Anda di halaman 1dari 14

Efikasi dan keamanan tetes mata Azitromisin 1,5% pada populasi anak

dengan konjungtivitis bakterial purulen

Dominique Bremond-Gignac,1,2 Hachemi Nezzar,3,4 Paolo Emilio Bianchi,5


Riadh Messaoud,6 Sihem Lazreg,7 Liliana Voinea,8 Claude Speeg-Schatz,9
Dahbia Hartani,10 Thomas Kaercher,11 Beata Kocyla-Karczmarewicz,12
Joaquim Murta,13 Laurent Delval,14 Didier Renault,14 Frédéric
Chiambaretta,3,15
for the AZI Study Group

ABSTRAK
Tujuan penelitian Untuk menentukan efikasi dan keamanan tetes mata
azitromisin 1,5% pada populasi anak dengan konjungtivitis bakterial purulen.
Pasien dan Metode Penelitian ini adalah penelitian multisenter, internasional,
dengan randomisasi dan peneliti di’buta’kan pada 286 anak dengan discharge
purulen dan injeksi konjungtiva bulbar. Pasien menerima salah satu dari tetes
mata azitromisin 1,5% (dua kali sehari selama 3 hari) atau tetes mata tobramisin
0,3% (setiap 2 jam selama 2 hari, selanjutnya 4 kali sehari selama 5 hari). Tanda-
tanda klinis dievaluasi pada hari ke 0, 3 dan 7, dan kultur pada hari ke 0 dan ke 7.
Variabel primer adalah penyembuhan klinis (tidak adanya injeksi konjungtiva
bulbar dan discharge) pada hari ke 3 pada mata yang lebih parah untuk pasien
dengan kultur positif pada hari ke 0.
Hasil Penelitian Sejumlah 286 pasien (usia rata-rata 3,2 tahun; rentang usia 1
hari-17 tahun) diinklusikan; sebanyak 203 memiliki kultur yang positif pada hari
ke 0. Azitromisin lebih unggul dari tobramisin dalam angka penyembuhan klinis
pada hari ke 3 (47,1% vs 28,7%, p=0,013) dan non-inferior terhadap tobramisin
pada hari ke 7 (89,2% vs 78,2%, secara berurutan). Terapi azitromisin
mengeradikasi patogen kausatif, yang meliputi spesies-spesies resisten, dengan
angka resolusi yang sama dengan tobramisin (89,8% vs 87,2%, secara berurutan).
Hasil-hasil tersebut dikonfirmasi pada subkelompok pasien yang lebih muda dari
usia 24 bulan.

1
Simpulan Tetes mata Azitromisin 1,5% memberikan penyembuhan klinis yang
lebih cepat dibanding tobramisin 0,3% pada terapi konjungtivits bakterial purulen
pada anak, dengan dosis regimen yang sesuai dua kali sehari.

PENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan salah satu dari infeksi mata yang paling sering
ditemukan pada anak-anak dan merupakan penyebab umum dari kunjungan
pelayanan primer anak dan masalah mata pada departemen emergensi pediatri [1-
3]. Infeksi bakterial terhitung sampai lebih dari 50% dari semua kasus
konjungtivitis pada dewasa dan sebanyak 70-80% kasus pada anak [3].
Konjungtivitis bakterial ditandai oleh discharge mukopurulen dan
hiperemia konjungtiva [4]. Ini merupakan penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh satu atau lebih spesies bakteri dan mempengaruhi kedua jenis
kelamin, semua usia, etnik, dan negara. Konjungtivits bakterial juga menyebabkan
epidemik diantara orang-orang pada tempat tertutup, seperti kamar anak-anak,
sekolah dan populasi siswa [5,6]. Kasus ringan secara umum dipertimbangkan
bersifat self-limited, yang akan sembuh pada 5-10 hari. Namun, konsensus saat ini
mendukung penggunaan antibiotik topikal karena mereka memberikan kecepatan
penyembuhan klinis dan resolusi mikrobiologis yang lebih baik secara signifikan
dibanding dengan air mata artifisial [7-10]. Antibiotik topikal juga diketahui
mengurangi angka re-infeksi dan mencegah penyebaran infeksi [7].
Hanya terdapat sedikit pilihan yang tersedia untuk terapi konjungtivitis
bakterial purulen dengan antibiotik topikal pada anak [11] karena sebagian besar
antibiotik topikal yang tersedia telah disetujui berdasarkan pada penelitian-
penelitian klinis yang dilakukan hanya pada dewasa. Meskipun otoritas
pengaturan kesehatan seluruh dunia mendorong penelitian-penelitian klinis anak,
efikasi dan keamanan dari antibiotik topikal masih belum secara formal diuji pada
populasi ini. Sehingga, data klinis yang spesifik masih diperlukan dengan indikasi
ini.
Dalam penelitian ini, cairan mata Azitromisin 1,5%, pilihan antibiotik
topikal baru-baru ini disetujui di Eropa untuk terapi konjungtivitis bakterial dan

