Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar
secara teratur (long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat
ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal
penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan
InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu
kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita
hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan
bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,
semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia memerlukan ilmu.Sebab
kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal.Dengan akal maka manusia dapat
berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan
ilmu.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah
ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal
manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa
dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita sebagai umat muslim akan
menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu. Sebab Nabi Muhammad
SAW pernah bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina”. Sabda
nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah berharga. Ilmu yang kita miliki
baru akan berharga bila sudah diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian kita
akan mampu meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang berilmu ?
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam ?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang berilmu ?
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu
kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan
orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa
babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah,Al-Baihaqi,Anas bin
Malik dan lain lain serta Al-Mundiri 28/1)
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri
cina”.Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist
ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.Walau jauh
ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut
terlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dn
diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu
fiqih.Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu
lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama.Maka anak menjadi orang
yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya.Dalam hal
ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah
orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang
lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama
dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya
ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang
manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat
dinikmati orang lain.
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat.Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia
dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan
mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-
Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab”
(Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut
: 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan
gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat
istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang
menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras
terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-
Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah SAW juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan
dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka."
(HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim.
Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih) Jadi setiap orang
yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat
bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya
untuk hal-hal yang bermanfaat.
Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan,ilmunya menjadi sia-sia hanya
digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya,serta untuk tujuan
yang berbau keduniaan.
Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya :
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat
tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya
ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan
ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan semua
makhluk yang hadir di Makhsyar”
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan
mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh
perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan
ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh
dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.Dengan ilmunya para
ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia
kehormatannya.
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Manusia yang paling agung kedudukannya adalah
yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para Nabi
dan ulama.”
Sahl bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat majlisnya para Nabi,
maka hendaklah dia melihat majelisnya para ulama, dimana ada seseorang yang
datang kemudian bertanya, ‘Wahai fulan apa pendapatmu terhadap seorang laki-
laki yang bersumpah kepada istrinya demikian dan demikian?’Kemudian dia
menjawab, ‘Istrinya telah dicerai.’ Kemudian datang orang lain dan bertanya,
‘Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang bersumpah pada istrinya
demikian-demikian?’ Maka dia menjawab, ‘Dia telah melanggar sumpahnya
dengan ucapannya ini.’Dan ini tidak dimiliki kecuali oleh Nabi atau orang alim.
(maka cari tahulah tentang mereka itu).”
Maimun bin Mahran berkata, “Perumpamaan seorang alim disuatu negeri itu,
bagaikan mata air yang tawar di negeri itu.”
Jikalau para ulama memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi seperti itu,
maka wajib atas orang-orang yang awam untuk menjaga kehormatan serta
kemuliaannya. Dari Ubadah bin Ashomit radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang tidak
memuliakan orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak
tahu kedudukan ulama.”
Dan di antara hak para ulama adalah mereka tidak diremehkan dalam hal keahlian
dan kemampuannya, yaitu menjelaskan tentang agama Allah, serta penetapan
hukum-hukum dan yang semisalnya dengan mendahului mereka, atau
merendahkan kedudukannya, serta sewenang-wenang dengan kesalahannya, juga
menjauhkan manusia darinya atau perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh
orang-orang jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan martabat para ulama. Satu
hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan setiap cabang-
cabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam bidangnya.Jangan
meminta pendapat tentang kedokteran kepada makanik, dan jangan pula meminta
pendapat tentang senibena kepada para dokter, maka janganlah meminta pendapat
dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya.Maka bagaimana dengan ilmu
syariah, pengetahuan tentang hukum-hukum dan fiqh kontemporer?Bagaimana
kita meminta pendapat kepada orang yang tidak terkenal alim mengenainya dan
tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali sebagai ulama yang
mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh yang memiliki
keupayaan sebagai ahli istimbath?
"Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya, (padahal) apabila mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-
orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara
resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan
rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil
saja (di antara kamu). (QS. an-Nisa`: 83)
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat ini adalah para ulama yang
'Alim dan cermat dalam beristimbath hukum-hukum syariat baik dari kitab
maupun sunnah, karena nash-nash yang jelas tidaklah cukup untuk menjelaskan
seluruh permasalahan kontemporer dan hukum-hukum terkini, dan tidaklah begitu
mahir untuk beristimbath serta mengerluarkan hukum-hukum dari nash-nash
kecuali para ulama yang berkelayakan. Abul ‘aliyah mengatakan tentang makna
“Ulil Amri” dalam ayat ini, “Mereka adalah para ulama, tidakkah kamu tahu
Allah berfirman, ‘(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan
Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan
Ulil Amri).”
Dari Qatadah, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka”, dia mengatakan, “Kepada ulamanya.” “Tentulah orang-
orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara
resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”, tentulah orang-orang yang membahas
dan menyelidikinya mengetahui akan hal itu.”
Dan dari Ibu Juraij, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul”
sehingga beliaulah yang akan memberitakannya “dan kepada Ulil Amri” orang
yang faqih dan faham agama.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari: Ibnu Attin menukil dari ad-
Dawudi, bahwasanya beliau menafsirkan firman Allah Ta’ala “Dan Kami
turunkan az-Zikir (al-Qur`an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.”
Dan dalam hal ini ada kaidah tentang etika (adab) yaitu: apabila ada pembahasan
dalam suatu masalah hendaknya di berikan kepada ahlinya dan tidak mendahului
mereka, karena itu lebih dekat dengan kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan.
Juga ada larangan untuk tergesa-gesa menyebarkan berita tatkala mendengarnya,
yang patut adalah dengan memperhatikan dan merenungi sebelum berbicara,
apakah ada maslahat maka disebarkan atau mudharat maka dicegah.Selesai
ucapan syaikh rahimahullahu.Dengan penjelasan ini diketahui wahai teman-teman
semua, bahwa perkara yang sulit dan hukum-hukum yang kontemporer serta
penjelasan hukum-hukum syariatnya tidak semua orang boleh campur tangan
dalam masalah itu, kecuali para ulama yang memiliki bashirah dalam agama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita
hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan
bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,
semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia memerlukan ilmu.Sebab
kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat
berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan
ilmu
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah
ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal
manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa
dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita sebagai umat muslim akan
menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu.
B. Saran
Untuk menuntut dan mengamalkan Ilmu Pengetahuan harus kita dasar dengan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://ustazmokhtar.blogspot.com/2009/07/kedudukan-ulama-dalam-islam.html
http://iipkasipulqulub.blogspot.com/2014/03/makalah-hadits-pentingnya-
menuntut-ilmu.html