Hernita
10-2010-123
Kelompok E7
Semester 6, Blok 25
08 Juni 2013
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510
Hernita_bonkk@yahoo.com
Pendahuluan
Proses kelahiran bayi merupakan keajaiban. Dalam beberapa saat, janin yang keriput dan
basah, berubah menjadi bayi yang hidup bebas. Transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin merupakan hal yang vital. Janin harus dapat menghindarkan diri dari potensi
kerusakan yang terjadi saat kelahiran, beradaptasi secara fisiologis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan barunya, dan setelah kelahiran, menghindarkan diri dari bahaya lingkungan
seperti hipotermia dan infeksi, karena dia masih rentan terhadap bahaya tersebut. Periode
intrapartum dan neonatal awal merupakan masa yang amat berbahaya bagi bayi yang mengalami
hipoksia atau malnutrisi intrauterin, lahir preterm, dan mempunyai kelainan kongenitas mayor.1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar data
yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Untuk bayi prematur,
hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis yaitu :
Riwayat kehamilan ibu yaitu kesehatan ibu saat kehamilan, pernah sakit atau tidak, makan
obat-obatan, atau tetanus toxoid.
Riwayat kelahiran, yaitu :
o Tanggal lahir,
o Tempat lahir,
o Ditolong oleh siapa,
o Cara kelahiran,
o Kehamilan ganda,
o Keadaan segera setelah lahir, pasca lahir, hari-hari pertama kehidupan,
o Masa kehamilan,
o Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai dengan masa kehamilan, kurang
atau besar)
Riwayat pertumbuhan, yaitu kurva berat badan dan panjang badan terhadap umur.
Riwayat perkembangan, yaitu patokan perkembangan pada bidang motor kasar, motor
halus, dan sosial-personal.
Riwayat imunisasi
Riwayat makanan
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat keluarga
Corak reproduksi ibu
Pemeriksaan
Ballard Score
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia
gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular
meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan
genitalia.
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan
saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih
awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai
fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan
abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi
pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai
bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini
akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa
abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan
menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak
tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90
°, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 ° .2
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara
evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat
lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °,
Skor 2: fleksi parsial 110- 140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi
penuh.2
d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi
ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang
terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus
menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki.
Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu maneuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama
usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. 2 Tes harus diulang
setelah pemulihan telah terjadi
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui
dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada
siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3);
dan garis aksila ipsilateral (4)
f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi
terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan
kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak
antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).
Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi
tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4) 2
2. Penilaian Maturitas Fisik
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu
kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam
selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada
masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak
transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi
lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir
kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam
cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas,
pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit
janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25
minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki
minggu ke 28.2
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi
lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah
lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah
dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan,
keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes
mempunyai lanugo yang sangat banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili
jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan
dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit
garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat
percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak
mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki.
Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka
dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan
skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. 2
d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen
ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai
ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila
Montgomery (Gambar II.11). Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter 9.2
e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya
menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian
pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya.
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra.
Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan
menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa
dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu
diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi
yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stress intrauterin dan faktor humoral yang
mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada
minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada
minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae.2
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada
nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae
yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang
sama.
g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 ̊ dari garis horisontal.2 Abduksi yang
berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan
aduksi menyebabkan keduanya tertutupi oleh labia majora.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan
menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu
menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia
minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar.
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin.
Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi.
Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia
kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.2
3. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik disesuaikan dengan
skor di dalam tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.
Tabel The New Ballard Score
Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler dan maturasi fisik, maka kedua
skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan kemudian dicocokkan dengan tabel nilai kematangan,
sehingga didapatkan usia kehamilan dalam minggu. Kemudian dengan menggunakan grafik dari
Battaglia F dan Lubchenco dicari titik perpotongan antara usia kehamilan yang kita dapatkan
dengan berat badan lahir, sehingga didap interpretasi apakah bayi tersebut besar untuk masa
kehamilan (BMK), sesuai masa kehamilan (SMK), atau kecil masa kehamilan (KMK).
APGAR
Skor Apgar atau nilai Apgar adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1952 oleh seorang ahli anestesiologi, Dr. Virginia Apgar, sebagai sebuah metode
sederhana untuk segera cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir dan sekaligus mengenali
adanya tanda-tanda darurat yang memerlukan adanya tindakan segera terhadap bayi baru lahir.
Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat akronim dari kata
APGAR, yaitu Activity (aktivitas), Pulse (nadi), Grimace (mimik), Appearance (tampilan kasat
mata), dan Respiration (pernapasan).3
Tes ini biasanya diberikan kepada bayi sebanyak dua kali, yaitu pada menit pertama
setelah lahir dan dilakukan kembali pada menit ke-5 setelah lahir. Hal-hal yang dinilai adalah:
Tabel 1. Skor APGAR3
Penilaian 0 1 2
Warna kulit tubuh
Seluruh tubuh bayi
Appearance (warna normal, tetapi Warna kulit seluruh
berwarna kebiru-
kulit) tangan dan kaki tubuh normal
biruan atau pucat
berwarna kebiruan
Denyut jantung Denyut jantung
Pulse (denyut Tidak ada denyut
kurang dari 100 kali lebih atau di atas
jantung) jantung
per menit 100 kali per menit
Meringis, menarik,
Grimace (respon Tidak ada respon Wajah meringis saat
batuk, atau bersin
refleks) terhadap stimulasi distimulasi
saat distimulasi
Lengan dan kaki
Lemah, tidak ada dalam keadaan Bergerak aktif dan
Activity (tonus otot)
gerakan fleksi dengan sedikit spontan
gerakan
Menangis lemah,
Menangis kuat,
Respiration seperti merintih,
Tidak bernapas pernapasan baik dan
(pernapasan) pernapasan lambat
teratur
dan tidak teratur
Bayi dengan hasil total 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara umum berada
pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan bahwa bayi tersebut tidak
sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu, menunjukkan bahwa anak Anda
membutuhkan tindakan yang sifatnya segera, seperti menyedot/mengeluarkan cairan dari saluran
pernapasan atau pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, tindakan tersebut dapat
memberikan perbaikan keadaan bayi secara umum.
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor bayi Anda tidak
naik hingga nilai 7 atau lebih dan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi maka dokter dan
perawat akan melanjutkan tindakan medis yang perlu untuk dilakukan, pemantauan intensif dan
penilaian ini diteruskan setiap 5 menit sampai normal atau sampai 20 menit. Jika skor Apgar
tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami
kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak.
Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang
baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera dan tidak didisain untuk memberikan
prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.3
Beberapa bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan
membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar.
Jika Apgar menunjukan skor 7-10 berarti bayi normal. Skor yang agak rendah yaitu 4-6
berarti bayi memerlukan tindakan segera, dan tindakan yang lebih intensif dilakukan pada bayi
dengan skor 0-3.3
Kadang-kadang
Pemberian Makan sesuai kebutuhan
membutuhkan TPN
makan
Bernapas, menghisap, dan
menelan secara
terkoordinasi
Bereaksi terhadap rasa Membedakan manis, asam
pahit , pahit
Pengecapan
Lebih menyukai manis
Membuat kontak mata
Jarang bisa berinteraksi
dan waspada penuh
Interaksi
Mudah terbebani oleh
stimulus sensorik
Menangis Sangat pelan Keras
Status tidur dan bangun
Siklus Status tidur intermediat
sangat jelas
bangun tidur
BAYI PREMATUR
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 37 minggu.,
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan sebagai bayi
baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37 minggu mempunyai resiko
tinggi terhadap pernyakit-penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, antara lain sindroma
gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena refleksi
menelan dan batuk belum sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati
belum matang), hipotermia. 4
Tanda-tanda bayi kurang bulan (prematur)
Tanda-tanda bayi kurang bulan , antara lain:5
Kulit tipis dan mengkilap
Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
Aktifitas dan tangisanya lemah
Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Komplikasi prematur
Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah yang berhubungan
dengan fungsi imatur dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi meliputi :
a. Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan
atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
b. SSP ( Susunan syaraf pusat)
Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan, bayi yang
lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan secara intravena atau melalui sonde
lambung. Immaturitas pusat pernafasan di batang otak mengakibatkan apneic spells (apnea
sentral).
c. Infeksi
Sepsis atau meningitis kira-kira 4X lebih berisiko pada bayi premature daripada bayi
normal.
d. Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio masa tubuh,
oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah netral, dengan cepat akan
kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu tubuhnya karena efek shivering pada
prematur tidak ada
e. Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract).
f. Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih immatur pada bayi
prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik tube dapat terjadi risiko aspirasi.
f. Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi dan dilusi
cairan urine kurang memadai seperti pada bayi normal.
g. Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering daripada pada bayi
aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level bilirubin serum paling sedikit 10mg/dl (170
umol/L) pada bayi kecil, bayi prematur yang sakit.
h. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode perinatal. Kadar
glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang bulan atau bayi prematur dianggap
menderita hipoglikemia.
I. Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen yang
berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34 minggu. Tekanan
oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak pembuluh darah retina yang masih belum matang
(immatur).
