Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS

GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN DEMAM


BERDARAH DENGUE DI RT 23 SUKAMERINDU BULAN MARET 2018

Disusun Oleh:
Destry Aryanty, S. Ked.
Olivia Kurnia Putri, S. Ked.
Silpianty Harnelya Sari, S. Ked.
Suci Mentari, S. Ked.
Thomas Erickson, S. Ked.
Vivi Wulandari, S. Ked.

Pembimbing:
dr. Erlina Panca Putri, M. H.
dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph
dr. H. Supardi, M. M.

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS


UPTD. PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Kedokteran Komunitas Disusun Oleh :
Destry Aryanty, S. Ked.
Olivia Kurnia Putri, S. Ked.
Silpianty Harnelya Sari, S. Ked.
Suci Mentari, S. Ked.
Thomas Erickson, S. Ked.
Vivi Wulandari, S. Ked.

Judul : LAPORAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI RT 23 SUKAMERINDU
BULAN MARET 2018

Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Dokter Pembimbing dan Penguji


Laporan Diagnosis Komunitas pada April 2018 di Bengkulu.

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

dr. H. Supardi, M. M dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph


KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan sehingga pembuatan laporan
diagnosis komunitas ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu
tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.
Penulis banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak
selama penyelesaian penulisan laporan, sehingga penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. H. Supardi, M. M. dan dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph dosen pembimbing
dan penguji yang telah memberikan kritikan dan saran yang bermanfaat
dalam penulisan laporan komunitas ini.
2. dr. Erlina Panca Putri, M. H. selaku dosen pembimbing lapangan yang telah
banyak memberikan bimbingan, perbaikan dan saran kepada penulis mulai
dari awal hingga penulisan laporan ini selesai.
3. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat,
ribuan curahan kasih sayang, keringat, dan do’a tulus untuk penulis.
4. Seluruh rekan-rekan seperjungan pada stase koass IKK di Puskesmas
Lempuing dan Puskesmas Kampung Bali Bengkulu.
5. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian laporan
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Tiada gading yang tak retak, tentunya sebagai mahasiswa yang masih terus
menuntut ilmu, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan
laporan ini terdapat banyak kekurangan dan koreksi. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih dan semoga laporan diagnosis komunitas ini dapat berguna
dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, April 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar 1

Belakang................................................................................. 2

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan.............................................................. 3

2.1.2 Tingkat Pengetahuan............................................................... 3

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..…………………. 4

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan …….……............................. 5

2.2 Perilaku…………………………….…..………………………… 6

2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)………………………………... 7

2.4 Peran dan Kegiatan Puskesmas….……………………………….. 17

2.5 Kerangka Konsep............................................................................ 18

2.6 Langkah-Langkah Diagnosis Komunitas….................................... 18


BAB III METODE

3.1 Metode Diagnosis Komunitas……………………………………. 20

3.2 Pengolahan Data………………………………………………....... 21


BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Profil Komunitas Umum…………………………………………. 22

4.2 Data Kesehatan Masyarakat……………………………………… 30

4.3 Hasil Focus Group Discussion (FGD)…………………………… 31


BAB V ANALISIS

5.1 Prioritas Masalah…………………………………………………. 34


5.2 Prioritas Penyelesaian Masalah…………………………………...
35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...................................................................................... 36

6.2 Saran................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN

ABSTRAK
Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan
masyarakat yang utama di negara tropis dan subtropis. Pada wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukamerindu di tahun 2016, dari 8 orang penderita DBD terdapat 1
orang penderita yang meninggal dunia pada akhir bulan September 2016.
Sedangkan pada bulan Januari 2017 bertepatan di RT/RW 23/06, Kelurahan
Sukamerindu terdapat 6 kasus yang telah didiagnosis Deman Berdarah Dengue
(DBD). Kejadian DBD di kawasan RT 23 Kelurahan Sukamerindu merupakan
suatu Kejadian Luar Biasa (KLB). Kejadian tersebut didasari oleh lingkungan
disekitar RT 23 Kelurahan Sukamerindu dan kurangnya perhatian masyarakat
terhadap lingkungan sekitar sehingga memungkinkan untuk perindukan nyamuk
penyebab DBD.

Metode: Desain survei deskriptif. Sampel diambil di kawasan RT 23 RW 06


Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu yang dipilih secara acak dan sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data primer diambil dari kuesioner dan
checklist pengukuran rumah sehat dan pemantauan jentik nyamuk dan dilakukan
secara langsung ke rumah warga. Data sekunder diambil dari profil Puskesmas
Sukamerindu dan data register kependudukan warga RT 23 Kelurahan
Sukamerindu untuk menilai kepadatan penduduk. Data dioleh secara deskriptif
dan dipaparkan dalam bentuk tabel, kemudian diprioritaskan masalah dan
alternatif penyelesaian masalah.

Hasil: di kawasan RT 23 Kelurahan Sukamerindu terdapat 23,5 % rumah yang


dikategorikan rumah sehat sedangkan rumah tidak sehat sebesar 76,5%. Rumah
yang dikategorikan bebas jentik sebesar 20 % dan rumah/bangunan yang tidak
bebas jentik nyamuk sebesar 80%. Untuk kepadatan penduduk kawasan tersebut
dikategorikan sebagai wilayah sangat padat penduduk. Hasil Focus Group
Discussion didapatkan beberapa daerah dengan genangan air, jarang gotong
royong dan pemukiman yang padat.
Pembahasan: Hasil servei menunjukkan meningkatnya kejadian DBD di RT 23
Kelurahan Sukamerindu kemungkinan besar disebabkan oleh angka rumah bebas
jentik yang rendah. Selain itu, persentase rumah sehat di kawasan tersebut juga
rendah. Akibatnya vektor nyamuk DBD ini terus berkembang biak karena
lingkungan yang mendukung. Persentase rumah sehat dan rumah bebas jentik
yang rendah ditunjang oleh perilaku dan kesadaran masyarakat yang minim untuk
memelihara lingkungan agar terbebas dari jentik nyamuk. Sehingga dibutuhkan
penyelesaian yang mampu laksana untuk menurunkan kejadian DBD di Kelurahan
Sukamerindu.
Kesimpulan: alternatif penyelesaian terpilih berupa pembentukan Kader
“SIGAD” dan “JUMANTIK” serta melakukan abatisasi.
Kata kunci: DBD, rumah sehat, jentik nyamuk

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika
Serikat dan Latin. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.1
Pada wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukamerindu di tahun 2016, dari 8
orang penderita DBD terdapat 1 orang penderita yang meninggal dunia pada akhir
bulan September 2016. Sedangkan pada bulan Januari 2016 bertepatan di RT/RW
23/06, Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu terdapat 6 kasus yang telah
didiagnosis Deman Berdarah Dengue (DBD).2 Berdasarkan data diatas, kejadian
DBD di kawasan RT 23 Kelurahan Sukamerindu merupakan suatu Kejadian Luar
Biasa (KLB). Menurut Kapala Puskesmas Sukamerindu, kejadian tersebut
didasari oleh lingkungan rawa-rawa disekitar RT 23 Kelurahan Sukamerindu dan
kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitar sehingga
memungkinkan untuk perindukan nyamuk penyebab DBD.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di lingkungan RT/RW
23/06 Kelurahan Sukamerindu, didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar
dikategorikan baik (62,6% dan 54,6%), sedangkan perilaku masyarakat dalam
pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar dikategorikan kurang
(71,7). Selain itu, banyaknya genangan air disekitar rumah dan rawa-rawa
menunjang untuk tempat perindukan nyamuk penyebab DBD.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat masalah tentang


bagaimanakah gambaran lingkungan terkait kejadian DBD di RT 23 Kelurahan
Sukamerindu Kota Bengkulu bulan Maret tahun 2018 ?
1.3 Tujuan

 Mengetahui gambaran lingkungan terkait kejadian DBD di di RT 23


Kelurahan Sukamerindu Kota Bengkulu.

 Memprioritaskan masalah dan alternatif penyelesaian masalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Lingkungan Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Demam berdarah
dengue banyak ditemui di daerah perkotaan di Indonesia. Secara epidemiologi,
terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan demam berdarah
dengue, yaitu manusia sebagai hospes, virus dan vektor penular. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti, Ae. albopictus,
dan Ae. polynesiensis. Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya
(transovarial transmission) sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif) dalam tubuh manusia. Virus memerlukan waktu masa tunas 46
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.3
Keberadaan jentik Ae. aegypti di suatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di daerah tersebut. Perkembangan jentik
dipengaruhi oleh suhu air, kepadatan populasi dan tersedianya makanan. Jentik
akan menjadi pupa atau kepompong dalam waktu 4–8 hari pada temperature 20–
30°C, dan akan mati pada suhu 10°C dan suhu 36°C, serta dapat bertahan pada
tanah yang lembab selama 13 hari.3
Iklim Kota Bengkulu mempunyai iklim tropis basah. Tahun 2015 suhu
maksimum berkisar antara 29 – 30 ºC dan suhu minimum berkisar antara 23ºC,
sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun adalah 24-32 ºC, Kelembaban udara di
Kota Bengkulu rata-rata berkisar antara 81–91% dan kecepatan angin maksimum
14–19 knot. Jumlah hujan dengan hitungan hari selama sebulan di Kota Bengkulu
adalah 10-21 hari dan banyaknya curah hujan bulanan 200-600 mm dan dalam
setahun 3360 mm.4
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks,
karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Cara paling baik untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD). Beberapa penelitian menyatakan bahwa monitoring kepadatan populasi
nyamuk sangat penting untuk membantu dalam penentuan evaluasi adanya
ancaman penyakit di setiap wilayah dan untuk menentukan apakah suatu tindakan
pemberantasan nyamuk sebagai vektor penyebar penyakit perlu dilakukan.3
Beberapa survei yang dilakukan di beberapa Kota di Indonesia
menunjukkan tempat perindukan yang paling potensial adalah di kontainer yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak
WC, ember, dan sejenisnya. Kebijakan pemerintah dalam pengendalian vektor
DBD lebih menitikberatkan pada program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
walaupun cara ini sangat tergantung pada peran serta masyarakat.tindakan 3M
(menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-
barang bekas) merupakan cara paling tepat dalam pencegahan dan
penanggulangan terjadinya DBD.3
Upaya menentukan intervensi terhadap kejadian DBD di Kota Bengkulu
dilakukan melalui pemberantasan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Faktor lingkungan merupakan faktor determinan yang paling besar mempengaruhi
derajat kesehatan. Teori HL.Blum menyatakan bahwa kondisi lingkungan 40%
akan mempengaruhi derajat kesehatan suatu wilayah.3
Lingkungan bebas nyamuk penyebab DBD diukur melalui beberapa
indikator yakni kuantitas rumah sehat, jumlah rumah/bangunan bebas jentik, dan
kepadatan penduduk. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak
terbuat dari tanah. Jumlah rumah/bangunan bebas jentik yaitu rumah/bangunan
yang diperiksa akses saluran air tidak ditemukan jentik nyamuk, dimana angka
bebas jentik merupakan presentase jumlah rumah bebas jentik dibanding dengan
jumlah rumah yang diperiksa. Kepadatan penduduk diperiksa berdasarkan jumlah
penduduk per km2 luas wilayah. Semakin padat suatu wilayah semakin mudah
untuk penularan penyakit DBD.3

2.2.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.2.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok..5
2.2.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya insidensi DBD meningkat dari 0,05/100.000 di tahun
1968 menjadi 35-40/100.000 di tahun 2013 dengan epidemik superimposed
menunjukkan adanya tren kenaikan menyerupai kejadian epidemik tertinggi
yang terjadi pada tahun 2010 (85,70/100.000; p<0,01). Penurunan CFR dari
41% di tahun 1968 menjadi 0,73% di tahun 2013 (p<0,01). Rata-rata usia
pada penderita DBD meningkat selama periode observasi berlangsung.
Insidensi tertinggi DBD telah diamati diantara anak berusia 5 sampai 14
tahun hingga tahun 1998, namun menurun setelahnya (p<0,01). Sedangkan
pada usia 15 tahun keatas, insidensi DBD meningkat (p<0,01) dan
melampaui insidensi pada usia 5 sampai 14 tahun dari tahun 1999 dan
seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa angka kejadian DBD selama
45 tahun terakhir di Indonesia meningkat pesat dengan puncak kejadian
bergeser dari anak-anak menajdi kelompok usia yang lebih tua (15 tahun
keatas). Pergeseran pola usia tersebut berdampak pula terhadap target
pengawasan dan pencegahan.6
Gambar 2.1 Angka kesakitan dan kematian demam berdarah dengue di
Indonesia

2.2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus)
dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 .6
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang
paling sering ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat
penampungan air jernih atau tempat penampungan air sekitar rumah.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang
nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki
tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar
rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang bersih,
seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.6
Gambar 2.2 Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus
2.2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan
demam berdarah dengue antara lain: demografi dan perubahan sosial, suplai
air, manejemen sampah padat, infrastruktur pengontrol nyamuk,
consumerism, peningkatan aliran udara dan globalisasi, serta mikroevolusi
virus. Indonesia berada di wilayah endemis untuk demam dengue dan
demam berdarah dengue. Hal tersebut berdasarkan penelitian WHO yang
menyimpulkan demam dengue dan demam berdarah dengue di Indonesia
menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya angka kematian anak, endemis
yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan tersebar di seluruh area.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus
DBD sangat kompleks, yaitu:
- Pertumbuhan penduduk yang tinggi
- Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
- Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
- Peningkatan sarana transportasi.1
Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain:5
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit
DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit DBD. Hal-hal yang diperhatikan di lingkungan yang
berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:
- Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan
tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor
DBD.
- Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar
kemungkinan terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat
penampungan air yang tidak berjentik.
- Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan
lain-lain juga merupakan faktor terbesar terjadinya DBD.
2.2.5 Diagnosis
Perubahan patofisiologis pada DBD adalah kelainan hemostasis dan
perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat diketahui dengan adanya
trombositopenia dan peningkatan hematokrit.5
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7
hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit
kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan.
Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan faring hiperemis
ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.
Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah
tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada
bayi.5
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple
Leede) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan
intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia
halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum
mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan
dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi
dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun
pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun
pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok.5
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini
terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan
sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan
gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara,
pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.5
Berdasarkan kriteria WHO 2011 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi:5
 Demam atau riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari, biasanya
bifasik
 Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
o Hematemesis atau melena
 Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
 Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemi.
WHO membagi DBD menjadi empat derajat:
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda
dan gejala klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali),
tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi,
uji tourniquet positif.
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain seperti mimisan, muntah darah dan berak darah.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah,
sianosis disekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
2.2.6 Tatalaksana
1. Pertolongan Pertama Penderita Demam Berdarah Dengue oleh
Masyarakat

Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh
karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat
gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit
tersebut. Gejala dan tanda awal 72 DBD dapat berupa panas tinggi
tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, sepanjang hari, selama 2-7
hari, badan lemah/lesu, nyeri ulu hati, tampak bintik-bintik merah
pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan pecahnya
pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit
diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan tanda penyakit DBD.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di
atas, maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama demam

b. Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15


mg/kgBB/kali untuk anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen
jangan dipergunakan karena dapat menyebabkan nyeri ulu
hati akibat gastritis atau perdarahan.

c. Kompres hangat

d. Minum banyak (1-2 liter/hari), semua cairan berkalori


diperbolehkan kecuali cairan yang berwarna coklat dan
merah (susu coklat, sirup merah).
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan
pakaian, tidak memberikan apapun lewat mulut selama
kejang)

Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai
timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti
bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan
segera dibawa berobat/ periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan
kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan.
2. Langkah - Langkah Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue

Penderita yang menunjukan gejala/ tanda klinis DBD maka


dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

a. Anamnesis (wawancara) dengan penderita atau keluarga


penderita tentang keluhan yang dirasakan, sehubungan
dengan gejala DBD.

b. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda


perdarahan. Observasi kulit meliputi wajah, lengan, tungkai,
dada, perut dan paha.

c. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital


(kesadaran, tekanan darah, nadi, dan suhu).

d. Perabaan hati dan Penekanan pada hipokondrium kanan


menimbulkan rasa sakit/nyeri yang disebabkan karena adanya
peregangan kapsul hati

e. Uji Tourniquet (Rumple Leed)

f. Pemeriksaan laboratorium darah rutin (Hb, Ht, Leukosit,


Trombosit).
3. Tatalaksana Rujukan Penderita DBD

Demam Berdarah Dengue termasuk salah satu penyakit menular


yang dapat menimbulkan wabah sesuai dengan Undang-Undang No. 4
th 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta Peraturan Menteri
Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka bila dijumpai kasus DBD wajib
dilaporkan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan
kasus/tersangka DBD diwajibkan melaporkan ke Puskesmas setempat
sesuai dengan domisili (tempat tinggal) pasien dan membuat surat
pengantar untuk disampaikan kepada kepala desa/kelurahan melalui
keluarga pasien. Formulir rujukan pasien DBD dari Puskesmas dan
sarana pelayanan kesehatan lainnya menggunakan formulir Sø, atau
surat tersendiri yang memuat data, nama, jenis kelamin, umur, nama
kepala keluarga, alamat, tanggal mulai masuk dan keluar sarana
pelayanan kesehatan ( Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit) dan
pengobatan yang telah diberikan, disampaikan kepada RS rujukan.
Persiapan rujukan Sebelum merujuk pasien DBD perlu
memperhatikan :
a. Tanda vital pasien harus stabil

b. Disertakan formulir dengan hasil parameter klinis dan


laboratorium serta terapi penting yang sudah diberikan.
Penderita dirujuk ke Rumah Sakit bila ditemukan tanda-tanda
berikut :
a. Letargi
b. Penurunan kesadaran
c. Badan dingin dan lembab, terutama pada tangan dan kaki,
Capillary refill time > 2 detik
d. Muntah terus menerus
e. Kejang
f. Perdarahan berupa : mimisan, Hematemesis, Melena
g. Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma (asistes, efusi pleura)
h. Tidak buang air kecil dalam 4-6 jam terakhir
i. Nyeri abdomen
4. Tatalaksana

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis dan


suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Pasien bermanifestasi ringan dapat berobat jalan sedangkan pasien
dengan tanda bahaya dirawat. Tetapi pada kasus DBD dengan
komplikasi diperlukan perawatan intensif. Diagnosis dini dan
memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda bahaya,
merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di
pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan.
a. Tatalaksana Infeksi Dengue dengan manifestasi ringan

Pasien dengan manifestasi ringan dapat berobat jalan tetapi


jika ada perburukan harus dirawat. Pasien rawat jalan
dianjurkan:
1) Tirah baring, selama masih demam.

2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila


diperlukan.

3) Untuk menurunkan suhu menjadi <39ºC, dianjurkan


pemberian parasetamol

4) Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus


buah, sirup, susu, disamping air putih, dianjurkan paling
sedikit diberikan selama 2 hari.

5) Monitor suhu, urin, dan tanda-tanda bahaya sampai


melewati fase kritis

6) Monitor pemeriksaan laboratorium darah rutin secara


berkala
Orangtua atau pasien dinasehati bila setelah demam turun
didapatkan nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau
terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan,
perdarahan gusi, apalagi bila disertai berekeringat dingin, hal
tersebut merupakan tanda kegawatan sehingga harus segera
dibawa ke rumah sakit.
b. Tatalaksana DBD dan SSD

1. Tatalaksana DBD

a) Fase demam

Pada fase ini penatalaksanaan sama dengan tatalaksana


DD
b) Fase Kritis

Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu


turun pada umumnya hari ke 3-5 fase demam.
 Penggantian volume plasma(cairan rumatan
ditambah 5-8%)

 Cairan intravena diperlukan apabila anak terus


muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga
tidak mungkin diberikan minum per oral

 Jenis cairan (kristaloid RL/ RA/ Dekstrosa 5%;


koloid Dekstran 40, plasma, albumin)

c) Fase penyembuhan/ konvalesen

2. Tatalaksana SSD

a. Penggantian volume plasma segera

b. Pemeriksaan heamtokrit untuk memantau penggantian


volume plasma

c. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit


d. Pemberian oksigen

e. Transfusi darah

f. Monitoring

g. Ruang rawat khusus untuk DBD/SSD

h. Kriteria memulangkan pasien (perbaikan secara klinis,


tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, tidak
dijumpai stres pernapasan, hematokrit stabil, jumlah
trombosit >50.000/µl, tiga hari setelah syok teratasi dan
nafsu makan membaik)

2.2.7 Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Kegiatan pemberantasan DBD terdiri atas kegiatan pokok dan
kegiatan penunjang. Kegiatan pokok meliputi pengamatan dan
penatalaksaan penderita, pemberantasan vektor, penyuluhan kepada
masyarakat dan evaluasi.6
2.1. Pengamatan dan penatalaksanaan penderita
Setiap penderita/tersangka DBD yang dirawat di rumah
sakit/puskesmas dilaporkan secepatnya ke Dinas Kesehatan Dati II.
Penatalaksanaan penderita dilakukan dengan cara rawat jalan dan
rawat inap sesuai dengan prosedur diagnosis, pengobatan dan sistem
rujukan yang berlaku.6
2.2. Pemberantasan vektor
Pemberantasan sebelum musim penularan meliputi perlindungan
perorangan, pemberantasan sarang nyamuk, dan pengasapan.
Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk bisa
dilakukan dengan meniadakan sarang nyamuk di dalam rumah dan
memakai kelambu pada waktu tidur siang, memasang kasa di lubang
ventilasi dan memakai penolak nyamuk. Juga bisa dilakukan
penyemperotan dengan obat yang dibeli di toko seperti mortein,
baygon, raid, hit dll.6
Pergerakan pemberantasan sarang nyamuk adalah kunjungan ke
rumah/tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya setiap 3 bulan
untuk melakukan penyuluhan dan pemeriksaan jentik. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyuluh dan memotivasi keluarga dan pengelola
tempat umum untuk melakukan PSN secara terus menerus sehingga
rumah dan tempat umum bebas dari jentik nyamuk Ae. aegypti.
Kegiatan PSN meliputi menguras bak mandi/wc dan tempat
penampungan air lainnya secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali, menutup rapat TPA, membersihkan halaman dari kaleng, botol,
ban bekas, tempurung, dll sehingga tidak menjadi sarang nyamuk,
mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung,
mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang, menutup
lubang pohon atau bambu dengan tanah, membubuhi garam dapur
pada perangkap semut, dan pendidikan kesehatan masyarakat.6
Pengasapan masal dilaksanakan 2 siklus di semua rumah
terutama di kelurahan endemis tinggi, dan tempat umum di seluruh
wilayah kota. Pengasapan dilakukan di dalam dan di sekitar rumah
dengan menggunakan larutan malathion 4% (atau fenitrotion) dalam
solar dengan dosis 438 ml/Ha.6
2.3. Penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi
Penyuluhan perorangan dilakukan di rumah pada waktu
pemeriksaan jentik berkala oleh petugas kesehatan atau petugas
pemeriksa jentik dan di rumah sakit/puskesmas/praktik dokter oleh
dokter/perawat. Media yang digunakan adalah leaflet, flip chart,
slides, dll.6
Penyuluhan kelompok dilakukan kepada warga di lokasi sekitar
rumah penderita, pengunjung rumah sakit/puskesmas/ posyandu, guru,
pengelola tempat umum, dan organisasi sosial kemasyarakatan
lainnya.6
Evaluasi operasional dilaksanakan dengan membandingkan
pencapaian target masing-masing kegiatan dengan direncanakan
berdasarkan pelaporan untuk kegiatan pemberantasan sebelum musim
penularan. Peninjauan di lapangan dilakukan untuk mengetahui
kebenaran pelaksanaan kegiatan program.6

2.3 Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian yang melebihi keadaan
biasa, pada satu/sekelompok masyarakat tertentu. KLB juga bisa diartikan
peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu pada tempat dan
musim atau tahun yang sama. Menurut PERMENKES RI NO.
949/MENKES/SK/VII/2004, KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
(PPM) No. 451/91 tentang pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB,
tergolong KLB apabila:
- Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal.
- Peningkatan kejadian penyakit yang terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut penyakitnya.
- Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
- Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukkan kejadian 2 kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam setahun
sebelumnya.
- Khusus untuk penyakit cholera, Cacar, pes, DHF/DSS, terdapat satu atau
lebih kematian karena penyakit tersebut di suatu kecamatan yang telah
bebas dari penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu
berturut-turut.7

2.4. Peran dan Kegiatan Puskesmas


Kebijakan pengendalian penyakit DBD di Indonesia bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena DBD. Strategi pengendalian
penyakit DBD yang dilaksanakan pemerintah adalah:
a. Memiliki standar operasional prosedur (pedoman) penegakkan diagnosis
dan tatalaksana DBD
b. Pemberantasan vektor
c. Pelaksanaan survei jentik
d. Angka bebas jentik
e. Pemberantasan sarang nyamuk
f. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
g. Pertolongan pada penderita
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) merupakan kewaspadaan terhadap
penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) beserta faktor-faktor yang
memengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilan epidemiologi dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan
tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat (Permenkes RI
No.949/MENKES/SK/VII/2004). Ada beberapa cara pengumpulan data DBD,
yaitu melalui:
a. Penyelidikan Epidemiologis (PE)
PE merupakan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya
dna pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita
dan rumah/ bangunan sekitarnya termasuk tempat-tempat umum dalam
radius sekurang-kurangnya 100 meter. Tujuannya adalah untuk
mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
pananggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat
penderita. PE juga dilakukan untuk mengetahui adnaya penderita dan
tersangka DBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular
DBD, dan menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan
dilakukan.
b. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
1. Sesuai dengan ketentuan/ sistem pelaporan yang berlaku, pelaporan
penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir:
- W1/ Laporan KLB (wabah)
- W2/ Laporan mingguan wabah
- SP2TP: LB 1/ Laporan bulanan data kesakitan
LB 2/ Laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir
LB3/Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).
2. Penderita demam berdarah/ suspek demam berdarah perlu diambil
spesimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan
serologis. Spesimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Tingkat II setempat.8
2.5. Kerangka Konsep

Host
Status Ekonomi Pelayanan (manusia)
Kesehatan Daya tahan
tubuh
Umur

Pendidikan Tingkat
Pengetahuan

Suku Bangsa Sikap Kejadian DBD

Perilaku
Kesehatan

Environment
(Lingkungan)

Agent
penyebab
Nyamuk Aedes penyakit
aegypt Dengue
Virus
2.6. Langkah-langkah Diagnosis Komunitas
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
diagnosis komunitas adalah sebagai berikut :
1. Definisi Komunitas
Melalui data demografis, data kesehatan, data kualitatif ditentukan
komunitas yang spesifik.

2. Karakteristik Komunitas
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah
kesehatan dalam komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas Masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting dalam
komunitas.
4. Penilaian Masalah Kesehatan Terpilih
Masalah yang terpilih dianalisadengan mempertimbangkan factor-
faktor yang terkait dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana
intervensi.
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui intervensi
yang diberikan.
BAB III
METODE

3.1. Desain, Tempat dan Waktu Survei


Desain survei deskriptif. Survei dilakukan di kawasan RT 23 RW 06
Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu. Survei dilakukan pada bulan Maret
2018.

3.2. Jenis Data


Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diambil dari kuesioner dan checklist pengukuran rumah sehat dan pemantauan
jentik nyamuk dan dilakukan secara langsung ke rumah warga. Data sekunder
diambil dari profil Puskesmas Sukamerindu dan data register kependudukan
warga RT 23 Kelurahan Sukamerindu untuk menilai kepadatan penduduk.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Aspek Pengukuran


a) Pengamatan Rumah Sehat
Pengamatan rumah sehat meliputi komponen rumah, sarana sanitasi,
dan perilaku penghuni. Masing-masing komponen memiliki nilai bobot
yang berbeda-beda dan dilakukan skoring berdasarkan nilai pengamatan.
Angka yang didapat dijumlahkan dan dikategorikan sebagai berikut:9
- Rumah sehat: jumlah angka antara 1068-1200
- Rumah tidak sehat: jumlah angka <1068
b) Pengamatan Rumah Bebas Jentik Nyamuk10
Pengamatan rumah bebas jentik nyamuk dilakukan dengan cara
persiapan dan memeriksa jentik. Pada persiapan, dilakukan:
a. Pemetaan dan pengumpulan data penduduk, rumah/bangunan dan
lingkungan oleh pengamat
b. Pertemuan/pendekatan dengan Ketua RT dan warga

c. Menetukan rumah/bangunan yang akan diperiksa dengan cara


memilih 35 rumah/bangunan (dengan metode systematic random
sampling). Untuk menentukan 34 rumah/bangunan mana yang akan
dikunjungi/diperiksa di suatu RT, maka mulailah dari
rumah/bangunan pertama (rumah/bangunan ke-1), selanjutnya ke-
4, ke-7, dan seterusnya (selang 3 rumah/bangunan)
Memeriksa Jentik nyamuk dilakukan dengan cara:
a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat
penampungan air lainnya

b. Jika tidak tampak, tunggu + 0,5-1 menit, jika tidak ada jentik ia
akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.

c. Di tempat yang gelap gunakan senter/battery

Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng,


plastik, ban bekas dan lain-lain. Tempat-tempat lain yang perlu
diperiksa antara lain talang/saluran air yang rusak/tidak lancar,
lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan tempat-tempat
lain yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah
kosong, pemakaman, dan lain-lain. Jentik-jentik yang ditemukan di
tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak
mandi/WC, drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan bahwa
jentik tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti penular demam
berdarah dengue (DBD). Jentik-jentik yang terdapat di
got/comberan/selokan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Hasil pengamatan dilaporkan dengan cara sebagai berikut:
a. Tidak ditemukan jentik nyamuk di sekitar rumah dikategorikan
rumah bebas jentik nyamuk (negatif).
b. Ditemukan jentik nyamuk di sekitar rumah dikategorikan rumah
tidak bebas jentik nyamuk (positif).
c) Pengamatan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk diukur dengan menggunakan jumlah penduduk
dan luas wilayah berdasarkan data registrasi RT 23 Kelurahan Sawah Lebar
Baru dan profil Puskesmas Sawah Lebar tahun 2014. Kepadatan penduduk
diukur dengan cara menghitung jumlah penduduk dalam 1 km2 luas wilayah.
Hasil perhitungan dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tidak padat: apabila jumlah penduduk 1-50 jiwa/km2
b. Kurang padat: apabila jumlah penduduk 51-250 jiwa/km2
c. Cukup padat: apabila jumlah penduduk 251-400 jiwa/km2
d. Sangat padat: apabila jumlah penduduk >400 jiwa/km2.

3.4. Populasi dan Sampel Survei


Populasi dalam survei ini adalah rumah warga RT 23 RW 06 Kelurahan
Sukamerindu, Kota Bengkulu. Jumlah populasi adalah 102 unit rumah.
Pemilihan sampel rumah sehat dalam survei ini didapatkan dengan cara
random sample dengan jumlah sampel didapatkan berdasarkan perhitungan besar
sampel pengamatan sebagai berikut.

N
Besar sampel : 2
N (0,1) +1

Sehingga didapatkan besar sampel survei sebesar:

102
= 50,49 sampel.
102(0,1)2 +1

Sehingga ditetapkan besar sampel survei rumah sehat adalah 51 sampel.


Sedangkan sampel pemeriksaan rumah bebas jentik nyamuk dengan
menggunakan metode systematic random sampling, dengan jumlah rumah 102,
diambil rumah dengan kelipatan 3 sehingga didapatkan sampel 35 rumah.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi dalam survei ini adalah:
1. Lokasi rumah berada di wilayah RT 23 Kelurahan Sawah Lebar Baru,
Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu.
2. Rumah berpenghuni
3. Mendapat persetujuan dari pemilik rumah
Kriteria ekslusi dalam survei ini adalah:
1. Rumah dalam tahap pembangunan

3.6. Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil skala
Rumah bangunan tempat tinggal checklist Sehat Ordinal
sehat yang memenuhi syarat Tidak Sehat
kesehatan
Rumah rumah yang diperiksa checklist Positif Ordinal
bebas akses saluran air tidak negatif
jentik ditemukan jentik
nyamuk nyamuk
Kepadatan jumlah penduduk per Data Tidak padat Ordinal
penduduk km2 luas wilayah register RT Kurang padat
Cukup padat
Sangat padat

3.7 Pengolahan Data


Data yang telah didapatkan diolah untuk mendapatkan persentase rumah
sehat, persentase rumah bebas jentik nyamuk dan kepadatan penduduk. Hasil
yang didapatkan akan disajikan dalam tabel dan dideskripsikan.
BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1 Profil Komunitas Umum2


4.1.1 Data Geografis

Gambar 4.1 Peta Wilayah


Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu merupakan puskesmas yang
terletak di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, terletak antara 8 0 LS
dan 1100 BT dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
b. Sebelah Selatan : wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil
c. Sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Anggut
d. Sebelah Timur : wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
Kondisi daerah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara
250-300 ml pertahun, suhu udara rata-rata 170C-210C untuk musim hujan
sedangkan untuk musim panas 310C-330C.
a. Sebagian berbukit-bukit sebagai tempat pemukiman
b. Sebagian dataran rendah yang merupakan pemukiman penduduk
c. Sebagian berupa rawa-rawa dan semak belukar
d. Sebagian lainnya berupa dataran tinggi

Luas wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar adalah 2,61 Km2 yang
terdiri dari 3 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Sawah Lebar dengan luas wilayah 1,15 Km 2 dengan jumlah
penduduk 8.190 jiwa.
b. Kelurahan Sawah Lebar Baru dengan luas wilayah 0,76 Km 2 dengan
jumlah penduduk 7.348 jiwa.
c. Kelurahan Kebun Tebeng dengan luas wilayah 0,70 Km 2 dengan
jumlah penduduk 5.208 jiwa

4.1.2 Data Demografis


1. Kependudukan, Sosial dan Ekonomi
Jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sawah Lebar pada akhir tahun 2014 adalah 20.746 jiwa yang terdiri
dari 3 kelurahan dengan rincian jumlah penduduk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2014

NO KELURAHAN JIWA KK
.
1 Sawah Lebar 8.190 1.946
2 Sawah Lebar Baru 7.348 1.898
3 Kebun Tebeng 5.208 1.399
JUMLAH 22.472 5.243

Status sosial ekonomi penduduk dalam wilayah kerja


Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu adalah menengah ke bawah,
dengan rincian mata pencaharian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Penduduk Kecamatan Ratu Agung Tahun 2014

N Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)


o
1. Petani 1.435
2. Pedagang 1.746
3. PNS 2.447
4. TNI/ POLRI 160
5. Swasta 2.620
Jumlah 8.408

Sosial ekonomi ini ditunjang juga tersedianya sarana pendidikan yang ada yaitu:

Tabel 4.3 Sarana Pendidikan Kecamatan Ratu Agung Tahun 2014

No Jenis Pendidikan Jumlah (buah)


1 TK/PAUD 10
2 SD 11
3 SMP 4
4 SMA 3
5 AKADEMI 0
6 PERGURUAN TINGGI 2
Total 30

Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja


Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu yaitu:

Tabel 4.4 Jenis Pendidikan Penduduk Kecamatan Ratu Agung Tahun 2014

No Jenis Pendidikan Jumlah (orang)


1 Belum Sekolah/TK 781
2 SD 4.274
3 SMP 318
4 SMA 729
5 AKADEMI/ PERGURUAN TINGGI 1679
Total 7781

2. Cakupan Pelayanan Puskesmas


 Program Wajib
Sesuai dengan tuntutan di Era Desentralisasi, Puskesmas Sukamerindu
selama tahun 2014 telah melaksanakan Basic Six (enam program
unggulan), yaitu:
 Promosi Kesehatan (Promkes)

 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana


(KB) dan Imunisasi

 Kesehatan Lingkungan (Kesling)

