Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA VARIASI BERMAIN DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH KELOMPOK A DI TK PGRI 01


KEDUNGKANDANG MALANG

Apriyani Puji Hastuti


Poltekes RS dr. Soepraoen Prodi Keperawatan
Email: ns.apriyani@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Perkembangan kognitif anak adalah perkembangan anak dalam menggunakan
kekuatan berfikirnya, dalam hal ini otak mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir,
belajar, dan mengingat. Alat permainan merupakan salah satu cara untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Variasi bermain diperlukan untuk kesehatan fisik, mental,
dan perkembangan emosionalnya. Merangsang anak dengan variasi bermain diharapkan dapat
membantu perkembangan kognitif anak. Namun pada kenyataannya meskipun anak sudah
mendapatkan variasi bermain, banyak anak yang perkembangan kognitifnya dinilai kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variasi bermain dengan
perkembangan kognitif pada anak usia pra sekolah. Metode: Dalam penelitian ini menggunakan
desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh
murid TK PGRI 01 Kedungkandang Malang. Jumlah sampel 30 responden yang didapatkan dengan
teknik total sampling. Variabel yang diteliti yaitu variasi bermain dan perkembangan kognitif.
Pengambilan data variasi bermain dengan cara wawancara terstruktur dan observasi tidak langsung,
sedangkan data perkembangan kognitif diambil dari dokumentasi. Analisa data menggunakan uji
statistik Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 20 responden (67%) permainannya bervariasi dan sebanyak 20 responden (67%)
perkembangan kognitifnya baik. Dari uji statistik didapatkan  xy hitung sebesar 0,512 sedangkan
dari  tabel sebesar 0,346 (rho tabel < rho hitung). Dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima,
yang berarti bahwa ada hubungan antara variasi bermain dengan perkembangan kognitif anak usia
prasekolah kelompok A TK PGRI 01 Desa Slorok Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini, maka variasi bermain pada usia pra sekolah
diperlukan untuk menstimulasi perkembangan kognitif anak agar dapat tumbuh secara optimal.
.
Kata Kunci : Variasi Bermain, Perkembangan Kognitif, Pra Sekolah

PENDAHULUAN Kapasitas ini akan meningkat hingga 80%


Kognisi artinya kemampuan berpikir, pada usia 8 tahun. Hal ini menunjukan
kemampuan menggunakan otak. pentingnya memberikan rangsangan pada
Perkembangan kognitif berarti anak usia dini (Kurniawan, 2007). Bermain
perkembangan anak dalam menggunakan merupakan proses yang memerlukan alat dan
kekuatan berpikirnya termasuk intuisinya. memiliki fungsi penting dalam perkembangan
Dalam hal ini otak mulai mengembangkan anak. Alat permainan merupakan salah satu
kemampuan untuk berpikir, belajar dan alat untuk menstimulasi pertumbuhan dan
mengingat (Jacken, 2004:006). Anak usia dini perkembangan anak. Anak memerlukan
atau usia prasekolah berada dalam masa emas berbagai variasi bermain untuk kesehatan
perkembangan otaknya. Salah satu hasil fisik, mental, dan perkembangan emosinya.
penelitian menyebutkan, kognisi (pola pikir) (Soetjiningsih,1995:105). Fungsi bermain
anak pada usia 4 tahun sudah mencapai 40%. terhadap perkembangan kognitif anak dapat
4
Puji Hastuti, Hubungan Antara Variasi Bermain 5

