OLEH
Ainun Fahira
H1A 012 005
PEMBIMBING
dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan petunjuk,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Refleksi Kasus yang berjudul Gangguan Psikotik
Akut tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat dalam rangka mengikuti
kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam
institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan jajaran RSJ
Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dr. Hj. Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM selaku pembimbing dan juga
seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekian.
Penulis
STATUS PSIKIATRI
A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dikeluhkan mengamuk dan gelisah sejak dua hari sebelum masuk rumah
sakit.
Dari hasil anamnesis dengan keluarga (kakak pasien) didapatkan informasi bahwa
pasien mulai perbedaan perilaku semenjak 2 hari yang lalu SMRS. Pasien dibawa ke IGD
RSJ Mutiara Sukma oleh keluarga karena dikeluhkan mengamuk di rumah. Pasien tidak
sampai merusak barang-barang dan tidak melukai orang lain. Pasien dikatakan melakukan
gerakan gerakan aneh disertai mata melotot dan mengatakan bahwa dia dimasuki oleh
arwah bapaknya. Selama 2 hari SMRS ini pasien jadi lebih cenderung berperilaku aneh
dan seringkali terlihat berbicara sendiri.
Keluarga mengaku bahwa pencetus awal pasien mengalami gangguan ini adalah
karena pasien seringkali teringat oleh almarhum bapaknya. Almarhum bapaknya
meninggal saat pasien duduk di kelas 6 SD. Saat bapaknya belum meninggal, pasien sangat
dekat dan akrab dengan bapaknya, pasien dikenal sebagai anak yang periang dan senang
bergaul.
Ketika pasien tidak kambuh, pasien masih dapat berinteraksi seperti orang normal
pada umumnya dan sering bercanda dengan teman-temannya. Pasien juga masih dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik dan masih dapat bekerja. Pasien sehari-hari
bekerja disebuah meubel di Ampenan mendampingi kakaknya.
Dari hasil wawancara juga didapatkan informasi bahwa ternyata selama ini pasien
memang belum pernah berobat ke RSJ dan hanya ke dukun saja namun tidak didapatkan
adanya perubahan.
Autoanamnesis
Pasien mengatakan dia datang ke IGD RSJ Mutiara Sukma diantar oleh ibu dan
keluarganya karena dikatakan mengamuk. Pasien mengaku baru pertama kali di bawa ke
RSJ Mutiara Sukma. Mengamuk dikeluhkan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengatakan dirinya bergerak sendiri dan matanya tiba-tiba melotot karena pasien
merasa ada arwah bapaknya masuk dalam tubuhnya. Arwah bapaknya tiba-tiba masuk dan
membuat pasien melakukan gerakan mngepal tangannya dan matanya melotot. Selain itu,
pasien juga mengaku mendengar suara yang membisikannya tanpa melihat orang yang
membisikkan. Suara yang didengar merupakan suara bapaknya yang sudah meninggal dan
mengatakan “pergi, shalat”. Pasien kadang-kadang melihat bayangan seperti kilat,
biasanya pada saat pasien sedang melamun.
Pasien selalu menyangkal dirinya mengamuk, dan hanya mengaku jika ada roh
bapaknya yang masuk sehingga melakukan gerakan dan mata melotot. pasien mengatakan
bahwa gerakan-gerakan nya bertujuan untuk menyingkirkan bisikan bisikan yang
menyuruhnya pergi dan sholat, serta ada kalimat lain yang diucapkan.
Pasien juga merasa jika malam sulit tidur, sering merasa gelisah, tapi tidak tahu
penyebab gelisahnya apa. Pasien tidak pernah memiliki keinginan untuk mencelakai
dirinya ataupun orang lain yang ada disekitarnya.
Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya. Pasien mengaku pertama
kalinya pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma untuk dirawat.
Pasien mengaku sering merokok kurang lebih 1 bungkus sehari. Minum alkohol
dan NAPZA disangkal.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi:
1) Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Menurut keluarga, pasien lahir
normal. Kakak pasien mengatakan, tidak ada masalah yang berarti selama ibunya
pasien mengandung.
2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pasien tidak pernah sakit berat. Tidak ada keterlambatan dalam berjalan maupun
berbicara menurut pengakuan kakak pasien. Saat usia 1-3 tahun, pasien beraktivitas
seperti anak-anak pada umumnya. Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan
saudaranya. Masa ini dilalui dengan baik oleh pasien. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien normal sesuai anak seusianya. Pasien bertingkah laku baik
sesuai anak seusianya, cukup berinteraksi dan komunikasi dengan keluarga. Pasien
senang bermain dan tidak pernah mengalami penyakit berat.
Keterangan:
: Pasien X : Meninggal
: Laki-laki : : Perempuan
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi dan terawat.
