Anda di halaman 1dari 56

1

KONTRASEPSI
PENDAHULUAN

Pelayanan KB dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) termasuk dalam


pelayanan promotif dan preventif, yang mencakup pelayanan konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 71 Tahun 2013 tentang JKN menyatakan bahwa penyelenggara pelayanan
kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan. Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2014-2019 mengamanahkan agar BKKBN bertanggung
jawab terhadap tercapainya indikator Program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Salah satu indikator Program
KKBPK adalah angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR), dimana target
secara nasional pada tahun 2019 harus mencapai 2,28 anak per wanita usia subur.
Tinggi rendahnya angka TFR ini dipengaruhi oleh lima faktor utama
penentu fertilitas, yaitu usia kawin pertama (UKP), pemakaian kontrasepsi, lama
menyusui eksklusif, aborsi, dan sterilitas. Disamping itu, faktor sosial budaya juga
berpengaruh pada peningkatan atau penurunan TFR. Dalam operasionalnya,
pencapaian TFR sangat ditentukan oleh kinerja pengelola Program KKBPK, baik
di tingkat pusat, provinsi, maupun SKPD KB di kabupaten/kota; khususnya dalam
hal pembinaan kesertaan ber-KB kepada Pasangan Usia Subur (PUS).

Dalam modul ini selain membahas tentang kontrasepsi, juga akan dibahas
mengenai beberapa pencegahan infeksi yang bertujuan, antara lain: (1) merupakan
bagian dari kualitas pelayanan KB, (2) mencegah infeksi silang dalam prosedur KB
terutama pada AKDR, suntik, susuk dan KONTAP, serta (3) menurunkan risiko
transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS.

I. Pencegahan Infeksi

1
2

1.1 Aplikasi Kewaspadaan Standar


a. Cuci tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,
atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak
tampak kotor. Gunakan sabun, air bersih mengalir 10-15 detik dan
pakai handuk pribadi atau tissue. Sebagai alternatif, dapat digunakan
bilasan alkohol gliserin apabila tangan tidak kotor secara fisik. Kuku
petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu,
tanpa memakai perhiasan cincin.
Cuci tangan dilakukan pada saat, yaitu sebelum kontak dengan
pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah kontak dengan darah dan
cairan pasien, setelah kontak pasien, dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien.

Gambar 1. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air

2
3

Gambar 2. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis


Alkohol

b. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di
pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius. APD terdiri dari sarung tangan,
masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle),
perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot). Tujuan Pemakaian APD adalah
melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah,
cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari
petugas. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di
lakukan. Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai
sarung tangan sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
4

Sarung tangan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sarung tangan bedah


(steril), sarung tangan pemeriksaan (tidak steril tapi bersih), dan sarung
tangan rumah tangga. Masker digunakan untuk melindungi wajah dan
membran mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari
pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi
pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk
atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung). Masker terdiri
dari 3 jenis, yaitu masker bedah (mencegah penularan melalui droplet),
masker respiratori (mencegah penularan melalui airborne), dan masker
rumah tangga

c. Pengunaan aseptik dan antiseptik


d. Memproses instrument agar aman digunakan
e. Budaya aman dalam setiap prosedur
f. Pengelolahan limbah berbahaya secara adekuat

1.2 Pencegahan Infeksi


a. Mengurangi risiko transmisi penyakit
- Cuci tangan
- Memakai APD
- Aplikasikan budaya bersih dan aman
- Jangan memasang tutup/membengkokkan jarum suntik bekas
pakai
- Selalu berhati-hati dalam memegang/mengelolah benda tajam
b. Pencegahan luka tusuk
- Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau memindah-
tangankan benda/instrumen tajam
- Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya:
wadah logam)
5

- Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau


memasang skalpel/pisau bedah
- Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan
instrumen tajam yang diminta
- Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona aman sebagai
penghantar instrumen tajam
- Gunakan kelm atau pemegang jarum saat memasang atau
melepaskan pisau bedah atau instrumen tajam lain yang harus
disatukan atau dipisahkan

1.3 Eradikasi Mikroorganisme


Rumah sakit sebagai instuisi penyedia pelayanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah
sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah
sakit. Upaya yang dapat dilakukan dalam proses peralatan bekas pakai:
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mengurang jumalh pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan ebih lanjut termasuk perendaman,pencucian, desinfeksi, sampai
sterilisasi. Dekontaminasi merupakan proses fisik atau kimia untuk
membersihkan benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba
yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya.
Tujuan dekontaminasi adalah untuk melindungi perkerja yang bersentuhan
langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut.
Masukkan peralatan bekas pakai yang akan digunakan kembali ke dalam
larutn klorin 0,5% segera setelah digunakan. Rendam selama 10 menit dan
6

segera lakukan pembilasan. Lakukan pula pembersihan permukaan peralatan


(misalnya meja bedah) dengan larutan klorin 0,5%.

b. Cuci dan bilas


- Membuka kran air dengan cara memutar dengan tangan kanan
- Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-
hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum
jahit). Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari karet, jangan
dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam atau kaca
- Cuci dengan air bersih dan sabun atau deterjen
- Sikat dengan sikat halus hingga tampak bersih
- Lakukan penyikatan dalam air pencuci untuk menghindarkan percikan
- Buka engsel atau sambungan peralatan
- Bilas merata dengan air bersih.

c. Disinfeksi tingkat tinggi


- Desinfeksi Tingkat Tinggi (Perebusan)
 Susun peralatan hingga terendam dalam air
 Rebus hingga mendidih dalam panci bertutup.
 Hitung waktu dari saat air mulai mendidih hingga 20 menit
untuk proses DTT
 Jangan menambah sesuatu ke dalam panci setelah penghitungan
waktu dimulai
 Keringkan di udara terbuka sebelum disimpan

- Desinfeksi Tingkat Tinggi (Pengukusan)


Susun peralatan/sarung tangan agar semua bagian terpapar uap dan
tak terendam air pengukus. Kukus hingga keluar uap air dari pengukus
dan mulai saat itu, hitung hingga 20 menit. Jangan menambah air atau
peralatan selama pengukusan berlangsung
- Desinfeksi Tingkat Tinggi secara Kimiawi
7

 Masukkan peralatan kedalam larutan dekontaminan yang


tersedia
 Rendam selama 20 menit
 Bilas dengan air DTT
 Biarkan kering sebelum digunakan dan disimpan

d. Sterilisasi
Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
Steriisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia. Cara melakukan sterilisasi sebagai berikut :
- Masukkan alat-alat yang sudah dicuci bersih dengan sabun dan air
mengalir, susun dengan rapi.Tutup oven dan katup udara dengan rapat
- Sambungkan steker oven dengan stop kontak
- Hidupkan oven dengan menekan tombol Power
- Tekan tombol Set untuk mengatur suhu dan waktu (160 0C dalam waktu
2 jam, 180 0C dalam waktu 1 jam)

II. BKKBN
2.1 Isu Strategis
- Disparitas Kesertaan Ber KB antar provinsi belum merata (25,8%
di Papua Barat sampai 72,7% di Bengkulu,...PK 2015)
8

- KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran masih rendah sebesar


14% dari Total PB (Pelkon BKKBN 2016)
- Peserta KB MKJP Rendah sebesar 17,71 (PK 2015)
- PA Tambahan Tahun 2017 sebesar 1.150.169
- Angka Putus Pakai Masih Tinggi Pil sebesar 40,7% dan Suntik
sebesar 24,7% (SDKI 2012)
- Unmet Need masih Tinggi sebesaar 11,4 (SDKI 2012)
- Faskes yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
teregistrasi dalam SIM BKKBN masih rendah sebesar 33,43%
(Pelkon BKKBN 2016)
- Jumlah pelayanan KB yang memanfaatkan pembiayaan BPJS
Kesehatan masih rendah sebesar 44% dari total PA (Dalap BKKBN
2016)
- Poktan yang melakukan konseling kespro masih rendah

2.2 Kegiatan Strategis Kedeputian KBPR


Peningkatan CPR terutama MKJP
 Pemenuhan kebutuhan alokon sistem cafetaria (khususnya MKJP)
dan sarana di faskes
 Perluasan dan peningkatan pelayanan KB MKJP di fasilitas
kesehatan dan jejaringnya
 Peningkatan penggerakan dan pelayanan KB pasca persalinan dan
pasca keguguran
 Pelatihan teknis medis pelayanan KB dan kualifikasi pasca
pelatihan bagi tenaga kesehatan

8
9

Papua merupakan provinsi dengan pencapaian penggunaan kontrasepsi


(contraceptive prevalence rate, CPR) terendah dibanding 33 provinsi
lainnya dengan presentase pemakaian kontrasepsi modern sebesar
16,05% dan pemakaian semua cara KB (modern dan tradisional)
sebesar 23,37%. Sedangkan provinsi dengan penggunaan CPR tertinggi
adalah Kalimantan Selatan (semua cara 70,13%; cara modern 69,37%).
10

Grafik 2 diatas menunjukkan bahwa peningkatan pemakaian


kontrasepsi yang terjadi sejak tahun 2010 hingga 2013 diikuti dengan
penurunan pemakaian alkon pada tahun 2014. Penurunan tajam dalam
hal pemakaian kontrasepsi terjadi pada tahun 2015. Pemakaian
kontrasepsi modern juga memperlihatkan penurunan sejak tahun 2012
hingga 2015 (grafik 3).