di lihat saat anak bermain. Melalui yaitu membilang atau menyebutkan bilangan
pengalaman saat bermain, anak memperoleh 1-10 dan menunjukan benda geometri, untuk
informasi sehingga pengetahuan dan penyelesaian tugas lain masih di nilai kurang
pemahamannya akan menjadi lebih kaya dan baik. Kognitif anak berkembang mulai
lebih dalam. Selain itu saat bermain anak minggu ketiga setelah pembuahan. Di mulai
akan menghadapi berbagi persoalan yang dari pembentukan sebuah silinder berisi
harus di pecahkan dan membangun cairan yang di sebut tabung neuron yang
kognitifnya seprti mengidentifiksi, bertanggung jawab terhadap otak di dalam
mengklasifikasi dan menarik kesimpulan. embrio. Pada tri semester pertama kehamilan
Dengan bermain anak juga mengembangkan ,dengan kecepatan yang luar biasa sel-sel di
kemampuan untuk berkonsentrasi. dalam tabung ini berlipat ganda membentuk
Merangsang anak dengan memberikan neuron –neuron. Sementara itu otak dan sum-
berbagai variasi bermain seperti mengajak sum tulang belakang membentuk diri. Pada
anak mengenal bangun benda, mengenal usia kehamilan 3-4 bulan di dalam
bentuk huruf, bilangan- bilangan dan bermain kandungan, jumlah sel-sel otak bertambah
dengan alat-alat tulis di harapkan dapat banyak dan cepat hingga milyaran sel, tetapi
membantu perkembangan berpikir/kognitif belum ada hubungan hubungan antara sel-sel
anak. Tapi pada kenyataan yang ada di otak. Mulai kehamilan 6 bulan di bentuklah
lapangan tidak demikian, meskipun sudah rangkaian fungsi-fungsi. Setelah lahir, kerja
mendapatkan variasi bermain masih banyak spontan sel-sel saraf sudah tidak tampak lagi
anak yang perkembangan kognitifnya masih dan sebagai gantinya pengalaman indra
di nilai kurang. Berdasarkan hasil studi bayilah yang akan mematangkan kerja otak.
pendahuluan pada tanggal 22 Agustus 2013 Kualitas dan kompleksitas pembentukan
di TK PGRI 01 Kedungkandang Malang di rangkaian hubungan antar sel-sel otak di
dapatkan jumlah siswa 67 anak. Siswa usia 4 tentukan stimulasi (rangsangan) yang di
tahun 21 anak, siswa usia 5 tahun 28 anak lakukan lingkungan kepada bayi tersebut.
dan siswa usia 6 tahun 18 anak. Dimana di Perkembangan otak bayi makin pesat di usia
bagi menjadi 2 kelompok kelas, kelompok 6 bulan pertamanya dan perkembangan
usia 4-5 tahun kelas A, dan kelompok usia 5- otaknya itu berlangsung hingga ia berusia 6
6 tahun kelas B. Peneliti mencoba tahun. Semakin bervariasi rangsangan yang
memberikan tugas untuk mengetahui di terima, maka makin kompleks hubungan
kemampuan kognitif anak pada kelompok antar sel-sel otaknya. Semakin sering dan
kelas A(usia 4-5 Tahun) yang mana anak- semakin teratur rangsangan yang di terima,
anak tersebut mendapatkan variasi bermain maka makin kuat hubungan antar sel-sel otak
yang sama di sekolah. Peneliti memberikan tersebut. Semakin kompleks rangkaian
tugas seperti membilang atau menyebutkan hubungan antar sel-sel otak maka semakin
bilangan 1-10, menunjukan benda geometri, tinggi dan semakin kuat daya pikir
menyebutkan warna pada benda-benda, (kognitif)anak. Bila di kembangkan terus
menyusun kepingan puzzle, mengerjakan menerus, daya pikir(kognitif) anak akan
“maze” (mencari jejak) sederhana kepada 10 semakin berkembang, dan anak akan
anak. Hasilnya 3 anak 30% dapat memiliki banyak variasi kecerdasan (multiple
menyelesaikan 5 tugas tersebut dengan baik, intelegensi) (Baraja, 2007: 292). Interaksi
2 anak 20% bisa menyelesaikan 4 tugas antara anak dan permainan merupakan
(membilang atau menyebutkan bilangan 1-10 sumber utama dari berkembangnya
menyebutkan warna pada benda-benda, motivasional, kognitif dan afektif, karena
menyusun kepingan puzzle, mengerjakan permainan pada masa kanak-kanak
“maze” (mencari jejak) sederhana dengan mempunyai hubungan langsung dengan
baik, 3 anak 30% bisa menyelesaikan 3 tugas aspek- aspek tersebut. Oleh karena itu
(membilang atau menyebutkan bilangan 1-10, stimulasi dan interaksi serta variasi bermain
menunjukan benda geometri, menyusun dan kesempatan eksplorasi mainan
kepingan puzzle) dengan baik dan 2 anak merupakan faktor penting dalam
20% hanya bisa menyelesaikan 2 tugas saja perkembangan anak (Baraja, 2007:
6 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 4-14

292).Mengingat interaksi anak usia 0-5 tahun dengan tahap 1) melalui perijinan penelitian,
kebanyakan di lakukan di rumah bersama 2) Penelitian ini dilakukan ± 2 minggu
orang tua. Peran orang tua dalam membantu dengan ± 3-4 responden tiap harinya 3)
mengoptimalkan perkembangan kogitif anak mengumpulkan data variasi bermain di rumah
juga sangat besar. Dampingan orang tua, dan di sekolah 4) pengambilan data
dukungan sarana dan prasarana menjadi perkemangan kognitif dilihat dengan melihat
penting untuk menunjang kegiatan bermain hasil penilaian perkembangan anak dalam
anak. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua satuan kegiatan harian. Instrumen yang
dapat berperan dengan cara menyediakan digunakan adalah instrument check list variasi
sarana dan prasarana bermain yang memadai bermain alat perekam suara atau video, foto
untuk bermain anak, orang tua dapat memilih kamera. Analisa data variasi bermain adalah
alat bermain yang edukatif dan dengan memberikan persentase variasi (76-
memvariasikannya untuk mengembangkan 100%), cukup bervariasi (56-75%) kurang
kognitif anak. (Dariyo, 2007) bervariasi (40-55%) dan tidak bervariasi
Berdasarkan latar belakang di atas, (kurang dari 40%). Sedangkan untuk
peneliti tertarik untuk meneliti tantang perkembangan kognitif adalah mampu
“Hubungan Variasi bermain dengan melebihi program guru (4) mampu tanpa
Perkembangan kognitif Anak Usia bantuan guru (3) mampu dengan bantuan
Prasekolah Kelompok A di TK PGRI 01 guru (2) sama sekali belum mampu (1)
Kedungkandang Malang”. Metode analisa hubungan dua variable yaitu
dengan menggunakan statistika non
BAHAN DAN METODE STUDI KASUS parametris “rank spearman”.
Desain penelitian yang di pakai dalam
penelitian ini adalah desain penelitian HASIL PENELITIAN
korelatif yaitu penelitian yang bertujuan Hasil penelitian ini akan disajikan dalam
untuk mengungkapkan hubungan korelatif bentuk data umum dan data khusus dengan
antara variabel yang telah terjadi atau telah mengunakan tabel distribusi frekuensi. Data
ada tanpa dapat di kontrol atau di kendalikan umum dalam penelitian ini meliputi
oleh peneliti(Nursalam,2003:81). Pendekatan karakteristik responden yang terdiri dari
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, jumlah saudara, urutan
pendekatan cross sectional yaitu jenis anak dalam keluarga, pendidikan ibu,
penelitian yang menekankan pada waktu pekerjaan ibu. Sedangkan data khusus terdiri
pengukuran/ observasi data variabel dari variasi bermain pada anak usia
independen dan dependen hanya 1 kali, pada prasekolah kelompok A TK PGRI 01
satu saat. Di dalam hal ini tentunya tidak Kedungkandang Malang, Perkembangan
semua subjek penelitian harus di teliti pada kognitif anak usia prasekolah Kelompok A
waktu yang sama, akan tetapi baik variabel TK PGRI 01 Kedungkandang Malang, dan
independent maupun variabel dependent di Hubungan antara variasi bermain dengan
nilai hanya 1 kali saja. Populasi dalam perkembangan kognitif anak usia prasekolah
penelitian ini adalah semua siswa- siswi kelompok A TK PGRI 01 Kedungkandang
Kelompok A TK PGRI 01 Kedungkandang Malang.
Malang sejumlah 30 orang. Teknik sampling Gambaran Lokasi Penelitian
yang igunakan adaah sampling jenuh dimana Lokasi yang dijadikan lahan
cara pengambilan sampel dengan mengambil penelitian ini adalah TK PGRI 01
semua anggota populasi menjadi sampel. Kedungkandang Malang, yaitu 1 dari 7
Sample adalah bagian dari populasi yang Sekolah taman kanak – kanak milik YPLP
akan di teliti (Hidayat, 2003: 35). Dalam PGRI yang bertempat di Jalan Ki Ageng
penelitian ini, sampel di ambil dari seluruh Gribik Kedungkandang Malang. Yang rata –
populasi yaitu sebanyak 30 orang. Penelitian rata menerima ±30 – 35 siswa baru tiap
ini di laksanakan pada tanggal 16- 31 Januari tahunnya. Sekolah ini dibagi menjadi 2 kelas
2014 di TK PGRI 01 Kedungkandang yaitu kelas A untuk kelompok usia 4 – 5
Malang. Teknik pengumpulan data dilakukan tahun dan kelas B untuk usia 5 – 6 tahun dan
Puji Hastuti, Hubungan Antara Variasi Bermain 7