2
konjungtivitis trakhomatosa [12], telah diuji pada anak-anak semuda mungkin
usianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efikasi dan
keamanan tetes mata azitromisin 1,5% dan juga kecepatan aksinya (dari hari ke 3)
dengan tujuan untuk mendukung indikasinya pada anak-anak, khususnya pada
mereka yang lebih muda dari 2 tahun. Tujuan sekunder meliputi penentuan profil
infeksi bakteriologis dan angka resolusi mikrobiologis.

3
METODE PENELITIAN
Desan penelitian dan pasien
Penelitian ini merupakan penelitian multisenter, internasional, dengan
randomisasi serta peneliti yang di’buta’kan, dan kelompok paralel dilakukan
untuk membandingkan efikasi dan keamanan antara tetes mata Azitromisin 1,5%
(Ayter, Laboratories Thea, Perancis) dan tobramisin 0,3% (Tobrex, Laboratories
Alcon, Perancis) pada pasien anak-anak. Penelitian dilakukan antara bulan
Desember 2008 sampai dengan Februari 2011 pada 21 pusat penelitian antara
delapan negara (Perancis, Jerman, Italia, Polandia, Portugal, Romania, Algeria
dan Tunisia).
Pasien yang memenuhi syarat adalah anak-anak (dari usia 1 hari sampai 18
tahun) dengan konjungtivitis bakterial purulen setidaknya pada satu mata. Pasien
dieksklusikan jika mereka bayi baru lahir prematur atau memiliki patologi okuler
terkait. Antibiotik sistemik atau okuler, terapi anti-inflamasi atau imunosupresi
tidak diijinkan untuk penggunaan selama penelitian.
Penelitian dilakukan berdasar pada Praktik Klinis yang Baik, Deklarasi
Helsinki dan regulasi lokal. Persetujuan Komite Etik diperoleh pada tiap negara
sebelum pendaftaran pasien. Informed consent tertulis diperoleh dari orang
tua/wali. Penelitian teregistrasi pada http://clinicaltrials.gov dengan nomor
referensi NCT01155999.

Pemberian Terapi
Pada hari ke 0, pasien-pasien yang memenuhi syarat dialokasikan secara acak
(rasio 1:1) untuk satu dari dua perlakuan terapi dengan peneliti yang di’buta’kan.
Randomisasi dikelompokkan berdasar kelompok usia (<4, 4-12 dan 12-18 tahun).
Pasien menerima salah satu dari tetes mata azitromisin 1,5%, satu tetes dua kali
sehari (pagi dan sore) dari hari ke 0 sampai hari ke 2, atau tetes mata tobramisin
0,3%, satu atau dua tetes setiap 2 jam pada hari ke 0-1, sampai 8 kali/hari,
selanjutnya satu tetes 4 kali/hari pada hari ke 2-6.
Penilaian penelitian dan luaran/outcome

4
Semua pasien diminta hadir pada tiga kunjungan (hari ke 0, ke 3 dan ke 7).
‘Dokter mata peneliti pertama’ yang di’buta’kan untuk terapi melakukan
pemeriksaan oftalmologis, sementara peneliti kedua bertanggung jawab untuk
memberikan pengobatan dan memperkirakan toleransi dan keamanan.

