Anda di halaman 1dari 16

MEGA KORUPSI E-KTP

Oleh :

Kuning Hendra 173309010107

James 173309010095

Vera 173309010105

Thela Valentine 173309010111

Michael Sinaga 173309010100

Gamaliel Sihotang 173309010109

Arixson Nathaniel 173309010087

Fakultas Hukum

Semester II Malam A

Universitas Prima Indonesia

T.A 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerahNya yang
dilimpahkan bagi penulis, sehingga penulis dapat merangkai kata dalam menyajikan makalah
mengenai Mega Korupsi E-KTP ini.

Melalui makalah tentang peraturan daerah ini memberi pedoman yang membmbing
Penulis dalam pemahaman mengenai Mega Korupsi E-KTP ini dan berharap melalui makalah ini
dapat bermanfaat bagi setiap yang membaca atau memerlukannya, dan penulis sangat menyadari
bahwasannya makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun penulis butuhkan untuk lanjutan penyempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

Akhir kata, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan dari
dosen pengajar, orang tua, teman-teman terkasih serta data dari berbagai pihak dan buku demi
kelangsungan penyelesaian makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3

I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengadaan ...................................................................................................... 5

2.2 Kecurigaan Korupsi .................................................................................................. 5

2.2.1 Kecurigaan Lelang E-KTP.............................................................................. 6

2.2.2 Peran Tersangka .............................................................................................. 7

2.2.3 Penjabaran E-KTP .......................................................................................... 8

2.2.4 Kronologi Janggalnya E-KTP ......................................................................... 8

2.2.5 Analilis Aspek Hukum.................................................................................... 9

2.2.6 Analisis Aspek Ekonomi ................................................................................ 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13

3.2 saran .......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA………… .................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program e-KTP dilatarbelakangi oleh system pembuatan KTP konvensional/nasional di
Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini
disebabkan karena belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari
seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam
hal-hal tertentu dengan menggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan untuk:
1. Menghindari pajak
2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota
3. Mengamankan korupsi
4. Menyembunyikan identitas (seperti teroris)

Oleh karena itu, didorong oleh pelaksanaan pemerintah elektronik (e-Government) serta untuk
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kementrian Dalam Negeri Republik
Indonesia menerapkan suatu sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu
Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hukuman yang tercantum dalam UUD 1945 bagi para pelaku korupsi e-KTP?
2. Bagamaina pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan e-KTP saat ini
2. Untuk memahami hukum seperti apa yang akan diterima bagi para pelaku korupsi
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak terhadap aspek ekonomi
BAB II

PEMBAHASAN

Proses Pengadaan e-KTP

Pada pelaksanaannya, proyek e-KTP dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari beberapa
perusahaan atau pihak terkait. Untuk memutuskan konsorsium mana yang berhak melakukan
proyek, maka pemerintah kemudian melaksanakan lelang tender pada 21 Februari hingga 15 Mei
2011. Di sela-sela proses lelang, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) bernama Government
Watch (Gowa) menilai bahwa terjadi kejanggalan pada proses lelang. Mereka beranggapan
bahwa perusahaan yang mengikuti tender tidak sesuai dengan persyaratan seperti yang
terangkum dalam PP 54/2010.

Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya pada 21 Juni 2011 pemerintah mengumumkan
konsorsium yang menjadi pemenang lelang. Mereka adalah konsorsium PNRI yang terdiri dari
beberapa perusahaan, yakni Perum PNRI, PT LEN Industri, PT Quadra Solution, PT Sucofindo
dan PT Sandipala Artha Putra. Hasil itu diambil berdasarkan surat keputusan Mendagri Nomor:
471.13-476 tahun 2011. Sebagai tindak lanjut, konsorsium PNRI kemudian melakukan
penandatanganan kontrak bersama untuk pengadaan e-KTP tahun anggaran 2011-2012 dengan
nilai pekerjaan sebesar Rp 5.841.896.144.993. Kontrak tersebut disepakati pada 1 Juli 2011.