 Peningkatan Gizi

 Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

 Pengobatan Umum

1) Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan mengembangkan berbagai
program perbaikan prilaku dibidang kesehatan sesuai dengan
masalah pengetahuan masyarakat setempat melalui kegiatan yang
bernuansa pemberdayaan masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan
dilaksanakan di dalam gedung berupa penyuluhan langsung,
penyebaran info sehat, dan majalah dinding.
Kegiatan di gedung berupa penyuluhan langsung ke
masyarakat tentang kesehatan melalui kegiatan Posyandu Balita,
Posbindu, UKS dan pemasangan spanduk bertema kesehatan.
Selama tahun 2014 telah dilaksanakan penyuluhan kelompok di
Posyandu Usila.
2) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana (KIA/KB)
termasuk Imunisasi
Kegiatan program KIA/KB termasuk Imunisasi
dilaksanakan di dalam gedung berupa pelayanan pemeriksaan ibu
hami, pemantauan tumbuh kwmbang anak, konseling imunisasi,
pelayanan dan pemasangan alat kontrasepsi. Sementara kegiatan
luar gedung berupa pembinaan dan pelayanan di Posyandu serta
DDTK anak TK/PAUD.
Selama tahun 2014 sasaran bumil sebanyak 366 orang dan
Bulin 337 orang. Pencapaian K1 sebanyak 423 ( 98,6%) dan K4
sebanyak 402 (93,7%). Sasaran bayi sebanyak 429 orang, angka
pencapaian KN1 sebanyak 368( 94,3%) dan KN2 sebanyak
368(94,3%).
Untuk pencapaian program KB selama tahun 2014, jumlah
akseptor KB aktif sebanyak 4363 orang. Jumlah akseptor KB baru
609 orang. Akseptor terbanyak adalah untuk alat kontrasepsi
Suntik sebanyak 652 akseptor, Pil sebanyak 349 akseptor, implant
sebanyak 107 akseptor. Pelayanan imunisasi dilaksanakan baik
dalam maupun di luar gedung melalui kegiatan Posyandu dan
Bulan Imunisasi anak sekolah (BIAS).
3) Kesehatan Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Walaupun bagitu kesehatan
lingkungan juga berkaitan erat dengan prilaku masyarkat sehingga
peningkatan prasarana fisik perlu diimbangi dengan peningkatan
pendidikan pada masyarakat tentang hygiene dan sanitasi
lingkungan.
Untuk menunjang tercapainya lingkungan sehat, program
kesehatan lingkungan juga mnerapkan PHBS (Pengetahuan Hidup
Bersih dan Sehat) yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kesadaran dan kemampuan masyarakat
dalam upaya penyediaan, pemanfaat serta pemeliharaan sarana air
minum dan jemban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.
Selama tahun 2014 telah dilakukan berbagai kegiatan,
antara lain : Persentase KK dengan akses rumah sehat = 70%,
Persentase KK dengan akses sarana air bersih = 93,3%, Persentase
KK dengan jamban sehat = 70%, Persentase KK dengan fasilitas
SPAL = 64%, Persentase TTU yang memenuhi syarat = 85%.
4) Peningkatan Gizi
Untuk memperoleh gambaran tentang status gizi
masyarakat dapat menggunakan indikator antara lain yang
terpenting adalah angka kurang energi protein (KEP), kurang
Iodium (GAKI) dan anemia gizi.
Untuk pemberian vitamin A selama bulan Februari dan
Agustus 2014 sebanyak 1.264 orang balita, untuk Bufas 369 Orang
dan 223 orang bayi. Total pemberian vitamin A selama tahun 2011
adalah sebanyak 1856 kasul vitamin A.
5) Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

a. Diare
Berdasarkan hasil laporan petugas P2 diare ditemukan
penderita diare sebnyak 440 kasus, yang terdiri dari bayi
sebanyak 102 orang, balita sebanyak 257 orang dan usia > 5
tahun sebanyak 81 orang. Jumlah ini sudah termasuk penderita
yang berasal dari luar wilayah.
b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Program ISPA bertujuan untuk menurunkan angka kematian
dan angka kematian dan angka kesakitan Pneumonia. Selama
tahun 2014 ditemukan penderita Pneumonia sebanyak 5 orang
bayi dan 21 balita. Untuk angka penderita Infeksi 479 orang
bayi dan 2.381 balita.
c. TB Paru
Selama tahun 2014 ditemukan penderita Tb Paru sebanyak
14 orang BTA (+) 14 orang. TB Paru Anak 1 orang serta TB
Kelenjar sebanyak 2 orang.
d. Demam Berdarah (DHF)
Pada tahun 2014 ditemukan positif DHF sebanyak 6 kasus
di wilayah kerja Puskesmas.
6) Pengobatan
Jumlah kunjungan pasien selama tahun 2014 sebanyak
15.656 kunjungan, terdiri dari 8.758 kunjungan pasien Askes,
4.835 kunjungan pasien gratis (masyarakat umum), 873 kunjungan
pasien Jamkesmas, 540 kunjungan pasien Gakin/ Jamkeskot dan
650 kunjungan Luar Gedung (Posyandu/Posbindu).
Bagi pasien yang memerlukan tindak lanjut dirujuk ke
RSUD dan RSJ Pusat Bengkulu. Adapun jumlah penderita dirujuk
selama tahun 2014 adalah meliputi pasien Askes Gakin/
Jamkesmas sebanyak 438 orang.
Jumlah kunjungan di Klinik Umum Puskesmas Suka
Merindu selama tahun 2014 sebanyak 12.305 orang pasien.
Dengan kasus penyakit baru sebanyak 1.202 orang pasien dan
kasus penyakit lama/ ulangan sebanyak 11.103 orang.

 Program Pengembangan
Selain melaksanakan keenam program unggulan. Puskesmas
Sawah Lebar juga melaksanakan program peleksanaan pengembangan
yaitu:
1) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Pelayanan Perkesmas ditujukan untuk memberikan bantuan,


bimbinganm penyuluhan, pengawasan dan perlindungan kepada
individu, keluarga,kelompok khusus serta masyarakat.
Bantuan yang diberikan untuk memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi akibat ketidaktahuan, ketidakmauan,
ataupun ketidakmampuan dengan menggunakan proses
keperawatan.
Selama tahun 2014 jumlah keluarga Rawan ada sebanyak
211 KK, sedangkan yang dibina sebanyak 126 KK. Dengan kasus
pembinaan maternal resti sebnyak 113 orang, bayi resti sebanyak 3
orang, balita resti 11 orang, usila resti sebanyak 74 orang dan
penyakit kronis sebanyak 117 orang dan DO Tb tidak ditemukan.

2) Kesehatan Gigi dan Mulut


Selama tahun 2014 kasus penyakit gigi yang terbanyak adalah
penyakit pulpa dan jaringan periapikal sebanyak 1113 kasus,
kemudian Gingifitis dan penyakit periodeltal sebanyak 256 kasus,
dan penyakit rongga mulut kelenjar ludah dan lain sebanyak 318
dan Caries Gigi sebanyak 58 kasus. Total kunjungan selama tahun
2014 yaitu sebanyak 1579 kunjungan.
3) Kesehatan Usia Lanjut

Kegiatan kelompok Usila yang telah dilaksanakan berupa


senam bersama, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
penyuluhan kesehatan setiap bulan, penyegaran rohani (pengajian)
setiap bulan serta rekreasi bersama setiap tiga bulan sekali. Jumlah
Usila yang dilayani selama tahun 2014 sebanyak 645 orang.
4) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Klinik PKPR Puskesmas Sukamerindu melayani pasien usia


remaja (13-19 tahun) yang mempunyai keluahan/ masalah
kesehatan termasuk memberikan penyuluhan masalah kesehatan
reproduksi bagi para remaja, Penyakit Infeksi Menular Seksual
termasuk HIV/AIDS, Remaja dan permasalahannya serta Dampak
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif).

 Program Penunjang

Sebagai program penunjang Puskesmas Sukamerindu dilengkapi


dengan Laboratorium sederhana dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan tahun 2014 adalah
pemeriksaan DDR (malaria) sebanyak 167 specimen, BTA sebanyak
122 orang sedangkan yang positif 14 orang, pemeriksaan urin
sebanyak 106 specimen, HB orang sebanyak 167 orang, golongan
darah sebanyak 250 orang serta tes kehamilan sebanyak 60 orang.
a. Hasil Kegiatan di Luar Kegiatan Pokok

1) PPM Posyandu

Posyandu yang ada sebanyak 14 Posyandu, yaitu :


1. Posyandu Dempo : Kelurahan Pasar Bengkulu

2. Posyandu Melati : Kelurahan Pasar Bengkulu

3. Posyandu Seruni : Kelurahan Suka Merindu

4. Posyandu Tunas Musa : Kelurahan Suka Merindu

5. Posyandu Kinibalu : Kelurahan Suka Merindu

6. Posyandu Berkat : Kelurahan Suka Merindu

7. Posyandu Cendana : Kelurahan Suka Merindu

8. Posyandu Flamboyan : Kelurahan Bajak

9. Posayandu Bukit Barisan : Kelurahan Bajak

10. Posyandu Sepakat : Kelurahan Tanjung Agung

11. Posyandu Mawar : Kelurahan Tanjung Agung

12. Posyandu Jambu Tiga : Kelurahan Tanjung Agung

13. Posyandu Merapi : Kelurahan Semarang

14. Posyandu Meranti : Kelurahan Semarang

15. Posyandu Anggrek : Kelurahan Surabaya

16. Posyandu Tri Tunggal : Kelurahan Suranaya

Dalam rangka revitalisasi posyandu, telah dilaksanakan


pembinaan kader posyandu atau pelatihan kader posyandu
setiap 3 bulan sekali dan pertemuan rutin kader posyandu pada
tanggal 4 setiap bulan. Jumlah kader sebanyak 108 orang dan
jumlah kader aktif sebanyak 86 orang.