dikelola 5 orang guru, 2 guru dengan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi karakteritik
pendidikan terakhir S1, 2 guru dengan Responden berdasarkan jumlah
pendidikan terakhir DII PGTK, dan 1 Guru saudara dalam keluarga di TK
dengan pendidikan terakhir KGTK. Dalam PGRI 01 Kedungkandang Malang
pembelajarannya, sekolah taman kanak – No Pekerjaan Frekuensi Persentase
kanak ini menggunakan sistem pembelajaran (f) (%)
calistung (baca, tulis dan berhitung), dengan 1 1 6 20
persentase belajar 45%, bermain 45% dan 2 2 20 67
agama 5%. Sekolah taman kanak – kanak ini 3 3 4 13
sudah mendapatkan berbagai macam prestasi 4 >3 - -
baik prestasi TK kecamatan maupun prestasi Jumlah 30 100
TK Kabupaten. Adapun prestasi yang Sumber : Data Primer Januari 2014
didapatkan sekolah taman kanak – kanak ini Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
satu tahun terakhir adalah juara I melempar sebanyak 20 responden (67%) terdiri dari 2
pasir putri tingkat Kabupaten, juara 2 bersaudara dan tidak ada
kecamatan, juara harapan 2 Bermain sambil satupun yang memilki saudara lebih dari 3
bernyanyi tingkat kecamatan, dan terakhir orang.
juara 3 melukis tingkat kecamatan.
Data Umum Responden Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
Data umum dalam penelitian ini karakteristik Responden
meliputi karakteristik responden yang terdiri berdasarkan urutan anak usia
dari umur, jenis kelamin, jumlah saudara, prasekolah dalam keluarga yang
urutan anak dalam keluarga, pendidikan ibu, bersekolah di TK PGRI 01
pekerjaan ibu Kedungkandang Malang
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi No Urutan anak Frekuensi Persentase
karakteristik Responden berdasarkan (f) (%)
umur di TK PGRI 01 Kedungkandang 1 Pertama 7 23
Malang 2 Kedua 21 70
No Umur Frekuensi Persentase 3 Ketiga 2 7
(f) (%) 4 Keempat - -
1 4 tahun 13 43 Jumlah 30 100
2 5 tahun 17 57 Sumber : Data Primer Januari 2014
30 100
Sumber : Data Primer Januari 2014 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 21 responden (70%) urutan anak
sebagian besar berusia 5 tahun sebanyak 17 kedua, dan tidak ada satupun responden
responden (57%) dan sisanya berusia 4 tahun adalah anak dengan urutan yang keempat.
sebanyak 13 responden (43%) Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden
karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan ibu di TK
berdasarkan jenis kelamin di TK PGRI 01 Kedungkandang Malang
PGRI 01 Kedungkandang Malang .
No Jenis Frekuensi Persentase No Pekerjaan Frekuensi Persentase
Kelamin (f) (%) (f) (%)
1 Laki – laki 11 37 1 PNS 2 7
2 Perempuan 19 63 2 Wiraswasta 3 10
Jumlah 30 100 3 Tidak 22 73
Sumber : Data Primer Januari 2014 4 Bekerja 3 10
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Lain -lain
sebanyak 19 responden (63%) berjenis Jumlah 30 100
kelamin laki – laki dan sisanya yaitu Sumber : Data Primer Januari 2014
11responden (37%) berjenis kelamin wanita
8 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 4-14