Penilaian efikasi klinis


Tanda-tanda kardinal dari konjungtivitis bakterial (injeksi bulbar atau discharge
purulen) dinilai untuk tiap mata di bawah slit lamp dan dilakukan skoring dengan
menggunakan skala empat-poin, seperti dijelaskan sebelumnya [9,13-15].
Variabel efikasi primer adalah penyembuhan klinis sebagaimana didefinisikan
sebagai tidak adanya injeksi kojungtiva bulbar dan discharge purulen pada mata
yang lebih parah pada hari ke 3 pada set analisis positif penuh secara
mikrobiologis (MFAS; pasien-pasien dengan kultur bakteri positif pada hari ke 0).
Variabel-variabel efikasi sekunder meliputi penyembuhan klinis pada hari ke 7,
tanda-tanda okuler lainnya (reaksi folliculo-papiler dari konjungtiva palpebral,
eritema kelopak mata, pembengkakan kelopak mata) dan gejala-gejala
konjungtivitis bakterial yang dinilai pada skala ordinal empat-poin (0= tidak ada;
1= ringan; 2= sedang; 3= berat pasien-pasien preverbal tidak dinilai untuk skor
gejala).

Penilaian mikrobiologis
Swab konjungtiva diambil dari tiap mata yang terinfeksi pada hari ke 0 dan hari
ke 7. Spesimen bakteri dianalisis oleh laboratorium lokal dengan menggunakan
metode tervalidasi standar. Status bakteriologis dikonfirmasi oleh tinjauan pusat
independen dengan menggunakan klasifikasi Cagle yang telah dimodifikasi [16].
Sampel bakteriologis dipertimbangkan positif jika bakteri yang diisolasi setelah
kultur di atas ambang yang menikuti kriteria mikrobiologis Cagle.Resolusi
mikrobiologis (yakni, tidak adanya bakteri atau pengurangan di bawah ambang
patogenik) dinilai pada hari ke 7.

Penilaian keamanan

5
Analisis keamanan didasarkan pada evaluasi kejadian yang tidak diinginkan
(adverse event/AE), gejala-gejala terkait penetesan obat penelitian (seperti, rasa
terbakar/pedih/gatal, rasa lengket, sensasi benda asing dan pandangan kabur),
tanda-tanda okuler pada pemeriksaan slit lamp, ketajaman visual dan tolerabilitas
terapi oleh peneliti dan pasien atau orang tua/wali. Untuk anak-anak preverbal,
ketidaknyamanan yang tidak biasa saat penetesan dinilai oleh orang tua/wali. Jika
reaksi eksaserbasi tercatat oleh orang tua/wali pada saat penetesan obat penelitian
pada anak mereka, gejala-gejala gatal/terbakar/pedih, rasa lengket, sensasi benda
asing dan pandangan kabur dicatat.

Statistik
Berdasar pada superioritas hipotesis yang digunakan sebelumnya [17],
diperkirakan bahwa 111 pasien dengan kultur positif pada hari ke 0 diperlukan
pada tiap kelompok terapi dengan tujuan untuk memiliki probabilitas 80% dari
perbedaan 20% yang ditunjukkan pada kecepatan resolusi klinis antara
azitromisin 1,5% dan tobramisin 0,3% (48% vs 28%) dengan α 0,05 (two-sided
95% CI) pada hari ke 3.
Variabel efikasi primer dianalisis pada MFAS dengan menggunakan uji
eksask Cochran-Mantel-Haenszel (CMH) distratifikasikan dengan kelompok usia.
Selain itu, azitromisin 1,5% dipertimbangkan non-inferior terhadap tobramisin
0,3% jika batas bawah dari 95% CI eksak dari perbedaan terapi (azitromisin-
tobramisin) ≥ -10% [18]. Uji CMH juga digunakan untuk perbandingan antar
kelompok lainnya. Semua perbandingan dilakukan dua-sisi pada level 5% α.
Untuk uji tambahan pada subkelompok usia 0-2 tahun, koreksi Bonferroni
digunakan, dan menghasilkan nilai P yang diinterpretasikan pada tingkat
signifikansi 1,25%. Data yang hilang ditangani dengan menggunakan penilaian
terakhir yang tersedia. Untuk tujuan konfirmasi, analisis dilakukan pada set positif
per protokol secara mikrobiologis (microbiologically positive per protocol
set/MPPS) dan untuk mata yang terinfeksi kontralateral. Toleransi dan keamanan
dievaluasi untuk keamanan populasi (semua pasien yang menggunakan obat
penelitian).

