Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI
S
U
S
U
N

Oleh :

- BANI
- MUKLIS

Kelas : XII B

MA QUDSYIYAH PENAGAN RATU


LAMPUNG UTARA
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah “Peranan Indonesia dalam Dunia Internasional” ini
dapat terselesaikan. Dalam proses penyusunan makalah ini kami telah banyak
mendapatkan sebuah pengetahuan baru sebagai sebuah proses mendapatkan keidealan
berfikir dan bersikap, meskipun sebuah perjuangan itu tidak selamanya dipertemukan
dengan bunga mawar yang indah, tetapi sebuah perjuangan juga akan mendapatkan
kerikil-kerikil tajam yang sekali – kali akan menjadi penghalang, tetapi kami tetap yakin
akan banyak orang yang akan tetap memberikan senyumannya untuk melalui perjuangan
tersebut.
Pada kesempatan ini perkenankan kami untuk mengucapkan terimakasih kepada
Bapak/Ibu Guru Mata Pelajaran PKn yang telah membimbing kami sehingga makalah ini
dapat tersusun.
Kami menyadari sepenuhnya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penyusunan dan penulisan makalah ini.
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa-lah jualah kiranya kami memohon dan
berdoa semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan semua pihak kepada kami mendapat
imbalan.

Penagan Ratu, Agustus 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
2.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sengketa Internasional ....................................................... 3
2.2. Penyebab Sengketa Internasional ......................................................... 3
2.3. Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional ....................................... 3
2.4. masalah-masalah Organisasi Iternasional ............................................. 4
2.5. Hakikat Organisasi Internasional ......................................................... 4
2.6. Klasifikasi Organisasi Internasional ..................................................... 5
2.7. Pendirian Organisasi Internasional ....................................................... 6
2.8. Organisasi Intenrsional persatuan Bangsa-bangsa (PBB) .................... 6
2.9. Tujuan GerakaNon Blok ....................................................................... 9
2.10. Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok ............................... 10

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 11
3.2. Saran ..................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Seperti halnya individu
sebagai makhluk sosial. Negara tentunya akan memerlukan negara atau komponen
yang lain. Bahkan ada pula negara yang memiliki keterkaitan serta ketergantungan
dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik. Jika adanya keterkaitan antar negara
dengan negara lain tersebut tentunya ada sebuah hubungan yang baik. Salah satunya
merupakan negara kita sendiri yaitu negara indonesia dengan negara-negara lain.
Dinamakan masyarakat global, ditandai adanya saling ketergantungan antar bangsa,
adanya persaingan yang ketat dalam suatu kompetisi dan dunia cenderung
berkembang kearah perebutan pengaruh antar bangsa, baik lingkup regional, ataupun
lingkup global.
Namun pada kenyataanya masih banyak hubungan yang bertentangan antara
negara satu dengan yang lain. Yang mengakibatkan terjadinya konflik dan terusiknya
perdamaian dunia. Konflik biasanya dipicu dengan adanya masalah dalam hal sosial,
ekonomi, politik, agama maupun kebudayaan. Terjadinya konflik akibat adanya
keserakahan, kurang saling menghargai dan mengerti antara satu dengan yang lain.
Dari masalah di atas dalam makalah ini akan membahas mengenai apa yang
dimaksud dengan perdamaian dunia itu sendiri, cara mewujudkan perdamaian dunia
serta partisipasi indonesia dalam perdamaian dunia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana posisi negara dalam era global?
2. Apakah pengertian dari perdamaian dunia?
3. Apakah Indonesia sudah turut serta dalam perdamaian dunia ?
4. Bagaimana cara mewujudkan perdamaian dunia?
5. Lembaga apa yang membantu dalam mewujudkan perdamaian dunia?
6. Bagaimana sistem pertahanan dan keamanan negara?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana posisi negara dalam era global.

1
2. Mengetahui yang dimaksud perdamaian dunia.
3. Mengetahui partisipasi Indonesia dalam perdamaian dunia.
4. Mengetahui bagaimana cara mewujudkan perdamaian dunia.
5. Mengetahui lembaga-lembaga yang membantu dalam mewujudkan perdamaian
dunia.
6. Mengetahui sistem pertahanan dan keamanan negara.

