaskan penyebab terjadinya gejala klinis tersebut. Kriteria haruslah terjadi dalam
masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala klinis sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum
diagnosis.
Tatalaksana pada Dispepsia
1. Antasida
2. H2 Receptor Antagonis
3. Pompa Proton (H +, K +-ATPase) Inhibitor
4. Sitoprotektif Agen
a. Sukralfat
b. Bismuth
c. Prostaglandin Analog
5. Operasi
Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
Perdarahan gastrointestinal adalah komplikasi yang paling umum diamati di PUD.
Ini terjadi pada ~ 15% pasien dan lebih sering pada individu> 60 tahun. Insiden
yang lebih tinggi pada orang tua kemungkinan disebabkan oleh peningkatan
penggunaan NSAID dalam kelompok ini. Hingga 20% dari pasien dengan ulkus
terkait berdarah perdarahan tanpa tanda-tanda peringatan sebelumnya atau gejala.
2. Perforasi
Ulkus terkait kedua yang paling umum adalah komplikasi perforasi, yang
dilaporkan dalam sebanyak 6-7% dari pasien PUD. Seperti dalam kasus
perdarahan, kejadian perforasi pada orang tua tampaknya meningkat sekunder
untuk peningkatan penggunaan NSAID. Penetrasi adalah bentuk perforasi ulkus di
mana terowongan tempat tidur ke organ yang berdekatan.
3. Gastric Outlet Obstruksi
Obstruksi lambung adalah paling umum ulkus berhubungan dengan komplikasi,
terjadi pada 1-2% pasien. Seorang pasien mungkin memiliki obstruksi relatif
sekunder untuk ulkus terkait peradangan dan edema di wilayah peripyloric. Proses
ini sering sembuh dengan penyembuhan ulkus. Sebuah obstruksi, tetap mekanik
sekunder untuk pembentukan bekas luka di daerah peripyloric juga mungkin.
Yang terakhir ini membutuhkan intervensi endoskopi (pelebaran balon) atau
bedah. Tanda dan gejala obstruksi mekanik relatif terhadap dapat mengembangkan
secara diam-diam. Onset baru cepat kenyang, mual, muntah, sakit perut
peningkatan postprandial, dan penurunan berat badan harus membuat obstruksi
lambung kemungkinan diagnosis.
Prognosis
Dyspepsia fungsional mempunyai prognosis baik apabila dilakukan pemeriksaan
klinis dan penunjang yang akurat serta tatalaksana yang baik. Walalaupun modalitas
pengobatanya menjadi luas berdasarkan kompleksitas patogenesisnya, serta lebih ke
arah hanya untuk menurunkan/menghilangkan gejala. Pilihan pengobatan berdasarkan
pengelompokan gejala utama dapat dianjurkan, walaupun masih dapat diperdebatkan
manfaatnya.

V. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tiap kunjungan pasien dispepsia dengan
memperhatikan keluhan pasien. Jika keluhan pasien bertambah, ada baiknya segera
dirujuk ke spesialis yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai