Artikel - Kredit Pajak Yang Diijinkan Bagi Wajib Pajak Badan
Artikel - Kredit Pajak Yang Diijinkan Bagi Wajib Pajak Badan
Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
Prinsip Penghitungan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah jumlah terkecil dari
perbandingan antara
PPh yang dibayar/ terutang di Luar Negeri
Hasil perhitungan proporsi dengan formula = (jumlah penghasilan dari Luar Negeri/
Penghasilan Kena Pajak) x Total PPh terutang
Contoh:
PT ABC mempunyai penghasilan neto dari Luar Negeri sebesar Rp20.000.000,00 dengan
pajak 40% dan Penghasilan neto Dalam Negeri sebesar Rp125.000.000,00. Bila diasumsikan
Jumlah Penghasilan Neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak maka batas PPh pasal 24
yang boleh dikreditkan adalah
PPh yang dibayar di Luar Neger adalah 40% x Rp20.000.000,00 = Rp8.000.000,00
Perhitungan proporsi
PPh terutang sebesar 25% x (Rp125.000.000,00 +Rp 20.000.000,00) = Rp36.250.000,00
sehingga Proporsi = (Rp20.000.000,00 / Rp125.000.000,00) x Rp36.250.000,00 =
Rp5.800.000,00
Jadi PPh pasal 24 yang boleh dikreditkan maksimum sebesar Rp5.800.000,00(dipilih nilai
terkecil antara poin 1 dan poin 2)
Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-
undang ini.
Untuk memberikan perlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri dan penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia, maka
besarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dapat dikreditkan terhadap pajak
yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi besarnya pajak yang dihitung
berdasarkan Undang-undang ini. Cara penghitungan besarnya pajak yang dapat dikreditkan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan wewenang
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan
ditentukan sebagai berikut:
penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan
sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut
didirikan atau bertempat kedudukan;
penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut
bertempat kedudukan atau berada;
penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak;
penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara
tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau
berada;
penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta
dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat
lokasi penambangan berada;
keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan
keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Dalam perhitungan kredit pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang menurut Undang-Undang ini, penentuan
sumber penghasilan menjadi sangat penting.
Selanjutnya, ketentuan ini mengatur tentang penentuan sumber penghasilan untuk
memperhitungkan kredit pajak luar negeri tersebut.
Contoh 1
Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesar US$48,000.00 tidak dapat
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas PT A, karena pajak sebesar
US$48,000.00 tersebut tidak dikenakan langsung atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh PT A dari luar negeri, melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. di
negara X.