PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI (Air Susu Ibu) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan dan minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status
gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak dapat menurun. Kolostrum
merupakan ASI kuning yang keluar hari pertama sampai hari keempat setelah
melahirkan, mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu
matang (matur). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit diare dan menurunkan kemungkinan
bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan alergi (Kemenkes RI,
2014).
United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan. Hal ini berkaitan dalam rangka menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak sesuai dengan salah satu tujuan dari
Millenium Development Goals (MDGs). Setelah bayi berusia 6 bulan dapat
diberikan makanan atau minuman pendamping dan ASI dapat dilanjutkan
sampai usia 2 tahun (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia juga menerapkan
peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu diterbitkannya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Dalam PP tersebut menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu, juga diatur tugas dan tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI,
diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan
advokasi dan sosialisasi, serta melakukan pengawasan terkait program
pemberian ASI Eksklusif.
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga, dan negara.
Manfaat pemberian ASI antara lain, mencegah perdarahan pasca persalinan,
mengurangi risiko terjadinya anemia, mengurangi risiko kanker ovarium dan
payudara, memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan,
dan sebagai salah satu metode KB alamiah yang bersifat sementara. Manfaat
ASI bagi keluarga antara lain, mudah pemberiannya seperti tidak perlu
mencuci botol dan mensterilkan sebelum digunakan, menghemat biaya, bayi
sehat dan jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran keluarga. Manfaat
ASI bagi negara antara lain, menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa untuk membeli
susu formula, meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Astutik, 2014
).
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
berfluktuatif di Indonesia. Hasil Survei Demografi dan dan Kesehatan
Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0 – 6 bulan
sebesar 32 % yang menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi 42 %
pada tahun 2012 dan 54,3 % pada tahun 2013. Meskipun begitu, cakupan ASI
eksklusif di Indonesia ini belum mencapai angka yang diharapkan yaitu
sebesar 80% (Pusdatin, 2015).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupatan/Kota Jawa Tengah
(2015) menunjukkan cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2013
sebesar 52,99 %, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar
60,7 % dan pada tahun 2015 sebesar 61,6 %. Cakupan pemberian ASI
eksklusif khususnya di Kabupaten Sragen belum mencapai target yaitu
sebesar 66,9 % pada tahun 2015. Hal ini pun juga menjadi salah satu
indikator permasalahan pada program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Sambirejo. Menurut hasil monitoring Standar Pelayanan Minimal (SPM)
tahun 2017 menunjukkan presentase ASI Eksklusif yang masih belum
memenuhi target sebesar 65 %. Permasalahan terkait kurangnya pencapaian
cakupan ASI Ekslusif ini salah satunya adalah belum maksimalnya kegiatan
edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan
belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-
6 bulan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya cakupan
pemberian ASI Eksklusif
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pada ibu hamil
tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
c. Mengubah perilaku dari yang semula belum ASI eksklusif menjadi
ASI Eksklusif
C. Manfaat
1. Memberikan kontribusi dan bentuk inovasi pada Puskesmas untuk
meningkatkan program Promosi Kesehatan mengenai ASI Eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perilaku tentang pemberian
ASI Eksklusif
3. Memenuhi salah satu persyaratan Program Internship Dokter Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kandungan ASI
Menurut Suradi (2004) kandungan ASI terdiri dari :
1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50%
kalori ASI berasal dari lemak. ASI juga mengandung asam lemak
essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3).
Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh
rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega
3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi sangat
penting untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat
berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit
pertama) disebut foremilk kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih
tinggi dapat hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu setelah
15-20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3 kali dibandingkan
dengan foremilk.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa mudah
diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang
sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa
mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan
merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI
sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna
dibanding kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang
tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan
untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak.
4. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K
yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat
dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI
juga banyak vitamin D dan E, terutama di kolostrum.
5. Zat besi
Meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih
sedikit dari yang terkandung dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi
dalam ASI jauh lebih tinggi. 70% zat besi dalam ASI dapat diserap,
sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula.
Perbedaan ini disebabkan rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di
usus. Bayi yang diberikan susu sapi segar atau susu formula dapat
mengalami anemia karena perdarahan kecil di usus.
6. Seng
Defisiensi mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan
bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat
pada susu formula dibanding ASI, bioavalabilitasnya lebih besar pada
ASI.
7. Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti
ASI karena perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula
bayi yang berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki kandungan
fosfor lebih tingi dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko
tetanus pada neonatus.
8. Mineral
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang
lebih rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium
terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas
mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi
terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga menimbulkan beban
penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus dari pada susu
pengganti ASI (Prasetyo, 2009).