6
HASIL PENELITIAN
Karakteristik demografis pasien dan nilai dasar
Sejumlah 286 pasien yang memenuhi syarat dilakukan randomisasi (gambar 1).
Dari pasien-pasien tersebut, 203 (71,0%) dengan kultur bakterial dasar pada/di
atas ambang patogenik pada setidaknya satu mata diinklusikan pada MFAS.
Tujuh pasien pada azitromisin (4,5) dan empat pasien pada tobramisin (2,9%)
ditarik dari penelitian. Pada MFAS, 8 pasien yang diterapi azitromisin dan 11
pasien yang diterapi tobramisin memiliki deviasi protokol mayor dan
dieksklusikan dari MPPS.
Tidak terdapat perbedaan yang ditemukan antar kelompok pada MFAS
berdasarkan karakteristik dasar (tabel 1). Usia rata-rata adalah 3,0±3,4 tahun, dan
55,2% pasien lebih muda dari 24 bulan. Secara keseluruhan, 66,0% pasien
memiliki injeksi konjungtiva bulbar sedang sampai berat pada mata yang lebih
parah pada awal nya, dan 87,2% memiliki discharge purulen sedang sampai berat.
Beratnya kedua tanda klinis kardinal tersebut tidak secara signifikan berbeda
antara kelompok terapi pada dasar (p= 0,559 dan 0,729, secara berurutan). Reaksi
folliculo-papiler ada pada 52,2% pasien, eritema kelopak mata pada 41,9% pasien
dan pembengkakan kelopak mata pada 38,4% pasien, tanpa perbedaan antar
kelompok yang ditemukan untuk beratnya penyakit (p=0,561, 0,673 dan 0,548,
secara berurutan).

Efikasi klinis
Pada hari ke 3, angka penyembuhan klinis untuk mata yang lebih parah secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok azitromisin dibandingkan dengan kelompok
tobramisin untuk pasien-pasien pada MFAS (47,1% vs 28,7%, secara berurutan;
p=0,013) (tabel 2). Pada hari ke 7, tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik pada angka penyembuhan klinis antar kelompok terapi (89,2% vs 78,2%,
secara berurutan; p=0,077), dan non-inferioritas azitromisin terhadap tobramisin
ditunjukkan. Angka yang sama ditunjukkan untuk mata kontralateral dan pada
MPPS (data tidak ditunjukkan).

7
Perbaikan pada tanda-tanda okuler lainnya (reaksi folliculo-papiler,
eritema kelopak mata, pembengkakan kelopak mata) juga ditemukan pada hari ke
3 dan ke 7, namun tidak berbeda secara signifikan antar kelompok (hari ke 3:
p=0,067, 0,662, dan 0,498, secara berurutan; hari ke 7: p= 0,172, 0,421 dan 0,165,
secara berurutan).

8
Resolusi bakterial
Mikroba kausatif paling sering yang diisolasi dari pasien pada saat inklusi adalah
Haemophilus (31,5%), Staphylococcus aureus (17,7%), Streptococcus pneumonia
(14,8%), Staphylococcus koagulase-negatif (12,8%) dan Satphylococcus
epidermidis (11,3%) (tabel 3). Secara keseluruhan, angka resolusi bakteriologis
pada mata yang lebih parah pada hari ke 7 sama pada kedua kelompok, dengan
tidak adanya perbedaan yang tercatat antar terapi (p=0,679). Angka resolusi yang
lebih tinggi ditemukan untuk S aureus pada pasien-pasien yang diterapi dengan
azitromisin (93,8%) dibanding dengan tobramisin (75,0%); namun ini tidak
signifikan secara statistik (p=0,252).