Mulanya proses perekaman e-KTP ditargetkan akan dilaksanakan secara serentak pada 1
Agustus 2011. Namun karena terlambatnya pengiriman perangkat peralatan e-KTP, maka jadwal
perekaman berubah menjadi 18 Agustus 2011 untuk 197 kabupaten/kota di seluruh Indonesia

Kecurigaan Korupsi

Belum sampai perekaman dilakukan di berbagai kabupaten dan kota, pihak kepolisian
mengabarkan bahwa mereka mencurigai terjadinya korupsi pada proyek e-KTP. Kecurigaan itu
berangkat dari laporan konsorsium yang kalah tender yang menyatakan bahwa terjadinya
ketidaksesuaian prosedur yang dilakukan oleh panitia saat lelang tender berlangsung. Kecurigaan
bahwa adanya praktek korupsi pada proyek e-KTP juga dirasakan oleh Government Watch yang
berbuntut pada laporan kepada KPK pada 23 Agustus 2011. Mereka berspekulasi bahwa telah
terjadi upaya pemenangan terhadap satu konsorsium perusahaan dalam proses lelang tender
berdasarkan investigasi yang telah dilakukan sejak Maret hingga Agustus 2011. Dari hasil
investigasi tersebut mereka mendapatkan petunjuk berupa dugaan terjadinya kolusi pada proses
lelang oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan menemukan fakta
bahwa telah terjadi 11 penyimpangan, pelanggaran dan kejanggalan kasat mata dalam pengadaan
lelang. KPK turut mencium kejanggalan dari proses proyek e-KTP. Pada awal September 2011
KPK menuding bahwa Kemendagri tidak menjalankan 6 rekomendasi dalam pelaksanaan proyek
e-KTP. Keenam rekomendasi tersebut adalah: 1) penyempurnaan desain.; 2) menyempurnakan
aplikasi SIAK dan mendorong penggunaan SIAK di seluruh wilayah Indonesia dengan
melakukan percepatan migrasi non SIAK ke SIAK; 3) memastikan tersedianya jaringan
pendukung komunikasi data online/semi online antara Kabupaten/kota dengan MDC di pusat
agar proses konsolidasi dapat dilakukan secara efisien; 4) Pembersihan data kependudukan dan
penggunaan biometrik sebagai media verifikasi untuk menghasilkan NIK yang tunggal; 5)
Pelaksanakan e-KTP setelah basis database kependudukan bersih/NIK tunggal, tetapi sekarang
belum tunggal sudah melaksanakan e-KTP; dan 6) Pengadaan e-KTP harus dilakukan secara
elektronik dan sebaiknya dikawal ketat oleh LKPP. Menanggapi tudingan KPK, Kemendagri
kemudian memberikan bantahan. Reydonnyzar Moenek, juru bicara Kemendagri menjelaskan
bahwa Kemendagri telah menjalankan 5 rekomendasi. Memang ada rekomendasi yang tidak
dijalankan, namun itu hanya 1. Satu rekomendasi tersebut adalah tentang permintaan NIK
tunggal saat proses e-KTP dilaksanakan. Berdasarkan penjelasan Reydonnyzar, Kemendagri
tidak bisa memenuhi rekomendasi tersebut karena bisa mengubah waktu dan pembiayaan e-KTP

Kecurangan lelang dan rekayasa konsorsium E-KTP

Babak baru dari kasus e-KTP kemudian berlanjut pada sidang keenam yang diadakan pada 6
April 2017. Sidang keenam menghadirkan delapan saksi, di antaranya adalah Anas
Urbaningrum, Markus Nari dan Setya Novanto. Pada sidang kali ini Novanto membantah terlibat
dalam proyek e-KTP, terlebih dalam menerima uang sebesar Rp 547,2 miliar. Pun dengan Anas
dan Markus yang membantah bahwa mereka telah menerima uang dari proyek e-KTP.
Sementara hasil dari sidang ketujuh yang digelar pada 10 April 2017 adalah terdapat pengakuan
dari anggota tim teknis Kementerian Dalam Negeri tentang pembagian uang. Namun mereka
menyebutnya sebagai uang transportasi dan uang lembur. Di samping itu mereka juga mengaku
bahwa mereka tidak menjalankan rekomendasi yang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah (LKPP) sarankan berupa sembilan lingkup pekerjaan dalam proyek e-KTP yang
tidak digabungkan.

Memasuki sidang kedelapan yang berlangsung pada Kamis, 13 April 2017 yang dihadiri 10
saksi, KPK menemukan fakta bahwa tim teknis e-KTP sempat dikirim ke AS lalu diberikan uang
sebesar 20.000 dollar AS pada 2012 dan terjadi pemberian uang oleh kakak Andi Narogong
yakni Dedi Prijanto kepada tim teknis e-KTP. Dalam sidang tersebut juga terkuak tentang
keanehan pada proses lelang tender karena dalam proses lelang konsorsium tidak melampirkan
sertifikat ISO 9001 dan ISO 14001 sesuai persyaratan. Sementara itu hasil yang didapatkan pada
sidang kesembilan yang digelar pada 17 April 2017 adalah adanya temuan bahwa tim teknis e-
KTP mengaku diperintah untuk meloloskan konsorsium dalam proses lelang padahal sebenarnya
tidak memenuhi syarat. Sugiharto dan Irman menjadi dua nama yang bertanggung jawab atas hal
ini.