2
BAB II
SENGKETA INTERNASIONAL DAN BERBAGAI ASPEKNYA

2.1. Pengertian Sengketa Internasional


Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu
pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

2.2. Penyebab Sengketa Internasional Sengketa tersebut terjadi karena berbagai


sebab, antara lain :
a. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian Internasional.
b. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Internasional.
c. Perebutan sumber-sumber ekonomi
d. Perebutan pengaruh ekonomi
e. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain
f. Perluasan pengaruh politik& ideologi terhadap negara lain
g. Adanya perbedaan kepentingan
h. Penghina terhadap harga diri bangsa
i. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang banyak yang
belum tersele-saikan melalui mekanisme perundingan (bilateral dan ).
j. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara
yang ada di kawa-san ini, maupun dari luar kawasan.
k. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat
mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.

2.3. Penyebab timbulnya sengketa Internasional meliputi berbagai bidang sebagai


berikut :
a. Bidang Politik
b. Batas Wilayah (laut teritorial dan daratan)
c. Bidang Ekonomi

2.4. Masalah-Masalah Internasional


Masalah internasional adalah masalah yang timbul dalam hubungan antarnegara
yang diatur dalam hukum internasional. Masalah Internasional, antara lain sebagai
berikut :
1. Intervensi Intervensi adalah tindakan suatu negara untuk mencampuri urusan
negara lain, intervensi bertentangan dengan hukum internasional bila]

3
2. Penyerahan (ekstradisi) Ekstradisi adalah penyerahan seseorang yang
dituduh melakukan tindakan pidana atau sudah dijatuhi hukuman oleh suatu
negara, dan bersembunyi atau melarikan diri ke negara lain untuk
dikembalikan ke negara asal.
3. Suaka (asylum) Suaka adalah perlindungan yang diberikan oleh suatu negara
kepada warga negara dari negara lain. Pemberian suaka didasarkan dua
pertimbangan, yaitu pertimbangan kemanusiaan dan pertimbangan politik.
Pemberian suaka ini biasanya akan membentuk hubungan antara negara yang
memberikan suaka dengan negara yang warga negaranya mendapat suaka.
4. Hukum Netralitas Netralitas adalah sikap suatu negara yang tidak turut
berperang dan tidak ikut dalam permusuhan. Menurut Grotius ada dua
prinsip umum nertralitas, yaitu sebagai berikut :
a) Negera netral tidak boleh berbuat sesuatu yang dapat memperkuat pihak-
pihak yang berperang, sedangkan yang berperang berdasarkan alasan
perang yang tidak adil. Di samping itu, negara netral tidak boleh
menghalang-halang gerakan pihak berperang yang alasan perangnya
adalah adil.
b) Jika sulit menentukan adil atau tidaknya suatu perang, maka negara
netral harus memperlakukan pihak-pihak berperang secara sama.

2.5. Hakekat Organisasi Internasional


Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional
sekarang tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian mengenai
hal ini. Dalam merumusakan definisi organisasi nasional, para sarjana tidak
merumuskannya secara langsung akan tetapi cenderung mengilustrasikan substansi
dari pada organisasi internasional yang mengarah pada kriteria-kriteria serta elemen-
elemen dasar atau minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama
organisasi internasional. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi
internasional adalah suatu proses, organisasi internasional juga menyangkut aspek-
aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu.
Organisasi Internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan
mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan
bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul.

4
2.6. Klasifikasi Organisasi Internasional
Shermers mengklasifikasikan organisasi internasional berdasarkan struktur dan
fungsi organisasi internasional menjadi empat macam:
1. Organisasi publik dan privat Organisasi Internasional publik adalah
organisasi yang didirikan berdasarkan penjanjian antar negara. Organisasi
Internasional privat adalah organisasi yang didirikan berdasarkan hukum
internasional privat dan tunduk pada hukum nasional suatu negara.
2. Organisasi universal dan tertutup Organisasi Internasional universal adalah
organisasi yang memiliki karakter “universalitas, ultimate necessity, yaitu
secara pesat organisasi ini menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dan
ketiga heterogenitas yakni dibangun atas dasar perbedaan pandangan politik,
perbedaan budaya serta perbedaan tahap kemajuan. Organisasi Internasional
tertutup adalah organisasi yang besifat tertutup yang artinya perhimpunan
tidak akan menerima keanggotaan selain dari groupnya atau komunitas
secara terbatas.
3. Organisasi suprasional dan organisasi antar pemerintah
Organisasi Internasional suprasional merupakan organisasi kerjasama baik
dalam bidang legislasi, yudikasi dan eksekutif bahkan sampai warga negara.
Organisasi Internasional, organisasi antar pemerintah hanya terbatas pada
organ tertentu yaitu eksekutif. Untuk IGO diterapkan pada kerjasama
antarpemerintah maupun organ- organ pemerintah selain suprasional.
4. Organisasi umum dan Organisasi fungsional Organisasi Internasional umum
sering disebut dengan organisasi politik, dengan ciri vastness of the fields
juga termanifestasi dalam delegasi-delegasi diplomatik dan delegasi politik
untuk tujuan politik. Organisasi fungsional sering disebut dengan organisasi
tehnis yang memiliki kekhususan dalam bidang fungsi spesifik.
5. Organisasi internasional dengan anggota regional dengan tujuan khusus.