Pemberian surfaktan merupakan salah satu terapi rutin yang diberikan pada bayi prematur
dengan RDS. Sampai saat ini ada dua pilihan terapi surfaktan, yaitu natural surfaktan yang
berasal dari hewan dan surfaktan sintetik bebas protein, dimana surfaktan natural secara klinik
lebih efektif. Adanya perkembangan di bidang genetik dan biokimia, maka dikembangkan secara
aktif surfaktan sintetik.
Surfaktan paru merupakan pilihan terapi pada neonatus dengan RDS sejak awal tahun
1990 (Halliday,1997), dan merupakan campuran antara fosfolipid, lipid netral, dan protein yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan pada air-tissue interface . Semua surfaktan derifat
binatang mengalami berbagai proses untuk mengeluarkan SP-A dan SP-D, menurunkan SP-B
dan SP-C, dan merubah fosfolipid sehingga berbeda dengan surfaktan binatang (Bernhard et al,
2000).
Human surfaktan dibuat dari 100ml cairan amnion yang bersih (tidak mengandung
mekonium dan darah) yang diambil pada proses sectio sesar dan dapat menghasilkan 1 gram
surfaktan (Robertson,1987). Karena proses pembuatannya yang sulit dan adanya resiko blood
borne viruses maka penggunaanya sangat terbatas.Hasil dari studi meta analisis dengan
Randomised Control Trial (Soll,2003) menunjukkan bahwa hampir 40% menurunkan angka
kematian dan 30-70% menurunkan insiden pneumothorax pada RDS , akan tetapi surfaktan yang
diberikan pada komplikasi prematur ( chronic lung disease , patent ductus arteriosus ,
retinopathy premature ) memberikan efek yang tidak memuaskan.
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir. Bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi :6
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian
disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat
cukup bulan maupun lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan
bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm. Bayi dengan BBLR
dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas
1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan.
BBLR merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai
kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas
tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan BBLR
mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat
menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di
istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah
menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi
lahir cukup.
Bayi Berat Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu
dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram.
Bayi Berat Lahir Lebih
Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih > 4000
gram. Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari
kehamilan posterm, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi
penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur kehamilan
36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya
penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula plasenta masih dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan
bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat
janin > 3600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada
kehamilan term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram
pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term
Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit
diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB
berlebihan pada semua usia kehamilan.
Tabel perkembangan janin.
Diunduh dari http://www.cerebralpalsyinfo.com/CPFetal.html
Medikamentosa
Jika kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik untuk
menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi.
Makanan diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi karena
fungsi menghisap dan menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada prematur yang
ekstrim, makanan diberikan melalui infus. Pada usia sekitar 34 minggu, bayi mulai disusui ASI
atau susu botol.
Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu inkubator.
Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.
Non Medikamentosa
Mempertahankan Suhu Normal Bayi
Pada bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram ˂ atau umur kehamilan ˂36 pekan,
perlu penambahan kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal. Bayi tersebut dapat
dengan cepat mengalami hipotermi (suhu tubuh di bawah normal) dan perlu waktu lebih lama
untuk menghangatkannya kembali. Risiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna
bila suhu lingkungannya tidak optimal. Salah satu cara untuk mempertahankan suhu normal bayi
prematur dengan metode Kanguru Mother Care (KMC) atau Perawatan Bayi Lekat (PBL).
Metode ini bermanfaat untuk menstabilkan suhu bayi dengan berat badan ˂2500 gram, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan ˂1800 gram. KMC
adalah kontak kuli di anatara ibu dan bayinya secara dini, terus menerus, dan dikombinasi
dengan pemberian ASI eksklusif. KMC bisa dimulai segera setelah bayi lahir atau setelah bayi
stabil, dan dapat dilakukan di rumah setelah bayi boleh pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan
KMC meski belum bisa menyusu, yaitu dengan tetap memberikan ASI peras menggunakan
sendok. Cara melakukan KMC adalah sebagai berikut:
• Berilah bayi pakaian, popok, topi, dan kaos kaki yang sudah dihangatkan lebih dahulu (misal
dengan cara disetrika)
• Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak dan langsung kontak ke kulit ibu dan pastikan
kepala bayi sudah terfiksasi di dada ibu. Posisikan bayi dalam “frog position”
yaitu tertekuk pada siku dan tungkai, sementara kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala bayi agak mendongak.
• Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah dengan selimut yang sudah dihangatkan sebelumnya.
Tidak perlu baju khusus selama baju yang dikenakan sudah cukup hangat dan nyaman selama
kontak dengan kulit ibu.
• Dapat juga menggunakan baju berukuran lebih besar dari badan ibu, kemudian bayi diletakkan
di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, dan ibu memakai selendang yang dililitkan ke perut
ibu agar bayi tidak terjatuh.
• Bila baju ibu tidak cukup menyokong bayi, dapat menggunakan kain lebar yang elastik
atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi (semacam gendongan).