4.1.1 Sumber Daya Kesehatan Yang Ada


Dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,
Puskesmas Sukamerindu di dukung oleh 60 (empat puluh tiga) tenaga
yang terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 5 orang
sarjana kesehatan masyarakat, 3 orang apoteker, 13 orang perawat, 8
orang bidan, 2 orang perawat gigi, 10 orang S.Kep, 3 orang analis
kesehatan, 1 orang sanitarian dan 2 orang tenaga lainnya.
4.1.2 Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada
Untuk fasilitas kesehatan, belum terdapat rumah sakit yang
berlokasi di Kelurahan Sukamerindu. Posyandu berjumlah 16 , Pustu
berjumlah 3 , Puskesmas Induk sebanyak 1.
Jenis pembayaran yang diterima di Puskesmas Kelurahan
Sukamerindu adalah Umum (sesuai retribusi Pemda Bengkulu), Gratis
(untuk masyarakat umum), Askes,BPJS, Jamkesmas, dan
Gakin/Jamkeskot.

4.2 Data Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan survey yang dilakukan di RT 23 Kelurahan Sawah Lebar


Baru maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Survey Rumah Sehat


No. Kategori Rumah Jumlah Rumah Persentase
(Unit) (%)
1. Rumah Kategori Sehat 12 23,5 %
2. Rumah Kategori Tidak Sehat 39 76,5 %
Jumlah 51 100 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar warga
RT 23 Kelurahan Sawah Lebar hidup dalam rumah yang tidak sehat.

Tabel 4.6 Hasil Survey Rumah Bebas Jentik


No Kategori Rumah Jumlah Persentase (%)
. Rumah
(Unit)
1. Rumah Bebas Jentik 7 unit 20 %
2. Rumah Tidak Bebas 28 unit 80 %
Jentik
Jumlah 35 Unit 100 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar rumah
warga RT 23 Kelurahan Sawah Lebar tidak bebas jentik nyamuk.

4.3 Kepadatan Penduduk


Penduduk yang tinggal di RT 23 Kelurahan Sawah Lebar Baru
sebanyak 519 jiwa, yang mendiami wilayah seluas 70 hektar. Perhitungan
kepadatan penduduk per km2 luas wilayah maka didapatkan hasil :

519 jiwa
= 742 jiwa/km2
0,7 km 2
Berdasarkan jumlah tersebut maka RT 23 Kelurahan Sawah Lebar
Baru dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat kepadatan ”sangat padat”.

4.4 Hasil Focus Group Discussion


Persiapan dan desain rancangan FGD
1. Membentuk tim
Tim FGD mencakup :
 Moderator 1 : Suci Mentari
 Moderator 2 : Destry Arianti
 Notulen : Vivi Wulandari
 Penghubung peserta : dr. Erlina Panca Putri (Kepala
Puskesmas) dan Olivia Kurnia P
 Penyedia Sarana/prasarana: Petugas puskesmas
 Dokumentasi : Thomas Erickson & Silpi Harnelya Sari
2. Memilih dan mengatur tempat
Rumah Ketua RT 23
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana berupa undangan, alat tulis, kamera, dan
konsumsi
4. Jumlah peserta
Peserta diskusi sebanyak 5 orang yang terdiri dari petugas
Puskesmas, ketua RT, kader posyandu, perwakilan masyarakat.
5. Rekruitmen peserta
Para peserta diskusi adalah laki-laki dan perempuan, usia dalam
rentang 20 s.d. 53 tahun.

Pelaporan Hasil FGD


1. Tujuan FGD : Mencari masalah dan solusi alternatif pemecahan
masalah mengurangi kejadian DBD dan Pencegahan DBD.
2. Waktu dan tempat : FGD dilakukan pada tanggal 18 Maret 2018 pukul
08.30 WIB di kantor kelurahan Sukamerindu.
3. Temuan penting dalam FGD :
a. Daerah tersebut merupakan daerah rawa-rawa dan sering banjir
jika hujan cukup lama, sehingga meninggalkan banyak tempat
genangan air di permukiman warga.
b. Daerah permukiman yang padat penduduk sehingga penularan
DBD cukup mudah.
c. Gotong Royong tidak rutin dilakukan warga
d. Saluran air (siring-siring) dalam keadaan kurang baik, ada yang
tersumbat dan ada saluran yang tidak sampai ke sungai.
4. Kendala-kendala selama proses FGD
a. Pengumpulan peserta diskusi, dikarenakan kesibukan masing-
masing
5. Pembahasan hasil.
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), yang terdiri dari
Ketua RT dan perwakilan masyarakat, didapatkan masalah utama
adalah kurangnya perilaku pencegahan demam berdarah dengue serta
lingkungan yang mendukung untuk berkembang biaknya vector
nyamuk penyebab demam berdarah dengue. Adapun alternatif
pemecahan masalah yang didapatkan dari diskusi tersebut adalah:
1) Melatih kader-kader yang dapat mengawasi jentik nyamuk dan
siaga terhadap penyakit DBD
2) Melakukan program minggu bersih dan 3M Plus, pemberantasan
sarang nyamuk dan fogging, penyebaran abate berkala (abatisasi),
memperbaiki saluran air yang tersumbat dan penyuluhan berkala.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil kuesioner dan survei yang telah dilakukan di


cakupan puskesmas SukaMerindu, didapatkan berbagai masalah serta
prioritas masalah berdasarkan rumus berikut.

Rumus Prioritas Masalah = I x R x T

Tabel 5.1 prioritas masalah


No Masalah I R T Total
3. 1. Perilaku kurang mengenai 5 3 3 45
pencegahan DBD
2. Banyaknya rumah tidak bebas jentik 5 3 5 75
nyamuk
3. Pemukiman yang padat 3 1 1 3
4. Banyak Rumah Tidak Sehat 3 3 3 27
Keterangan :
I : Importancy
R : Resource Availbility
T : Technical Feasibility
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5
(paling berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara
mengalikan I, R, dan T. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada
tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Importancy
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (5) : perilaku masyarakat
dalam pemutusan rantai penularan DBD sangat mempengaruhi kejadian
DBD. Perilaku yang buruk akan meningkatkan risiko terjadinya DBD.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (5) : jentik nyamuk adalah
indikator dari populasi nyamuk. Adanya jentik nyamuk di sekitar rumah
menandakan adanya populasi nyamuk di rumah tersebut.
- Permukiman yang padat (3) : Kepadatan penduduk tidak mempengaruhi
secara langsung tingginya kejadian DBD namun mempermudah dalam
penularan DBD
- Banyak rumah yang tidak sehat (3) : Tingginya angka rumah tidak sehat
di suatu daerah menunjang untuk perindukan vektor nyamuk. Pengaruh
rumah sehat tidak secara nyata terhadap tingginya kejadian DBD, karena
rumah sehat tidak menggambarkan secara spesifik menganai penyakit
DBD
2. Resource Availibility
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (3) : pelayanan kesehatan
seperti puskesmas memiliki program pencegahan DBD berupa
penyuluhan, namun tidak maksimal dalam pelaksanaannya.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (3) : sumber daya yang
dimiliki puskesmas untuk membasmi jentik nyamuk masih kurang
efektif. Contoh program Jumantik telah terbentuk namun tidak berjalan
dengan baik sehingga masalah ini cukup besar pengaruhnya terhadap
terjadinya suatu masalah.
- Permukiman yang padat (1) : sumber daya yang ada pada dasarnya telah
mencukupi, hanya saja pemukiman yang padat kurang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah.
- Banyak rumah yang tidak sehat (3): pengamat rumah sehat di kawasan
RT 3 Kelurahan SukaMerindu dilakukan oleh pihak Puskesmas
SukaMerindu, program telah terbentuk namun tidak berjalan dengan baik
akibat kurangnya sumber daya. Kurang nya sumber daya ini berpengaruh
cukup besar terhadap munculnya masalah.
3. Technical Feasibility
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (3) : penyampaian mengenai
pecegahan dan pemutusan rantai penularan kepada masyarakat masih
kurang efektif, karena secara teknis penyuluhan hanya menggunakan
media secukupnya sehingga penyampaian untuk meningkatkan perilaku
sehat kurang efektif.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (5): sebagian besar
masyarakat tidak mendapatkan abate ketika pembagian abate sehingga
kejadian BDB sangat mungkin terjadi. Secara teknis, pembagian abate
sangat mudah untuk dilakukan hanya saja tidak dikerjakan secara efisien
sehingga banyak warga yang tidak menerima abate. Hal ini sangat besar
pengaruhnya terhadap timbulnya masalah.
- Permukiman yang padat (1): secara teknis lemahnya peraturan untuk
membatasi jumlah penduduk sehingga menyebabkan jumlah penduduk
meningkat secara pesat. Namun hal tersebut tidak secara langsung
menyebabkan kejadian DBD.
- Banyak rumah yang tidak sehat (3): secara teknis pengamatan dan
sosialisasi rumah sehat bisa dilakukan dengan baik. Namun, kurangnya
sosialisai lagsung kepada masyarakat mengenai rumah sehat,
memungkinkan menurunnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
kesehatan rumah. Secara tidak langsung berpengaruh terhadap kejadian
DBD.