Grafik 4 menggambarkan bahwa sebagian besar PUS (pasangan usia


subur) peserta KB di Indonesia masih mengandalkan kontrasepsi
suntikan (59,57%) dan pil (20,71%) dari total pengguna KB. Sedangkan
persentase pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
terbesar adalah pengguna IUD (7,30%) dan Susuk KB (6,21%). Adapun
peserta KB pria yang ada hanya mencapai sekitar 1,27% (MOP = 0,27%
dan Kondom = 1%). Grafik 4 memperlihatkan bahwa penggunaan
11

MKJP adalah 17,01%.

Penurunan unmet need


 Mendekatkan akses pelayanan KB di DTPK dan miskin perkotaan
melalui pelayanan KB bergerak
 Memperluas jejaring kemitraan pelayanan KB terutama di
kampung KB
 Peningkatan kesertaan KB pria

Unmet Need adalah kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak


terpenuhi. Selama periode 1991-2012, data SDKI menunjukkan adanya
penurunan presentase unmet need pada wanita usia 15-49 tahun yang
membutuhkan pelayanan KB, yaitu 12,7% pada 1991 menjadi 8,5%
12

pada 2012. Walaupun demikian, presentase ini belum dapat mencapai


target unmet need pada RPJMN 2014 sebesar 6,5%,
Penurunan angka putus pakai
 Penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB
 Penguatan poktan melalui penyediaan materi konseling kesehatan
reproduksi
 Memastikan ketersediaan alokon yang tepat jumlah dan tepat
waktu di fasilitas kesehatan
 Pembinaan kesertaan berKB melalui PLKB, PKB, PPKBD, sub
PPKBD, Kader kelompok-kelompok kegiatan
Peningkatan Kualitas Pelayanan KB
 Penetapan standarisasi pelayanan KB
 Penetapan standarisasi kompetensi tenaga pelayanan KB
 Penetapan standarisasi FKTP swasta penyelenggara pelayanan KB
 Penguatan Tim Jaga Mutu pelayanan KB melalui kemitraan (antara
lain kerja sama dengan organisasi profesi)
Penurunan Unmet Need Karena Takut Efek Samping
 Pengembangan Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian
Kontrasepsi ( bekerjasama dengan ADPIN)
 Sosialisasi Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian
Kontrasepsi melalui Faskes, Poktan dan Mitra Kerja

2.3 Inovasi Program


- Pelaksanaan pelatihan pelayanan KB bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran (pre service training) negeri dan swasta di 10 Provinsi
dan Pengembangan di 13 Provinsi
- Pengembangan Model Pelayanan KB JKN di Bidan Praktek
Mandiri dan Dokter Praktik Swasta
- Peningkatan Peran Organisasi Profesi dalam Pelatihan CTU secara
mandiri (tindak lanjut Kepmenkes RI No. 320 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelatihan Klinis Kesehatan Reproduksi)
13

- Bekerjasama dengan ADPIN dan Sestama dalam Pengembangan


sistem peringatan dini kekosongan alokon (sirine alokon) di
fasilitas kesehatan di 4 provinsi (Kalimantan Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Selatan)
- Bekerjasama dengan ADPIN dan Sestama dalam Penguatan sistem
informasi manajemen logistik alokon bekerjasama dengan John
Snow Incorporated (JSI) di 4 provinsi (Sumatera Utara, Jawa
Tengah, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta)
- Sinkronisasi data Kepesertaan KB dan Faskes dengan BPJS
Kesehatan dalam rangka optimalisasi pelayanan KB dan
pembiayaannya.
- Pendampingan spesialistik di seluruh provinsi/kabupaten kota yang
belum mempunyai dokter MOP untuk mencapai target 1
kabupaten/kota 1 dokter MOP dan Penguatan pelayanan MOP di 7
provinsi (DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, Maluku)
- Intensifikasi pelayanan di 122 Kabupaten DTPK dan 97 Miskot
melalui kemitraan (daftar terlampir)
- Penyediaan materi promosi konseling kesehatan reproduksi bagi
kelompok BKB, BKR, BKL, UPPKS dan PIK Remaja
- Penguatan komitmen organisasi profesi (HOGSI, POGI) dalam
pelayanan KB Pasca Salin dan Pasca Keguguran.

2.4 Latar Belakang


Renstra BKKBN Tahun 2015-2019, dalam bidang KB dan KR tertuang
salah satu prioritas dengan sasaran Program yaitu Meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan pelayanan KB dan KR yang terstandarisasi/kompeten.
Dilakukan upaya peningkatan kualifikasi tenaga pelatih dalam upaya
meningkatkan dan mengembangkan kapasitas tenaga pengelola dan
pelayanan medis KB serta peningkatan peran serta mitra kerja dalam
peningkatan kualitas pembinaan kesertaan ber-KB.
14

2.5 Implementasi Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Pelayanan KB


Selama ini BKKBN bersama mitra kerja (JNPK/POGI) telah
melakukan program in service training sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Mulai tahun 2016, dikembangkan Program Pre Service training bagi
mahasiswa kedokteran yang akan lulus. Program Pre Service training
dilaksanakan bekerja sama dengan Universitas Gajahmada Yogjakarta, yg
lebih dahulu mengembangkan kegiatan ini.
Sasaran Pelaksanaan Pre Servie Training tahun 2016 dan 2017
sebanyak 10 Fakultas kedokteran di 10 Provinsi. Pada tahun 2016, kegiatan
Pre Service training diawali dengan Pelatihan TOT di 10 Fakultas
Kedokteran untuk menjadi Tenaga Pelatih di Provinsi. Pada awal tahun 2017
ada dilaksanaan Pelatihan Pre Servie Training di 10 Fakultas kedokteran di
10 Provinsi.

2.6 Tujuan
- Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan para Mahasiswa Kedokteran yang akan
lulus dari Institusi Pendidikan Kedokteran untuk memberikan
pelayanan KB yang berkualitas

- Tujuan khusus
 Terselenggaranya pelatihan Pre-Service Training bagi para
mahasiswa kedokteran di Institusi Pendidikan Kedokteran
 Meningkatkan jumlah kelulusan tenaga dokter yang kompeten
dalam memberikan Pelayanan KB yang berkualitas sesuai
dengan SOP
 Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan KB

2.7 Fakultas Kedokteran Sasaran Kegiatan Pre-Service Training Tahun


2016 dan 2017
15

- Provinsi Sumatera Selatan  Universitas Sriwijaya


- Provinsi Lampung  Universitas Lampung
- Provinsi Jawa Tengah  Universitas Diponegoro
- Provinsi Jawa Timur  Universitas Brawijaya
- Provinsi Bali  Universitas Udayana
- Provinsi Sumatera Barat  Universitas Andalas
- Provinsi Sulawesi Selatan  Universitas Hasanudin
- Provinsi DKI Jakarta  Universitas Indonesia
- Provinsi Jawa Barat  Universitas Pajajaran
- Provinsi DIY  Universitas Islam Indonesia