Penyembuhan klinis dan resolusi bakteriologis pada pasien-pasien yang lebih


muda dari 24 bulan
Analisis tambahan dilakukan pada subkelompok pasien yang lebih muda dari 24
bulan menunjukkan penyembuhan klinis dan angka resolusi bakteriologikal
dibandingkan dengan MFAS yang serupa (gambar 2). Penyembuhan klinis dicapai
untuk persentase yang lebih tinggi pada pasien yang diterapi-azitromisin
dibandingkan dengan pasien yang diterapi-tobramisin pada hari ke 3 (49,1% vs
32,7%, secara berurutan; p=0,079) dan hari ke 7 p=(86,0% vs 67,3%, secara
berurutan; p=0,020). Angka resolusi bakteriologis pada hari ke 7 sama pada kedua
kelompok (p=0,672).

Keamanan
Pada total 283 pasien dapat dievaluasi untuk keamanan (gambar 1). Kedua terapi
dapat ditoleransi dengan baik pada semua kategori usia, dengan tidak adanya efek
samping mata yang serius dilaporkan. Satu kasus hipersensitivitas (eritema
hemifasial kanan berat) dilaporkan pada pasien usia 6 bulan yang diterapi
azitromisin. Efek samping okuler dipertimbangkan oleh peneliti yang berkaitan
dengan obat penelitian dilaporkan pada empat pasien (2,7%) diterapi dengan
azitromisin dan satu pasien (0,7%; p=0,209) diterapi dengan tobramisin. Efek
samping ini meliputi eritema kelopak mata, edema kelopak mata dan hiperemia

9
okuler. Semua efek samping okuler terkait terapi bersifat ringan, kecuali untuk
satu kasus hiperemia okuler berat pada kelompok azitromisin.
Rasa gatal/terbakar/pedih adalah gejala okuler paling sering terkait
penetesan dilaporkan pada hari ke 3 pada kedua kelompok terapi dan dinilai
sebagai ‘mengganggu’ atau ‘sangat mengganggu’ untuk 7,6% pasien pada
kelompok azitromisin dan 0,8% pasien pada kelompok tobramisin (p=0,003).
Tidak ada inflamasi kornea maupun inflamasi aktif pada bilik mata anterior yang
ditemukan untuk tiap pasien pada pemeriksaan slit lamp. Keratitis punctata
superfisial yang signifikan secara klinis ditemukan pada satu pasien yang diterapi-
azitromisin (>4 tahun) pada hari ke 3, namun ini sembuh pada hari ke 7.
Secara keseluruhan, tolerabilitas yang dinilai pasien/wali dan peneliti
memiliki hasil yang baik. Total 92,3% pasien/wali pada kelompok azitromisin dan
90,5% pasien/wali pada kelompok tobramisin menilai tetes mata sebagai nyaman
pada hari ke 3 (p=0,717). Pada hari ke 7, tolerabililitas terapi dinilai oleh peneliti
sebagai ‘sangat memuaskan’ atau ‘memuaskan’ untuk 97,1% pasien pada
kelompok azitromisin dan 91,9% pada kelompok tobramisin (p=0,076).

PEMBAHASAN
Penelitian-penelitian randomised controlled dengan, saat memungkinkan,
stratifikasi dengan kelompok usia (seperti, neonatus, bayi, anak-anak dan remaja)
dan didesain untuk menentukan efikasi dan keamanan produk-produk obat pada
populasi anak diyakinkan dengan kuat oleh regulasi wewenang kesehatan [19].
Antibiotik topikal paling baru yang diijinkan untuk konjungtivitis bakterial telah
disetujui berdasar pada penelitian-penelitian klinis yang dilakukan terutama pada
dewasa [11], dengan data klinis yang kurang pada neonatus dan bayi (yakni, <24
bulan). Penelitian ini telah menentukan efikasi dan keamanan dari tetes mata
azitromisin 1,5% pada anak-anak dengan rata-rata usia 3 tahun. Pasien terutama
direkrut di Rumah Sakit pusat dimana biasanya hanya anak-anak yang sangat
kecil yang datang untuk terapi konjungtivitis bakterial. Ini memungkinkan
rekrutmen dengan proporsi besar (>50%) dari pasien-pasien yang lebih muda dari