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Sumber : Data Primer Januari 2014
sebanyak 22 responden (73%) yang ibunya Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
tidak bekerja, dan 2 responden (7%) yang sebanyak 20 responden (67%) permainannya
pekerjaan ibunya Pegawai Negeri Sipil bervariasi dan 10 responden (33%)
(PNS). permainanannya cukup bervariasi
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi
karakteristik Responden b. Perkembangan kognitif anak usia
berdasarkan pendidikan ibu di prasekolah kelompok A TK PGRI 01
TK PGRI 01 Kedungkandang Kedungkandang Malang.
Malang
No Pendidikan Frekuensi Persentase Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi
(f) (%) perkembangan kognitif anak
1 SD - 0 usia prasekolah kelompok A
2 SLTP 4 13 TK PGRI 01 Kedungkandang
3 SLTA 23 77 Malang
4 Sarjana 3 10 No Kategori Frekuensi Persentase(%)
Kebiasaan (f)
5 Tidak - 0
1 Baik 20 67
Sekolah
2 Cukup 9 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Januari 2014
3 Kurang 1 3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 4 Tidak Baik - -
sebanyak 23 responden (77%)yang Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Januari 2014
pendidikan terakhir ibunya adalah SLTA dan
3 responden (10%) yang pendidikan terakhir
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
ibunya adalah Sarjana.
sebanyak 20 responden (67%) perkembangan
kognitifnya baik, dan I responden (3%)
4.1.3 Data Khusus
memiliki perkembangan kognitif kurang baik
Deskripsi data khusus menyajikan
b. Hubungan variasi bermain dengan
tentang Variasi Bermain Dengan
pekembangan kognitif pada anak Usia
Perkembangan Kognitif Anak Usia
Prasekolah kelompok A TK PGRI 01
Prasekolah Kelompok A di TK PGRI 01
Kedungkandang Malang
Kedungkandang Malang dan
Tabel 4.11 Hubungan variasi berman
HubunganVariasi bermain dengan
dengan pekembangan kognitif
perkembangan Kognitif Anak Usia
pada anak Usia Prasekolah
Prasekolah Kelompok A di TK PGRI 01
kelompok A TK PGRI 01
Kedungkandang Malang.
Kedungkandang
a. Variasi bermain pada anak usia Baik Cukup Kurang Tidak Total
prasekolah kelompok A TK PGRI 01 Perkembangan Baik Baik

Kedungkandang Malang. Kognitif


Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi. Variasi Variasi
bermain
bermain di TK PGRI 01 Variasi 13 7 0 0 20
Kedungkandang Malang (44%) (23%) (67%)
No Variasi Frekuensi Persentase Cukup 7 2 1 0 9
bervariasi (23%) (7%) (3%) (33%)
bermain (f)
1 Bervariasi 20 67 Kurang 0 0 0 0 0
bervariasi
2 Cukup 10 33
3 bervariasi - - Tidak 0 0 0 0 0
bervariasi
4 Kurang - -
bervariasi Total 20 9 1 0 30
(67%) (30%) (3%) (100%)
Tidak
bervariasi Sumber : Data Primer Januari 2014
Jumlah 26 100
Puji Hastuti, Hubungan Antara Variasi Bermain 9

Dari Rhoxy didapatkan hasil 0,512 setelah dibandingkan dengan anak yang kurang
dikonsultasikan pada total harga kritik dari bahkan tidak mendapatkan stimulasi
rho spearman pada tiga puluh responden (Soetjiningsih,1995:105). Bermain (play)
dengan interval kepercayaan 95% didapatkan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
nilai 0,364 Jika rhoxy tabel < rhoxy hit berarti untuk bersenang - senang yang dilakukan
ada hubungan atau Ho ditolak. Sedangkan anak dan sebagian besar adalah anak usia
apabila rhoxy tabel > rhoxy hit berarti tidak ada prasekolah. Anak memerlukan berbagai
hubungan atau Ho diterima Dari perhitungan variasi bermain untuk menstimulasi
hasil analisa diatas didapatkan hasil rhoxy perkembangannya. Seiring dengan
hitung (0,512) sedangkan rhoxy tabel ( 0,364). perkembangan zaman, jenis –jenis permainan
Berarti rho tabel < rho hitung. Jadi dapat pun semakin berkembang. Banyak jenis –
disimpulkan ada hubungan antara variasi jenis macam alat permainan yang dijual
berman dengan pekembangan kognitif pada dengan harga relatif murah dan terjangkau.
anak Usia Prasekolah kelompok A TK PGRI Sehingga dapat dinikmati oleh oleh semua
01 Kedungkandang Malang anak dari berbagai kalangan. Dalam
penggunaan alat permainan untuk
PEMBAHASAN menstimulasi perkembangan anak tidak harus
Variasi bermain pada anak usia mahal. Alat permainan tradisional yang ada di
prasekolah kelompok A di TK PGRI daerah seperti cogklak, dongeng – dongeng,
Dari tabel 4.9 tentang distribusi degklek/ engklek, bagus untuk menstimulasi
frekuensi variasi bermain pada anak usia perkembangan anak, dapat menstimulasi
prasekolah kelompk A di TK PGRI 01 perkembangan intelektual, imajinasi maupun
Kedungkandang Malang didapatkan bahwa untuk melatih gerakan motorik kasar pada
20 responden (67%) permainannya bervariasi anak – anak balita tanpa mengkesampingkan
dan 10 responden (33%) permainannya cukup perkembangan sosial anak, karena dalam
bervariasi dan tidak ada satupun responden permainan – permainan ini berhubungan
yang permainannya kurang bervariasi atau dengan orang lain yaitu teman bermainnya.
tidak bervariasi Bermain merupakan suatu Memang di zaman yang serba canggih
aktivitas dimana anak dapat melakukan/ banyak permainan yang menggunakan alat
mempraktekkan ketrampilan, memberikan elektronik seperti game watch, Play Station,
ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, game komputer yang mana jenis permainan
mempersiapkan diri untuk berperan atau dapat menmbah variasi bermain anak dan
berperilaku dewasa ( Hidayat, 2005:55). merangsang kognitif anak dengan cepat, tapi
Permainan merupakan salah satu stimulus perlu diketahui jika permainan itu dilakukan
bagi perkembangan anak. Untuk memberikan anak dengan berulang – ulang akan
stimulus unntuk berbagi aspek mengakibatkan daya kreasi dan kreatifitas
perkembangan, maka diperlukan permainan anak berkurang karena anak sudah hafal
yang bervariasi. Karena anak memerlukan dengan trik – trik yang ada dalam permainan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan tersebut. Selain itu, jika anak menggunakan
fisik, mental dan perkembangan emosinya permainan tersebut dengan mengabaikan
(Soetjiningsih,1995:105). Interaksi anak dan permainan tradisional akan berdampak
permainan merupakan sumber utama untuk kurang baik terhadap perkembangan sosial
berkembangnya motivasional, kognitif dan anak. Anak jadi susah bergaul dan kurang
afektif. Karena permainan pada masa kanak – bisa memahami orang lain. Jenis alat
kanak mempunyai hubungan langsung permainan yang aman, murah dan bagus
dengan aspek – aspek tersebut . Oleh karena untuk perkembangan anak selain permainan
itu stimulasi dan interkasi serta variasi tradisional adalah alat permainan edukatif
bermain dan kesempatan bermain serta (APE) seperti balok – balok geometri, kotak
kesempatan eksplorasi merupakan faktor pasir, puzzle, mainan yang ditarik dan
penting bagi pertumbuhan anak didorong, dan banyak lagi lainnya. APE ini
(Baraja,2007:292). Anak yang mendapatkan sangat mudah didapatkan dan dapat kita
stimulasi akan lebih banyak berkembang variasikan sendiri sesuai dengan kemampuan
10 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 4-14