Pada sidang kesepuluh yang dihadiri oleh 6 saksi pada Kamis, 20 April 2017, KPK menemukan
fakta-fakta baru terkait kasus e-KTP. Nama Setya Novanto disebut telah mendapat bagian
sebesar 7 persen dari proyek e-KTP berdasarkan penuturan tim IT proyek e-KTP, Johanes
Richard Tanjaya yang saat itu menjadi saksi. Hal itu juga diakui oleh Irvanto Hendra Pambudi
yang tak lain adalah keponakan dari Setya Novanto. Sementara itu menurut penuturan Jimmy
Iskandar Tedjasusila alias Bobby, Andi Narogong memang sengaja dalam membuat tiga
konsorsium dalam proyek e-KTP. Dari ketiga konsorsium tersebut, Andi telah mempersiapkan
satu konsorsium pemenang lelang, yakni Konsorsium PNRI sedangkan konsorsium Astragraphia
dan Murakabi hanya sebagai pendamping.

Nama Setya Novanto kembali disebut pada sidang kesebelas yang berlangsung pada 27 April
2017. Selain adanya keterlibatan Irvan Pambudi, keponakan Setya Novanto, dalam sidang itu
terungkap bahwa salah satu saksi, yakni Presiden Direktur PT Avidisc Crestec Interindo,
Wirawan Tanzil menolak bergabung dalam konsorsium untuk proyek e-KTP karena ada nama
Setya Novanto. Sementara itu mantan anggota Badan Anggaran DPR, Olly Dondokambey
bersaksi bahwa proyek e-KTP dipenuhi oleh para calo dari Badan Anggaran DPR dan
menyanggah tentang terjadinya penerimaan uang sebesar 1,2 juta dollar AS dalam proyek e-
KTP. Fakta lain yang ditemukan adalah terjadinya kecurangan karena konsorsium E-KTP
memilih perangkat lunak yang tak lolos uji kompetensi. Adapun pada sidang keduabelas yang
digelar pada 4 Mei 2017 ditemukan fakta bahwa Andi Narogong memegang andil terhadap
pengaturan proyek e-KTP.

Peran Markus Nari dan Anang Sugiana

Jumlah tersangka korupsi pada proyek e-KTP tidak berhenti pada Sugiharto, Irman, Andi
Narogong dan Setya Novanto saja. Markus Nari dan Anang Sugiana Sudiharjo menambah daftar
panjang otak di balik kasus korupsi ini. Per 19 Juli 2017, KPK telah menetapkan anggota DPR
periode 2009-2014 sekaligus politisi Partai Golkar, Markus Nari sebagai salah satu tersangka
berdasarkan Pasal 3 atau 2 ayat 1 UU Nomor 31 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Alasan penetapan Markus sebagai tersangka adalah karena ia berperan dalam penambahan
anggaran e-KTP di DPR dan diduga meminta uang sebanyak Rp 5 milyar kepada Irman dalam
pembahasan perpanjangan anggaran e-KTP sebesar Rp 1,4 triliun. Di samping itu ia juga diduga
telah menerima uang sebesar Rp 4 milyar, berupaya menghalangi penyidikan yang dilakukan
oleh KPK dalam menguak kasus e-KTP dan diduga memengaruhi anggota DPR Miryam S
Haryani untuk memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Dua bulan setelah penetapan Markus, barulah pada 27 September 2017 KPK menetapkan Anang
Sugiana Sudiharjo, direktur utama PT Quadra Solutions sebagai tersangka keenam pada kasus
megakorupsi e-KTP. Penetapan tersebut dilakukan berdasarkan dua bukti yang ditemukan oleh
penyidik KPK beserta fakta-fakta yang dibeberkan oleh Irman, Sugiharto dan Andi Narogong
dalam persidangan. Anang terbukti terlibat dalam penyerahan sejumlah uang kepada Setya
Novanto dan anggota DPR lainnya dari Andi Narogong. Hal itu membuatnya melanggar Pasal 2
ayat (1) subsider Pasal 3 Undang-Undang tentang pemberantasan Tipikor Nomor 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Penjabaran Singkat Kasus Mega Korupsi E-KTP :
Kasus KTP elektronik alias e-KTP sudah lama bergulir. Kasus ini diduga merugikan
negara lebih dari Rp2 triliun. Bahkan, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menilai, kasus
korupsi ini adalah kasus paling serius. Dua tersangka dari Kementerian Dalam Negeri sudah
ditetapkan sebagai tersangka. Konsorsium PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran
harga Rp5,8 triliun. Padahal, para pesaingnya mengajukan penawaran lebih rendah, antara Rp4,7
triliun - Rp4,9 triliun. KPK juga memeriksa banyak pihak. Termasuk para anggota Komisi II
DPR, periode 2009 - 2014.