10
24 bulan dibanding dengan penelitian lainnya yang sebagian besar anak yang
terlibat ada pada rentang usia yang lebih tua [9,13,14,20,21].
Dalam penelitian ini, regimen terapi pendek (3 hari) dengan tetes mata
azitromisin 1,5% (satu tetes dua kali sehari) memberikan penyembuhan klinis
yang lebih cepat pada anak-anak dengan konjungtivitis bakterial purulen
dibanding dengan regimen tetes tobramisin 0,3% (setiap 2 jam selama 2 hari,
kemudian empat kali sehari selama 5 hari). Saat dibandingkan dengan tobramisin,
efikasi azitromisin ditemukan lebih unggul secara signifikan pada hari ke 3 dan
non-inferior pada hari ke 7. Angka penyembuhan klinis yang dieroleh untuk
kedua antibitik sangat serupa dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu 48%
pada hari ke 3 dan 80% pada hari ke 9 pada anak yang diterapi dengan azitromisin
dibandingkan dengan 27% dan 82% pada anak yang diterapi dengan tobramisin
(rata-rata usia 6 tahun) [17,20].
Pemilihan pasien dengan tanda-tanda kardinal konjungtivitis akut sedang
sampai berat dalam penelitian ini dapat menjelaskan angka yang relatif tinggi
(71%) kultur bakteri yang positif yang ditemukan pada awal pemeriksaan. Akan
tetapi, profil bakteriologis untuk pasien-pasien dalam penelitian ini sama dengan
yang ditentukan pada subkelompok anak dari penelitian randomised controlled
besar sebelumnya [17,20] dan konsisten dengan mikroorganisme kausatif yang
biasanya ditemukan dalam literatur untuk konjungtivitis akut pada anak-anak [21-
23]. Haemophilus influenzae adalah patogen yang paling sering diisolasi,
mungkin disebabkan oleh tingginya insidensi otitis media akut terkait pada anak-
anak dengan konjungtivitis bakterial (dilaporkan pada 20-73% kasus), karena
bakteri ini merupakan patogen predominan yang bertanggung jawab untuk
sindroma konjungtivitis otitis [24-26]. S pneumoniae juga sering terdeteksi pada
pasien-pasien dalam penelitian ini, pada insidensi yang sama dengan penelitian
Gigliotti (14,8% vs 12,1%, secara berurutan) [22]. Patogen lain, seperti bakteri
Gram negatif selain Haemophilus, ditemukan pada sedikit pasien. Sehingga,
antibitik spektrum luas seperti azitromisin dibenarkan untuk penggunaan sebagai
terapi lini pertama melawan konjungtivitis bakterial purulen pada anak. Selain itu,
agen kausatif paling sering ditemukan pada anak berbeda dengan pada dewasa,

11
dimana spesies Staphylococcus adalah predominan (S epidermidis, 39%;
Staphylococcus koagulase-negatif, 23%; S aureus, 18%) [27]. Karena sebagian
besar antibiotik topikal diresepkan secara empiris tanpa penetapan profil
bakteriologikal diagnostik, penemuan-penemuan tersebut menekankan pentingnya
pendekatan etiologis untuk menentukan terapi inisial terbaik yang mungkin untuk
eradikasi mikroba-mikroba kausatif, terutama pada populasi yang jarang
dilakukan tes usia 0-2 tahun.
Angka resolusi bakterial yang tinggi ditemukan dalam penelitian ini,
konsisten dengan efikasi azitromisin yang ditargetkan terhadap spektrum bakteri
yang ditemukan pada anak. Terapi azitromisin berikut, angka penyembuhan
bakteriologis adalah sekitar 90% (hari ke 7), memiliki rentang dari 76,% sampai
100%, tergantung pada mikroba. Ini sama dengan hasil yang sebelumnya
ditemukan ddengan azitromisin [20] dan cairan mata topikal lainnya [9.13.14.28].
Azitromisin secara efektif mengeradikasi semua patogen kausatif, yang meliputi
spesies yang resisten secara klasik seperti Acinetobacteria, Corynebacteria dan
Enterobacteria. Aplikasi tetes mata azitromisin berikut, menahan konsentrasi
antibiotik pada air mata dan sel-sel konjungtiva biasanya lebih tinggi dibanding
konsentrasi plasma yang dicapai setelah pemberian azitromisin oral. Ini dapat
menjelaskan mengapa bakteri yang bahkan resisten pada konsentrasi azitromisin
plasma, menjadi rentan terhadap terapi tetes mata azitromisin (yang memiliki
konsentrasi antibiotik beberapa kali lipat dari konsentrasi inhibitor minimum
untuk bakteri yang biasanya didefinisikan sebagai resisten) [27]. Sifat
farmakokinetik dari azitromisin memberikan alasan durasi terapi singkat hanya
satu tetes dua kali sehari selama 3 hari untuk aksi antibakterial yang cepat [29].
Penelitian ini telah mengkonfirmasi bahwa regimen terapi ini, telah ditetapkan
pada dewasa, juga efektif pada populasi anak, yang meliputi anak-anak berusia
kurang dari 24 bulan.
Dikombinasikan dengan hasil dari penelitian sebelumnya [17], lebih dari
400 anak dengan konjungtivits bakterial telah diterapi dengan regimen azitromisin
1,5%. Dalam penelitian ini, azitromisin ditemukan aman dan dapat ditoleransi
dengan baik pada anak-anak sekecil usia beberapa hari, dengan sebagian besar