2.8 Pelaksanaan Pre Service Training


- Pre Service Training menjadi bagian dari kurikulum pendidikan
kedokteran
- Dalam mendukung pelaksanaan pre service training, fakultas
kedokteran bertanggung jawab dalam hal standarisasi modul,
kurikulum pembelajaran, penyiapan tenaga pelatih, penyiapan
mahasiswa (jumlah), waktu pelaksanaan (saat co as dan setelah co
as), tempat pelaksanaan kegiatan pre service training termasuk
kegiatan praktik lapangan (puskesmas, BPM dan rumah sakit)
- Penyiapan lapangan pre service training bekerjasama dengan
perwakilan BKKBN Provinsi
- Koordinasi Intensif antara perwakilan BKKBN Provinsi dengan
organisasi profesi dalam hal penyiapan dan pelaksanaan pre service
training di maisng-masing provinsi
- Perwakilan BKKBN Provinsi dengan fakultas kedokteran masing-
masing menyiapkan pembiayan untuk kegiatan pre service training
pada tahun 2017
- BKKBN Pusat menyiapkan Master Training bekerja sama dengan
Universitas Gajah Mada Yogjakarta dalam bentuk kegiatan TOT
16

yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 21 – 24


November 2016

2.9 Persyaratan Peserta TOT Preservis Training


- Satu staff pengajar Dokter Obstetri dan Ginekologi yang
mengampu mata kuliah S1 dengan muatan Obstetri dan Ginekologi
di fakultas kedokteran Di Indonesia
- Satu staff pengajar Dokter Obstetri dan Ginekologi ataupun dokter
umum yang terlibat dalam pembuatan kurikulum dengan muatan
Obstetri dan ginokologi di fakultas ke dokteran di Indonesia

2.10 Hal –hal yang Perlu Diperhatikan


- Adanya pedoman pelaksanaan TOT Preservice training yang akan
di gunakan pada institusi pendidikan fakultas kedokteran
- Tata cara penggunaan Modul yang sudah ada pada FK-UGM
- Tata cara penggunaan Kurikulum
- Tata cara penggunaan bahan/alat bantu ajar/media pembelajaran
- Master Training

2.11 Pengendalian Mutu


Perlu diadakan program yang akan menjamin kualitas pelayanan KB
secara berkala melalui monitor, evaluasi dan pengendalian mutu sehingga
pelayanan KB yang berkualitas tetap terjaga.

2.12 Output Rapat Koordinasi


- Menyepakati pola pelatihan TOT preservis training
- Menyepakati penggunaan Modul dan Kurikulum preservis training
- Menyusun rencana aksi dan tindak lanjut kegiatan preservis
training di 10 provinsi
17

- Terlaksananya Pelatihan Pre Servis Training di 10 Fakultas


Kedokteran di 10 Provinsi pada awal tahun 2017.

III. Konseling Kontrasepsi


3.1 Definisi
Proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas
untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan
membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.
18

Dalam konseling terjadi proses hubungan saling membantu dimana 2


(dua) pihak; sebagi konselor dan klien dengan kedudukannya yang setara
untuk bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri
untuk menyelesaikan masalah tertentu dalam kehidupannya, lebih dapat
mengerti dirinya, dan lebih dapat menyesuaikan dirinya.

3.2 Manfaat Konseling


- Pasien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan reproduksinya
- Puas terhadap pilihannya sehingga dapat mengurangi keluhan atau
penyesalan
- Memberdayakan pasien untuk menentukan metode dan lama
penggunaan alat kontrasepsi
- Membangun rasa saling percaya
- Menghormati hak pasien dan petugas
3.3 Jenis Konseling
- Konseling Umum (misal oleh PLKB). Penjelasan umum dari
berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
- Konseling Spesifik (misal oleh dokter/bidan/konselor). Penjelasan
spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
- Konseling pra dan pascatindakan (misal oleh operator/
konselor/dokter/bidan). Penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan
lisan/instruksi tertulis asuhan mandiri.

18
3.4 Teknik dan Langkah-Langkah Konseling
- GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987)
 G : Greet
19

Memberikan salam, memperkanal diri, dan membuka


komunikasi.
 A : Ask/Assess
Menanyakan keluhan dan kebutuhan pasien dan menilai
apakah keluhan/keinginan yang disampaikan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
 T : Tell
Memberitahu persoalan utama yang dihadapi pasien sesuai
hasil tukar informasi dalam komunikasi dan mencari upaya
penyelesaian masalah.
 H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan
masalah tersebut harus diselesaikan. Jelaskan beberapa upaya
yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, meliputi
kelebihan serta keterbatasan dari masing-masing upaya
tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara yang terbaik
bagi dirinya.
 E : Explain
Jelaskan bahwa upaya yang terpilih telah diberikan dan
dianjurkan, dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera
terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan
hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula dengan siapa dan
dimana pertolongan lanjutan atau pertolongan darurat dapat
diperoleh.
 R : Refer and Return Visite
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan
yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila
pelayanan terpilih telah diberikan.

- Praktik Konseling
 Bagi peserta dalam 2 kelompok
20

 Kelompok 1 memperagakan proses konseling pra-tindakan


dan kelompok 2 mengamati (dengan daftar tilik yang
tersedia), perhatikan kesesuaiannya dengan informed choice
dan teknik konseling (GATHER)
 Gunakan alat bantu konseling yang tersedia (misalnya lembar
balik metode kontrasepsi WHO)
 Diskusikan hasil praktik dan tentukan apakah teknik konseling
telah dilakukan dengan benar

- Informed Choiced dan Informed Consent


 Informed Choiced
o Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah
memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai
dengan dirinya/keluarganya
o Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian
informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh
klien
o Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai
alternatif yang tersedia
 Informed Consent
o Bukti tertulis tentang persetujuan klien untuk dilakukan
tindakan/prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang
dipilih klien (informed choice)
o Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya
apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan
hal tersebut
o Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung
risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau
tak terduga sebelumnya)

3.5 Hak Klien


21

- Terjaga harga diri dan martabatnya


- Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan
- Memperoleh informasi tentang kondisi kesehatannya dan tindakan
yang akan dilaksanakan
- Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
- Menerima atau menolak pelayanan/tindakan yang akan dilakukan

3.6 Konselor
- Peran konseling
 Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk
membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya
 Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat
tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia
 Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses
pembuatan Persetujuan Tindakan Medik

- Ciri Konselor Efektif


 Memperlakukan klien dengan baik
 Berinteraksi positif dalam posisi seimbang
22

 Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan


diingat serta tidak berlebihan
 Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan
metode kontrasepsi
 Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat
pilihan yang sesuai dengan kondisinya

IV. Kontrasepsi Hormonal


4.1 Definisi
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesterone.

4.2 Jenis Kontrasepsi


23

Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam


kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil)
Kontrasepsi Implant.
a. Kontrasepsi Suntikan
Jenis
- Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 mg.
- Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan
estrogen.
- Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung
derivate testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
- Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
- Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
- Mengubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna
untuk implantasi dari hasil konsepsi.
Keuntungan
- Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama 3x suntikan pertama kemudian
selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
- DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan
dosis 150 mg.
- Tingkat efektifitasnya tinggi
- Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
23
- Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
- Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
- Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara
tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-
bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
24

- Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa


perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau
keluarga lain.
- Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang
disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih
serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat
menekan produksi ASI.

Kerugian
- Perdarahan yang tidak menentu
- Terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
- Berat badan yang bertambah
- Sakit kepala
- Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
- Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat
ditarik lagi.
- Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka
kegagalan 0.7%.
- Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
- Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
- Memerlukan biaya yang cukup tinggi.

Saat Pemberian yang Tepat


- Paska persalinan : segera saat masih di RS, setelah 6 minggu post
partum, sebelum melakukan hubungan suami-istri, dan tepat saat
jadwal suntikan berikutnya,
- Paska abortus : segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari,
jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
- Interval : hari ke-5 menstruasi atau jadwal waktu suntikan
diperhitungkan.
25

Kontraindikasi
- Tersangka hamil
- Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak
diketahui penyebabnya
- Tumor/keganasan
- Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.

Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular
tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan
kurang lebih satu minggu.

Efek Samping dan Penanggulangannya


- Gangguan haid
Amenorrhea, spotting, dan metrorhagia dapat terjadi pada
penggunaan kontrasepsi suntikan. Amenorrhea, yaitu tidak datang
haid setiap bulan selama penggunaan KB suntik terjadi kecuali pada
pemakaian cyclofem. Spotting, yaitu bercak perdarahan diluar haid
dapat terjadi selam penggunaan KB suntikan. Metrorhagia, yaitu
perdarahan yang berlebihan jumlahnya. Hal-hal tersebut dapat
diatasi dengan edukasi pasien tentang efek samping KB hormonal
suntikan dapat mengakibatkan hal tersebut dan perdarahan tidak
berlangsung lama, apabila pasien ingin haid dapat diberikan Pil KB
hari I-II masing-masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan
1x1 tablet selama 3-5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat diberikan
preparat estrogen misalnya Lymoral 2x1 tablet sehari sampai
perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti dapat dlakukan
tapering off menjadi 1x1 tablet.

- Keputihan
26

Adanya cairan putih berlebihan yang keluar dari vagina dan terasa
mengganggu (jarang terjadi). Hal ini dapat diatasi dengan preparat
antikolinergik seperti extrabelladona 10 mg dosi 2x1 tablet untuk
mengurangi cairan berlebih. Umumnya tidak diperlukan pengobatan
cukup dilakukan konseling, tetapi apabila terdapat perubahan warna
dan aroma maka perlu dicurigai telah terjadi infeksi.

- Perubahan berat badan


Berat badan bertambah beberpaa kilogram dalam beberapa bulan
setelah menggunakan KB suntikan. Edukasi diperlukan, beberapa
ahli berpendapat bahwa DMPA merangsang pusat pengendalian
nafsu makan di hipotalamus dan menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya. Disamping itu juga dapat terjadi penurunan
berat badan. Pilihan utama untuk mengatasi ini adalah diet rendah
kalori dan olahraga teratur. Bila tidak berhasil sebaiknya menganti
KB menjadi KB non hormonal.

- Pusing dan sakit kepala


Rasa berputar/sakit kepala dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi,
atau seluruh kepala, ini biasanya bersifat sementara. Edukasi dan
pemberian antiprostagladin dengan acetosal 3x500mg / hari.

- Hematoma
Warna biru atau rasa nyeri ditempat suntikan akibat perdarahan di
bawah kulit. Kompres dingin pada daerah yang membiru 2 hari.
setelah itu kompres hangat sehingga warna biru menjadi warna
kuning dan menghilang.

Komplikasi dan Penanggulangannya


- Komplikasi
27

Abses, rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses
teraba adanya benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya
diakibatkan karena pemakaian jarum suntik yang berulang.
- Penanggulangan
Pemberian antibiotik dosis tinggi ( Ampicilin 500 mg, 3 x 1 tablet /
hari ). Bila abses : Berikan kompres untuk mendinginkan infeksi /
mematangkan abses misalnya kompres permanganas atau rivanol.
Bila ada fluktuasi pada abses, dapat dilakukan insisi abses, setelah

Tempat Pelayanan
- Rumah Sakit / Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin
- Puskesmas / Balai kesehatan Masyarakat / Poliklinik Swasta /
Poliklinik Pemerintah.
- Poliklinik Keliling
- Dokter / Bidan Praktek Swasta

b. Kontrasepsi Oral (Pil)


Jenis
- Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone
sintetik yang diminum 3 kali seminggu.
- Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan
urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan
selama 14 – 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan
estrogen selama 5 – 7 hari terakhir.
- Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung
progestrone dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus
diminum setiap hari termasuk pada saat haid.
- Once a month pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang ”
Long acting ” yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita
yang mempunyai Biological Half Life panjang
28

- Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung


estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat
saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

Efek Samping
- Nausea
- Nyeri payudara
- Gangguan haid
- Hipertensi
- Acne
- Penambahan berat badan

Keuntungan
- Mudah menggunakannya
- Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur
muda.
- Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi
- Dapat mencegah defesiensi zat besi (Fe)
- Mengurangi resiko kanker ovarium.
- Tidak mempengaruhi produksi ASI pada saat pemakaian pil yang
mengandung estrogen.

c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi
membuat getah serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak
sempat menerima hasil konsepsi.
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak
berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang
kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid yang
banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama sekali.
Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan
29

kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit
kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera
makan dan perubahan berat badan.

Keuntungan
- Efektifitas tinggi setelah dipasang
- Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.
- Tidak mengandung estrogen
- Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
- Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant,
sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi.
- Dapat mencegah terjadinya anemia

Kerugian
- Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.
- Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant.
- Lebih mahal
- Sering timbul perubahan pola haid
- Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

V. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


5.1 Definisi
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi
dalam uterus (Hidayati, 2009).
30

Pengertian AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang
terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (Handayani, 2010).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada
yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit
dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya
berisi hormone progesterone (Kusmarjati, 2011).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi
ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan
sel sperma (Wiknjosastro, 2003).

5.2 Jenis AKDR


a. Copper T

Gambar 3. IUD Copper-T (Imbarwati:2009)


Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polythellen dimana pada bagian
30 vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas
(antipembuahan) yang cukup baik. Spiral jenis copper T (melepaskan
tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan
sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10
tahun.
31

b. Progstasert
Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1
tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7.
Menurut Imbarwati (2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud
untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertical 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus
pada IUD Copper-T.

c. Multiload

Gambar 4. IUD Multiload (Imbarwati:2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik


(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multiload
yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippesloop
32

Gambar 5. IUD Lippes Loop Imbarwati:2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene,


berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menuru tukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25mm (benangbiru), tipe B 27,5mm (benang hitam), tipe C
berukuran 30mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30mm dan
tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.

5.3 Cara Kerja


- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
- AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangikemampuan sperma untuk
fertilisasi.
- Memunginkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

5.4 Keuntungan
33

- Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5–1 kehamilan


per 100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan
(Sujiyantini dan Arum,2009).
- AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.
- Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T–380A dan
tidak perlu diganti)
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat–ingat . Tidak
mempengaruhi hubungan seksual
- Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
- Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380)
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
- Tidak ada interaksi dengan obat–obat.
- Membantu mencegah kehamilan ektopik.

5.5 Kerugian
a. Efek Samping
- Perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3bulan)
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan (spotting) antar menstruasi
- Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
34

- Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang


memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
e. Tidak baik digunakan pada pasien dengan PID
f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik

5.6 Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil
- Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita
penyakit kelamin
- Pernah menderita radang rongga panggul
- Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
- Riwayat kehamilan ektopik
- Penderita kanker alat kelamin.

5.7 Cara dan Waktu Pemasangan


a. Persiapan Alat
- Meja ginekologi
- Lampus sorot
- Kursi duduk
- Spekulum Bivalue (Spekulum cocor bebek)
- Tampon tang
- Sonde uteri
- Tenakulum
- Gunting
- Mangkuk untuk larutan antiseptik
- Sarung tangan
35

- Duk steril
- Kasa steril
- Kapas cebok
- Cairan antiseptik (povidone iodine 10% dan klorin 0,5%)
- AKDR

b. Waktu Pemasangan
- Sewaktu haid sedang berlangsung
Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh
karena servik pada waktu agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri
tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai akibat
pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

- Sewaktu postpartum
 Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melahirkan
sebelum dipulangkan dari rumah sakit

 Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan


setelah partus atau abortus

 Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga


bulan setelah partus atau abortus

- Sewaktu abortus
- Beberapa hari setelah haid terakhir

c. Cara Pemasangan
- Informed consent
- Inspeksi pada perineum, labia, dan dinding vagina
- Visualisasi serviks dengan spekulum
- Berikan antiseptik Povidone Iodine 10%
36

- Jepit bagian anterior serviks arah jam 11 dengan Ring


Forceps atau tenakulum
- Insersi sonde uteri dengan teknik “no-touch” untuk
mengukur pajang uteri.
- Sesuaikan panjang AKDR dan sonde uteri
- Insersi AKDR dengan teknik “withdrawal”
- Potong benang AKDR 3-4 cm dari portio dan selipkan
benang ke portio posterior.
- Lepaskan tenakulum, bila ada perdarahan tampon dengan
kasa steril.
- Lepaskan spekulum dan bersihkan vagina
- Rendam semua alat di klorin 0,5% dan buang semua bahan
habis pakai ditempatnya

d. Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN
(2003):
- 1 minggu pasca pemasangan
- 2 bulan pasca pemasangan
- Setiap 6 bulan berikutnya
- 1 tahun sekali
- Bila terlambat haid 1 minggu
- Perdarahan banyak dan tidak teratur
Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang
dilakukan pada:
- 1 minggu pasca pemasangan
- 3 bulan berikutnya
- Berikutnya setiap 6 bulan
VI. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
6.1 Vasektomi
a. Definisi
37

Vasektomi merupakan tindakan pengikatan dan pemutusan saluran


sperma kanan dan kiri, sehingga saat ejakulasi cairan mani yang
keluar tidak lagi mengandung sperma, sehingga kehamilan tidak
terjadi.

b. Epidemiologi
Vasektomi paling sedikit digunakan pada orang kulit hitam dan
minoritas di Amerika Serikat. Faktor sosial budaya dan keyakinan
agama dapat membatasi penggunaan sterilisasi. Status psikososial
pria yang menjalani vasektomi adalah faktor yang paling penting
untuk penerimaan prosedur. Jumlah pengguna vasektomi di
Indonesia masih berkisar 1% dari total pengguna
kontrasepsi.Perbandingan pengguna tubektomi dan vasektomi di
Indonesia adalah 8 : 1.

c. Jenis Vasektomi
- Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Dikembangkan di Cina oleh Profesor Lee dan mulai
diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1988 dengan
menggunakan anestesia lokal. Petugas memfiksasi vasa diferensia di
bawah skrotum dan raphe mediana. Kemudian vasa diambil dengan
klem diseksi dan dioklusi, baik yang kiri maupun yang kanan (hanya
melalui satu lubang). Luka diseksi tidak perlu dijahit, cukup ditutup
plester

- Vasektomi dengan insisi skrotum (Tradisional)


Dilakukan 1 atau 2 insisi pada skrotum. 99% prosedur vasektomi
dilakukan dengan anestesia lokal. Jenis oklusi yang umum dipakai
adalah ligasi, kauterisasi, dan gabungan (kombinasi).

37
38

d. Mekanisme Kerja
Oklusi vasa deferensia membuat sperma tidak dapat mencapai
vesikula seminalis sehingga tidak ada di dalam cairan ejakulat saat
terjadi emisi ke dalam vagina

Hal-hal Penting Sebelum Pemasangan:


 Keputusan penggunaan harus memenuhi azaz sukarela
 Klien berhak membatalkan putusan setiap saat sebelum prosedur
dilaksanakan.
 Klien harus memahami bahwa Kontrasepsi Mantap bersifat
permanen (non-reversible).
 Tidak diperkenankan memasukkan unsur insentif dalam menerima
Kontap.
39

 Persetujuan Tindakan Medik (PTM) dari klien merupakan syarat


mutlak untuk melakukan Tubektomi.
 Persetujuan dari pasangannya merupakan bukti bahwa ia
mengetahui klien telah memberi PTM dan bersedia menanggung
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul (misalnya: biaya, efek
samping, pengobatan/perawatan)

Petunjuk Untuk Klien


 Pastikan area luka diseksi/insisi tetap bersih, kering dan terbalut
selama 3 hari.
 Jangan mengorek atau menggaruk luka insisi atau diseksi sebelum
sembuh.
 Klien boleh mandi setelah 24 jam tetapi luka harus tetap kering.
Setelah 3 hari, klien boleh membersihkan luka dengan sabun dan air
bersih
 Gunakan penyangga skrotum, jaga agar area operasi tetap kering dan
istirahatlah selama 2 hari.
 Untuk mengatasi nyeri, minum 2 - 3 tablet analgesik setiap 4 - 6 jam
dan pakai kompres es (jangan basah)
 Jangan mengangkat benda berat atau bekerja keras selama 3 hari.
 Hindari sanggama selama 2 - 3 hari atau hingga klien terasa nyaman
atau siap untuk itu.
 Untuk mengosongkan depot sperma dalam vesikula seminalis,
gunakan kondom/kontrasepsi lain hingga 20 kali ejakulasi.
 Bila menggunakan benang jahit yang tidak diserap, klien diminta
kembalilah setelah 1 minggu vasektomi
 Untuk memastikan tidak ada sperma dalam cairan mani, lakukan uji
air mani setelah 3 bulan operasi.

Masalah Pasca Bedah


40

 Infeksi pada luka insisi atau di daerah yang mengalami manipulasi


saat pembedahan
 Hematoma
 Granuloma
 Edema atau pengumpulan cairan yang berlebihan
 Nyeri pada luka insisi atau area pembedahan

Persyaratan Program
 Pelatihan yang memadai untuk konseling dan evaluasi klien (riwayat
dan pemeriksaan fisik)
 Tim Medis yang kompeten dan patuh terhadap standar pelayanan
untuk klien yang sadar atau sedikit terbius
 Pasokan memadai (instrumen, sarana penunjang, bahan habis pakai
yang sudah DTT atau steril)
 Penerapan budaya aman dan praktik pencegahan infeksi standar
(adaptasi internasional)
 Tersedianya peralatan dan obat-obatan gawatdarurat
 Adanya jaringan rujukan untuk penyulit atau masalah rumit atau tak
terselesaikan

Barrier Medik dalam Pelayanan


 Menerapkan batasan usia (muda dan tua) dan paritas (kurang dari
dua anak yang lahir hidup, tidak ada anak laki-laki)
 Status perkawinan/persetujuan dari pasangan
 Kurangnya tingkat pemahaman klinik dan program dari pemberi
layanan
 Penerapan kriteria atau aturan ketat
 Ketentuan ketat tentang pemberi pelayanan: dokter spesialis dan
dokter terlatih
41

e. Manfaat dan Keterbatasan Vasektomi


Meskipun kurang populer dibandingkan bentuk sterilisasi lainnya,
seperti ligasi tuba untuk pasangan seksual pria (wanita), prosedur ini
menawarkan beberapa keunggulan, seperti biaya pengeluaran yang lebih
rendah, tingkat invasi yang lebih rendah (yaitu, tidak memerlukan
anestesi umum atau rawat inap), dan waktu pemulihan yang lebih cepat.
Juga, pemeriksaan kesuburan di masa mendatang yang dapat dilakukan
kapan saja dengan analisis air mani, tidak seperti pada wanita yang telah
menjalani ligasi tuba.

Manfaat Kontraseptif
 Sangat efektif (0.1-0.15 kehamilan per 100 wanita) dalam tahun
pertama penggunaan
 Bersifat permanen dan segera efektif
 Tidak mengganggu proses sanggama
 Sesuai untuk pengguna yang pasangannya tidak boleh hamil atau
kehamilan dapat membahayakan keselamatan jiwa wanita tersebut
 Teknik bedah sederhana dengan anestesia lokal
 Tak ada efek samping jangka panjang
 Tak mengganggu produksi hormon pria atau mengganggu fungsi
seksual

Manfaat Non Kontraseptif


 Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
 Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan kontrasepsi

Keterbatasan
 Permanen (non-reversible) dan timbul masalah bila klien menikah
lagi
 Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan dikemudian hari
42

 Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga


perlu 20 kali ejakulasi
 Risiko dan efek samping pembedahan kecil
 Ada nyeri / rasa tak nyaman pasca-bedah
 Perlu tenaga pelaksana terlatih
 Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS)

f. Konseling Vasektomi
 Kepastian tentang tujuan reproduksi dan fertilitas serta
kemungkinan untuk memulihkan kesuburan dikemudian hari
 Merasa tidak perlu memberi persetujuan tindakan medik untuk
prosedur vasektomi

Tempat Pelayanan :
 75% dilakukan di tempat praktek dokter
 21% di klinik Kontap
 3% melalui pelayanan mobil
Tenaga Pelaksana :
 72% ahli bedah urologi
 28% dokter umum terlatih

g. Indikasi dan Kontraindikasi Vasektomi


Vasektomi diindikasikan untuk setiap orang yang tidak ingin
memiliki anak berlebih dan yang menginginkan metode rawat jalan
yang murah untuk pembedahan sterilisasi permanen secara sukarela.
Vasektomi sesuai untuk pria:
 Dari semua usia reproduksi (biasanya usia 50 tahun)
 Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas, ingin metode
kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen
43

 Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan


dimana kehamilan dapat menimbulkan risiko kesehatan atau
mengancam keselamatan jiwanya
 Yang memahami azaz sukarela dan memberi persetujuan tindakan
medik untuk prosedur tersebut
 Yang merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jumlah
keluarga yang diinginkan

Kontraindikasi untuk vasektomi tanpa skalpel antara lain: (1)


Kelainan anatomi, seperti ketidakmampuan untuk mempalpasi dan
memobilisasi vas deferens atau hidrokel besar atau varikokel; (2)
Riwayat trauma masa lampau dan jaringan parut pada skrotum, (3)
Infeksi kulit skrotum lokal yang akut.
Perawatan dan pertimbangan ekstrim harus dilakukan pada pasien
yang menggunakan obat antikoagulan atau antiplatelet. Komplikasi
pembedahan, tingkat kegagalan, metode alternatif pengendalian
kelahiran, dan kemungkinan nyeri pasca operasi kronik juga harus
didiskusikan, dan semua pertanyaan harus dijawab. Ketidakstabilan
emosi atau perasaan yang tidak yakin tentang sterilisasi permanen juga
merupakan kontraindikasi vasektomi.
Kondisi (WHO Kelas 3) yang Perlu Dipertimbangkan bagi Calon
Pengguna
 Infeksi kulit di tempat insisi atau area pembedahan
 Infeksi akut saluran kemih atau genitalia
 Infeksi sistemik akut (misalnya: influenza, gastroenteritis, hepatitis
virus)
 Penyakit jantung simptomatik, kelainan pembekuan darah,
diabetes
44

Apabila terdapat hal-hal tersebut perlu dilakukan penundaan atau


penanganan yang sesuai hingga kondisinya membaik atau memenuhi
syarat tindakan operatif.

Kondisi yang Memerlukan Operator Handal dan Fasilitas Pendukung


 Varikokel Besar
 Hernia Inguinalis
 Filariasis
 Jaringan parut pada skrotum
 Riwayat bedah skrotum atau testis sebelumnya
 Massa intraskrotal (perlu konfirmasi atau evaluasi lebih lanjut)
 Testis tidak turun tetapi tidak ada riwayat infertilitas
 Kriptordismus (termasuk yang bilateral tetapi tidak punya riwayat
infertilitas sebelumnya)
 Penyakit yang berkaitan dengan PMS atau transmisi penyakit
menular melalui hubungan seksual (misal: AIDS, HBV, dsb)
 Anemia berat atau sedang menggunakan antikoagulansia

Riwayat Sosiomedik Klien yang Perlu Diketahui


 Riwayat operasi atau trauma regio genitalis
 Riwayat disfungsi seksual, termasuk impotensia
 Riwayat kehidupan seksual atau keharmonisan keluarga/pasangan
 Riwayat alergi obat/bahan tertentu
 Riwayat gagal ginjal
 Riwayat Diabetes yang tidak terkontrol

h. Komplikasi Vasektomi
Vasektomi adalah metode pengendalian kelahiran yang aman dan
efektif. Meskipun merupakan prosedur elektif yang sederhana,
vasektomi dikaitkan dengan potensi komplikasi mayor dan minor.
45

Tingkat kegagalan awal vasektomi (adanya sperma motil dalam


ejakulasi pada 3-6 bulan setelah vasektomi) sekitar 0,3-9% dan tingkat
kegagalan lanjut sekitar 0,04-0,08%. Teknik vasektomi no-scalpel
dikaitkan dengan risiko komplikasi pasca operasi yang lebih rendah dan
penggunaan kauter atau interposisi fascia akan mengurangi risiko
kegagalan kontrasepsi. Dengan demikian, konseling preoperatif yang
rinci dan penilaian yang cermat dari ejakulasi pasca-vasektomi sangat
penting.
Prosedur harus dijelaskan selama konsultasi awal. Pasien harus
diberitahu tentang perawatan luka dan potensi komplikasi dini, seperti:
infeksi (0,2‒1,5%), perdarahan atau hematoma (4‒20%), dan kegagalan
pembedahan (0,2‒5%). Pasien juga harus juga diberitahu mengenai
komplikasi lebih lanjut, seperti: nyeri skrotum kronik (1‒14%) dan
kegagalan vasektomi yang tertunda (0,05‒1%). Tidak ada komplikasi
lanjut lainnya yang berhubungan dengan vasektomi (misalnya penyakit
vaskular, hipertensi, kanker testis) dan, dengan demikian, hal tersebut
tidak perlu didiskusikan kecuali pasien bertanya.
Efek Jangka Panjang:
 Kanker prostat: semula dilaporkan ada peningkatan insidensi tetapi
studi terakhir tidak mendukung informasi tersebut
 Kanker testikuler: menurut beberapa penelitian, tidak ada
kaitannya dengan vasektomi
 Penularan HIV: tidak ada data yang mendukung bahwa angka
penularan HIV menurun terkait dengan vasektomi

Komplikasi Angka1

Hematoma 1.95
Infeksi 3.48

Per 100 vasektomi; 65,155 kasus


Source: Kendrick et al 1987
46

Perbandingan VTP dan Vasektomi Konvensional di Thailand

METODE KASUS KOMPLIKASI


JUMLAH ANGKA1

VTP 680 32 0.4


Konvensional 523 163 3.1

1 Per 100 vasektomi


2 2 hematoma (pengeringan bekas bedah tdk diperlukan); 1 infeksi
3 9 hematoma (2 memerlukan pengeringan bekas bedah); 7 infeksi
Source: Nirapathpongporn et al 1990

6.2 Tubektomi
a. Definisi
Sterilisasi adalah metode permanen untuk mengontrol kehamilan.
Prosedur sterilisasi pada wanita disebut dengan oklusi tuba/tubektomi.

b. Epidemiologi
Sterilisasi pada wanita adalah salah satu metode terbaik dan efektif
untuk wanita yang telah merasa lengkap pada jumlah keluarga mereka.
Di Asia, sterilisasi perempuan meningkat dari 34% pada tahun 1980-
1984 menjadi 42-43% pada tahun 1985-2005. Sterilisasi pada wanita
adalah metode utama di kalangan wanita berusia 35 tahun dan lebih tua.

c. Jenis Tubektomi
Terdapat tiga cara sterilisasi untuk wanita (tubektomi) yang dapat
dilakukan: 1) minilaparotomi, 2) laparoskopi, atau 3) histeroskopi.
Minilaparotomy. Dilakukan sayatan kecil pada bagian perut.
Saluran tuba ditelusuri melalui garis sayatan. Sebagian kecil dari setiap
tuba diangkat, atau kedua tuba dapat diangkat sepenuhnya. Atau yang
lebih jarang, menggunakan klip untuk menutup saluran tuba.
Pendekatan ini sering digunakan pada sterilisasi setelah persalinan.
47

Laparoskopi. Laparoskopi adalah jenis prosedur pembedahan yang


menggunakan alat yang disebut laparoskop untuk melihat organ
panggul. Saluran tuba ditutup menggunakan instrumen yang melewati
laparoskop atau dengan instrumen lain yang dimasukkan melalui
sayatan kecil yang lainnya.
Histeroskopi. Sterilisasi histeroskopi tidak membutuhkan sayatan
pada kulit. Hal ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Alat-alat yang
kecil ditempatkan ke dalam lubang tuba fallopii. Alat-alat tersebut
menyebabkan jaringan parut yang akan menghalangi saluran tuba.
Setelah melakukan prosedur histereskopi, dibutuhkan waktu 3 bulan
untuk membentuk jaringan parut tersebut. Selama waktu ini, pasien
harus menggunakan bentuk/jenis kontrasepsi yang lain untuk mencegah
kehamilan. Tes yang disebut hysterosalpingography harus dilakukan
untuk memastikan bahwa saluran tuba telah ditutup/dihalangi sebelum
pasien dapat menggunakannya sebagai satu-satunya metode
pengendalian kehamilannya.

d. Mekanisme Kerja
Mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (fertilisasi) dengan
jalan menutup atau oklusi saluran telur (tuba fallopii).

Hal Penting Sebelum Penggunaan


 Keputusan penggunaan harus memenuhi azaz sukarela
 Klien berhak membatalkan putusan setiap saat sebelum prosedur
dilaksanakan.
 Klien harus memahami bahwa Kontrasepsi Mantap bersifat
permanen (non-reversible).
 Tidak diperkenankan memasukkan unsur insentif dalam menerima
Kontap.
 Persetujuan Tindakan Medik (PTM) dari klien merupakan syarat
mutlak untuk melakukan Tubektomi
48

Waktu Pelaksanaan Tubektomi


 Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil atau
kemungkinan hamil dapat disingkirkan
 Hari ke 6–13 dari siklus haid (fase proliferatif lebih disukai)
 Pasca persalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu). Jika ingin
dilakukan di luar waktu tersebut, klien sudah divaksin (tetanus
toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat
dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman
 Pasca abortus segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak
ditemukan komplikasi infeksi

Anestesia Lebih dipilih menggunakan anestesia lokal. Anestesi


umum dan operator handal ditujukan pada kasus-kasus: (1) obesitas;
(2) kelainan organ ginekologi (sudah diketahui sebelumnya); (3) alergi
terhadap anestesia lokal; (4) dengan masalah medik yang dapat menjadi
penyulit atau menimbulkan komplikasi selama prosedur.

Petunjuk Untuk Klien:


 Jaga luka insisi bersih dan kering selama 2 hari. Lakukan kegiatan
sehari-hari secara bertahap.
 Hindari sanggama selama 1 minggu
 Hindari melakukan kerja berat/mengangkat benda berat selama 1
minggu
 Untuk nyeri pasca tubektomi gunakan 1-2 tablet analgesik setiap 4
sampai 6 jam
 Jadwalkan kunjungan ulangan antara hari ke 7–14
 Melakukan kunjungan kembali setelah 1 minggu jika menggunakan
benang jahit yang tidak dapat diserap (non-adsorbable)

e. Manfaat dan Keterbatasan Tubektomi


Manfaat Kontraseptif
49

Sterilisasi (tubektomi) pada wanita merupakan cara yang efektif


untuk mencegah kehamilan. Kurang dari 1 dalam 100 wanita yang
mengalami kehamilan pada 1 tahun yang melakukan prosedur ini.
Setelah 10 tahun, angka kehamilan berkisar antara 1-4 dari 100 wanita
yang menggunakan kontrasepsi ini, tergantung pada tipe metode
sterilisasi yang digunakan.
- Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama
pemakaian)
- Segera efektif dan bersifat permanen
- Tidak mengganggu proses sanggama
- Sangat sesuai untuk klien yang tidak boleh hamil / kehamilan dapat
mengancam keselamatannya
- Menggunakan teknik pembedahan sederhana dan menggunakan
anestesia lokal
- Tidak ada efek samping jangka panjang
- Tak menganggu produksi atau mengubah fungsi hormon atau
aktifitas seksual

Manfaat Non Kontraseptif


- Tidak mengganggu produksi ASI
- Mengurangi risiko kanker ovarium
- Risiko 39% lebih rendah dibandingkan dengan klien non-oklusi tuba
- Pengurangan risiko tidak tergantung dari jenis atau teknik metode
sterilisasi
- Risiko tetap rendah hingga 25 tahun pasca-oklusi tuba

Keterbatasan Tubektomi
- Bersifat permanen dan rekanalisasi tidak menjamin pulihnya
kesuburan
- Banyak terjadi penyesalan, terutama bila usia klien < 35 tahun
- Risiko pembedahan bertambah bila menggunakan anestesi umum
50

- Adanya rasa tidak nyaman dan nyeri pasca pembedahan


- Perlu operator terampil/terlatih (spesialis atau pelaksana khusus
untuk laparoscopy)
- Untuk jangka panjang, efektifitasnya relatif berkurang
- Meningkatkan risiko kehamilan ektopik
- Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual (misalnya
HBV dan HIV/AIDS)

Efektivitas Janga Panjang Berdasarkan Kelompok Usia


Kelompok Angka Kegagalan Kumulatif
Usia Kehamilan per 100 Wanita di atas Usia 10 tahun)
18-33 tahun 2,6
>34 tahun 0,7
Semua usia 1,8
Source: CREST Study 1996.

Efektifitas Jangka Panjang Berdasarkan Metoda


Metoda Angka Kegagalan
1 Tahun 10 Tahun
Koagulasi Unipolar 0,02 0,81
Salpingektomi Parsial Postpartum 0,01 0,75
Pemakaian Cincin Silikon 0,62 1,72
Salpingektomi Parsial Interval 0,75 2,01
Koagulasi Bipolar 0,35 2,48
Pemakaian Jepit Pegas 1,82 3,65

f. Studi CREST
Risiko kehamilan:
- Lebih tinggi dibandingkan hasil temuan sebelumnya selama
tahun pertama penggunaan
51

- Kurang dari 2% diatas 10 tahun pemakaian (18.5 per 1000


prosedur)
- Paling tinggi pada wanita berusia dibawah 30 tahun
- Lebih besar bila dilakukan dengan teknik salpingektomi parsial
pascapersalinan (8 per 100 prosedur)
- Tertinggi bila dilakukan dengan penjepit pegas (37 per 100
prosedur)

Kehamilan ektopik:
- 1 dari 3 kehamilan pasca tubektomi adalah ektopik
- Risiko kumulatif dalam 10 tahun adalah 7.3 per 1000 prosedur
- Risiko menjadi 2 kali lebih tinggi pada pengguna di bawah 30
tahun
- Risiko dalam tahun ke 4 –10 adalah tiga kali lebih tinggi
dibanding tahun ke 1 – 3

g. Konseling Tubektomi
Perlu dijelaskan pada wanita yang:
- Takut dengan prosedur operasi
- Belum pasti tentang rencana atau kebutuhan reproduksi
dikemudian hari
- Tidak mengerti azaz permanen, sukarela atau merasa tidak perlu
memberikan persetujuan tindakan medik

h. Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi


Indikasi
- Wanita berusia >22 hingga < 45 tahun
- Menghentikan fertilitas (tidak ingin memiliki anak lagi) secara
efektif dan permanen
- Kehamilan mengancam keselamatan jiwanya
- Pascapersalinan
52

- Pascakeguguran
- Laktasi (dalam 48 jam atau setelah 6 minggu)
- Mengerti arti permanen, sukarela, dan telah memberi
persetujuan untuk prosedur tersebut
Kondisi (WHO Kelas 3) yang Perlu Dipertimbangkan
- Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
- Infeksi panggul akut
- Infeksi sistemik akut (influenza, gastroenteritis, hepatitis virus,
dsb)
- Anemia (Hb < 7 g/dl)
- Infeksi kulit di daerah operasi
- Kanker ginekologik
- Trombosis vena dalam
Kondisi-Kondisi yang Memerlukan Operator Berpengalaman dan
Fasilitas Pendukung
- Diabetes Melitus
- Penyakit jantung simptomatis
- Hipertensi (>160/100 mmHg) terutama disertai kelainan
vaskuler
- Kelainan pembekuan darah
- Obesitas (>80 kg/176 lb)
- Hernia abdominalis/hernia umbilikalis
- Jaringan parut sayatan/sayatan ganda pada dinding abdomen
bawah

i. Komplikasi Tubektomi
Komplikasi Ligasi Tuba Laparoskopik
Pada komplikasi jangka pendek insidensi terjadinya komplikasi
adalah 1% dari total prosedur (tergantung keahlian operator) dan
berkaitan dengan prosedur/tehnik pembedahan. Sementara
komplikasi jangka panjang ligasi tuba laparoskopik adalah tingkat
53

efektifitas kontraseptif yang relatif menurun dengan seiring


pertambahan waktu.
Komplikasi Intraoperatif
Minilaparotomi dan laparoskopi:
- Trauma kandung kemih
- Perdarahan dari mesosalfing
- Konvulsi dan reaksi toksik anestesia lokal
- Fistula vesikovaginalis
- Depresi atau henti napas
- Cedera organ intraabdomen
Laparoskopi:
- Emboli gas/udara
- Reaksi vasovvagal
Komplikasi Dini Paskaoperasi
- Perdarahan/hematoma disertai nyeri bawah kulit (di tempat
pembedahan)
- Perdarahan organ dalam (ovarium, tuba, atau usus)
- Demam pasca pembedahan
- Infeksi luka insisi atau jaringan sekitarnya
- Emboli gas