Bagaimana kronologinya kasus korupsi E-KTP?


Sejak Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Penduduk disahkan,
data penduduk harusnya sudah dibangun. Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawab atas
administrasi kependudukan ini. Lelang e-KTP ini dimulai pada 2011. Terpidana korupsi M
Nazaruddin bahkan membeberkan, pengaturan lelang ini sudah berlangsung sejak Juli
2010. Akhirnya, pada Juni 2011, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan Konsorsium PT.
PNRI sebagai pemenang dengan harga Rp5,9 triliun. Konsorsium ini terdiri dari Perum PNRI,
PT. Sucofindo (Persero), PT. Sandhipala Arthapura, PT. Len Industri (Persero), PT. Quadra
Solution. Mereka menang setelah mengalahkan PT. Astra Graphia yang menawarkan harga Rp6
triliun. Tapi banyak pihak menilai janggal munculnya pemenang.

Dalam proses lelang, menurut ICW (Indonesian Corruption Watch) ada kejanggalan.
Tiga hal yang janggal menurut ICW adalah post bidding, penandatanganan kontrak pada masa
sanggah banding dan persaingan usaha tidak sehat. Post bidding adalah mengubah dokumen
dokumen penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran. Selain itu, LKPP (Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah) menilai, kontrak itu ditandatangani saat proses
lelang tengah disanggah, oleh dua peserta lelang, Konsorsium Telkom dan Konsorsium Lintas
Bumi Lestari.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada persekongkolan dalam
tender penerapan KTP Berbasis NIK Nasional (e-KTP) Tahun 2011-2012. Pelakunya, menurut
KPPU adalah Panitia Tender, Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), dan PT Astra
Graphia Tbk. Dalam putusan tersebut, majelis KPPU membeberkan bentuk-bentuk
persekongkolan yang dilakukan antara PNRI dan Astra Graphia. Persengkokolan juga dijalin
dengan panitia lelang.
KPK mulai menelusuri dugaan korupsi pada 22 April 2014. Komisi menetapkan “S”,
mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri
sebagai tersangka. Enam bulan selepas KPK masuk, MA dalam putusannya menolak kasasi
KPPU tersebut.
Dua setengah tahun jadi tersangka, “S” baru ditahan pertengahan Oktober lalu.
Belakangan, KPK menetapkan “IR” yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai tersangka. Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan
meyakini, kasus dugaan korupsi e-KTP tidak hanya dilakukan oleh dua tersangka itu. Untuk
mengusut kasus ini, tim penyidik KPK telah memeriksa 110 orang yang dianggap mengetahui
proses proyek e-KTP. Banyak tokoh sudah diperiksa. Di antaranya mantan Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Bahkan, Ketua DPR Setya
Novanto juga bakal diperiksa.Wakil Ketua KPK lainnya, Laode M Syarief menyatakan, kasus e-
KTP merupakan salah satu kasus yang menjadi fokus KPK saat ini.

Analisis Aspek Hukum :


§ Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi secara jelas menyebut unsur pidana wajib dilaporkan ke pihak berwajib. Selain itu, BPK
juga bisa memanfaatkan konsep whistleblower untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh oknum kasus e-KTP ini.

§ Berdasarkan UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,


seorang whistleblower bisa melaporkan indikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam
organisasi tempat dia bekerja dan memiliki akses informasi yang memadai atas terjadinya
indikasi tindak pidana korupsi tersebut.
§ Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 juncto UU No. 31 Tahun 1999, perbuatan korupsi diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling
lama duapuluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200 juta dan paling banyak Rp. 1 milyar.
Mengenai penerapan pidana mati terhadap terdakwa korupsi dilakukan dalam keadaan tertentu.