Berdasarkan tabel prioritas masalah diatas, didapatkan prioritas


masalah kenaikan angka kejadian DBD di cakupan puskesmas
SukaMerindu yaitu Banyaknya rumah yang tidak bebas jentik nyamuk.

Sehingga, diperoleh berbagai alternatif pemecahan masalah serta


prioritas penyelesaian masalah berdasarkan rumus berikut.
M xIxV
P=
C

Ket:
P : prioritas penyelesaian masalah
M : besarnya masalah yang dapat diselesaikan
I : kelanggengan selesainya masalah
V : kecepatan menyelesaikan masalah
C : biaya yang dibutuhkan

Table 5.2 Prioritas Penyelesaian Masalah

No. Prioritas Penyelesaian Masalah M I V C M xIxV


C
1. Pembantukan Kader “SIGAD 3M PLUS” 5 5 5 1 125
dan Abatisasi
2. Fogging (Pemberantasan Sarang 3 1 5 5 3
Nyamuk)
3. Memperbaiki Saluran Air Yang 3 3 5 5 9
Tersumbat
4. Edukasi 1 3 3 1 9

Ket : 3M PLUS meliputi : Mengganti air vas bunga, minuman burung,


tutup lubang-lubang di pekarangan rumah, mengalirkan genangan air,
pelihara ikan yang memakan jentik nyamuk pada genangan air yang
menetap, pemasangan kawat kasa ventilasi, pencahayaan memadai, jangan
menggantung pakaian, pemakaian kelambu (Pengawasan oleh Kader
SIGAD).

Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5


(paling berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara
mengalikan M, I, dan V dibagi C. Dasar pertimbangan nilai yang
dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Magnitude
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (5) : adanya
program ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku dan kondisi
lingkungan sehingga kejadian DBD dapat dicegah.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (3): fogging membunuh
nyamuk dengan cepat dan manfaat yang diberikan cukup besar, namun
jentik nyamuk tidak dapat dimusnahkan sehingga masih memungkinkan
untuk menyebabkan DBD.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (3) : saluran air yang tersumbat
apabila diperbaiki akan mengurangi jumlah genangan air sehingga
perindukan vektor nyamuk dapat dikurangi. Namun perindukan biasanya
terjadi digenangan air yang bersih, sehingga program ini tidak tepat
sasaran.
- Edukasi (1) : memberikan edukasi kepada masyarakat tidak begitu
berpengaruh terhadap keadaan lingkungannya, karena pengetahuan dan
sikap masyarakat cenderung baik namun kemalasan dan kemandirian
dalam pencegahan dan pemutusan rantai DBD masih kurang dikarenakan
kurangnya penggerak dalam program tersebut.
2. Importancy
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (5):program ini
akan dilakukan dengan baik akan memberikan dampak jangka panjang
dan mampu bertahan lama. Selain itu akan meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam merawat lingkungan sehat.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (1): fogging dapat membunuh
dan memberantas sarang-sarang nyamuk dalam jumlah besar, namun
tidak bertahan lama apabila tidak dilakukan perawatan lingkungan
dengan baik.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (3): saluran air yang tersumbat
akan mengalirkan air dan secara tidak langsung mengurangi genangan
air. Namun tidak begitu berpengaruh terhadap populasi nyamuk di sekitar
lingkungan rumah masyarakat.
- Edukasi (3): penyuluhan dan memberikan edukasi kepada masyarakat
mengenai DBD dan pencegahannya tidak secara langsung mempengaruhi
populasi nyamuk apabila perilaku dan lingkungan masyarakat tidak
diperbaiki.
3. Vulnerability
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (5): kegiatan ini
sangat cepat dalam menyelesaikan masalah, mengingat kader-kadernya
akan turun secara langsung dan secara aktif memusnahkan jentik nyamuk
dan sosialisasi lingkungan bebas jentik nyamuk.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (5): fogging sangat cepat
membunuh dan memberantas sarang nyamuk.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (5): apabila genangan air dapat
dialirkan menyebabkan wadah tempat perindukan nyamuk penyebab
DBD berkurang sehingga jumlah jentik nyamuk dapat dikurangi secara
cepat.
- Edukasi (3): menyelesaikan masalah banyaknya jentik nyamuk dengan
melakukan edukasi dan penyuluhan cenderung lama, mengingat
susahnya meningkatkan kesadaran masyarakat yang peduli akan
lingkungan bebas nyamuk.
4. Cost
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (1): biaya yang
dibutuhkan dalam melakukan program ini sangatlah murah.
Pembentukan kader dan pelatihan oleh pihak Puskesmas SukaMerindu
akan lebih bermanfaat bagi kader-kader program ini. Abate didapatkan
dari dinas kesehatan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat
sehingga biaya yang dikeluarkan dalam program ini sangat murah.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (5): biaya untuk operasional
fogging sangatlah mahal sehingga perlu dipertimbangkan manfaat dan
kerugiannya.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (1): biaya yang dibutuhkan dalam
memperbaiki saluran air yang tersumbat sangat mahal.
- Edukasi (1): biaya yang dibutuhkan dalam melakukan edukasi dan
penyuluhan sangat murah.

Berdasarkan tabel prioritas penyelesaian masalah diatas, didapatkan


prioritas penyelesaian masalah pada kasus ini adalah pembentukan kader
SIGAD 3M PLUS serta Abatisasi

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei mengenai gambaran lingkungan terkait


kejadian demam berdarah dengue di RT 3 Kelurahan SukaMerindu Baru
bulan April tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prioritas masalah terkait kejadian DBD di RT 3 Kelurahan
SukaMerindu adalah banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk.

2. Banyaknya penampungan air hujan yang dibiarkan terbuka di RT 3


Kelurahan SukaMerindu merupakan faktor pendukung meningkatnya
masalah.
3. Penyelesaian masalah yang mampu laksana meliputi pembentukan
Kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi.

1.2 Saran

Diharapkan seluruh warga dapat berpartisipasi secara aktif dalam


program pencegahan dan pemutusan rantai penularan deman berdarah
dengue.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asniawati, & dkk. (2008). Peran Media Massa Terhadap Perilaku Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Pada Rumah Tangga Di
Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat , 103-110.
2. Puskesmas SukaMerindu. 2017. Profil Puskesmas SukaMerindu.
Bengkulu: Puskesmas SukaMerindu.
3. Rosavika, Revi. 2015. Pengaruh Indikator Kesehatan Lingkungan terhadap
Jumlah Kasus DBD pada Balita Menurut Kecamatan di Kota Batam pada
Tahun 2009. Balai Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit, Balitbangkes, Kemenkes RI.
4. Geografi Kota Bengkulu. 2014
Diunduh dari: www.bengkulukota.go.id pada tanggal 15 Maret 2016
5. Depkes, R.I (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjend PPdan PL.
6. DKK Semarang. (2011). Program Pencegahan Penyakit Menular
DBD Di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan
Kota.
7. Wibowo, Agung. 2013. Investigasi Wabah dan Kejadian Luar Biasa.
Jakarta
8. DKK. (2012). Laporan Hasil Kegiatan Seksi P2B2. Semarang: Dinas
Kesehatan Kota.
9. Puskesmas SukaMerindu. 2017. Pedoman Penilaian Rumah Sehat di
Wilayah Kerja Puskesmas SukaMerindu. Bengkulu: Puskesmas
SukaMerindu.
10. Depkes RI. 2006. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSNDBD) oleh Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Jakarta:
Depkes RI
LAMPIRAN 1

TABEL RENCANA KEGIATAN

Nama Waktu dan Tujuan Manfaat Sasaran Bentuk


Kegiatan Tempat Kegiatan
Pelaksanaan
Pembentukan Waktu: Terbentuknya Tidak ada Masyarakat Kaderisasi
kader SIGAD April 2018 kader yang lagi angka di lingkungan
dan akan kejadian sekitar
JUMANTIK Tempat: meningkatkan DBD di Kelurahan
serta Posyandu kemandirian Kelurahan SukaMerindu
Abatisasi Kelurahan warga dalam SukaMerindu
SukaMerindu pencegahan Bengkulu.
dan pemutusan
rantai
penularan
DBD
LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Usia :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam


survei yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Universitas
Bengkulu dan Pihak Puskesmas SukaMerindu, yang bertujuan untuk menilai
rumah dan lingkungan terkait kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan
SukaMerindu bulan April tahun 2018.
Surat persetujuan responden ini saya setujui dengan kesadaran saya sendiri
tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Bengkulu, April 2018

(…………………………..)
Nama Lengkap Responden

LAMPIRAN 1

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :…………………………………..

Alamat :…………………………………..

Umur :…………………………………..

Status dalam keluarga :…………………………………..

Pekerjaan :…………………………………..

Pendidikan terakhir :…………………………………..


Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam survei
mengenai “ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE
TERKAIT DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
DI KELURAHAN SUKAMERINDU KOTA BENGKULU BULAN MARET
TAHUN 2018” yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Sukamerindu dan Dokter
Muda FKIK Universitas Bengkulu.
Surat persetujuan responden ini saya setujui dengan kesadaran saya sendiri
tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Bengkulu, Maret 2018

(…………………………..)
Nama Lengkap Responden

KUESIONER SURVEI
ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE TERKAIT
DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DI
KELURAHAN SUKAMERINDU KOTA BENGKULU BULAN MARET
TAHUN 2018.

Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah selama


kurun waktu
1 Maret hingga 31 Maret
2018?
a. Ya, yaitu..........................................
b. Tidak

Jika ya, keadaan penderita


tersebut saat ini :
a. Sehat
b. Masih menderita sakit akibat komplikasi penyakit
demam berdarah
c. Meninggal dunia

I. PENGETAHUAN

53
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah ?
a
.

T
a
h
u
b.
Tida
k
tahu
Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?
a. Virus / bibit penyakit yang sangat kecil

(10) b. Gigitan serangga (nyamuk, lalat, dan lain-lain)

(10) c. Makanan / minuman yang tidak dimasak dengan baik /


bersih

(0) d. Terkena kutukan / guna-guna

(0) e. Tidak tahu

(0)
2. Bagaimana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam
berdarah ?(boleh lebih dari satu jawaban)
a. Demam mendadak

(2) b. Sakit kepala

(2) c. Nyeri sendi / tulang / otot

(2) d. Nyeri ulu hati

(2)
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi
/ hidung, batuk darah, berak darah, dan lain-lain.

(2)
f. Tidak tahu

(0)
3. Apakah penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbahaya ?
a
.

54
Y
a
,
b
.

T
i
d
a
k
Jika ya, demam berdarah berbahaya karena
a. Menyebabkan kematian

(10)
b. Menularkan ke anggota keluarga yang lain

(0)
4. Menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam berdarah ?
a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit
penderita demam berdarah

(10)
b. Melalui debu / angin

(0) c. Melalui batuk / dahak

(0) d. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah

(0) e. Melalui barang yang dipakai oleh penderita demam


berdarah

(0) f. Tidak tahu

(0)
5. Apakah anda mengetahui kegunaan dari bubuk abate ?
a
.

T
a
h
u
b.
Tida

55
k
tahu
Bila tahu, untuk apa bubuk abate ?
a. Menghilangkan warna pada air (0)
b. Membunuh jentik-jentik nyamuk (10)
c. Menghilangkan bau pada air (0)
d. Membuat air jadi tahan lama (0)
e. Tidak tahu (0)

6. Tempat-tempat apa saja yang berpotensi / dapat menjadi tempat


bersarang nyamuk demam berdarah ? (boleh lebih dari satu
jawaban)
a. Tempat penampungan air (tempayan) yang tidak tertutup

(2) b. Bak mandi

(2) c. Tempat minum burung

(2) d. Kaleng bekas yang terisi air

(2) e. Ban bekas yang terisi air

(2) f. Tidak tahu

(0)
7. Apakah anda mengetahui istilah 3 M dalam penanggulangan /
pencegahan demam berdarah ?
a. Tahu, yaitu
singkatan dari
.........................................................................................................
......(10)
b. Tidak tahu

(0)

8. Bagaimana cara mencegah penyakit demam berdarah ? (boleh lebih


dari satu jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggu sekali

(2)
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk

(2)
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat
menampung air (2) (kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik
bekas, ban bekas, dan lain-lain)

56
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh :
abate) pada tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4
bulan sekali

(2)
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentik nyamuk (contoh :
ikan adu /
ikan cupang)

(2)
f. Tidak tahu

(0)
9. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk
memberantas demam berdarah?
a
.

T
a
h
u
b.
Tida
k
tahu
Jika tahu, apakah program puskesmastersebut?(boleh lebih dari satu)
a. 3M

(2) b. Juru pengawas jentik

(2) c. Foging (pengasapan)

(2) d. Penyebaran bubuk abate

(2) e. Pelaporan dan pengawasan warga yang terkena demam


berdarah

(2) f. Tidak tahu

(0)
10. Pengetahuan yang anda dapat mengenai demam berdarah didapat dari :
a. Tetangga (10)
b. Pemerintah (10)
c. Dokter (10)
d. Mantri (10)
e. Puskesmas (10)

57
II. SIKAP

1. Menurut anda, apakah upaya pencegahan penyakit demam merupakan


kebutuhan masyarakat yang harus segera dilakukan ?
a. Ya,
alasan……………………………………………………….

(10) b. Tidak,
alasan……………………………………………………

(0) c. Tidak tahu

(0)
2. Menurut anda, penanggulangan penyakit demam berdarah merupakan
tanggung jawab siapa ?
a. Pemerintah

(0) b. Penderita demam berdarah dan keluarganya

(0) c. Masyarakat

(0) d. Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat / semua


pihak

(10) e. Lain-lain, yaitu...........................................

(0)
3. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit
demam berdarah secara berkala / rutin di lingkungan tempat tinggal
anda ?
a. Setuju,
alasan.................................................................................... (10)
b. Tidak setuju,
alasan.........................................................................

(0) c. Tidak tahu

(0)
4. Bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah di lingkungan
tempat tinggal anda, apakah anda bersedia untuk ikut secara aktif
melaksanakannya
a. Bersedia ? (10)
b. Tidak bersedia (0)
c. Tidak tahu (0)
5. Apakah menurut anda perlu membersihkan / menguras bak mandi ?
a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
6. Apakah anda setuju dengan upaya 3M yang digalakkan oleh
pemerintah? 58
a. Setuju (10)
b. Tidak setuju (0)
7. Menurut anda apakah boleh menyimpan pakaian digantung?
a. Boleh

(0) b. Tidak boleh

(10) c. Tidak tahu

(0)
8. Menurut anda apakah pengawasan terhadap jentik nyamuk perlu
dilakukan?
a. Perlu

(10) b. Tidak perlu

(0) c. Tidak tahu

(0)
9. Menurut anda apakah foging(pengasapan) efektif mencegah demam
berdarah?
a. Efektif (10)
b. Tidak efektif (0)
c. Tidak tahu (0)

10. Menurut anda bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencegah
demam berdarah?
a. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan 3M (10)
b. Memperhatikan kesehatan diri saja (0)
c. Cukup dengan melakukan 3M (0)
d. Tidak tahu (0)

III. PERILAKU

1. Apakah keluarga anda menguras dan membersihkan bak


mandi / tempat penampungan air yang berada di rumah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, seberapa sering hal tersebut dilakukan ?
a. Satu minggu sekali

(10) b. Dua minggu sekali

(0) c. Tiga minggu sekali

(0) d. 1 bulan sekali

59
(0)
2. Apakah keluarga anda menggunakan tempat penyimpanan /
penampungan air untuk keperluan sehari-hari di rumah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, bagaimana keadaan tempat penyimpanan / penampungan air
tersebut ? a. Bertutup

(10) b. Tidak bertutup / terbuka

(0)
3. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan / mengubur /
membakar barang bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnya
nyamuk ?
a. Secara teratur

(10) b. Kadang-kadang

(0) c. Tidak pernah

(0)
4. Apakah keluarga anda menggunakan abate pada tempat
penampungan air di rumah?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, seberapa sering abate tersebut digunakan / diganti kembali ?
a. Kurang dari satu bulan sekali

(10) b. Satu bulan sekali

(0) c. Dua bulan sekali

(0) d. Tiga bulan sekali

(0) e. Lebih dari tiga bulan sekali

(0)
5. Apakah keluarga anda menutup jendela / lubang angin / pintu dengan
kawat anti nyamuk ?
a. Ya, alasan.........................................................................

(10)
b. Tidak, alasan.....................................................................

(0)

60
6. Apakah keluarga anda pernah melakukan pengawasan terhadap jentik
nyamukdi rumah ?
a. Ya

(10)
b. Tidak

(0) Jika ya, kapan dan bagaimana hasil pemeriksaan tersebut ?


Tanggal............................. bulan.................................
tahun................................. Hasilnya.....................................
7. Bagaimana kebiasaan keluarga anda dalam menyimpan pakaian yang telah
dipakai?
a. Digantungkan di kamar

(0)
b. Di simpan di tempat baju kotor

(10)
8. Apakah keluarga anda menggunakan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk pada saat beristirahat di pagi dan sore hari (contoh : memakai
lotion anti nyamuk / obat nyamuk semprot / bakar / elektrik, memakai
kelambu) ?
a. Ya, alasan................................................................................

(10)
b. Tidak, alasan...........................................................................

(0)
9. Pernahkah keluarga anda mengikuti kegiatan pencegahan /
penanggulangan demam berdarah yang dilakukan di lingkungan tempat
tinggal anda ?
a. Pernah

(10)
b. Tidak pernah, alasan.....................................

(0)
10. Bagaimana cara pembuangan sampah yang selama ini dilakukan oleh
anda?
a. Diangkut / dikumpulkan secara rutin oleh petugas kebersihan (10)
b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah (10)
c. Dibuang ke sungai (0)

61

Anda mungkin juga menyukai