KESIMPULAN

 Pencegahan infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi silang dan


diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan standar agar diperoleh hasil
maksimal dan memenuhi syarat
54

 Pencegahan infeksi tidak selalu berarti penambahan biaya, yang paling penting
adalah pembudayaan lingkungan bersih dan aman serta menumbuhkan
perilaku bekerja secara standar dan selalu menjaga kualitas pelayanan
 Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dan dilakukan bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk serta merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu
dan anak.
 Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia
ideal melahirkan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas
 Program pre service training dapat digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan para mahasiswa kedokteran dalam memberikan
pelayanan KB yang berkualitas dan berkompeten.
 Konseling merupakan tahapan kunci bagi kesesuaian pilihan, kepuasan klien
dan kelangsungan penggunaan metode kontrasepsi secara efektif
 Keterampilan untuk melakukan Komunikasi Interpersonal merupakan syarat
mutlak bagi seorang Konselor Efektif
 Persetujuan Tindakan Medik seharusnya diperoleh melalui proses yang benar
dan lengkap
 Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan alat
kontrasepsi.
 Terdapat berbagai jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk
mengendalikan overpopulasi pada negara berkembang yaitu kontrasepsi pil,
kontrasepsi suntik, kontrasepsi implant, alat kontrasepsi dalam rahim, dan alat
kontrasepsi permanen (kontrasepsi mantap/KONTAP).
DAFTAR PUSTAKA

54
1. Depkes RI. 2003. SOP Sterilisasi Alat. PPAKG Depkes. Jakarta: Depkes RI.
2. Depkes RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
55

3. Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
4. Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan. Jakarta: Pusdatin.
5. W, Hartanto. 2016. Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015.
BKKBN. Jakarta: Rakornas BKKBN.
6. Dehlendorf et al. 2014. Contraceptive Counseling: Best Practices To Ensure
Quality Communication And Enable Effectivecontraceptive Use. Clin Obstet
Gynecol. 57(4):659-673. PubMed. US National Library of Medicine National
Institues of Health.
7. Eslamlou H et al. 2014. Structured Versus Routine Family Planning
Counselling For Contraception. Cochrane Database Syst Rev.
8. Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
9. J, Susan et al. 2015. Behavioral Counseling in Primary Care Perspectives in
Enhancing the Evidence Base. American Journal of Preventive Medicine
Published by Elsevier Inc. Am J Prev Med 2015;49(3S2):S125–S128
10. Madden, Tessa, et al. 2013. Structured Contraceptive Counseling Provided By
The Contraceptive CHOICE Project. Division of Clinical Research,
Department of Obstetrics and Gynecology. Washington University in St. Louis
School of Medicine, Saint Louis, MO 63110. Elsevier. PubMed. US National
Library of Medicine National Institues of Health.
11. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H (editor). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2012.
12. Saifuddin BA. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2006.
13. WHO Family planning contraception
55
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/. May 2015
56

14. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Rencana aksi nasional pelayanan keluarga berencana tahun 2014-
2015.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.2013.
15. ACOG. 2015. FAQ Contraception. The American College of Obstetricians and
Gynecologist. Washington DC.
16. BKKBN. 2010. Perubahan Visi dan Misi Program KB menurut UU RI No. 52
Tahun 2009. BKKBN. BKKBN Jawa Timur.
17. Hassanain, Ahmed M et al. 2017. A Study of Physicians Interest in Advicing
(Reccomending) Vasectomy in Egypt. Middle East Fertility Society Journal.
Elsevier. Department of Andrology and Sexology, Faculty of Medicine, Cairo
University.
18. Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisa Keluarga Berencana. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta: Pusat Data Informasi Kemenkes RI.
19. M, Kavita et al. 2016. Trends of Various Techniques of Tubectomy: A Five
Year Study in a Tertiary Institute. J Clin Diagn Res. PubMed. 10(1).
20. Sachchithanantham, K dan Najimudeen, M. 2017. An Insight Into Low
Contraceptive in Malaysia and Its Probable Consequences. Int J Reprod
Contracept Obstet Gynecol.
21. Stockton, David M. 2016. No. Scalpel Vasectomy. Medscape.
22. Zini, Armand et al. 2016. CUA guideline: Vasectomy. Can Urol Assoc J.
Division of Urology, Department of Surgery, MvGrill University, Montral,
QC, Canada.

Anda mungkin juga menyukai

  • EPIS-HAMIL
    EPIS-HAMIL
    Dokumen11 halaman
    EPIS-HAMIL
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Symphysiolysis
    Symphysiolysis
    Dokumen2 halaman
    Symphysiolysis
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    0% (1)
  • Case Simfisiolisis
    Case Simfisiolisis
    Dokumen14 halaman
    Case Simfisiolisis
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    50% (2)
  • KOGI CTG Buku Acuan, JJE 20130115 PDF
    KOGI CTG Buku Acuan, JJE 20130115 PDF
    Dokumen34 halaman
    KOGI CTG Buku Acuan, JJE 20130115 PDF
    Judi Januadi Endjun
    96% (23)
  • Simfisiolisis 1
    Simfisiolisis 1
    Dokumen15 halaman
    Simfisiolisis 1
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • VES-VENTRIKEL-EKSTRA-SISTOL
    VES-VENTRIKEL-EKSTRA-SISTOL
    Dokumen3 halaman
    VES-VENTRIKEL-EKSTRA-SISTOL
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Fluor Albus
    Fluor Albus
    Dokumen46 halaman
    Fluor Albus
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Siklus Menstruasi II
    Siklus Menstruasi II
    Dokumen46 halaman
    Siklus Menstruasi II
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Evidence Base SC
    Evidence Base SC
    Dokumen8 halaman
    Evidence Base SC
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen17 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • HSV-2 Dalam Kehamilan
    HSV-2 Dalam Kehamilan
    Dokumen23 halaman
    HSV-2 Dalam Kehamilan
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Sectio Sesaria
    Sectio Sesaria
    Dokumen12 halaman
    Sectio Sesaria
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Dengan TB
    Kehamilan Dengan TB
    Dokumen15 halaman
    Kehamilan Dengan TB
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Met Open
    Met Open
    Dokumen4 halaman
    Met Open
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Seksio Sesaria
    Seksio Sesaria
    Dokumen35 halaman
    Seksio Sesaria
    Anonymous YxucXep8T
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen13 halaman
    Chapter II
    Dany Anggara
    Belum ada peringkat
  • Sectio Sesaria
    Sectio Sesaria
    Dokumen12 halaman
    Sectio Sesaria
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Burst Abdomen Pasca SC (Case LPG)
    Burst Abdomen Pasca SC (Case LPG)
    Dokumen12 halaman
    Burst Abdomen Pasca SC (Case LPG)
    ddcring
    Belum ada peringkat
  • Obstetri Operatif - As
    Obstetri Operatif - As
    Dokumen45 halaman
    Obstetri Operatif - As
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Simfisiolisis
    Simfisiolisis
    Dokumen14 halaman
    Simfisiolisis
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Sectio Sesaria
    Sectio Sesaria
    Dokumen12 halaman
    Sectio Sesaria
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Edit
    Edit
    Dokumen27 halaman
    Edit
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Sym Physio Lys Is
    Sym Physio Lys Is
    Dokumen8 halaman
    Sym Physio Lys Is
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • OPTIMIZED PARTUS MANAGEMENT
    OPTIMIZED PARTUS MANAGEMENT
    Dokumen22 halaman
    OPTIMIZED PARTUS MANAGEMENT
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • $rtus Prematurus Iminen
    $rtus Prematurus Iminen
    Dokumen26 halaman
    $rtus Prematurus Iminen
    Yohanes Tjandra
    Belum ada peringkat
  • Simfisiolisis
    Simfisiolisis
    Dokumen14 halaman
    Simfisiolisis
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Edit
    Edit
    Dokumen27 halaman
    Edit
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat
  • Asam Nuklear Plasenta
    Asam Nuklear Plasenta
    Dokumen27 halaman
    Asam Nuklear Plasenta
    Anonymous Tzn8RGBZ4
    Belum ada peringkat