Anda di halaman 1dari 31

JOURNAL READING

MANAJEMEN DEPRESI PADA ANAK DENGAN DEFISIT NEUROLOGIS

“DEPRESSION AND ANXIETY IN PEOPLE WITH EPILEPSY”

Oleh
Ni Komang Putri Laraswati
H1A 013 045

Pembimbing:
dr. Dian W. Vietara, Sp.KJ (K)
IDENTITAS JURNAL
◦ Judul : Depression and Anxiety in People with Epilepsy
◦ Penulis : Oh-Young Kwon dan Sung-Pa Park
◦ Penerbit : Journal of Clinical Neurologi
◦ Tahun terbit : 2014
◦ Nomor :3
◦ Volume : 10
◦ Halaman : 175-188
◦ Jenis jurnal : Journal Review
Pendahuluan
kedua gangguan ini
dapat timbul dalam
satu pasien 
komorbid

Gangguan depresi
30 PWE  43% Depresi dan kecemasan 
memenuhi kriteria
untuk diagnosa & komorbiditas psikiatri
>> pada dewasa &
gangguan depresi Epilepsi anak dengan
epilepsi

Menimbulkan
masalah akibat
rumitnya
penanganan
prevalensi depresi Efek sambping & Depresi &
dan kecemasan respon pengotana kecemasan 
pada PWE >> tidak yg buruk, tindakan keinginan &
menderita epilepsi. bedah epilepsi tindakan bunuh diri,
stigmatisasi  QoL

1/3 PWE mengalami deteksi dini


depresi & γ-aminobutyric acid (Instrumen skrining)
kecemasan ≈ drug- dan serotonin & penanganan
refractory epilepsy tepat gangguan
depresi dan
kecemasan pada
PWE
area pada otak, kelainan struktural,
seperti frontal, jalur monoamin,
temporal, area metabolism glukosa randomized
limbik, amigdala serebral, HPA axis, controlled trials 
dan hipokampus dan interleukin-1b mendukung
Epidemiologi Depresi & Kecemasan pada PWE

•Kanada, Italia, Inggris & Amerika  9-37% pada PWE, 6-19%


populasi umum, 9-10% kondisi lainnya
• Korea  27.8% pada PWE , 8.8% pada kelompok kontrol sehat

Depresi • meta-analysis  23.1% pada PWE


• Italia & Inggris  ↑ pada Drug-refractory epilepsy  33% pasien
sering kejang, 6% pasien jarang kejang
• Korea  PWE tidak terkontrol (54,3%), kurang terkontrol (23,8%),
terkontrol (14%) populasi sehat (8,8%)

• Kanada, Inggris & Amerika  11-25% pada PWE, 7-11% non


PWE
• Korea  15.3% pada PWE, 3.2% pada kelompok kontrol
sehat
Cemas • Kanada & Inggris  11-44% pada drug-refractory epilepsy
• Jerman  19,6% pada drug-refractory epilepsy, 19% pasien
TLE, 24,7% pada kandidat operasi epilepsi
• Korea  PWE tidak terkontrol (31,1%), kurang terkontrol
(14,3%), terkontrol (6,5%), populasi sehat (3,2%)
Mekanisme Patogenik Depresi pada
PWE

Kelainan Jalur
Struktur Monoamin

hypothalamic
Metabolisme
pituitary
glukosa adrenal (HPA)
serebral axis

interleukin-
1b
Kelainan
Struktur
◦ Penelitian pada pasien depresi mengggunakan MRI otak
dengan resolusi tinggi  pengurangan volume area otak
(frontal, temporal, dan daerah limbik).
◦ Volume dari bagian hipokampus kiri dan kanan secara
signifikan lebih kecil pada subjek dengan riwayat depresi berat
dibandingkan dengan subjek dengan kondisi normal, dan
tingkat pengurangan volume berkorelasi dengan total durasi
depresi berat yang diderita.
◦ Hubungan yang kuat antara depresi dan TLE yang ditemukan
pada penelitian lain + temuan mengenai pengurangan
volume hipokampus  depresi dan epilepsi mencerminkan
kelainan struktural yang umum.
Jalur
Monoamin
◦ serotonin, norepinefrin, dan dopamin, mengalami penurunan
dalam kasus depresi dan epilepsi
◦ Sepanjang jalur monoamin  proses patogenik melibatkan
serotonin
◦ Potensi pengikatan reseptor serotonin berkurang di beberapa
area otak (frontal, mesial temporal, korteks limbik, raphe otak
tengah, hipokampus, amigdala, girus singulata anterior, insula
dan talamus)  ipsilateral terhadap fokus kejang
◦ Tingkat ekspresi mRNA reseptor serotonin pada hipokampus
mengalami penurunan
Metabolisme
glukosa
serebral
• berkurang pada bagian prefrontal dorsolateral kanan, insular
bilateral, dan area temporal superior pada penelitian PET
dengan subjek depresi
• meningkat pada bagian korteks prefrontal dorsolateral kiri
setelah 6 minggu berhasil menjalani terapi paroxetine
• Riwayat depresi pra operatif dan perkembangan depresi post
operatif berkaitan dengan hipermetabolisme glukosa pada
cortex bitofrontal ipsilateral terhadap fokus kejang pada pasien
TLE
hypothalamic
pituitary
adrenal (HPA)
axis
• Luasnya HPA axis yang terlalu aktif tidak bergantung pada
kejang berulang, namun memiliki hubungan positif dengan
beratnya perasaan depresi.
interleukin-
1b
• Epilepsi kronis  mengaktifkan sinyal interleukin-1b 
overaktivitas HPA-axis dan regulasi lanjutan dari autoreceptors
serotonin pada raphe otak tengah  transmisi serotonergik
raphe-hippocampal berkurang  defisit serotonergik yang
menyertai dapat menghasilkan gejala depresi pada TLE.
Mekanisme Patogenik Cemas pada PWE