dengan tetap tidak mengabaikan syarat – bermain di rumah yaitu ibunya dan
syarat APE dan disesuaikan dengan saudaranya tidak menutup kemungkinan juga
kelompok umur misalnya dengan memiliki teman bermain yang banyak diluar
memanfaatkan limbah kayu, kaleng bekas, rumah seperti di sekolah dan di lingkungan
tutup botol, sedotan plastik bekas, dll. tempat tinggalnya yang mana hal tersebut
Dengan begitu kita bisa menambah variasi dapat membantu meningkatkan pengetahuan
permainan untuk menstimulasi berbagai tentang bermain, menambah variasi
aspek perkembangan anak dengan mudah dan permainan yang anak mainkan sehingga anak
dengan harga terjangkau serta aman dan lebih mendapatkan keuntungan yang lebih banyak
menarik karena bisa disesuaikan sendiri dari bermain.
denga kesenangan anak. Aktivitas bermain
tidak selalu menggunakan alat – alat Perkembangan kognitif anak usia
permainan. Meskipun alat permainan penting prasekolah kelompok A di TK PGRI 01
untuk merangsang perkembangan anak. Kedungkandang Malang
Membelai, bercanda, petak umpet dan Berdasarkan tabel 4.10 tentang
sejenisnya yang dilakukan orang tua pada distribusi frekuensi perkembngan kognitif
anaknya merupakan aktivitas yang anak usia prasekolah kelompok A di TK
menyenangkan bagi anak dan dapat PGRI 01 Kedungkandang Malang didapatkan
menambah variasi bermain anak yang mana bahwa sebagian besar resp;onden yaitu 20
hal tersebut memberikan kontribusi yang responden (67%) perkembangn kognitifnya
penting bagi perkembangan anak baik, 9 responden perkembangn kognitifnya
(Nursalam,2005:74). Dalam bermain anak cukup baik, 1 responden (3%) perkembangan
harus mempunyai pengetahuan tentang cara kognitifnya kurang baik dan tidak satupun
bermain. Untuk itu anak memerlukan teman responden yang perkembangan kognitifnya
untuk bermain, apa itu saudaranya, orang tidak baik. Kognisi mengandung proses
tuanya atau teman – temannnya. Karena kalau berpikir dan proses pengamatan yaqng
anak bermain sendiri ia akan kehilangan menghasilkan, memperoleh atau menyimpan
kesempatan belajar dari teman – temannya. dan memproduksi suatu pengetahuannya.
Dengan memiliki teman bermain anak dapat Perkembangan kognitif sdangat dipengaruhi
bermain dengan meniru teman – temannya, atau ditentuakan oleh perkembangn otak dan
diberi tahu cara bermain oleh orang lain panca indra sebagai pengamatannya. Perilaku
(Soetjiningsih,1995:107) Dari tabel 4.7 mengakibatkan individu memperoleh
tentang karakteristik responden berdasarkan penegatahuan dan pemahaman atau sesuatu
pekerjaan ibu didapatkan bahwa sebanyak yang dibutuhkan untuk menggunakan
yaitu 22 responden (73%) ibunya tidak pengetahuannya adalah kognitif (Baraja,
bekerja. Dari hal tersebut dapat diketahui 2007:41) Untuk meningkatkan perkembangan
bahwa banyak waktu luang ibu yang bisa kognitif diperlukan stimulasi. Stimulasi
digunakan untuk bermain dengan anaknya, kognisi disini berfungsi untyuk
sehingga dapat menambah variasi bermain mengembangkan cara berfikir dan
anak. Selain itu dari tabel 4.5 tentang penggunaan kognisinya. (Baraja,2007: 174).
distribusi frekuensi karakteristik responden Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
berdasarkan jumlah saudara dalam keluarga akan lebih cepat berkembang daripada anak
didapatkan sebanyak 20 responden (67%) yang kurang bahkan tidak mendapatkan
terdiri dari 2 bersaudara, dari tabel 4.6 stimulasi (Soetjiningsih,1995 :105). Di
tentang distribusi frekuensi tentang sekolah anak mendapatkan stimulasi yang
karakteristik responden berdasrakan urutan sama untuk meningkatkan perkembangnnya
anak usia prasekolah dalam keluarga yang yaitu melalui belajar sambil bermain. Tapi
bersekolah di TK PGRI 01 Kedungkandang pada kenyataan yang didapat dari hasil
Malang adalah sebagian responden yaitu 21 penelitian di atas didapatkan bahwa hasil
responden (70%) adalah anak urutan kedua. perkembangan kognitif anak berbeda – beda.
Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat Hal tersebut dapat disebabkan karena
diketahui bahwa anak memilki teman kemampuan setiap anak dalam menerima
Puji Hastuti, Hubungan Antara Variasi Bermain 11