2) Kesadaran
Jernih
3) Psikomotor
Normoaktif.
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif.
5) Pembicaraan
Spontan, volume suara dan artikulasi jelas
B. Alam perasaan dan emosi
Mood : Eutimik
Afek : Serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik : riwayat ada
Halusinasi visual : Riwayat ada
D. Pikiran
Bentuk pikir : non-realistik
Arus pikir : koheren
Isi pikir : waham thought of control
E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
a. Status Generalis
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Konjungtiva anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-) /(-)
Leher : tidak tampak adanya pulsasi vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
c. Pemeriksaan Thorax
Nervi Cranialis
a. N. Olfaktorius : kesan baik.
b. N. Optikus
Penglihatan : ODS kesan normal
Lapang pandang : ODS sesuai pemeriksa, luas
c. N III, IV, VI
Celah kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Posisi bola mata : ortotropia ODS
Pupil
Ukuran atau bentuk : bulat (3 mm/3 mm)
Isokor atau anisokor : Isokor
Refleks cahaya langsung : (+) pada ODS
Refleks cahaya tidak langsung : (+) pada ODS
Gerakan bola mata
Parese ke arah : tidak ada parese pada ODS
Nistagmus : tidak ada
d. N V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N VI : baik
N V2 : baik
N V3 : baik
Motorik : baik
e. N VII ( Fasialis )
Motorik
Motorik M frontalis M Orbikularis M Orbi Oris
okuli
Istirahat Normal Normal Normal
f. N VIII ( Auditorius )
Pendengaran : kesan baik ADS
Tes rinne/ weber : tde
Fungsi vestibularis : kesan baik
g. N IX / X ( Glosopharingeus/ vagus )
Posisi arkus pharinks(istirahat/AAH) : di tengah, tidak ada deviasi uvula
Refleks menelan atau muntah : tde
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : tde
Suara : baik, tidak ada disfonia
Takikardi/ bradikardi : (-)
h. N XI ( Accesorius)
Memalingkan kepala dengan atau tanpa tahanan : baik
Angkat Bahu : baik
i. N XII ( Hipoglosus)
Deviasi lidah : tidak ada deviasi lidah
Atropi : tidak ada atropi
Tremor : tidak ada tremor
Ekstremitas Motorik
Motorik Superior Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Pergerakan Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak
aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis
a. Biceps : ++ / ++
b. Triceps : ++ / ++
c. KPR : ++ / ++
d. APR : ++ / ++
Refleks Patologis
a. Hoffman dan Tromer : (- / -)
b. Babinsky : (- / -)
c. Chaddock : (- / -)
d. Scaeffer : (- / -)
e. Gordon : (- / -)
f. Oppenhelm : (- / -)
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis tidak ditemukan kelainan bermakna,
masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan cukup
rapi dan sesuai usia. Perilaku pasien normoaktif dan sikap terhadap pemeriksa koperatif.
Bicara pasien spontan, volume suara dan artikulasi jelas. Mood pasien eutimia dengan afek
serasi. Pada proses pikir ditemukan koheren dan isi pikir didapatkan waham thought of
control. Ditemukan gangguan persepsi yakni halusinasi auditorik dan visual. Orientasi
terkesan baik dan daya ingat juga baik. Atensi terkesan cukup baik. Kemampuan berpikir
abstrak baik. Uji daya nilai baik, serta tilikan derajat 1.
2.10 PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Onset penyakit masih akut
2. Faktor pencetus jelas
3. Pasien memiliki jaminan kesehatan
4. Dukungan keluarga baik
5. Pasien mau minum obat
Hal yang memperburuk prognosis :
1. Stressor masih ada
2. Tilikan derajat 1
3. Pemahaman keluarga mengenai penyakit dan pengobatan tidak cukup baik
Prognosis Pasien :
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Pemilihan obat antipsikotik pada pasien ini didasarkan bahwa antipsikotik dapat
membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua golongan
obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal memiliki. Golongan tipikal disebut juga
sebagai Dopamin Antagonis (DA) karena hanya memblok reseptor dopamin, sedangkan
golongan atipikal disebut juga sebagai Dopamin Serotonin Antagonis karena memblok
reseptor dopamin dan serotonin.
Terapi lain yang dapat diberikan pada pasien selain terapi farmakologi adalah terapi
non farmakologi yaitu psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan
agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi. Psikoedukasi terutama pada keluarga
penting dilakukan agar keluarga mengetahui tentang penyebab, gejala, pentingnya
pengobatan, dan pentingnya dukungan keluarga. Keluarga memegang peranan penting
sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga
diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013. 115 p. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic And Statistical Manual of Mental
Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American Psychiatric Publishing.
Washinton DC. 2013
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Ed: Elvira S
and Hadisukanto G. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 2013.