• Pentylenetetrazole
• Amigdala  ihibisi reseptor
• Hipokampus GABA
• Korteks • Penelitian pada
PD  <<
orbitofrontal Inhibisi pengikatan
• Insula Struktur
GABA reseptor GABA

Modulasi • SSRI & TCA  ↑


• Percobaan binatang Inhibisi
saluran konsentrasi serotonin
cemas  obat CCB 
kalsium Serotonin  kontrol cemas
menghilangkan
cemas • Penelitian pada
• Subunit α2δ saluran PD  <<
kalsium  neuron pengikatan
abnormal pada reseptor serotonin
kecemasan & epilepsi.
Manifestasi Klinis Depresi pada PWE

hubungan ≠ hubungan
temporal dengan temporal dengan
kejang kejang

depresi peri- depresi


ictal interictal

Preictal MDD
Postictal gangguan distimik
gangguan bipolar
ictal gangguan siklotimik
• Mood disforik muncul antara beberapa jam dan beberapa
hari sebelum kejang  lebih parah selama 24 jam sebelum
Depresi terjadinya kejang
preictal

• tidak selalu muncul pada hari yang sama dengan kejang, dan
mungkin muncul hingga 5 hari setelah kejang
• durasi gejala selama 24 jam  toleransi yang buruk terhadap frustasi,
Depresi kehilangan minat atau kepuasan, ketidakberdayaan, mudah
postictal tersinggung, perasaan menyalahkan diri sendiri, perasaan bersalah,
menangis, dan putus asa

• terjadi dalam durasi pendek, stereotipik, tidak sesuai


dengan situasi, dan berkaitan dengan fenomena ictal
Depresi lainnya
ictal • anhedonia, rasa bersalah, dan keinginan untuk bunuh diri
mood tertekan

kehilangan minat atau


MDD kepuasan
kenaikan & penurunan berat
yang signifikan

insomnia atau hiperinsomnia

agitasi & retardasi psikomotor

kelelahan atau kehilangan


Diagnosis : perasaan energi
depresi atau berkurangnya perasaan tidak berharga atau
minat atau kepuasan yang rasa bersalah yang berlebihan
bertahan lebih dari 2
berkurangnya kemampuan untuk
minggu, 5 dari 9 gejala,
berfikir atau berkonsentrasi
penurunan fungsi sosial &
pekerjaan secara signifikan memikirkan berulang kali
tentang kematian
Gangguan distimik
terjadi lebih kronis namun kurang intens
dibandingkan dengan gangguan depresi
berat

kurangnya nafsu makan atau nafsu makan berlebih,


insomnia atau hiperinsomnia, kurang energi atau kelelahan,
tingkat percaya diri yang rendah, konsentrasi yang buruk
atau susah untuk mengambil keputusan, dan perasaan
putus asa

Diagnosis  terjadi hampir setiap hari


selama 2 tahun + setidaknya 2 dari
beberapa gejala
Gangguan bipolar

• mood yang meningkat secara persisten


Episode selama 1 minggu dan gejala yang
manik secara nyata mengganggu fungsi
sosial dan pekerjaan

Episode • mood yang meningkat selama 4 hari


berturut-turut dan dapat diamati oleh
hipomanik orang lain

• tipe I  episode manik sedangkan tipe


Subtipe II  episode hipomanik; kedua tipe
bipolar tersebut disertai dengan episode
depresi berat
Gangguan siklotimik

◦ keadaan kronis yang melibatkan siklus antara gejala


hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode
hipomanik, dan gejala depresi yang tidak memenuhi
kriteria episode depresi berat namun bertahan
setidaknya selama 2 tahun
Manifestasi Klinis Kecemasan pada PWE

hubungan ≠ hubungan
temporal dengan temporal dengan
kejang kejang

cemas peri- Cemas


ictal interictal

Preictal PD, general anxiety


disorder (GAD), social
Postictal anxiety disorder (SAD),
posttraumatic stress
ictal disorder (PTSD) & obsessive-
compulsive disorder (OCD).
Cemas preictal Cemas postictal Cemas ictal
• terjadi dari • Muncul setelah kejang • onset mendadak
beberapa jam dan mungkin bertahan dan dalam durasi
hingga 7 hari singkat
hingga
setelahnya  >> pada • kejang yang
beberapa hari pasien resisten obat berasal dari
sebelum dengan epilepsi parsial daerah
kejang  • Kecemasan hampir anteromedial dan
keparahan identik dengan gejala girus singulata 
meningkat gangguan psikiatri rasa takut 
saat • Gugup, takut, marah, kecemasan ictal
mendekati dan mudah berkaitan dengan
waktu kejang tersinggung  aura TLE
dari kejang
Dampak Depresi dan Kecemasan
pada PWE