stimulasi tidak sama. Selain itu variasi hasil pendidikan ibu yang cukup tinggi yang mana
prkembangan kognitif tersebut dapat juga didapatkan pada tabel 4.8 tentang distribusi
disebabkan bedanya stimulsi yang anak frekuensi responden berdasarkan pendidikan
dapatkan di rumah (di luar lingkungan ibu yang mana didapatkan bahwa mayoritas
sekolah). Peranan stimulasi tersebut akan responden yaitu 23 responden(77%)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pendidikan terakhir ibu adalah SLTA. Karena
terpenting adalah faktor ibu sebagai pengasuh semakin tinggi pendidikan maka semakin
tetap. Karena mereka yang menentukan mudah seseorang menerima informasi
berhasil atau hanya lewat saja perkembangan khususnya informasi tentang cara
anak. Berdasarkan tabel 4.6 tentang menstimulasi perkembangan kognitif anak
karakteristik responden berdasarkan sehingga pengetahuannya tentang
pekerjaan ibu didapatkan bahwa sebanyak 22 perkembangan kognitif semakin tinggi. Yang
responden (73%) ibunya tidak bekerja. Hal mana akhirnya hal itu dapat mendorong
ini dapat ,menunnjukkan bahwa sebagian perilaku ibu dalam menstimulasi
besar ibu memiliki banyak waktu luang di perkembangan kognitif anak selain itu.
rumah bersama anak, banyak kesempatan ibu Berdasrkan tabel 4.7 tentang karakteristik
untuk memberikan stimulasi terhadap responden berdasrkan pekerjaan ibu
perkembangan anak , salah satunya didaptkan bahwa sebagian besar responden
perkembangan kognitif yang mana dapat yaitu 22 responden (73%) ibunya tidak
dilakukan dengan cara bermain. Pentingnya bekerja dan dari tabel 4.6 tentang distribusi
peran ibu dalam memberikan stimulasi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
menjadi indikator keberhasilan anak dalam jumlah saudara dalam keluarga didaptkan
proses perkembangannya. Stimulasi yang sebagian besar responden yaitu 20 responden
diberikan dengan baik sesuai (67%) terdiri dari 2 bersaudara, Dari data
perkembangannya akan menjadikan tersebut dapat diketahui bahwa anak memiliki
kematangan dan kemasakan dalam banyak teman bermain di rumah. Dengan
perkembangannya. Pengetahuan ibu tentang adanya teman bermain anak tidak kehilangan
pentingnya stimulasi, cara memberi stimulasi, kesempatan belajar, anak belajar berbagai
mana yang perlu dan tidak perlu dalam banyak hal dari temannya yang mana hal ini
memberikan stimilus menjadi salah satu dapat meningkatkan pengetahuan anak, daya
faktor penting dalam perkembangan kognitif pikir anak dapat semakin berkembang. Dari
anak. Berdasarkan tabel 4.8 tentang distribusi tabel 4.10 tentang karakteristik responden
frekuensi karakteristik responden berdasarkan berdasarkan perkembangan kognitif
pendidikan ibu yang mana didapatkan didapatkan bahwa 9 responden (30%)
sebanyak 23 responden (77%) pendidikan perkembangan kognitifnya cukup baik, hal itu
terakhir ibu adalah SLTA, 4 responden (13%) mungkin disebabkan karena cara ibu dalam
pendidikan terakhir ibu SLTP, 3 responden memberikan stimulasi kurang benar atau di
(10%) pendidikan terakhir ibu adalah sarjana. rumah anak terlalu banyak teman bermain.
Dengan latar belakang pendidikan yang Dengan terlalu banyak teman bermain
berbeda memungkinkan bahwa pengetahuan mengakibatkan anak tidak memilki
ibu tentang perkembangan kognitif juga kesempatan belajar, daya pikir, daya kreasi
berbeda yang mana hal tersebut dapat dan reaksi anak kurang sehingga anak tidak
berpengaruh pada perilaku / cara ibu dalam tidak mendapatkan keuntungan dari manfaat
memberikan stimulasi kognisi yang akhirnya bermain sendiri yaitu daya pikir / kognitif
dapat menyebabkan perkembangan kognitif anak tidak berkembang secara optimal. Dari
anak berbeda – beda. Berdasarkan tebel 4.10 tabel 4.10 juga didapatkan 1 responden (3%)
tentang distribusi frekuensi perkembangan perkembangan kognitifnya kurang. Hal
kognitif anak usia prasekolah kelompok A di tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
TK PGRI 01 Kedungkandang Malang di banyak hal seperti riwayat kehamilan dan
dapatkan bahwa sebagian besar responden kelahiran yang abnormal, kesehatan fisik
yaitu 20 responden (67%) perkembangan anak, status gizi, pola asuh orang tua. Anak
kognitifnya baik, hal itu mungkin karena yang memiliki kelainan seperti cacat fisik,
12 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 4-14