2.7. Pendirian Organisasi Internasional


Prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi adalah adanya keinginan untuk
bekerja sama, begitu juga prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi internasional
yaitu adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas kerjasama tersebut akan
bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi tidak melanggar kekuasaan dan
kedaulatan negara anggota dalam suatu organisasi internasional. Syarat-syarat
pendirian organisasi internasional dapat dikembangkan dari unsur-unsur perjanjian

5
internasional sebagai mana tertuang dalam Konvensi Wina 1969 yang menegaskan
bahwa: “an international agreement concluded between states in written form and
governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or
more related instrument, and whatever its particular designation”
Berdasarkan unsur-unsur diatas maka persyaratan suatu organisasi internasional
dapat diperinci sebagai berikut:
 Dibuat oleh negara sebagai para pihak
 Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua, atau lebih instrumen
 Untuk tujuan tertentu

2.8. Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa - Bangsa ( PBB )


Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United
Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya
hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam
hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan
sosial. Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945
setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang Umum yang
pertama - dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di
Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang
mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB.
Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung
menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya
masing- masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan.
Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-
negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di
Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat. Palestina
dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk
pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan
Palestina mempunyai kantor permanen di PBB). Sekretaris Jenderal PBB saat ini
adalah Ban Ki-moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007 ,
menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu, yaitu Kofi Annan dari Ghana. Organisasi
ini memiliki enam organ utama:
1. Majelis Umum (majelis musyawarah utama)
2. Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian
dan keamanan)

6
3. Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan
kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)
4. Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang
diperlukan oleh PBB)
5. Mahkamah Internasional (organ peradilan primer)
6. Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif.
Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya Perang Dunia II
(1939-1945). Untuk mencegah meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana tidak
diinginkan oleh seluruh umat manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan untuk
menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang gagal dalam rangka untuk memelihara
perdamaian internasional dan meningkatkan kerjasama dalam memecahkan masalah
ekonomi, sosial dan kemanusiaan internasional. Rencana konkrit awal untuk
organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan Departemen Luar Negeri AS pada
tahun 1939. Franklin D. Roosevelt dipercaya sebagai seorang yang pertama
menciptakan istilah "United Nations" atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai istilah
untuk menggambarkan negara-negara Sekutu.
Istilah ini pertama kali secara resmi digunakan pada 1 Januari 1942, ketika 26
pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana masing-masing negara berjanji
untuk melanjutkan usaha perang. Pada tanggal 25 April 1945, Konferensi PBB tentang
Organisasi Internasional dimulai di San Francisco, dihadiri oleh 50 pemerintah dan
sejumlah organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945 atas ratifikasi
Piagam oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan-Perancis, Republik Cina, Uni
Soviet, Inggris dan Amerika Serikat-dan mayoritas dari 46 anggota lainnya. Sidang
Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan di
Westminster Central Hall di London pada Januari 1946. Kedudukan organisasi ini
awalnya menggunakan bangunan milik Sperry Gyroscope Corporation di Lake
Success, New York, mulai dari 1946 hingga 1952. Sampai gedung Markas Besar PBB
di Manhattan telah selesai dibangun. Sejak pendiriannya, banyak kontroversi dan
kritik tertuju pada PBB. Di Amerika Serikat, saingan awal PBB adalah John Birch
Society, yang memulai kampanye "get US out of the UN" pada tahun 1959, dan
menuduh bahwa tujuan PBB adalah mendirikan "One World Government" atau
Pemerintah Seluruh Dunia.

7
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, Komite Kemerdekaan Perancis terlambat
diakui oleh AS sebagai pemerintah resmi Perancis, sehingga Perancis awalnya tidak
diikutsertakan dalam konferensi yang membahas pembentukan PBB. Charles de
Gaulle menyindir PBB dengan menyebutnya le machin (dalam bahasa Indonesia: "Si
Itu"), dan merasa tidak yakin bahwa aliansi keamanan global akan membantu menjaga
perdamaian dunia, dia lebih percaya pada perjanjian/pakta pertahanan antar negara
secara langsung.
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut:
o Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
o Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas
persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan
dalam negeri negara lain.
o Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
o Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya
peperangan.
o Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan
fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
o Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang
harmonis untuk mencapai tujuan PBB.

Peran PBB terhadap hubungan internasional sangat banyak. diantaranya adalah:


o Menyelesaikan konflik – konflik yang terjadi antar Negara anggota PBB dengan
menjadi pihak ketiga
o Menindak pihak pihak yang melakukan pelanggaran internasional 12

2.9. Tujuan Gerakan Non Blok


Tujuan GNB yaitu seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979,
adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial nasional, dan
keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang
imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi
militer, pendudukan, dominasi asing, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,
menentang segala bentuk blok politik serta kerja sama internasional berdasarkan
persamaan hak.

8
Dimana tujuan dari gerakan non blok diatas dapat kita jabarkan kedalam 3 poin utama,
yaitu:
1) Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika
Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam perang dingin.
2) Membendung pengaruh negatif baik dari Blok Barat maupun Blok Timur ke
negara-negara anggota Gerakan Non-Blok.
3) Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota. Caranya dengan
membantu perjuangan negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kemakmuran.
Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang anggotanya
saling komunikasi dan memiliki kedekatan seperti NATO / Pakta Warsawa, negara-negara
anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya
yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba
mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India
yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun.

2.10. Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok


Gerakan Non Blok (GNB) menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia
karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Konferensi Asia
Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 merupakan bukti peran dan kontribusi
penting Indonesia dalam mengawali penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus,
Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia
menilai penting GNB tidak sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga
mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan
kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.

Selain peran serta yang telah dijelaskan diatas, Berbagai Peran serta Indonesia dalam
Gerakan Non Blok dapat dijelaskan dalam beberapa poin dibawah ini:
1. Sebagai salah satu negara pemrakarsa, Hal tersebut karena Gerakan Non
Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Asia Afrika yang digelar di
Bandung, pada tahun 1955.
2. Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi
GNB yang pertama, Hal ini karena indonesia merupakan salah satu pendiri
GNB dan berperan besar mengundang / mengajak negara lain untuk
bergabung kedalam GNB.

9
3. Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992 - 1995. Pada saat itu (1-6
September 1992) Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X
GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB berjumlah 106
negara.
4. Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan
perdamaian dunia, memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang
berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia memandang GNB sebagai wadah
yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-
citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya di GNB.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya
pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga
terjadi saling ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda. Karena
hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk
memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus sehingga
tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia.
Politik luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu negara dalam
hubungannya dengan negara-negara lain.. Hal ini terkait dengan politik luar negeri
yang diterapkan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif
tentunya merupakan strategi politik yang diterapkan Indonesia dalam politik global.
Agar prinsip bebas aktif ini dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri
Indonesia maka setiap periode pemerintahan hendaklah menetapkan landasan
operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan

10
kepentingan nasional. Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional suatu negara
terancam, maka politik luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah satu upaya dalam
mengamankan kepentingan ansional negara yang bersangkutan. Sengketa internasional
adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum internasional mengenai fakta,
hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik
atau diingkari oleh pihak lainnya.

3.2. Saran
Hubungan internasional sangatlah penting bagi suatu Negara, dalam era globalisasi
yang sangat kompleks ini tidak ada suatu Negara yang dapat berdiri sendiri. Dengan
adanya hubungan internasional, pencapaian tujuan Negara akan lebih mudah
dilakukan dan perdamaian dunia akan mudah diciptakan. Realitas menunjukkan bahwa
setiap bangsa memiliki kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan tidak
selalu dapat dipenuhi oleh potensi setiap bangsa. Keadaan yang demikian mendorong
untuk saling mengadakan hubungan antar negara.

11

Anda mungkin juga menyukai