§ Berdasarkan penjatuhan pidana bagi perkara korupsi yang diakomodir dalam RKUHP dalam BAB
XXXI menganai tindak pidana jabatan (Pasal 661 – Pasal 687 ) dengan ancaman pidana paling
singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling banyak kategori V( Pasal 80 ayat 3
huruf e ,dengan denda sebesar Rp. 1.200.000.000,00).

§ Berdasarkan pada BAB XXXII mengenai tindak pidana korupsi ( Pasal 668 – Pasal 701 ) cukup
bervariatif mulai dari pidana penjara paling singkat satu tahun, lima tahun, tujuh tahun, sembilan
tahun, dan paling lam 15 tahun serta pemberatan pidana satu per tiga masa tahanan apabila
merugikan keuangan dan perekonomian negara ( Pasal 702 ). Dan denda paling sedikit kategori I
(Pasal 80 ayat 3 huruf a dengan denda sebesar Rp.6.000.000 ) paling banyak kategori VI (Pasal
80 ayat 3 huruf f dengan denda sebesar Rp. 12.000.000.00).

Anlisis Aspek Ekonomi:


KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp
2,3 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara oleh 5
korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang. Nilai kerugian negara dari Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP). Angkanya pun sangat fantastis yang lebih dari Rp 2 triliun.
Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Sugiharto diduga melakukan perbuatan
melawan hukum dan atau penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian negara
terkait pengadaan proyek tersebut. Nilai proyek tersebut mencapai Rp6 triliun dan saat itu
diperkirakan kerugian negara sebesar Rp1,12 triliun.

Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak perekonomian negara kita.
Yang paling utama pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN
maupun APBD dari pemerintah yang hampir semua dialokasikan untuk kepentingan rakyat
seperti fasilitas-fasilitas publik hampir tidak terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya
tentunya tidak sebanding dengan biaya anggaran yang diajukan.. Contoh kecilnya saja, jalan -
jalan yang rusak dan tidak pernah diperbaiki akan mengakibatkan susahnya masyarakat dalam
melaksanakan mobilitas mereka termasuk juga dalam melakukan kegiatan ekonomi mereka. Jadi
akibat dari korupsi ini tidak hanya mengganggu perekonomian dalam skala makro saja, tetapi
juga mengganggu secara mikro dengan terhambatnya suplai barang dan jasa sebagai salah satu
contohnya.
Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan, pengangguran dan juga kesenjangan sosial
karena dana pemerintah yang harusnya untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan
orang - orang yang tidak bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak
optimal ini akan menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di berbagai bidang. Menurunnya
kualitas pelayanan pemerintah akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Kepercayaan masyarakat yang semakin berkurang kepada para pejabat negara.
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan
pemerintah untuk sektor publik. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan
perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure).

Hukuman tersangka

Setelah melalui serangkaian proses, majelis hakim kemudian memberikan vonis kepada para
tersangka atas keterlibatan mereka dalam tindakan korupsi dalam proyek pengadaan e-KTP.
Setiap tersangka mendapatkan vonis yang berbeda tergantung sejauh mana keterlibatan mereka.
Berikut adalah hukuman yang harus diterima oleh para tersangka:

Sugiharto

Atas tindakannya dalam merugikan negara sebesar Rp 2,314 triliun dan terbukti menerima uang
sebesar USD 200 ribu dari Andi Narogong, Sugiharto dijatuhi hukuman oleh majelis hakim
berupa kurungan penjara selama 5 tahun dan denda sebesar Rp 400 juta subsider 6 bulan
kurungan penjara. Selain itu, Sugiharto juga wajib membayar uang pengganti senilai USD 50
ribu dikurangi USD 30 ribu serta mobil honda jazz senilai Rp 150 juta dalam rentang waktu satu
bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Harta benda Sugiharto akan disita jika ia tidak
membayarnya. Jika tidak cukup, harta benda tersebut diganti dengan kurungan penjara selama 1
tahun. Keputusan ini diputuskan oleh Majelis Hakim pada sidang dengan agenda pembacaan
vonis pada 20 Juli 2017. Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada sidang
dengan agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.

Irman

Berdasarkan penyelidikan KPK dan hasil sidang, Irman terbukti menerima uang sebesar USD
300 ribu dari Andi Narogong dan USD 200 ribu dari Sugiharto. Oleh karena itu per 20 Juli 2017
majelis hakim lewat sidang dengan agenda pembacaan vonis memberikannya hukuman berupa
kurungan penjara selama 7 tahun dan membayar denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan.
Di samping itu Irman juga wajib membayar uang pengganti senilai USD 500 ribu dikurangi USD
300 ribu dan Rp 50 juta dalam rentang waktu 1 bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Jika
tidak dipenuhi, harta benda Irman akan disita. Jika masih tak cukup, Irman wajib menggantinya
dengan pidana 2 tahun penjara.Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK
pada sidang dengan agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.