C. Manfaat ASI
1. Bagi Ibu
a. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi
b. Mengurangi pendarahan setelah persalinan
c. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d. Menunda kehamilan berikutnya
e. Mengurangi risiko terkena Kanker Payudara
f. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat
bayi membutuhkan
2. Bagi bayi
a. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
b. Bayi tidak sering sakit
3. Bagi keluarga
a. Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula,
misalnya merebus air dan pencucian peralatan
c. Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati bayi
yang sering sakit karena pemberian susu formula
d. Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu
D. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut (Roesli,
2005) :
1. ASI tidak cukup
Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi
hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-
nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk
bayinya.
2. Ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena
waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita telah
dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI pada
tahun 2009.
3. Alasan kosmetik
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1995 pada
ibu-ibu Se-Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti
memberi ASI pada anak adalah alasan kosmetik. Ini karena mitos yang
salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek.
4. Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh.
Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan menyusui berarti seorang
ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga
rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula. Dengan
demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat,
lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya,
lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.
5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu
sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Menurut DR. Robert Karen
dalam bukunya, The Mystery of Infant-Mother Bond and It’s Impact on
Later Life, anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif
karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang
tua.
6. Susu formula lebih praktis
Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan
api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu
waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara
itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat.
7. Takut badan tetap gemuk
Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil badan mempersiapkan
timbunan lemak untuk membuat ASI. Timbunan lemak ini akan
dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak
menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.
A. Identifikasi Masalah
Bidang Promosi Kesehatan (Promkes) UPTD Puskesmas Sambirejo
memiliki 11 indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), meliputi : 1) Bayi
yang mendapat ASI Eksklusif, 2) Rumah Tangga Sehat, 3) Posyandu Aktif,
4) Posyandu Purnama, 5) Posyandu Mandiri, 6) Desa Siaga Aktif, 7) Rumah
Bebas Jentik, 8) Pelayanan kesehatan masyarakat miskin, 9) SD dengan UKS
aktif, 10) Penjaringan siswa SD/sederajat, dan 11) Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan. Masing-masing indikator memiliki target dan capaian (Tabel 3.1).
Berdasarkan hasil monitoring SPM bidang Promkes tahun 2017, terdapat 3
indikator yang belum memenuhi target, yaitu : 1) Bayi yang mendapat ASI
Eksklusif, 2) Desa Siaga Aktif, dan 3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Program bayi yang mendapat ASI Eksklusif memiliki target sebesar
65 % sedangkan pencapaiannya dari sepanjang bulan Januari – Desember
2017 ini terbilang masih jauh dibawah target. Pada bulan Desember 2017,
cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif hanya 54,4 % di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sambirejo. Penyebab cakupan ASI Eksklusif yang masih
rendah ini antara lain karena kurangnya informasi tentang ASI Eksklusif dan
adanya informasi yang kurang tepat dari keluarga dekat / lingkungan sekitar
mengenai ASI. Oleh sebab itu, diperlukan media komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) yang gencar dan berkesinambungan untuk mendukung
kampanye “Pemberian ASI Eksklusif” pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Sambirejo sebagai salah satu wujud untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi.
Sementara itu, program Desa Siaga Aktif juga belum memenuhi
target. Pencapaian program tersebut dari bulan Januari – Desember 2017
masih sama yaitu sebesar 11,1 % dimana targetnya sebesar 40 %. Sedangkan,
program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKN) baru mencapai 92,2 %
padahal targetnya adalah 100 %.
Tabel 3.1 Monitoring Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Sambirejo Tahun 2017
Pencapaian
No. Indikator Target
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt Okt Nov Des
1 Bayi yg mendapat 65 % 41,7% 42,4% 42,6% 43,4% 48,9% 53,2% 36,7% 37,6% 40,3% 45,9% 49,9% 54,4%
ASI Eksklusif
2 Rumah Tangga 65 % 54,8% 55,3% 55,5% 56 % 58,2% 59,4% 65 % 66,2% 66,75 70,4% 71,3% 74,3%
Sehat %
3 Posyandu Aktif 90 % 84,4% 84,4% 84,4% 84,4% 84,4% 84,7% 85,2% 85,2% 86,9% 88,5% 90,2% 90,2%
4 Posyandu Purnama 40 % 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4% 34,4%
5 Posyandu Mandiri 5% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3%
6 Desa Siaga Aktif 40 % 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1% 11,1%
7 Rumah Bebas 95 % 86,3% 96,6% 96,9% 97,1% 95,7% 94,8% 98,5% 94 % 95 % 95,7% 97,4% 98,3%
Jentik
8 Pelayanan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
kesehatan
masyarakat miskin
9 SD dengan UKS 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 % 15 %
aktif
10 Penjaringan siswa 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
SD/sederajat
11 Jaminan 100 % 75,8% 75,9% 76,3% 76,5% 78,2% 83,3% 87% 87,4% 90,3% 90,3% 90,8% 92,2%
Pemeliharaan
Kesehatan
B. Penetapan Prioritas Masalah
Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) merupakan salah satu
cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik skoring 1-5.
Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari
masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
berkembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (tingkat keseriusan dari masalah), yaitu dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
3. Growth (tingkat perkembangan masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Urutan Prioritas Masalah Bidang Promkes dapat dilihat pada Tabel
3.2. Dengan menggunakan metode USG, didapatkan prioritas masalah yang
utama di bidang Promkes UPTD Puskesmas yaitu pemberian ASI Eksklusif
yang masih rendah.
Tabel 3.2 Urutan Prioritas Masalah Bidang Promkes
U S G
No. Masalah Total
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
3. Keikutsertaan 5 4 3 12 (2)
masyarakat dalam
JKN masih rendah
C. Diagram Sebab-Akibat Dari Ishikawa (Fishbone)
Analisis tinjauan penyebab masalah didapatkan melalui hasil
wawancara dengan Penanggung Jawab program Promosi Kesehatan
Puskesmas Sambirejo dan beberapa ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sambirejo mengenai rendahnya tingkat pemberian ASI Eksklusif.
Penyebab masalah ini disajikan dalam bentuk diagram tulang ikan (fishbone
diagram) pada Gambar 3.1.
3.
Motivasi dan konseling bagi bumil
mapupun busui saat kunjungan ke
puskesmas / home visit khususnya
5 4 4 3 26,6 (4)
tentang pentingnya ASI ekslusif
dan kapan boleh diberikan makanan
pendamping pada bayi
1. Memberikan
penyuluhan pada
pertemuan ibu – ibu
Meningkatkan Pengetahuan
dan ibu hamil Ibu-ibu
pengetahuan ttg ASI
2. Mengaktifkan peran PUS /
ttg ASI Eksklusif
dan fungsi kader WUS Feb
Eksklusif meningkat
untuk Ibu Menye- 2018 PromKes
Menjalin 65% Prosentase BOK
menyebarluaskan hamil suaikan Menye Gizi
PromKes informasi yg pemakaian
informasi Kader suaikan
berkesinambu ASI
3. Meningkatkan Kesehata
ngan melalui eksklusif
pengadaan dan n
peran Kader bertambah
pemanfaatan media
KIE seperti video
dan leaflet
1. Meningkatkan Hubungan Seluruh PromKes Hubungan
hubungan sinergis dengan warga Desa Maret UKI-PM dengan
20% BOK
dengan pemerintah pemerintah masyara terpilih 2018 Gizi pemerintah
desa, lembaga sosial desa dan pihak kat KesLing desa dan
desa dan pihak terkait pihak terkait
terkait semakin baik semakin baik
2. Mengaktifkan peran Terjalin Terjalin
dan fungsi kader informasi yg informasi yg
untuk berkesinambu berkesinamb
menyebarluaskan ngan ungan
informasi Pemahaman Jumlah Desa
3. Merencanakan ttg Desa Siaga Siaga
sosialisasi Desa & peran FKD bertambah
Siaga dan fungsi semakin
FKD meningkat
Menjalin hubungan
dengan pemerintah
desa, lembaga sosial Terjalin
Pemahaman
desa dan pihak terkait informasi yg Seluruh
ttg JKN
untuk penyebarluasan berkesinambu warga Desa Maret PromKes
90% meningkat BOK
informasi tentang JKN ngan masyara terpilih 2018 Admen
Peserta JKN
termasuk hak dan Bertambahnya kat
bertambah
kewajiban sebagai peserta JKN
pengguna JKN dalam
pelayanan kesehatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPTD
Puskesmas Sambirejo masih rendah dibawah target pada tahun 2017.
Penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang
pentingnya ASI Eksklusif. Selain itu, pengadaan dan pemanfaatan media
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) sebagai bentuk kampanye ASI
Eksklusif yang kurang sehingga promosi kesehatan kurang berjalan efektif.
Alternatif pemecahan masalah yang terpilih adalah dengan melakukan
penyuluhan ASI Eksklusif yang dilakukan oleh kader terlatih atau petugas
kesehatan kepada seluruh masyarakat Sambirejo. Penyuluhan ini dilakukan
dengan menggunakan media power point yang menarik dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat serta pemutaran video dan
pembagian leaflet tentang ASI Eksklusif.
B. Saran
1. Meningkatkan pengadaan penyuluhan tentang ASI Eksklusif dengan
media promosi lain seperti poster, baliho, atau banner yang dipasang di
tempat strategis yang dapat dilihat dan dibaca oleh masayarakat baik di
dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas.
2. Memberdayakan masyarakat dalam upaya kampanye ASI Eksklusif
3. Membuat dan menerapkan sanksi bagi masyarakat yang tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayi tanpa alasan tertentu sesuai dengan
peraturan pemerintah yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika, pp. 12-3.
Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.
http://dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.p
df (diakses pada 7 Januari 2018)
Kemenkes RI. 2014. Infodatin : Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI ASI Eksklusif.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asi.pdf (diakses pada 7 Januari 2018)
LAMPIRAN