bisu, tuli atau kelainan kongenital seperti afektif. Karena permainan pada masa kanak –
retardasi mental perkembangannya berbeda kanak mempunyai hubungan langsung
dengan anak yang sehat. Anak yang sakit dengan aspek – aspek tersebut. Oleh karena
akan lebih sedikit motivasi belajarnya itu stimulasi dan interaksi serta variasi
dibandingkan dengan anak sehat. Selain itu bermain dan kesempatan bermain dan
pola asuh orang tua yang salah, kurang kesempatan eksplorasi merupakan faktor
pahamnya orang tua tentang perkembangan penting bagi pertumbuhan anak.
anak seperti orang tua tentang perkembangan (Baraja,2007:292). Anak yang mendapatkan
anak seperti orang tua yang terlalu menuntut stimulasi akan lebih banyak berkembang
(tidak mau menyadari kekurangan anaknya), dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
over protective , tidak mau memberi mendpatkan stimulasi (Soetijaningsih,
kesempatan anak untuk bermain 1995:105) Dari analisa hubungan di atas
(mengeksplorasikan kemampuannya) dapat didapatkan bahwa ada hubungan antara
berpengaruh terhadap perkembangan anak variasi bermain dengan perkembangn kognitif
salah satunya perkembangan kognitif anak. anak dengan hasil rho xy hitung adalah 0,512.
hal tersebut sesuai dengan pendapat IDAI
Hubungan variasi bermain dengan (Ikatan Dokter Indonesia) yaitu
perkembangan kognitif anak usia perkembangan kognitif anak dipengaruhi
prasekolah kelompok A di TK PGRI 01 seberapa banyak stimulasi yang didapatkan.
Kedungkandang Malang Dengan variasi bermain, anak mendapatkan
Dari hasil analisa hubungan rho banyak pengetahuan dan hal tersebut menjadi
spearman didapatkan rho xy hitung 0,512 di stimulasi dalam perkembangan kognitif anak.
konsultasikan pada total harga dari rho Semakin bervariasi rangsangan yang
spearman pada tigapuluh responden dengan diterima, maka makin kompleks hubungan
interval kepercayaan 95% didapatkan nilai antara sel – sel otak maka makin tinggi dan
0,364. Bila rho xy tabel > rho hitung berarti semakin kuat daya pikir (kognitif) anak. Bila
tidak ada hubungan dan Ho diterima. Bila rho dikembangkan terus – menerus, daya pikir
xy tabel < rho xy hitung berarti ada hubungan (kognitif) anak akan semakin berkembang
dan Ho ditolak. Dari perhitungan analisa di dan anak akan memiliki banyak variasi
atas didapatkan rho xy hitung 0,512 kecerdasan (multiple intelegensi). Seperti
sedangkan rho tabel 0,346. Berarti rho tabel < yang didapatkan dari tabel 4.11 tentang
rho hitung. Ho ditolak Hi diterima berarti ada distribusi frekuensi Hubungan variasi
hubungan antara variasi bermain dengan bermain dengan perkembangan kognitif anak
perkembangan kognitif anak usia prasekolah Usia prasekolah kelompok A RK PGRI 01
kelompok A TK PGRI 01 Kedungkandang Kedungkandang Malang didapatkan bahwa
Malang Perkembangan kognitif anak dari 20 responden yang permainannya
dipengaruhi oleh seberapa banyak stimulasi bervariasi didapatkan 13 responden (44%)
yang didapatkan. Dengan variasi bermain, perkembangan kognitifnya baik dan 7
anak mendapatkan banyak pengetahuan dan responden (23%) perkembangan kognitifnya
hal tersebut menjadi stimulasi dalam cukup baik dan tidak ada satupun responden
perkembangan kognitif anak. Semakin yang perkembangan kognitifnya kurang baik
bervariasi rangsangan yang diterima, maka dan tidak baik. Dan dari 7 responden (23%)
makin kompleks hubungan antar sel – sel perkembangan kogbitifnya baik, 2 responden
otak. Semakin kompleks rangkaian hubungan (7%) perkembangan kognitifnya cukup baik
antar sel – sel otak maka makin tinggi dan dan 1 responden (3%) perkembangan
semakin kuat daya pikir (kognitif) anak. Bila kognitifnya kuarang baik dan tidak ada
dikembangkan terus – menerus, daya pikir satupun responden yang perkembangan
(kognitif) anak akan semakin berkembang kognitifnya kurang baik.Dari hasil penelitian
dan anak akan memiliki variasi kecerdasan didapatkan masih ada 1 respondn yang
(multiple intelegensi). Interaksi anak dan perkembangan kognitifny kurang baik yang
permainan merupakan sumber utama untuk mana hal tersebut sedikit banyak berpengaruh
berkembangnya motivasional, kognitif, dan terdapat signifikan hubungan antara variasi
Puji Hastuti, Hubungan Antara Variasi Bermain 13