Suicidality Stigmatization

Efek Samping Respon Terapi


Farmakologi Quality of
Obat
Antiepilesi
dan Operasi Life
Epilepsi
Skrining Depresi
◦ Neurological Disorders Depression Inventory
for Epilepsy (NDDI-E)
◦ Patient Health Questionnaire-2 (PHQ-2)
Skrining Kecemasan
◦ The Hospital Anxiety and Depression Scale
◦ The Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7)
Pedoman Terapi Depresi dan Kecemasan pada PWE
The International League Against Epilepsy (ILAE) 
laporan konsensus internasional  pedoman pengelolaan
depresi dan kecemasan pada PWE

Metode skrining (NDDI-E atau PHQ-2)  evaluasi &


pengelolaan gangguan depresi & cemas sesegera
mungkin

Pemberian psikoterapi pendukung  SSRI (fluoxetine dan


fluvoxamine)  berlanjut selama 6 bulan setelah
pemulihan dari episode depresi pertama, dan paling
tidak hingga 2 tahun setelah proses penyembuhan dari
episode kedua, atau episode berikutnya

penghentian AED yang memiliki efek psikotropika positif 


depresi

Perawatan farmakologis dan nonfarmakologis yang


digunakan untuk orang tanpa epilepsi juga efektif
terhadap PWE
Terapi Komorbid Depresi pada PWE

◦ SSRI dan SNRI  terapi utama  TCA sebagai alternatif


◦ Pengobatan + psikoterapi (Cognitive-behavioral
therapy)  lebih efektif
Terapi Komorbid Cemas pada PWE

◦ PD  SSRI, benzodiazepine, CBT


◦ GAD  CBT, SSRI (sertraline, imipramine, venlafaxine,
paroxetine) SNRI, benzodiazepine, azapirones (seperti
buspirone), dan pregabalin
◦ SAD  SSRI, monoamine oxidase inhibitors, reversible
inhibitors of monoamine oxidase A (RIMA),
benzodiazepines, dan gabapentin
◦ PTSD  SSRI (paroxetine dan sentraline)
◦ OCD  utama: CBT, sentraline
Efek Pro Konvulsan pada Antidepresan

◦ Efek ↑ : konsentrasi serum yang tinggi dan peningkatan dosis


obat secara cepat  antidepresan harus dimulai dengan dosis
yang rendah dan ditingkatkan sedikit demi sedikit bila
diterapkan pada PWE; patologi CNS, kelainan
elektroensefalografi, riwayat epilepsi pribadi maupun keluarga,
dan gangguan komorbid prilaku
◦ Bupropion, maprotiline, dan amoxapine; TCA (melebihi tingkat
plasma terapeutik), clomipramine
Efek Obat Antiepilepsi Terhadap Depresi dan Cemas
Kesimpulan
◦ Serupa dengan proporsi PWE dengan drug-refractory epilepsy,
hampir sepertiga dari PWE menderita depresi dan kecemasan,
namun kondisi tersebut seringkali kurang dikenali dan kurang
ditangani oleh dokter.
◦ Masalah psikiatri tersebut cenderung menghasilkan pemikiran
atau usaha bunuh diri, dugaan stigmatisasi, efek samping yang
buruk terkait AED, respon yang buruk terhadap pengobatan
farmakologis dan tindakan operasi pada epilepsi, dan QoL yang
buruk.
◦ Dokter harus mengevaluasi PWE yang berkaitan dengan depresi
dan kecemasan dengan menggunakan alat skrining sederhana
yang dapat dengan cepat mendeteksi gejala gangguan ini.
Namun, uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk
menentukan perawatan farmakologis dan psikobehaviour yang
paling sesuai dengan depresi dan kecemasan pada PWE.
Daftar Pustaka
◦ Kwon, Oh-Young., & Park, Sung-Pa. Depression and Anxiety
in People with Epilepsy. J Clin Neurol. 2014; 10 (3): 175-188.
◦ Kanner, AM. Management of Psychiatic and Neurological
Comorbidities in Epilepsy. Nature Riviews Neurology. 2016.
1-11.
◦ Kanner, AM. Treatment of Depressive Disorders in Epilepsy:
What All Neurologists Should Know. 2013. Epilepsia,
54(Suppl. 1):3–12.
◦ Ginsberg, L. Lecture Notes: Neurology. Edisi 8. Jakarta:
Erlangga. 2008. pp 79-86.

Anda mungkin juga menyukai