• Ibu tetap dapat beraktivitas biasa selama KMC. Pada waktu tidur, posisi ibu setengah
duduk atau bisa juga dengan meletakkan beberapa bantal di punggung ibu. KMC sangat
dianjurkan karena memiliki banyak manfaat, yaitu dapat meningkatkan hubungan emosional
antara ibu dan bayi; menstabilkan suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung bayi;
meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi; mengurangi stres pada ibu dan bayi;
menenangkan bayi (sehingga tidak rewel).
Pemberian Asi
Bayi prematur perlu diberi susu lebih sering dibanding bayi cukup bulan karena mereka
membakar kalori lebih cepat. Makin kecil tubuhnya, makin sering nutrisi perlu
diberikan.Umumnya refleks hisap dan menelan sudah cukup baik pada bayi prematur dengan
masa kehamilan > 34 minggu (berat lahir > 2000 gram), sehingga bayi dapat dicoba langsung
menyusu pada ibunya. Telah dibuktikan bahwa bayi prematur lebih cepat belajar menetek
dibanding minum dari botol. Bila refleks mengisap bayi sudah muncul, ia dapat langsung
menetek pada ibu. Bila belum, susu diberikan dengan sendok khusus. Bayi prematur, disesuaikan
dengan berat badannya, akan mendapatkan nutrisi secara bertahap tergantung kondisinya. Bila ia
lahir amat kecil, bayi mendapat nutrisi bertahap mulai dari selang (waktu masih di Rumah Sakit)
hingga akhirnya bisa menetek pada ibu. Agar ASI tersedia, ibu harus diajarkan cara memompa
atau memerah ASI secara teratur dan yang paling penting adalah ibu tidak boleh stres, cukup
istirahat dan makan. Ibu yang stres oleh karena bayi dipisahkan dari ibunya, dapat menghambat
produksi ASI. Pada waktu pemulangan dari rumah sakit, sebagian besar bayi prematur
membutuhkan pemberian makan paling sedikit tiap tiga jam. Ibu harus menyusui tiap 1,5-2 jam
dalam sehari pada 24-48 jam pertama setelah pulang dari rumah sakit untuk memastikan
produksi susu yang cukup. Setelah itu, bayi normalnya disususi tiap 2-3 jam atau 8-10 kali per
hari. Enam sampai 8 popok basah per 24 jam menunjukkan asupan cairan yang cukup. Bila bayi
menolak disusui, ibu harus mencoba lagi dalam setengah sampai satu jam. Ibu dapat mendorong
bayi untuk menyusu dengan mengeluarkan tetes-tetes susu, mendorong puting atau
memposisikan bayi. Ibu yang mengalami masalah menyusui dapat berkunjung ke klinik laktasi
terdekat.
Waktu Istirahat
Bayi prematur tidur lebih banyak daripada bayi cukup bulan. Kendati demikian, bayi
prematur juga bangun lebih sering dibandingkan bayi cukup bulan. Periode tidur rata-rata bayi
prematur lebih singkat daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur juga memerlukan waktu
beberapa hari atau minggu untuk dapat pindah dari lingkungan NICU (Neonatal Intensive Care
Unit) ke rumah. Mengurangi kebisingan dan meredupkan lampu secara bertahap terbukti dapat
membantu bayi tertidur lelap. Usahakan bayi tidur telentang karena telah diketahui bahwa posisi
telungkup berkaitan dengan meningkatnya resiko terjadinya sudden infant death syndrome
(SIDS). Hindari juga kasur yang terlalu empuk dan permukaan lainnya yang dapat memerangkap
udara pernapasan, karena bisa juga meningkatkan risiko terjadinya SIDS.
Komplikasi
1. Sindroma gawat pernapasan (penyakit membran hialin).
2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau
menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5. Displasia bronkopulmoner.
6. Penyakit jantung.
7. Jaundice.
8. Infeksi atau septikemia.
9. Anemia.
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12. Keterbelakangan mental dan motorik.
Daftar Pusataka
1. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes on paediatrics. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga;
2004.h.59, 65.
2. Wilkinson Andrew R, Charlton Valerie E, Phibbs Roderic H, Amiel-Tison Claudine.
Examination of the newborn infant. In: Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister
George, Siegel NJ, editors. Rudolph’s pediatrics: congenital heart disease. 21st ed. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2003. p. 83-102.
3. Lissauer T, fanaroff A. At a glance neonatology. Jakarta: Erlangga Medical Series;
2009.h. 46-137.
4. David H. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.h.44-73.
5. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Manajemen bayi berat lahir rendah (BBLR) untuk bidan desa : buku acuan. Jakarta:
Kementrian kesehatan RI; 2009. h. 1-25.
6. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2000.h.2146-7.