Andi Narogong

Dijuluki 'Narogong' karena memiliki usaha konveksi di Jalan Narogong, Bekasi, Andi dituntut
oleh Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan agenda pembacaan tuntutan pada 7
Desember 2017 berupa hukuman penjara selama 8 tahun dan denda sebesar Rp 1 miliar subsider
6 bulan penjara serta wajib membayar uang pengganti senilai USD 2,1 juta. Dengan harapan
dapat meringankan vonis (sidang dengan agenda pembacaan vonis belum dilakukan) yang akan
diputuskan nanti, ia pun berperan sebagai justice collaborator.

Pemberitaan media asing

Bergulirnya kasus e-KTP tak hanya menjadi perhatian bagi media nasional, melainkan juga
media asing. Di antara berbagai rangkaian peristiwa yang terjadi pada kasus korupsi e-KTP,
keterlibatan Setya Novanto dominan menjadi fokus berita. Saat Setya Novanto hilang dari KPK,
sejumlah media asing memberitakannya. Washington Post dan The New York Times, dua media
asal Amerika Serikat memuat berita berjudul "Top Indonesia Official Escapes Arrest by Anti-
Graft Police" yang dikutip dari Associated Press. Sementara itu media Australia, ABC
memberitakannya dalam judul "Indonesian Speaker Setya Novanto wanted for questioning over
corruption scandal, but unable to be found". Lebih lanjut, ABC menulis bahwa kasus tersebut
adalah ujian bagi Joko Widodo.

Selain hilangnya Novanto, media asing juga mewartakan tentang jalannya sidang pokok perkara
yang perdana. Media AFP yang berbasis di Perancis menulis berita dengan judul "Indonesian
Speaker Setya Novanto's corruption trial delayed by his 'diarrhoea'". Media tersebut menyatakan
bahwa sidang kasus Novanto yang merupakan sidang korupsi terbesar di Indonesia dalam
beberapa tahun yang tertunda setelah Novanto mengklaim mengalami diare. The Washington
Post dan ABC News juga turut memberitakan kasus ini dengan mengutip pemberitaan dari The
Associated Press.
BAB III
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
Mega Korupsi E-KTP ini sangat erat berkaitan dengan para pejabat negeri ini, bukan hanya
menyangkut jabatan melainkan moral, wibawa, tanggung jawab, nama lembaga institusi tersebut
dan paling penting nama baik negara di mata luar negeri.
a) KPK sudah mengetahui siapa oknum dalam kemendagri yang telah menyelewengkan dana e-
KTP dan sekarang mereka sedang memproses hukuman apa yang berlaku di negeri ini untuk
para oknum kemendagri tersebut.
b) Dan pemerintah saat ini sedang memperbaiki kondisi keuangan di Indonesia yang sedang tidak
stabil akibat penyelewengan dana e-KTP.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, pastilah dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan karena kami sadar ini merupakan keterbatasan dari
kami penulis. Kiranya, kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA:
^ http://news.liputan6.com/read/2905485/suap-e-ktp-kpk-periksa-mantan-sekjen-kemendagri-
dan-dirut-pnri
^ http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3058/1/dugaan.korupsi.proyek.e-ktp
^ http://news.metrotvnews.com/hukum/ob37EYPb-ketua-konsorsium-proyek-ktp-el-digarap-kpk
^ http://dukcapil.kemendagri.go.id/peraturan/detail/75/Surat-Edaran-Mendagri-Nomor-
470296SJ-tentang-KTP-el-Berlaku-Seumur-Hidup-Untuk-Gubernur-BupatiWalikota
^http://dukcapil.kemendagri.go.id/detail/ktp-el-berlaku-seumur-hidup
^ http://kesbangpol.kemendagri.go.id/
^ https://nasional.tempo.co/read/1093792/perludem-minta-kemendagri-evaluasi-tata-kelola-e-
ktp?TerkiniUtama&campaign=TerkiniUtama_Click_1
^ https://news.detik.com/berita/4042228/kemendagri-truk-bawa-kursi-dan-meja-tapi-diselipin-e-
ktp
^ www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/05/29/p9hoz9428-melongok-pengguntingan-
ktpel-di-gudang-kemendagri

Anda mungkin juga menyukai