12
efek samping terkait ketidaknyamanan mata (rasa terbakar, pedih) saat penetesan.
Lebih dari 90% pasien/wali menemukan kenyamanan tetes mata azitromisin, dan
peneliti memperkirakan tolerabilitas antibiotik sebagai baik pada lebih dari 95%
pasien yang diterapi. Tidak ada inflamasi kornea atau bilik mata depan yang
ditunjukkan pada pemeriksaan slit lamp. Ini juga mengkonfirmasi profil
keamanan yang baik dari tetes mata azitromisin 1,5%yang sebelumnya ditetapkan
pada anak-anak dengan konjungtivitis trakhomatosa [30,31].
Pasien/wali menganggap regimen azitromisin 1,5% (satu tetes, pagi dan
sore, selama 3 hari) sebagai tetapi yang lebih cocok, dimana lebih mudah untuk
sesuai dan memiliki dampak yang lebih rendah secara signifikan pada aktivitas
harian dibandingkan dengan regimen tobramisin (84,0% pasien/wali pada
kelompok azitromisin melaporkan terapi mereka ‘tidak pernah’ berdampak pada
aktivitas harian dibandingkan dengan 54,8% pasien/wali pada kelompok
tobramisin, p<0,001; data tidak digambarkan). Selain itu, diambil dalam
pertibangan harga tetes mata yang sama (harga di Eropa ditemukan memiliki
rentang dari 2,7 x P dan 9,2 x P untuk azitromisin dan antara 1,0 x P dan 11,4 x P
untuk tobramisin; P adalah harga terendah), kemungkinan bahwa pengurangan
regimen tetes dan resolusi konjungtivitis yang lebih cepat secara keseluruhan akan
menurunkan biaya (dari waktu cuti orang tua bekerja, hilangnya pendapatan),
namun ini tidak secara langsung diperkirakan selama penelitian prospektif ini.
Manfaat mayor dari penetapan dosis azitromisin adalah sederhana, singkat dan
efektif, sehingga sesuai dengan kehidupan nyata. Dosis regimen tersebut juga
diharapkan memperbaiki tingkat kepatuhan dan menghindari penyalahgunaan
antibiotik, yang dengan demikian membatasi risiko terjadinya resistensi bakteri.
Secara ringkas, tetes mata azitromisin 1,5% merupakan pilihan terapeutik
yang efektif dan aman untuk konjungtivits bakterial purulen pada pasien anak,
khususnya pada rentang usia 0-2 tahun. Azitromisin memberikan angka
penyembuhan klinis yang unggul pada hari ke 3 dibandingkan dengan tobramisin,
dikombinasikan dengan regimen dosis yang lebih sesuai. Penyederhanaan terapi
merupakan manfaat mayor dari regimen jangka pendek dua kali sehari ini, yang

13
dikonfirmasi dengan penelitian ini pada subkelompok anak dimana penetesan
dapat menjadi sulit.

14

Anda mungkin juga menyukai