bermain dengan perkembangan kognitif anak anak mengerti, memahami dan mampu
usia pra sekolah. Jika dilihat dari tabel 4.11 mengenal berbagai konsep sederhana dalam
tentang hubungan variasi bermain dengan kehidupan sehari – hari yang mana hal
perkembangan kognitif anak usia prasekolah tersebut selanjutnya digunakan untuk
1 responden yang perkembangan kognitifnya memecahkan masalah yang dihadapinya..
kurang baik tergolong permainannya cukup Semakin bervariasi permainan anak berarti
bervariasi, dari hasil tersebut dapat diketahui semakin banyak interaksi anak dengan objek
bahwa perkembangan kognitif anak tersebut – objek belajar dan semakin banyaklah
kurang baik bukan disebabkan karena variasi pengalaman belajar (stimulasi ) yang anak
bermain untuk stimulasi perkembangannya, dapatkan. Sehingga perlu ada kegiatan yang
tapi dapat disebabkan karena faktor lain yang bervariasi untuk anak usia prasekolah untuk
tidak bisa dikendalikan seperti riwayat menstimulasi perkembangan kognitif anak
kehamilan dan kelahiran, kondisi fisik, status agar dapat berkembang secara optimal
gizi, pola asuh orang tua, kelainan congenital
seperti retardasi mental. Kelainan organ KESIMPULAN
penginderaan seperti bisu, tuli, buta juga Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
dapat berpengaruh, karena stimulasi - telah dilakukan di TK PGRI 01
stimulasi dari lingkungan tidak dapat Kedungkandang Malang dapat di simpulkan
tersampaikan ke kognitif anak dengan baik. dalm beberapa hal yaitu:
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui Permainan anak usia prasekolah kelompok A
bahwa variasi bermain memang sangat TK PGRI 01 Kedungkandang Malang
penting untuk menstimulasi perkembangan menunjukan bahwa sebagian besar yaitu
kognitif anak, seperti dalam teori ” interaksi sebanyak 67% adalah bervariasi.
anak dan permainan merupakan sumber Perkembangan kognitif anak usia prasekolah
utama untuk berkembangnya motivasional, kelompok A TK PGRI 01 Kedungkandang
kognitif, dan afektif. Karena permainan pada Malang menunjukan bahwa sebagian besar
masa kanak – kanakmempunyai hubungan yaitu sebanyak 67% adalah baik.
langsung dengan aspek – aspek tersebut. Oleh Terdapat hubungan signifikan antara variasi
karena itu stimulasi dan interaksi serta variasi bermain dengan perkembangan kognitif anak
bermain dan kesempatan bermain serta usia prasekolah kelompok A TK PGRI 01
kesempatan eksplorasi merupakan faktor Kedungkandang Malang.
penting bagi pertumbuhan anak
(Baraja,2007:292). Dari pernyataan Baraja DAFTAR PUSTAKA
dari bukunya Psikologi perkembangan dan Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Suatu Pendekatan proses. Jakarta:
anak memang membutuhkan variasi bermain Rineka cipta
untuk menstimulasi perkembangannya, salah Arikunto, S.(1998). Prosedur Penelitian
satunya perkembangan kognitifnya. Untuk itu Suatu Pendekatan proses. Jakarta:
salah satu cara cara yang efektif untuk Rineka cipta
menstimulasi perkembangan kognitif anak Baraja, Abubakar.(2007). Psikologi
agar berkembang secara optimal yaitu dengan Perkembangan Tahapan- tahapan dan
memberikan variasi bermain. Karena dengan aspek- aspeknya. Jakarta: Studia Press
bermain dengan menggunakan berbagai Beck, Joan. (2006). Meningkatkan
macam permainan, anak mendaptkan banyak Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Graha
pengalaman dari panca inderanya yaitu Pustaka
melalui pengamatan, pendengaran dan Dariyo, Agus. 2007. Psikologi
perabaan yang mana pengalaman – Perkembangan. Bandung: PT Refika
pengalaman dari panca inderanya yaitu Aditama
melalui pengamatan, pendengaran dan Hidayat,Aziz A.(2003). Pengantar Ilmu
perabaan yang mana pengalaman – Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
pengalaman tersebut akan disampaikan ke Hidayat,Aziz A.(2003). Riset Keperawatan
kognitif dan diproses. Dan dari proses itulah dan Tehnik Penulisan
14 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 4-14

lmiah Edisi 1. Jakarta: Salemba media. keperawatan. Pedoman skripsi, Tesis


Hurlock, Elizabet. (1998). Perkembangan dan Instrumen Penelitian Ilmu
anak Edisi 6. Jakarta : Erlangga Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba
Jacken,T. (2004). Merawat Balita itu mudah. medika.
Bandung: Nexx Media Pratiwi, K Veronika. (2007). Panduan
Lie, Anita. (2004). 101 Cara Menumbuhkan mengasah Otak Anak Menumbuhkan
Kecerdasan Anak. Jakarta: Gramedia Kecerdasan. Yogyakarta: Erlangga
Notoadmojo, Soekidjo.(2005). Metodologi Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang
penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Anak. Jakarta: EGCSugiono. (2004).
cipta Statistik untuk Penelitian Bandung :
Nursalam, dkk.(2005). Askep Bayi Dan Anak Alpha betha
(Untuk perawat dan bidan). Jakarta: Standart kompetensi Kurikulum 2004 Taman
Salemba Medika Kanak-kanak dan Raudlatul
Nursalam.(2003). Konsep dan Penetapan athfal.(2004). Jakarta: Departemen
Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan Nasional

Thomson, June.(2002). Toddlecare.


Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai