Disusun Oleh:
Destry Aryanty, S. Ked.
Olivia Kurnia Putri, S. Ked.
Silpianty Harnelya Sari, S. Ked.
Suci Mentari, S. Ked.
Thomas Erickson, S. Ked.
Vivi Wulandari, S. Ked.
Pembimbing:
dr. Erlina Panca Putri, M. H.
dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph
dr. H. Supardi, M. M.
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar 1
Belakang................................................................................. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.2 Perilaku…………………………….…..………………………… 6
6.1 Kesimpulan...................................................................................... 36
6.2 Saran................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN
ABSTRAK
Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan
masyarakat yang utama di negara tropis dan subtropis. Pada wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukamerindu di tahun 2016, dari 8 orang penderita DBD terdapat 1
orang penderita yang meninggal dunia pada akhir bulan September 2016.
Sedangkan pada bulan Januari 2017 bertepatan di RT/RW 23/06, Kelurahan
Sukamerindu terdapat 6 kasus yang telah didiagnosis Deman Berdarah Dengue
(DBD). Kejadian DBD di kawasan RT 23 Kelurahan Sukamerindu merupakan
suatu Kejadian Luar Biasa (KLB). Kejadian tersebut didasari oleh lingkungan
disekitar RT 23 Kelurahan Sukamerindu dan kurangnya perhatian masyarakat
terhadap lingkungan sekitar sehingga memungkinkan untuk perindukan nyamuk
penyebab DBD.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika
Serikat dan Latin. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.1
Pada wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukamerindu di tahun 2016, dari 8
orang penderita DBD terdapat 1 orang penderita yang meninggal dunia pada akhir
bulan September 2016. Sedangkan pada bulan Januari 2016 bertepatan di RT/RW
23/06, Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu terdapat 6 kasus yang telah
didiagnosis Deman Berdarah Dengue (DBD).2 Berdasarkan data diatas, kejadian
DBD di kawasan RT 23 Kelurahan Sukamerindu merupakan suatu Kejadian Luar
Biasa (KLB). Menurut Kapala Puskesmas Sukamerindu, kejadian tersebut
didasari oleh lingkungan rawa-rawa disekitar RT 23 Kelurahan Sukamerindu dan
kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitar sehingga
memungkinkan untuk perindukan nyamuk penyebab DBD.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di lingkungan RT/RW
23/06 Kelurahan Sukamerindu, didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar
dikategorikan baik (62,6% dan 54,6%), sedangkan perilaku masyarakat dalam
pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar dikategorikan kurang
(71,7). Selain itu, banyaknya genangan air disekitar rumah dan rawa-rawa
menunjang untuk tempat perindukan nyamuk penyebab DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Lingkungan Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Demam berdarah
dengue banyak ditemui di daerah perkotaan di Indonesia. Secara epidemiologi,
terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan demam berdarah
dengue, yaitu manusia sebagai hospes, virus dan vektor penular. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti, Ae. albopictus,
dan Ae. polynesiensis. Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya
(transovarial transmission) sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif) dalam tubuh manusia. Virus memerlukan waktu masa tunas 46
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.3
Keberadaan jentik Ae. aegypti di suatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di daerah tersebut. Perkembangan jentik
dipengaruhi oleh suhu air, kepadatan populasi dan tersedianya makanan. Jentik
akan menjadi pupa atau kepompong dalam waktu 4–8 hari pada temperature 20–
30°C, dan akan mati pada suhu 10°C dan suhu 36°C, serta dapat bertahan pada
tanah yang lembab selama 13 hari.3
Iklim Kota Bengkulu mempunyai iklim tropis basah. Tahun 2015 suhu
maksimum berkisar antara 29 – 30 ºC dan suhu minimum berkisar antara 23ºC,
sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun adalah 24-32 ºC, Kelembaban udara di
Kota Bengkulu rata-rata berkisar antara 81–91% dan kecepatan angin maksimum
14–19 knot. Jumlah hujan dengan hitungan hari selama sebulan di Kota Bengkulu
adalah 10-21 hari dan banyaknya curah hujan bulanan 200-600 mm dan dalam
setahun 3360 mm.4
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks,
karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Cara paling baik untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD). Beberapa penelitian menyatakan bahwa monitoring kepadatan populasi
nyamuk sangat penting untuk membantu dalam penentuan evaluasi adanya
ancaman penyakit di setiap wilayah dan untuk menentukan apakah suatu tindakan
pemberantasan nyamuk sebagai vektor penyebar penyakit perlu dilakukan.3
Beberapa survei yang dilakukan di beberapa Kota di Indonesia
menunjukkan tempat perindukan yang paling potensial adalah di kontainer yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak
WC, ember, dan sejenisnya. Kebijakan pemerintah dalam pengendalian vektor
DBD lebih menitikberatkan pada program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
walaupun cara ini sangat tergantung pada peran serta masyarakat.tindakan 3M
(menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-
barang bekas) merupakan cara paling tepat dalam pencegahan dan
penanggulangan terjadinya DBD.3
Upaya menentukan intervensi terhadap kejadian DBD di Kota Bengkulu
dilakukan melalui pemberantasan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Faktor lingkungan merupakan faktor determinan yang paling besar mempengaruhi
derajat kesehatan. Teori HL.Blum menyatakan bahwa kondisi lingkungan 40%
akan mempengaruhi derajat kesehatan suatu wilayah.3
Lingkungan bebas nyamuk penyebab DBD diukur melalui beberapa
indikator yakni kuantitas rumah sehat, jumlah rumah/bangunan bebas jentik, dan
kepadatan penduduk. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak
terbuat dari tanah. Jumlah rumah/bangunan bebas jentik yaitu rumah/bangunan
yang diperiksa akses saluran air tidak ditemukan jentik nyamuk, dimana angka
bebas jentik merupakan presentase jumlah rumah bebas jentik dibanding dengan
jumlah rumah yang diperiksa. Kepadatan penduduk diperiksa berdasarkan jumlah
penduduk per km2 luas wilayah. Semakin padat suatu wilayah semakin mudah
untuk penularan penyakit DBD.3
2.2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus)
dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 .6
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang
paling sering ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat
penampungan air jernih atau tempat penampungan air sekitar rumah.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang
nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki
tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar
rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang bersih,
seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.6
Gambar 2.2 Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus
2.2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan
demam berdarah dengue antara lain: demografi dan perubahan sosial, suplai
air, manejemen sampah padat, infrastruktur pengontrol nyamuk,
consumerism, peningkatan aliran udara dan globalisasi, serta mikroevolusi
virus. Indonesia berada di wilayah endemis untuk demam dengue dan
demam berdarah dengue. Hal tersebut berdasarkan penelitian WHO yang
menyimpulkan demam dengue dan demam berdarah dengue di Indonesia
menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya angka kematian anak, endemis
yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan tersebar di seluruh area.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus
DBD sangat kompleks, yaitu:
- Pertumbuhan penduduk yang tinggi
- Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
- Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
- Peningkatan sarana transportasi.1
Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain:5
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit
DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit DBD. Hal-hal yang diperhatikan di lingkungan yang
berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:
- Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan
tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor
DBD.
- Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar
kemungkinan terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat
penampungan air yang tidak berjentik.
- Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan
lain-lain juga merupakan faktor terbesar terjadinya DBD.
2.2.5 Diagnosis
Perubahan patofisiologis pada DBD adalah kelainan hemostasis dan
perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat diketahui dengan adanya
trombositopenia dan peningkatan hematokrit.5
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7
hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit
kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan.
Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan faring hiperemis
ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.
Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah
tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada
bayi.5
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple
Leede) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan
intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia
halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum
mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan
dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi
dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun
pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun
pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok.5
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini
terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan
sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan
gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara,
pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.5
Berdasarkan kriteria WHO 2011 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi:5
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari, biasanya
bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
o Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemi.
WHO membagi DBD menjadi empat derajat:
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda
dan gejala klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali),
tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi,
uji tourniquet positif.
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain seperti mimisan, muntah darah dan berak darah.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah,
sianosis disekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
2.2.6 Tatalaksana
1. Pertolongan Pertama Penderita Demam Berdarah Dengue oleh
Masyarakat
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh
karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat
gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit
tersebut. Gejala dan tanda awal 72 DBD dapat berupa panas tinggi
tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, sepanjang hari, selama 2-7
hari, badan lemah/lesu, nyeri ulu hati, tampak bintik-bintik merah
pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan pecahnya
pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit
diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan tanda penyakit DBD.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di
atas, maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama demam
c. Kompres hangat
Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai
timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti
bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan
segera dibawa berobat/ periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan
kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan.
2. Langkah - Langkah Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue
1. Tatalaksana DBD
a) Fase demam
2. Tatalaksana SSD
e. Transfusi darah
f. Monitoring
Host
Status Ekonomi Pelayanan (manusia)
Kesehatan Daya tahan
tubuh
Umur
Pendidikan Tingkat
Pengetahuan
Perilaku
Kesehatan
Environment
(Lingkungan)
Agent
penyebab
Nyamuk Aedes penyakit
aegypt Dengue
Virus
2.6. Langkah-langkah Diagnosis Komunitas
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
diagnosis komunitas adalah sebagai berikut :
1. Definisi Komunitas
Melalui data demografis, data kesehatan, data kualitatif ditentukan
komunitas yang spesifik.
2. Karakteristik Komunitas
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah
kesehatan dalam komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas Masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting dalam
komunitas.
4. Penilaian Masalah Kesehatan Terpilih
Masalah yang terpilih dianalisadengan mempertimbangkan factor-
faktor yang terkait dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana
intervensi.
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui intervensi
yang diberikan.
BAB III
METODE
b. Jika tidak tampak, tunggu + 0,5-1 menit, jika tidak ada jentik ia
akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
N
Besar sampel : 2
N (0,1) +1
102
= 50,49 sampel.
102(0,1)2 +1
Luas wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar adalah 2,61 Km2 yang
terdiri dari 3 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Sawah Lebar dengan luas wilayah 1,15 Km 2 dengan jumlah
penduduk 8.190 jiwa.
b. Kelurahan Sawah Lebar Baru dengan luas wilayah 0,76 Km 2 dengan
jumlah penduduk 7.348 jiwa.
c. Kelurahan Kebun Tebeng dengan luas wilayah 0,70 Km 2 dengan
jumlah penduduk 5.208 jiwa
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2014
NO KELURAHAN JIWA KK
.
1 Sawah Lebar 8.190 1.946
2 Sawah Lebar Baru 7.348 1.898
3 Kebun Tebeng 5.208 1.399
JUMLAH 22.472 5.243
Sosial ekonomi ini ditunjang juga tersedianya sarana pendidikan yang ada yaitu:
Tabel 4.4 Jenis Pendidikan Penduduk Kecamatan Ratu Agung Tahun 2014
Peningkatan Gizi
Pengobatan Umum
1) Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan mengembangkan berbagai
program perbaikan prilaku dibidang kesehatan sesuai dengan
masalah pengetahuan masyarakat setempat melalui kegiatan yang
bernuansa pemberdayaan masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan
dilaksanakan di dalam gedung berupa penyuluhan langsung,
penyebaran info sehat, dan majalah dinding.
Kegiatan di gedung berupa penyuluhan langsung ke
masyarakat tentang kesehatan melalui kegiatan Posyandu Balita,
Posbindu, UKS dan pemasangan spanduk bertema kesehatan.
Selama tahun 2014 telah dilaksanakan penyuluhan kelompok di
Posyandu Usila.
2) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana (KIA/KB)
termasuk Imunisasi
Kegiatan program KIA/KB termasuk Imunisasi
dilaksanakan di dalam gedung berupa pelayanan pemeriksaan ibu
hami, pemantauan tumbuh kwmbang anak, konseling imunisasi,
pelayanan dan pemasangan alat kontrasepsi. Sementara kegiatan
luar gedung berupa pembinaan dan pelayanan di Posyandu serta
DDTK anak TK/PAUD.
Selama tahun 2014 sasaran bumil sebanyak 366 orang dan
Bulin 337 orang. Pencapaian K1 sebanyak 423 ( 98,6%) dan K4
sebanyak 402 (93,7%). Sasaran bayi sebanyak 429 orang, angka
pencapaian KN1 sebanyak 368( 94,3%) dan KN2 sebanyak
368(94,3%).
Untuk pencapaian program KB selama tahun 2014, jumlah
akseptor KB aktif sebanyak 4363 orang. Jumlah akseptor KB baru
609 orang. Akseptor terbanyak adalah untuk alat kontrasepsi
Suntik sebanyak 652 akseptor, Pil sebanyak 349 akseptor, implant
sebanyak 107 akseptor. Pelayanan imunisasi dilaksanakan baik
dalam maupun di luar gedung melalui kegiatan Posyandu dan
Bulan Imunisasi anak sekolah (BIAS).
3) Kesehatan Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Walaupun bagitu kesehatan
lingkungan juga berkaitan erat dengan prilaku masyarkat sehingga
peningkatan prasarana fisik perlu diimbangi dengan peningkatan
pendidikan pada masyarakat tentang hygiene dan sanitasi
lingkungan.
Untuk menunjang tercapainya lingkungan sehat, program
kesehatan lingkungan juga mnerapkan PHBS (Pengetahuan Hidup
Bersih dan Sehat) yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kesadaran dan kemampuan masyarakat
dalam upaya penyediaan, pemanfaat serta pemeliharaan sarana air
minum dan jemban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.
Selama tahun 2014 telah dilakukan berbagai kegiatan,
antara lain : Persentase KK dengan akses rumah sehat = 70%,
Persentase KK dengan akses sarana air bersih = 93,3%, Persentase
KK dengan jamban sehat = 70%, Persentase KK dengan fasilitas
SPAL = 64%, Persentase TTU yang memenuhi syarat = 85%.
4) Peningkatan Gizi
Untuk memperoleh gambaran tentang status gizi
masyarakat dapat menggunakan indikator antara lain yang
terpenting adalah angka kurang energi protein (KEP), kurang
Iodium (GAKI) dan anemia gizi.
Untuk pemberian vitamin A selama bulan Februari dan
Agustus 2014 sebanyak 1.264 orang balita, untuk Bufas 369 Orang
dan 223 orang bayi. Total pemberian vitamin A selama tahun 2011
adalah sebanyak 1856 kasul vitamin A.
5) Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
a. Diare
Berdasarkan hasil laporan petugas P2 diare ditemukan
penderita diare sebnyak 440 kasus, yang terdiri dari bayi
sebanyak 102 orang, balita sebanyak 257 orang dan usia > 5
tahun sebanyak 81 orang. Jumlah ini sudah termasuk penderita
yang berasal dari luar wilayah.
b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Program ISPA bertujuan untuk menurunkan angka kematian
dan angka kematian dan angka kesakitan Pneumonia. Selama
tahun 2014 ditemukan penderita Pneumonia sebanyak 5 orang
bayi dan 21 balita. Untuk angka penderita Infeksi 479 orang
bayi dan 2.381 balita.
c. TB Paru
Selama tahun 2014 ditemukan penderita Tb Paru sebanyak
14 orang BTA (+) 14 orang. TB Paru Anak 1 orang serta TB
Kelenjar sebanyak 2 orang.
d. Demam Berdarah (DHF)
Pada tahun 2014 ditemukan positif DHF sebanyak 6 kasus
di wilayah kerja Puskesmas.
6) Pengobatan
Jumlah kunjungan pasien selama tahun 2014 sebanyak
15.656 kunjungan, terdiri dari 8.758 kunjungan pasien Askes,
4.835 kunjungan pasien gratis (masyarakat umum), 873 kunjungan
pasien Jamkesmas, 540 kunjungan pasien Gakin/ Jamkeskot dan
650 kunjungan Luar Gedung (Posyandu/Posbindu).
Bagi pasien yang memerlukan tindak lanjut dirujuk ke
RSUD dan RSJ Pusat Bengkulu. Adapun jumlah penderita dirujuk
selama tahun 2014 adalah meliputi pasien Askes Gakin/
Jamkesmas sebanyak 438 orang.
Jumlah kunjungan di Klinik Umum Puskesmas Suka
Merindu selama tahun 2014 sebanyak 12.305 orang pasien.
Dengan kasus penyakit baru sebanyak 1.202 orang pasien dan
kasus penyakit lama/ ulangan sebanyak 11.103 orang.
Program Pengembangan
Selain melaksanakan keenam program unggulan. Puskesmas
Sawah Lebar juga melaksanakan program peleksanaan pengembangan
yaitu:
1) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Program Penunjang
1) PPM Posyandu
519 jiwa
= 742 jiwa/km2
0,7 km 2
Berdasarkan jumlah tersebut maka RT 23 Kelurahan Sawah Lebar
Baru dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat kepadatan ”sangat padat”.
Ket:
P : prioritas penyelesaian masalah
M : besarnya masalah yang dapat diselesaikan
I : kelanggengan selesainya masalah
V : kecepatan menyelesaikan masalah
C : biaya yang dibutuhkan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Asniawati, & dkk. (2008). Peran Media Massa Terhadap Perilaku Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Pada Rumah Tangga Di
Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat , 103-110.
2. Puskesmas SukaMerindu. 2017. Profil Puskesmas SukaMerindu.
Bengkulu: Puskesmas SukaMerindu.
3. Rosavika, Revi. 2015. Pengaruh Indikator Kesehatan Lingkungan terhadap
Jumlah Kasus DBD pada Balita Menurut Kecamatan di Kota Batam pada
Tahun 2009. Balai Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit, Balitbangkes, Kemenkes RI.
4. Geografi Kota Bengkulu. 2014
Diunduh dari: www.bengkulukota.go.id pada tanggal 15 Maret 2016
5. Depkes, R.I (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjend PPdan PL.
6. DKK Semarang. (2011). Program Pencegahan Penyakit Menular
DBD Di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan
Kota.
7. Wibowo, Agung. 2013. Investigasi Wabah dan Kejadian Luar Biasa.
Jakarta
8. DKK. (2012). Laporan Hasil Kegiatan Seksi P2B2. Semarang: Dinas
Kesehatan Kota.
9. Puskesmas SukaMerindu. 2017. Pedoman Penilaian Rumah Sehat di
Wilayah Kerja Puskesmas SukaMerindu. Bengkulu: Puskesmas
SukaMerindu.
10. Depkes RI. 2006. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSNDBD) oleh Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Jakarta:
Depkes RI
LAMPIRAN 1
(…………………………..)
Nama Lengkap Responden
LAMPIRAN 1
Alamat :…………………………………..
Umur :…………………………………..
Pekerjaan :…………………………………..
(…………………………..)
Nama Lengkap Responden
KUESIONER SURVEI
ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE TERKAIT
DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DI
KELURAHAN SUKAMERINDU KOTA BENGKULU BULAN MARET
TAHUN 2018.
I. PENGETAHUAN
53
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah ?
a
.
T
a
h
u
b.
Tida
k
tahu
Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?
a. Virus / bibit penyakit yang sangat kecil
(0)
2. Bagaimana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam
berdarah ?(boleh lebih dari satu jawaban)
a. Demam mendadak
(2)
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi
/ hidung, batuk darah, berak darah, dan lain-lain.
(2)
f. Tidak tahu
(0)
3. Apakah penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbahaya ?
a
.
54
Y
a
,
b
.
T
i
d
a
k
Jika ya, demam berdarah berbahaya karena
a. Menyebabkan kematian
(10)
b. Menularkan ke anggota keluarga yang lain
(0)
4. Menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam berdarah ?
a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit
penderita demam berdarah
(10)
b. Melalui debu / angin
(0)
5. Apakah anda mengetahui kegunaan dari bubuk abate ?
a
.
T
a
h
u
b.
Tida
55
k
tahu
Bila tahu, untuk apa bubuk abate ?
a. Menghilangkan warna pada air (0)
b. Membunuh jentik-jentik nyamuk (10)
c. Menghilangkan bau pada air (0)
d. Membuat air jadi tahan lama (0)
e. Tidak tahu (0)
(0)
7. Apakah anda mengetahui istilah 3 M dalam penanggulangan /
pencegahan demam berdarah ?
a. Tahu, yaitu
singkatan dari
.........................................................................................................
......(10)
b. Tidak tahu
(0)
(2)
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk
(2)
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat
menampung air (2) (kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik
bekas, ban bekas, dan lain-lain)
56
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh :
abate) pada tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4
bulan sekali
(2)
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentik nyamuk (contoh :
ikan adu /
ikan cupang)
(2)
f. Tidak tahu
(0)
9. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk
memberantas demam berdarah?
a
.
T
a
h
u
b.
Tida
k
tahu
Jika tahu, apakah program puskesmastersebut?(boleh lebih dari satu)
a. 3M
(0)
10. Pengetahuan yang anda dapat mengenai demam berdarah didapat dari :
a. Tetangga (10)
b. Pemerintah (10)
c. Dokter (10)
d. Mantri (10)
e. Puskesmas (10)
57
II. SIKAP
(10) b. Tidak,
alasan……………………………………………………
(0)
2. Menurut anda, penanggulangan penyakit demam berdarah merupakan
tanggung jawab siapa ?
a. Pemerintah
(0) c. Masyarakat
(0)
3. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit
demam berdarah secara berkala / rutin di lingkungan tempat tinggal
anda ?
a. Setuju,
alasan.................................................................................... (10)
b. Tidak setuju,
alasan.........................................................................
(0)
4. Bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah di lingkungan
tempat tinggal anda, apakah anda bersedia untuk ikut secara aktif
melaksanakannya
a. Bersedia ? (10)
b. Tidak bersedia (0)
c. Tidak tahu (0)
5. Apakah menurut anda perlu membersihkan / menguras bak mandi ?
a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
6. Apakah anda setuju dengan upaya 3M yang digalakkan oleh
pemerintah? 58
a. Setuju (10)
b. Tidak setuju (0)
7. Menurut anda apakah boleh menyimpan pakaian digantung?
a. Boleh
(0)
8. Menurut anda apakah pengawasan terhadap jentik nyamuk perlu
dilakukan?
a. Perlu
(0)
9. Menurut anda apakah foging(pengasapan) efektif mencegah demam
berdarah?
a. Efektif (10)
b. Tidak efektif (0)
c. Tidak tahu (0)
10. Menurut anda bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencegah
demam berdarah?
a. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan 3M (10)
b. Memperhatikan kesehatan diri saja (0)
c. Cukup dengan melakukan 3M (0)
d. Tidak tahu (0)
III. PERILAKU
59
(0)
2. Apakah keluarga anda menggunakan tempat penyimpanan /
penampungan air untuk keperluan sehari-hari di rumah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, bagaimana keadaan tempat penyimpanan / penampungan air
tersebut ? a. Bertutup
(0)
3. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan / mengubur /
membakar barang bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnya
nyamuk ?
a. Secara teratur
(10) b. Kadang-kadang
(0)
4. Apakah keluarga anda menggunakan abate pada tempat
penampungan air di rumah?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, seberapa sering abate tersebut digunakan / diganti kembali ?
a. Kurang dari satu bulan sekali
(0)
5. Apakah keluarga anda menutup jendela / lubang angin / pintu dengan
kawat anti nyamuk ?
a. Ya, alasan.........................................................................
(10)
b. Tidak, alasan.....................................................................
(0)
60
6. Apakah keluarga anda pernah melakukan pengawasan terhadap jentik
nyamukdi rumah ?
a. Ya
(10)
b. Tidak
(0)
b. Di simpan di tempat baju kotor
(10)
8. Apakah keluarga anda menggunakan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk pada saat beristirahat di pagi dan sore hari (contoh : memakai
lotion anti nyamuk / obat nyamuk semprot / bakar / elektrik, memakai
kelambu) ?
a. Ya, alasan................................................................................
(10)
b. Tidak, alasan...........................................................................
(0)
9. Pernahkah keluarga anda mengikuti kegiatan pencegahan /
penanggulangan demam berdarah yang dilakukan di lingkungan tempat
tinggal anda ?
a. Pernah
(10)
b. Tidak pernah, alasan.....................................
(0)
10. Bagaimana cara pembuangan sampah yang selama ini dilakukan oleh
anda?
a. Diangkut / dikumpulkan secara rutin oleh petugas kebersihan (10)
b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah (10)
c. Dibuang ke sungai (0)
61